II.1. PENDAHULUAN
Ternak – ternak yang akan disembelih di rumah potong hewan (RPH) akan
mengalami perjalanan dari tempat asalnya sampai ke RPH. Jarak perjalanan berbeda –
beda sehingga lama ternak – ternak selama perjalanan juga berbeda-beda. Banyak
masalah yang dapat terjadi selama dalam perjalanan seperti ternak – ternak saling
berkelahi, kelelahan, kepanasan, kedinginan karena perubahan cuaca. Kejadian –
kejadian tersebut dapat menyebabkan ternak menjadi stress.
Sterss dapat mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan, karena saat stress
akan terjadi perubahan metabolisme yang mengakibatkan temperature otot naik,
kecepatan glikolisis (perombakan glikogen/ gula otot) meningkat sehingga asam laktat
dalam otot. Penumpukan asam laktat terus berjalan sampai semua cadangan glikogen
diotot habis atau sampai pH jaringan begitu rendah sehingga ensim glikolisis menjadi
tidak aktif. Meningkatnya asam laktat ini mengakibatkan pH menurun dengan cepat. pH.
pH yang rendah dapat menyebabkan denaturasi protein otot. Denaturasi protein otot
menyebabkan kehilangan kelarutan protein (protein solubility), rendahnya daya ikat air
(DIA) dan kehilangan intensitas warna otot.
Dalam modul ini akan dibahas tentang bagaimana cara – cara pengangkuan ternak
agar ternak merasa nyaman selama pengangkutan sampai tiba di RPH. Terdapat
beberapa perbedaan tentang cara – cara pengangkutan dan beberapa fasilitas yang harus
diperhatikan selama pengangkutan pada jenis ternak yang berbeda. Hal ini berhubungan
dengan tingkat kepekaan ternak terhadap stress.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 24
2. Menjelaskan alasan tentang cara dan penggunaan fasilitas yang berbedapada saat
pengangkutan jenis ternak yang berbeda
3. Memahami pengaruh pengangkutan pada kualitas daging yang akan dihasilkan.
istilah – istilah yang lasim digunakan di RPH dan RPU
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 25
II. II1. PENGARUH PENGANGKUTAN PADA TERNAK
Cara pengangkutan yang buruk memberi pengaruh yang serius pada kualitas dan
produksi. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel. II.1. Faktor Penyebab Cara Pengangkutan yang Salah
dan Akibatnya pada Daging.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 26
Tabel. II.1. Faktor Penyebab Cara Pengangkutan yang Salah
dan Akibatnya pada Daging (lanjutan).
j. PredatoR/ Dimakan Pengangkutan secara bersamaan ternak
oleh ternak lainnya yang lebih besar dan lebih kecil
k. Dehidrasi - Ternak yang diangkut dalam jarak yang
cukup jauh dapat kekurangan air dan dapat
mengakibatkan kehilangan berat badan
bahkan kematian
l. Exhaustion/ Kelelahan - Dapat terjadi pada ternak bunting atau
yang dalam kondisi lemah;
m. Terluka - Patah tulang/ tanduk
n. Fighting/ berkelahi -Umumnya terjadi jika ternak yang
diangkut berasal dari tempat yang
berbeda-beda.
3. Ayam
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 27
Cara transportasi yang cocok untuk broilers dan jenis unggas lainnya seperti
burung unta adalah dengan kenderaan bermotor. Unggas harus dikelompokkan
pada beberapa kelompok kecil dalam kerangking. Materi kerangking yang
diajurkan adalah palstik dengan penutup yang dapat dibuka dan ditutup.
1. Ventilasi
Kenderaan yang digunakan untuk mengangkut ternak tidak boleh tertutup
seluruhnya, karena akan menyebabkan stress dan mungkin pingsan jika udara terlalu
panas. Ventilasi yang buruk dapat menyebabkan penumpukan gas yang dapat
menyebabkan keracunan. Pada lantai kenderaan perlu juga ada ventilasi untuk
mengeluarkan bau amonia dari urin.
2. Lantai
Lantai harus tidak licin untuk menghindari ternak jatuh., Sebaiknya pada lanatai
terdapat kisi-kisi terbuat dari kayu atau logam, yang dapat diangkat jika kenderaan
digunakan untuk tujuan lainnya. Lantai yang ditutup dengan rumput atau sebuk gergaji
tidak dianjurkan. Penambahan tiang dari kayu atau logam untuk keseimbangan ternak
dapat diberikan. Kenderaan sebaiknya dilengkapi dengan platform untuk tempat turun
dan naikknya ternak. Lantau kenderaan tidak boleh lubang karena dapat menyebabkan
kecelakaan pada kaki ternak.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 28
Gambar 2.1. Contoh Transportasi.
2.4. Atap.
Atap tidak terlalu diperlukan untuk mengangkut ternak sapi dan ternak
ruminansia kecil. Untuk ternak babi harus menggununakan atap. Tapi jika
diangkut pada pagi hari atau sore, dimana cahaya matahari tidak terik dapat
menggunakan kenderaan tanpa atap. Walaupun menggunakan atap operlu
diperhatikan ventilasinya.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 29
Jenis Ternak Luas lantai/ ternak (m2)
1.0 - 1.4*
Sapi dewasa
Anak sapi 0.3
Babi Anak/porker 0.3
Muda/baconer 0.4
Induk/ pejantan 0.8
Domba/kambing 0.4
Burung unta 0.8
* 50-60 cm panjang kenderaan/ ekor bersilang
Jika luas lantai terlalu besar untuk jumlah ternak, harus menggunakan
penyekat untuk menghindari ternak terlempar.
3.2. Semua ternak harus diberi makan dan minum sebelum diangkut. Tetapi untuk
ternak babi, jangan diberi makan karena fermentasi dari makanan akan
menimbulkan gas, yang akan menekan jantung pada rongga dada yang dapat
menyebabkan gagal jantung dan kematian.
3.3. Jangan mencampur ternak yang bertanduk dan yang tidak bertanduk. Jangan jug
mengangkut ternak dengan spesies yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam
satu kenderaan. Namun , domba, kambing dan anak sapi < 6 bulan dapat dicampur
dan setiap ternak diikat pada bagian lehernya. Jangan diikat pada kaki. Dan
ternak harus diputar setiap 30 menit. Ternak babi jangan diangkut bersama-sama
dengan ternak lain kecuali dengan menggunakan sekat.
3. 4. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut secara
bersama-sama. Ternak yang lemah, terlalu gemuk dan yang selalu dikandangkan
jangan diangkut dalam jarak yang terlalu jauh karena ternak-ternak tersebut tidak
tahan
3.5. Kenderaan harus dipaskan dengan portable ramp untuk membantu pada saat
keadaan darurat .
4.2. Waktu
Pagi hari dan sore atau malam hari adalah waktu yang tepat untuk mengangkut
ternak karena tidak terlalu panas. Selalu menyiram air pada ternak babi untuk
menyejukkan karena ternak babi sangat rentan terhadap temperatur tinggi dengan
kelembaban yang tinggi.
4.4. Pengemudi
Kenderaan harus dikemudikan dengan lembut, jangan terlalu kasar dan berhenti
secara tiba-tiba. Pada saat berbelok harus perlahan-lahan dan lembut. Harus ada
petugas untuk menenangkan ternak pada saat ternak berhenti.
4.5. Angin-dingin.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 32
Angin yang dingin dapat menyebabkan turunnya temperatur tubuh yang dapat
menyebabkan stess berat atau kematian ternak.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 33
Jika hasil pemeriksaan antemortem mendapati ternak betina produktif,
maka ternak beina tersebut harus ditampung dalam kandang khusus yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
- Kandang penampung ternak ruminanisa betina produktif dapat
merupakan kandang penampung yang terpisah atau merupakan
bagian kandang penampung hewan, tetapi meliki batas yang
jelas.
- Fungsi kandang penampung untuk menampung ternak
ruminansia betina produktif hasil seleksi hewan yang akan
dipotong di RPH, sekaligus sebagai tempat isolasi untuk ternak
yang tidak boleh dipotong.
- Syarat kandang penampung ternak ruminanisa betina produktif
harus sama dengan syarat kandang penampung ternak
- Dilengkapi dengan kandang jepit untuk pemeriksaan status
reproduksi.
Bangunan kandang penampung sementara atau kandang istirahat paling
kurang berjarak 10 meter dari bangunan utama
Memiliki daya tampung 1,5 kali dari rata – rata jumlah pemotongan
hewan setiap hari
Ventilasi (pertukan udara) dan penerangan harus baik.
Tersedia tempat air minum untuk hewan omong yang didesain landai kea
rah saluran pembuangan sehingga mudah dibersihkan.
Lantai terbuat dari bahan yang kusat (tahan terhadap benturan keras),
kedap air, tidak licin dan landai kearah saluran pembuangan serta mudah
dibersihkan dan disesinfeksi.
Saluran pembuangan didesain sehingga aliran pembuangan dapat
mengalir lancar.
Atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi
hewan dengan baik dari panas dan hujan.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 34
Terdapat jalur penggiringan hewan (gang way) dari kandang menuju
tempat penyembelihan, dilengkapi dengan pagar yang kuat di kedua
sisinya dan lebarnya hanya cukup untuk sau ekor sehingga hewan tidak
dapat kembali ke kandang.
Jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan
utama disesain sehingga tidak terjadi kontras warna dan cahaya yang
dapat menyebabkan hewan yang akan dipotong menjadi stress dan takut.
Lairage/ Kandang istirahat ternak
Ukurannya sesuai dengan jumlah ternak yang akan dipotong/ hari
Dapat menampung ternak-ternak 1 malam sebelum dipotong
Ukuran kandang adalah:
Ternak Ukuran
Sapi 1,7 m2/ekor
Babi/ domba 0,35 m2/ ekor
Kambing 0,25 m2/ ekor
Ternak sapi 1 kandang 2 ekor
Babi/ domba 1 kandang 7 ekor
Kambing 1 kandang 40 ekor
Lairage harus mempunyai 1 kandang isolasi untuk menampung ternak-ternak
yang sakit atau dicurigai sakit.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 35
d. Harus memenuhi aspek kesejateraan hewan.
II.VIII. PENUTUP
Penanganan ternak sebelum diangkut ke RPH sebaiknya mendapat perhatian yang
serius untuk memberi kenyamanan ternak selama pengangkutan. Pengangkutan ternak
harus diperhatikan agar ternak merasa nyaman selama pengangkutan dan sampai di
rumah potong hewan. Jenis transporasi yang dipakai tergantung dari jenis ternak yang
diangkut dan jarak dengan RPH. JIka menggunakan kenderaan sebaiknya dilengkapi
dengan fasilitas yang dapat melindungi ternak selama perjalanan. Ternak betina
produktif harus ditempati pada kandang khusus. Ukuran kandang istirahat harus sesuai
dengan jumlah ternak yang akan dipotong/ hari dan dapat menampung ternak-ternak 1
malam sebelum dipotong. Area penurunan hewan (unloading ternak) harus tidak licin,
tingginya sesuai tinggi kenderaan pengangkut ternak, memenuhi aspek kesejateraan
ternak. Kandang Isolasi harus jauh dari kandang penampung dan bangunan utama serta
letaknya lebih rendah dari bangunan lainnya.
4. Ternak yang diangkut dalam jarak yang cukup jauh dapat kekurangan air dan
dapat mengakibatkan aka hewan yang akan kehilangan berat badan atau bahkan
mati. Kejadian ini dikenal dengan istilah:
a. Bloat b.Trampling c. Exhaustion d.Dehidrasi
6. Jenis transportasi yang paling aman untuk pengangkutan ternak babi adalah:
a. Kenderaan bermotor b. Jalan kaki c.Kerangking d. Pesawat
7. Perkiraan luas ruang untuk transport ternak sapi berdasarkan pada ukuran luas
lantai/ ternak (m2) adalah:
a. 1.0-1.4 ternak b.0,8 ternak
c.0,3 ternak d. o,4 ternak
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 38
10. Dalam pengangkutan ternak faktor kesehatan ternak perlu diperhatikan. Hal – hal
yang dilakukan adalah:
a. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut.
b. Ternak-ternak yang sakit, terluka, kurus atau bunting tua jangan diangkut
secara bersama-sama.
c. Ternak-ternak yang sakit dan terluka jangan diangkut, tapi ternak yang kurus
atau bunting tua boleh diangkut.
d. Ternak-ternak yang sakit dan terluka boleh diangkut, tapi ternak yang kurus
atau bunting jangan
.
11. Jika ternak dibawa ke RPH dengan berjalan kaki maka, lama perjalanan untuk
ternak sapi yang baik adalah:
a. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 24 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 24 Km.
b. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 24 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 22 Km.
c. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 30 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 30 Km.
d. Sapi 30 Km pada hari 1 perjalanan, jika lebih dari 1 hari perjalanan maka hari
I maksimal jaraknya 30 Km dan hari berikutnya boleh lebih dari 24 Km.
12. Hal – hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan lama perjalanan ternak
menuju RPH adalah:
a. Jika perjalanan dengan kenderaan dicapai dalam waktu 2 hari, maka
perjalanan tidak boleh berhenti- berhenti.
b. Untuk ternak sapi, kambing, domba perjalanan boleh ditempuh lebih dari 2
hari dengan berhenti berapa kali.
c. Untuk ternak sapi, kambing, domba perjalanan tidak boleh lebih dari 36 jam.
d. Untuk ternak babi sebaiknya tidak diberi makan dan minum selama perjalanan
lebih dari 1 hari.
18. Jalur penggiringan hewan yang berhubungan langsung dengan bangunan utama
disesain sehingga tidak terjadi:
a. Kontras warna dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
b. Kontras konstruksi dan cahaya yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
c. Kontrass desain dan warna yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
d. Kontras konstruksi dan desain yang dapat menyebabkan hewan yang akan
dipotong menjadi stress dan takut.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 40
ada berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda mempelajari materi modul
satu ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bremner, A.S. 1977. Poultry Meat Hygiene and Inspection. Bailliere Tindal, London.
Badan Standar Nasional. 1999a. Rumah Potong Hewan. Standard Nasional Indonesia.
SNI 01-6159-1999.
Badan Standar Nasional. 1999b. Rumah Potong Unggas. Standard Nasional Indonesia.
SNI 01-6160-1999.
FAO/ WHO. 1976. Recommended International Code for Hygienic Practice for Frsh
Meat. Joint FAO/WHA Food Standards Programm, Rome.
Gracey, J.F. 1986. Meat hygiene. English Language Book Society/ Balliere Tindall,
England.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 41
Mead, G.C. 1989. Processing of Poultry. Elsevier Applied Science, London and New
York.Silverside,D and Jones,M. 1992. Small Scale Poultry Processing, FAO,
Rome.
Modul II
Pengangkutan dan Penanganan Ternak di RPH 42