Anda di halaman 1dari 19

MODUL II

PENGANGKUTAN dan PENANGANAN TERNAK DI RPH

II.1. PENDAHULUAN
Ternak – ternak yang akan disembelih di rumah potong hewan (RPH) akan
mengalami perjalanan dari tempat asalnya sampai ke RPH. Jarak perjalanan berbeda –
beda sehingga lama ternak – ternak selama perjalanan juga berbeda-beda. Banyak
masalah yang dapat terjadi selama dalam perjalanan seperti ternak – ternak saling
berkelahi, kelelahan, kepanasan, kedinginan karena perubahan cuaca. Kejadian –
kejadian tersebut dapat menyebabkan ternak menjadi stress.
Sterss dapat mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan, karena saat stress
akan terjadi perubahan metabolisme yang mengakibatkan temperature otot naik,
kecepatan glikolisis (perombakan glikogen/ gula otot) meningkat sehingga asam laktat
dalam otot. Penumpukan asam laktat terus berjalan sampai semua cadangan glikogen
diotot habis atau sampai pH jaringan begitu rendah sehingga ensim glikolisis menjadi
tidak aktif. Meningkatnya asam laktat ini mengakibatkan pH menurun dengan cepat. pH.
pH yang rendah dapat menyebabkan denaturasi protein otot. Denaturasi protein otot
menyebabkan kehilangan kelarutan protein (protein solubility), rendahnya daya ikat air
(DIA) dan kehilangan intensitas warna otot.
Dalam modul ini akan dibahas tentang bagaimana cara – cara pengangkuan ternak
agar ternak merasa nyaman selama pengangkutan sampai tiba di RPH. Terdapat
beberapa perbedaan tentang cara – cara pengangkutan dan beberapa fasilitas yang harus
diperhatikan selama pengangkutan pada jenis ternak yang berbeda. Hal ini berhubungan
dengan tingkat kepekaan ternak terhadap stress.

II.2. Kompetensi Khusus


Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui cara – cara pengangkutan yang benar untuk setiap jenis ternak.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 24
2. Menjelaskan alasan tentang cara dan penggunaan fasilitas yang berbedapada saat
pengangkutan jenis ternak yang berbeda
3. Memahami pengaruh pengangkutan pada kualitas daging yang akan dihasilkan.
istilah – istilah yang lasim digunakan di RPH dan RPU

II.3. Petunjuk belajar


Mahasiswa dapat memahami tentang pengaruh pengangkutan pada kualitas
daging yang dihasilkan sehubungan dengan cara – cara pengangkutan yang dilakukan.
Dengan demikian mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengangkutan dan penggunaan
fasilitas – fasilitas yang baik untuk kesejateraan ternak salam dalam pengangkutan dan
sekaligus dapat menyediakan daging yang berkualitas.

II.1I. PRINSIP UMUM PENANGANAN TERNAK


Sebelum ternak diangkut ke RPH sebaiknya ternak diperlakukan dengan nyaman
ditempat pemeliharaan atau dikandang, agar ternak mempunyai temperaman yang jinak.
Pastikan bahwa ternak yang akan diangkut diperlakukan dengan baik. Prinsip pertama
dalam penanganan ternak adalah menghindari ternak dari kelelahan. Memerlukan
waktu 30 menit untuk menenangkan ternak dan jantung ternak untuk kembali bekerja
dengan normal setelah penanganan yang kasar. Oleh karena itu petugas harus
mempunyai gerakan perlahan, tenang dan jangan berteriak.
Ternak akan gelisah/ tidak tenang bila mereka diisolasi dari sesamanya. Ternak
yang paling jinak dihandel duluan. Jika ternak tetap melawan gunakan alat bantu
seperti elektrik prodder  32 V, atau flat strap. Jika menggunakan elektrik prodder
jangan pada daerah sensitif seperti mata, hidung, anus atau alat kelamin.
Pada penanganan ternak di kandang sebaiknya ternak tidak terlalu banyak/ pada
dalam kandang. Terlalu banyak ternak dalam kandang merupakan kesalahan yang selalu
terjadi. Dalam penanganan ternak, kandang dan lorong yang selalu dilewati oleh ternak –
ternak menuju lapangan/ yard paling banyak terisi setengahnya dari kapasitas
tampungnya. Ternak-ternak harus berjalan dengan sendirinya tanpa dipukul.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 25
II. II1. PENGARUH PENGANGKUTAN PADA TERNAK
Cara pengangkutan yang buruk memberi pengaruh yang serius pada kualitas dan
produksi. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel. II.1. Faktor Penyebab Cara Pengangkutan yang Salah
dan Akibatnya pada Daging.

Faktor Penyebab Akibat yang diTimbulkan


a. Stress - Menyebabkan DFD pada beef dan PSE
pada pork
b. Bruising/ memar - Memar pada daging
c. Terinjak-injak - terjadi pada lantai yang licin, sehingga
trampling ternak tergelincir dan terinjak oleh ternak
lain, atau dapat juga karena terlalu banyak
ternak pada saat pengangkutan
d. Suffocation/ mati Kejadian ini biasanya terjadi bersamaan
lemas dengan trampling;
e. Gagal jantung - Kebanyakan terjadi pada ternak babi
karena terlalu sesak pada saat
pengangkutan
f. Sroke karena panas - Ternak babi umumnya rentan/ mudah
stress pada suhu tinggi lingkungan yang
tinggi dan lembab.;
g. Sinar matahari - terkena sinar matahari dapat
menyebabkan stress pada ternak babi;
h. Bloat/ kembung - Karena makanan
i. Keracunan - Dari makanan selama perjalanan

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 26
Tabel. II.1. Faktor Penyebab Cara Pengangkutan yang Salah
dan Akibatnya pada Daging (lanjutan).
j. PredatoR/ Dimakan Pengangkutan secara bersamaan ternak
oleh ternak lainnya yang lebih besar dan lebih kecil
k. Dehidrasi - Ternak yang diangkut dalam jarak yang
cukup jauh dapat kekurangan air dan dapat
mengakibatkan kehilangan berat badan
bahkan kematian
l. Exhaustion/ Kelelahan - Dapat terjadi pada ternak bunting atau
yang dalam kondisi lemah;
m. Terluka - Patah tulang/ tanduk
n. Fighting/ berkelahi -Umumnya terjadi jika ternak yang
diangkut berasal dari tempat yang
berbeda-beda.

II.IV. CARA dan JENIS TRANSPORTASI


II. IV.1. Cara transportasi yang dilakukan:
1. Sapi, kambing, domba
Kebanyakan cara yang dipakai adalah menarik sambil jalan, dengan kenderaan atau
kereta barang. Cara pertama biasanya digunakan jika tidak tersedia jalan raya untuk
kenderaan atau jika garak dengan RPH dekat. Kekurangan dari cara ini adalah
ternak menjadi tidak nyaman dan dapat mengurangi nilai dari ternak tersebut.
Pengangkutan dengan menggunakan kenderaan adalah yang paling baik, sering
dipilih dan lebih nyaman.
Pengangkutan dengan kereta api berfaedah jika jaraknya pendek dimana tersedia
rail untuk naik dan turunnya ternak.
2. Babi
Pengangkutan babi adalah paling sulit dan hanya menggunakan kenderaan bermotor
yang paling baik, aman dan nyaman.

3. Ayam

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 27
Cara transportasi yang cocok untuk broilers dan jenis unggas lainnya seperti
burung unta adalah dengan kenderaan bermotor. Unggas harus dikelompokkan
pada beberapa kelompok kecil dalam kerangking. Materi kerangking yang
diajurkan adalah palstik dengan penutup yang dapat dibuka dan ditutup.

II. IV.2. Jenis dan Fasilitas Transportasi


Alat transport yang digunakan harus cukup ventilasi, lantai tidak licin dan
mempunyai drainase yang baik, mempunyai pelindung terhadap matahari teryutama
babi. Tidak boleh ada bagian yang tajam dan menonjol.

1. Ventilasi
Kenderaan yang digunakan untuk mengangkut ternak tidak boleh tertutup
seluruhnya, karena akan menyebabkan stress dan mungkin pingsan jika udara terlalu
panas. Ventilasi yang buruk dapat menyebabkan penumpukan gas yang dapat
menyebabkan keracunan. Pada lantai kenderaan perlu juga ada ventilasi untuk
mengeluarkan bau amonia dari urin.
2. Lantai
Lantai harus tidak licin untuk menghindari ternak jatuh., Sebaiknya pada lanatai
terdapat kisi-kisi terbuat dari kayu atau logam, yang dapat diangkat jika kenderaan
digunakan untuk tujuan lainnya. Lantai yang ditutup dengan rumput atau sebuk gergaji
tidak dianjurkan. Penambahan tiang dari kayu atau logam untuk keseimbangan ternak
dapat diberikan. Kenderaan sebaiknya dilengkapi dengan platform untuk tempat turun
dan naikknya ternak. Lantau kenderaan tidak boleh lubang karena dapat menyebabkan
kecelakaan pada kaki ternak.

3. Sisi / tepi kenderaan


Tepi kenderaan harus cukup tinggi untuk mencegah ternak, terutama babi,
menlompat karena dapat melukai mereka. Pada bagia dalam dibuatkan bantalan pada
bagian pinggul misalnya dibuat dari bantalan ban bekas untuk menghindari memar.
Tidak boleh terdapat cela karena dapat melukai bahkan mematahkan kaki.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 28
Gambar 2.1. Contoh Transportasi.

2.4. Atap.
Atap tidak terlalu diperlukan untuk mengangkut ternak sapi dan ternak
ruminansia kecil. Untuk ternak babi harus menggununakan atap. Tapi jika
diangkut pada pagi hari atau sore, dimana cahaya matahari tidak terik dapat
menggunakan kenderaan tanpa atap. Walaupun menggunakan atap operlu
diperhatikan ventilasinya.

TABLE II.2. Perkiraan Luas Ruang Untuk Transport Ternak

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 29
Jenis Ternak Luas lantai/ ternak (m2)
1.0 - 1.4*
Sapi dewasa
Anak sapi 0.3
Babi Anak/porker 0.3
Muda/baconer 0.4
Induk/ pejantan 0.8
Domba/kambing 0.4
Burung unta 0.8
* 50-60 cm panjang kenderaan/ ekor bersilang
Jika luas lantai terlalu besar untuk jumlah ternak, harus menggunakan
penyekat untuk menghindari ternak terlempar.

Gambar 2.2. Kecelakaan Selama Transportasi

II.V. TINDAKAN PENCEGAHAN SEBELUM PENGANGKUTAN


Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kecelakaan dan stress.
3.1. Ternak sapi atau ternak babi yang berasal dari tempat yang berbeda-beda
dikandangkan bersama-sama sebelum diangkut secara bersama-sama. Pada saat
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 30
ini jika ada ternak yang terlalu liar/agresif sebaiknya dikeluarkan dari kelompok
ini. Ternak sapi harus dikandangkan bersama selama 24 jam. Untuk ternak babi,
lumuri ternak-ternak babi yang berasal dari ktempat yang berbeda dengan litter
yang sama sehingga ternak-ternak tersebut mempunyai bau yang sama.

3.2. Semua ternak harus diberi makan dan minum sebelum diangkut. Tetapi untuk
ternak babi, jangan diberi makan karena fermentasi dari makanan akan
menimbulkan gas, yang akan menekan jantung pada rongga dada yang dapat
menyebabkan gagal jantung dan kematian.

3.3. Jangan mencampur ternak yang bertanduk dan yang tidak bertanduk. Jangan jug
mengangkut ternak dengan spesies yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam
satu kenderaan. Namun , domba, kambing dan anak sapi < 6 bulan dapat dicampur
dan setiap ternak diikat pada bagian lehernya. Jangan diikat pada kaki. Dan
ternak harus diputar setiap 30 menit. Ternak babi jangan diangkut bersama-sama
dengan ternak lain kecuali dengan menggunakan sekat.

3. 4. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut secara
bersama-sama. Ternak yang lemah, terlalu gemuk dan yang selalu dikandangkan
jangan diangkut dalam jarak yang terlalu jauh karena ternak-ternak tersebut tidak
tahan

3.5. Kenderaan harus dipaskan dengan portable ramp untuk membantu pada saat
keadaan darurat .

II. VI. CARA - CARA TRANSPORTASI


Beberapa faktor yang harus diperhatikan selama pengangkutan untuk melindungi
ternak dari penderitaan, kecerlakanan atau mati
4.1. Trekking/ jalan kaki
Jika ternak dibawa dengan jalan kaki, maka yang perlu diperhatikanan adalah
jarak yang akan ditempuh, kemungkinan untuk memberi makan dipadang, minum dan
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 31
istirahat. Ternak harus berjalan pada saat teduh/ tidak panas. Jika akan diangkut lagi
dengan kenderaan maka perlu diperhatikan bahwa sebelum diangkut harus istirahat dan
diberi minum. Tabel di bawah menunjukkan jarak maksimum trekking untuk beberpa
jenis ternak dengan jarak maksimum yang dianjurkan untuk ditempuh.
Table II.3. Jarak Maximum Untuk Trekking
Species 1 hari perjalanan > 1 hari
Hari pertama Hari berikutnya
Sapi 30 km 24 km 22 km
Domba/ kambing 24 km 24 km 16 km

4.2. Waktu
Pagi hari dan sore atau malam hari adalah waktu yang tepat untuk mengangkut
ternak karena tidak terlalu panas. Selalu menyiram air pada ternak babi untuk
menyejukkan karena ternak babi sangat rentan terhadap temperatur tinggi dengan
kelembaban yang tinggi.

4.3. Lama perjalanan.


Jika dimungkinkan perjalanan harus pendek dan langsung, tanpa berhenti
beberapa kali. Untuk ternak babi cenderung akan berkelahi pada saat kenderaan
berhenti. Untuk ternak sapi dan ternakdomba/kambing tidak boleh diangkut lebih dari
36 jam. Setelah 24jam harus diberi makan dan minum jika perjalanan > 24 jam.
Ternak babi harus selalu diberi minum selama perjalanan panjang terutama pada
temperatur panas dan lembab.

4.4. Pengemudi
Kenderaan harus dikemudikan dengan lembut, jangan terlalu kasar dan berhenti
secara tiba-tiba. Pada saat berbelok harus perlahan-lahan dan lembut. Harus ada
petugas untuk menenangkan ternak pada saat ternak berhenti.

4.5. Angin-dingin.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 32
Angin yang dingin dapat menyebabkan turunnya temperatur tubuh yang dapat
menyebabkan stess berat atau kematian ternak.

II. VII. PENANGANAN TERNAK SELAMA TRANSPORT DAN SELAMA dan


SETELAH TIBA DI RPH
1. Hindari perkelahian diantara ternak, ternak yang berasal dari tempat
berbeda jangan diangkut dan ditempatkan di lairage secara bersama-
sama
2. Gunakan tangga yang agak datar untuk menghindari terantuk
3. Dalam truk tidak boleh terlalu banyak ternak untuk menghindari stress
dan memar
II.VII.1.Pada Lairage/ kandang istirahat:
1. Harus mempunyai kandang-kandang kecil
2. Koridor sebaiknya berliku-liku dan tidak boleh ada belokan tajam untuk
memudahkan pandangan ternak ke depan
3. Tempat pemotongan ternak tidak boleh terlihat oleh ternak lainnya
4. Tersedia cukup air bersih
5. Lairage harus mempunyai cahaya dan ventilasi yang baik
6. Tidak boleh membiarkan ternak > 1 hari di lairage
7. Puasakan ternak sebelum dipotong untuk mengurangi volume isi perut dan
bakteri sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi karkas selama dressing
8. Ternak harus mempunyai periode istirahat setelah samapi di slaughterhouse
9. Ternak harus dalam keadaan bersih pada saat disembelih
10. Produsen harus mencuci ternak dan truk setuiap selesai mengangkut
11. Lairage pada slaughterhouse harus bersih dari kotoran ternak dan dicuci secara
teratur.
II.VII.2. Kandang Penampung Betina Produktif
Kandang penampung khusus untuk ternak betina produktif dan istirahat hewan pada
RPH

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 33
 Jika hasil pemeriksaan antemortem mendapati ternak betina produktif,
maka ternak beina tersebut harus ditampung dalam kandang khusus yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
- Kandang penampung ternak ruminanisa betina produktif dapat
merupakan kandang penampung yang terpisah atau merupakan
bagian kandang penampung hewan, tetapi meliki batas yang
jelas.
- Fungsi kandang penampung untuk menampung ternak
ruminansia betina produktif hasil seleksi hewan yang akan
dipotong di RPH, sekaligus sebagai tempat isolasi untuk ternak
yang tidak boleh dipotong.
- Syarat kandang penampung ternak ruminanisa betina produktif
harus sama dengan syarat kandang penampung ternak
- Dilengkapi dengan kandang jepit untuk pemeriksaan status
reproduksi.
 Bangunan kandang penampung sementara atau kandang istirahat paling
kurang berjarak 10 meter dari bangunan utama
 Memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata – rata jumlah pemotongan
hewan setiap hari
 Ventilasi (pertukan udara) dan penerangan harus baik.
 Tersedia tempat air minum untuk hewan omong yang didesain landai kea
rah saluran pembuangan sehingga mudah dibersihkan.
 Lantai terbuat dari bahan yang kusat (tahan terhadap benturan keras),
kedap air, tidak licin dan landai kearah saluran pembuangan serta mudah
dibersihkan dan disesinfeksi.
 Saluran pembuangan didesain sehingga aliran pembuangan dapat
mengalir lancar.
 Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi
hewan dengan baik dari panas dan hujan.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 34
 Terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju
tempat penyembelihan, dilengkapi dengan pagar yang kuat di kedua
sisinya dan lebarnya hanya cukup untuk sau ekor sehingga hewan tidak
dapat kembali ke kandang.
 Jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan
utama disesain sehingga tidak terjadi kontras warna dan cahaya yang
dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi stress dan takut.
Lairage/ Kandang istirahat ternak
 Ukurannya sesuai dengan jumlah ternak yang akan dipotong/ hari
 Dapat menampung ternak-ternak 1 malam sebelum dipotong
 Ukuran kandang adalah:
Ternak Ukuran
Sapi 1,7 m2/ekor
Babi/ domba 0,35 m2/ ekor
Kambing 0,25 m2/ ekor
 Ternak sapi 1 kandang 2 ekor
 Babi/ domba 1 kandang 7 ekor
 Kambing 1 kandang 40 ekor
Lairage harus mempunyai 1 kandang isolasi untuk menampung ternak-ternak
yang sakit atau dicurigai sakit.

II.VII.3. Area penurunan hewan (unloading sapi), penurunan unggas hidup


(unloading).
Untuk ruminansia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Dilengkapi dengan fasilitas untuk menurunkan ternak (unloading) dari atas
kenderaan angkut ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga ternak
tidak mudah cedera (lompat atau tergelincir).
b. Ketinggian tempat penurunan/ penaikan sapi harus disesuaikan dengan
ketinggian kenderaan angkut hewan.
c. Lantai sejak dari tempat penurunan hewan sampai kandang penampung harus
tidak licin dan dapat meminimalisasi terjadinya kecelakaan.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 35
d. Harus memenuhi aspek kesejateraan hewan.

III.VII.4. Kandang Isolasi


1. Letak kandang isolasi harus jauh dari kandang penampung dan bangunan utama
dan letaknya lebh rendah dari bangunan lainnya. Lihat Gambar 2.1.
2. Memiliki ventilasi dan penerangan yang baik.
3. Tempat air minum didesain landai kearah saluran pembuangan agar mudah
dibersihkan.
4. Lantai terbuat dari bahan yang tahan benturan keras, kedap air, tidak licin dan
landai
5. Saluran pembuangan disedain sehingga aliran pembuangan dapat mengalir
dengan lancar.
6. Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi hewan
dengan baik dari panas dan hujan.

II.VIII. PENUTUP
Penanganan ternak sebelum diangkut ke RPH sebaiknya mendapat perhatian yang
serius untuk memberi kenyamanan ternak selama pengangkutan. Pengangkutan ternak
harus diperhatikan agar ternak merasa nyaman selama pengangkutan dan sampai di
rumah potong hewan. Jenis transporasi yang dipakai tergantung dari jenis ternak yang
diangkut dan jarak dengan RPH. JIka menggunakan kenderaan sebaiknya dilengkapi
dengan fasilitas yang dapat melindungi ternak selama perjalanan. Ternak betina
produktif harus ditempati pada kandang khusus. Ukuran kandang istirahat harus sesuai
dengan jumlah ternak yang akan dipotong/ hari dan dapat menampung ternak-ternak 1
malam sebelum dipotong. Area penurunan hewan (unloading ternak) harus tidak licin,
tingginya sesuai tinggi kenderaan pengangkut ternak, memenuhi aspek kesejateraan
ternak. Kandang Isolasi harus jauh dari kandang penampung dan bangunan utama serta
letaknya lebih rendah dari bangunan lainnya.

III. VIII.1. Soal – Soal Latihan


A. Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut ini.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 36
1. Jenis transportasi apa yang sesuai untuk ternak ayam, sapi dan babi?
2. Jelaskan paling kurang 3 hal yang perlu diperhatikan saat pengangkutan ternak.
3. Jelaskan paling kurang 3 hal yang perlu diperhatikan pada saat handling/penanganan
ternak.
4. Fasilitas – fasilitas apa yang perlu diperhatikan pada pengangkutan ternak
menggunakan truk?
5. Bagaimana cara pengangkutan ternak babi yang baik? Berilah penjelasan.

II.VIII.2. Umpan Balik


Kata kunci untuk jawaban soal – soal latihan:
1. Kereta api, kenderaan bermotor, jalan kaki tergantung kondisi daerah tersebut
serta tergantung tingkat stress ternak secara alamiah.
2. Waktu pengangkuan, kapasitas tamping, jenis dan ukuran ternak yang akan
diangkut, lama perjalanan, pengemudi, temperature, jenis transportasi.
3. Ternak tidak boleh stress, perilaku orang yang menghandel, alat yang
digunakan, jumlah ternak dan lokasi dimana ternak akan dihandel, kebiasaan
ternak.
4. Ventilasi, lantai kenderaan, sisi/tepi kenderaan dan atap.
5. Ternak babi mudah stress.

II.VIII.3. Soal – Soal Latihan


Pilihlah jawaban yang benar.
1. Pada saat menghandel ternak sebaiknya petugas bertingkah laku sebagai berikut:
a. Berteriak dan memukul ternak agar ternak menjadi takut dan mengikuti
instruksi yang diberikan.
b. Petugas sebaiknya mengikuti kelakuan ternak yang dihandel dan menunggu
sampai ternak bisa diatur
c. Petugas sebaiknya menggunakan alat yang dapat menakut-nakuti ternak
d. Petugas harus mempunyai gerakan yang perlahan, tenang dan jangan berteriak
dan kasar terhadap ternak.

2. Jika petugas menggunakan alat elektrik dalam menghandel ternak sebaiknya:


a. Gunakan pada daerah sensitive seperti mata, hidung, anus atau alat kelamin.
b. Jangan gunakan pada daerah wajah dan perut.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 37
c. Boleh digunakan pada semua daerah di tubuh.
d. Jangan gunakan pada daerah sensitive seperti mata, hidung, anus atau alat
kelamin.

3. Akibat ternak stress, maka kualitas daging kurang baik seperti:


a. Daging terlalu merah dan berair
b. Daging alot dan berbau
c. Daging berbau dan berair
d. Daging gelap, alot dan kering

4. Ternak yang diangkut dalam jarak yang cukup jauh dapat kekurangan air dan
dapat mengakibatkan aka hewan yang akan kehilangan berat badan atau bahkan
mati. Kejadian ini dikenal dengan istilah:
a. Bloat b.Trampling c. Exhaustion d.Dehidrasi

5. Bloat dan keracunan selama transportasi ternak disebabkan karena:


a. Pakan b. Ventilasi c. Kecepatan kenderaan d. Jarak
pengangkutan

6. Jenis transportasi yang paling aman untuk pengangkutan ternak babi adalah:
a. Kenderaan bermotor b. Jalan kaki c.Kerangking d. Pesawat

7. Perkiraan luas ruang untuk transport ternak sapi berdasarkan pada ukuran luas
lantai/ ternak (m2) adalah:
a. 1.0-1.4 ternak b.0,8 ternak
c.0,3 ternak d. o,4 ternak

8. Pernyataan – pernyataan dibawah ini benar, kecuali:


a.Ternak babi jangan diberi makan selama perjalanan karena fermentasi makanan
akan menimbulkan gas.
b. Ternak yang terlalu agresif sebaiknya diangkut secara bersamaan dengan ternak
yang tidak agresif
c. Ternak sapi atau ternak babi yang berasal dari tempat yang berbeda-beda
dikandangkan bersama-sama sebelum diangkut secara bersama-sama.
d. Jangan mencampur ternak yang bertanduk dan yang tidak bertanduk.

9. Pernyataan – pernyataan dibawah ini benar untuk pengangkutan ternak,


kecuali:
a. Jangan mencampur ternak yang bertanduk dan yang tidak bertanduk
b. Boleh mengangkut ternak dengan spesies yang berbeda-beda secara bersama-
sama dalam satu kenderaan
c. Domba, kambing dan anak sapi < 6 bulan dapat dicampur dan setiap ternak
diikat pada bagian lehernya
d. Jangan jug mengangkut ternak dengan spesies yang berbeda-beda
secara bersama-sama dalam satu kenderaan.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 38
10. Dalam pengangkutan ternak faktor kesehatan ternak perlu diperhatikan. Hal – hal
yang dilakukan adalah:
a. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut.
b. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut
secara bersama-sama.
c. Ternak-ternak yang sakit dan terluka jangan diangkut, tapi ternak yang kurus
atau bunting tua boleh diangkut.
d. Ternak-ternak yang sakit dan terluka boleh diangkut, tapi ternak yang kurus
atau bunting jangan
.
11. Jika ternak dibawa ke RPH dengan berjalan kaki maka, lama perjalanan untuk
ternak sapi yang baik adalah:
a. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 24 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 24 Km.
b. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 24 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 22 Km.
c. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 30 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 30 Km.
d. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 30 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 24 Km.

12. Hal – hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan lama perjalanan ternak
menuju RPH adalah:
a. Jika perjalanan dengan kenderaan dicapai dalam waktu 2 hari, maka
perjalanan tidak boleh berhenti- berhenti.
b. Untuk ternak sapi, kambing, domba perjalanan boleh ditempuh lebih dari 2
hari dengan berhenti berapa kali.
c. Untuk ternak sapi, kambing, domba perjalanan tidak boleh lebih dari 36 jam.
d. Untuk ternak babi sebaiknya tidak diberi makan dan minum selama perjalanan
lebih dari 1 hari.

13. Waktu perjalanan ternak sebaiknya ditempuh pada:


a. Siang hari untuk menghindari udara yang lembab
b. Tengah malam untuk menghindari kamacetan
c. Pagi dan sore hari atau malam hari agar tidak terlalu panas.
d. Waktu tergantung ketersediaan kenderaan

14. Setetelah sampai di RPH ternak di kandangkan di kandang istirahat. Untuk


menghindari terjadinya perkelahian diantara ternak maka perlu dilakukan:
a. Ternak yang berasal dari tempat berbeda sebaiknya ditempatkan secara
bersama-sama.
b. Ternak jantan dan betina sebaiknya ditempatkan secara bersama-sama.
c. Ternak yang berasal dari tempat berbeda sebaiknya tidak ditempatkan secara
bersama-sama.
d. Ternak dengan ukuran yang berbeda sebaiknya ditempatkan secara bersama-
sama.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 39
15. Pada kandang istirahat/lairage sebaiknya:
a. Harus mempunyai kandang- kandang kecil.
b. Koridor sebaiknya berliku-liku dan tidak boleh ada belokan tajam untuk
memudahkan pandangan ternak ke depan
c. Tersedia cukup air bersih.
d. Pernyataan a,b dan c benar.
16. Hasil pemeriksaan antemortem mendapati ternak betina produktif, maka ternak
betina tersebut harus:
a. Segera dikembalikan ke peternaknya atau langsung disembelih
b. Dipelihara oleh RPH sambil induk tersebut beranak.
c. Ditampung pada kandang khusus
d. Tetap disembelih sebagai hewan potong

17. Syarat dari kandang penampung pada RPH adalah:


a. Jaraknya minimal 1,5 meter dari bangunan utama dengan daya tampung 10
kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
b. Jaraknya minimal 5 meter dari bangunan utama dengan daya tamping 1,5 kali
dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
c. Jaraknya minimal 10 meter dari bangunan utama dengan daya tamping 3 kali
dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.
d. Jaraknya minimal 10 meter dari bangunan utama dengan daya tamping 1,5
kali dari rata-rata jumlah pemotongan hewan setiap hari.

18. Jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama
disesain sehingga tidak terjadi:
a. Kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
b. Kontras konstruksi dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
c. Kontrass desain dan warna yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
d. Kontras konstruksi dan desain yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.

19. Area penurunan hewan (unloading) adalah:


a. Daerah yang diperuntukan bagi pengangkutan ternak yang tidak layak
dipotong.
b. Daerah untuk tempat turunnya ternak yang akan disembelih
c. Daerah untuk tempat pekerja RPH memarkir kenderaan
d. Daerah untuk pengangkutan jeroan dari RPH ke luar RPH
II.VIII.4. Umpan balik
Sekarang, cocokkan jawaban anda dengan jawaban yang ada di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus yang

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 40
ada berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda mempelajari materi modul
satu ini.

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban anda yang benar x 100%


Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda sudah tuntas
mempelajari teknologi pengolahan hasil ternak. Tetapi bila nilai anda di bawah 80%
maka anda harus mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian yang anda
belum dikuasai.

II.VIII.5. Jawaban tes Mandiri


1.D 2. D 3.D 4.D 5. A 6.A 7.A 8.B 9.B 10. B
11.B 12. C 13.C 14. C 15.D. 16.B 17.D 18.A 19. B

DAFTAR PUSTAKA
Bremner, A.S. 1977. Poultry Meat Hygiene and Inspection. Bailliere Tindal, London.

Badan Standar Nasional. 1999a. Rumah Potong Hewan. Standard Nasional Indonesia.
SNI 01-6159-1999.

Badan Standar Nasional. 1999b. Rumah Potong Unggas. Standard Nasional Indonesia.
SNI 01-6160-1999.

FAO/ WHO. 1976. Recommended International Code for Hygienic Practice for Frsh
Meat. Joint FAO/WHA Food Standards Programm, Rome.

FAO/WHO. 1978. Slaughterhouse and Slaughterslab Design and Constructio. FAO,


Rome.

Gracey, J.F. 1986. Meat hygiene. English Language Book Society/ Balliere Tindall,
England.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 41
Mead, G.C. 1989. Processing of Poultry. Elsevier Applied Science, London and New
York.Silverside,D and Jones,M. 1992. Small Scale Poultry Processing, FAO,
Rome.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 22 Tahun 1983. Tentang Kesehatan


Masyarakat Veteriner.

Standing Committee on Agricultural and Resource Management (SCARM). 1995.


Australian Standard for construction Premises Processing Meat for Human
Consumption. CSIRO Publishing, Collingwood, Victoria.

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat –


syarat Rumah Potong Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan.

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 557/Kpts/TN.520/9/1987 tentang Syarat –


syarat Rumah Potong Unggas dan Usaha Pemotongan Unggas.

Undang Undang Republik Indonesia. 2012. Pangan. Undang Undang Republik


Indonesia No. 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.

Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 42

Anda mungkin juga menyukai