I.1. PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu bahan pangan asal ternak yang lazim dikonsumsi.
Menurut undang- undang No.18 Tahun 2012, pangan didefenisikan sebagai segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Untuk menjamin pangan asal hewan : karkas,
daging, jeroan yang aman, sehat, utuh dan halal diperlukan rumah potong hewan yang
memenuhi persyaratan tersebut.
Konsumen umumnya membeli daging di pasar-pasar, di toko-toko daging yang khusus
menjual daging atau di supermarket – supermarket. Daging yang dijual umumnya berasal
dari rumah potong hewan (RPH) yang terjamin kualitasnya karena telah melalui serangkaian
pemeriksaan yang menyatakan bahwa daging aman untuk dikonsumsi. Namun demikian
masih juga terdapat beberapa kasus dimana daging yang dijual tidak layak dikonsumsi karena
ternak yang disembelih tidak dalam keadaan sehat. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman oleh produsen maupun konsumen tentang pentingnya keamanan pangan.
Penyediaan pangan yang aman mutlak dilakukan dan telah diatur oleh undang – undang serta
peraturan – peraturan pemerintah.
Hasil – hasil ternak yang diedarkan dipasaran harus melalui prosedur persiapan sesuai
standar sampai produk – produk tersebut sampai pada konsumen. Khusus yang berhubungan
dengan daging, persiapan dimulai dengan pemilihan ternak yang hendak dipotong sampai
penyediaan daging untuk didistribusikan ke tempat-tempat dimana dapat dijangkau oleh
konsumen. Ternak – ternak yang hendak disembelih harus melalui serangkaian pemeriksaan
demikian juga setelah dipotong dan diambil dagingnya. Prosedur tersebut terjadi di rumah
potong hewan (RPH). Dalam modul I ini akan diuraikan tentang beberapa peraturan yang
mengatur tentang pelaksanaan RPH serta beberapa istilah yang lasim digunakan di RPH.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 1
I.2. Kompetensi Khusus
Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui beberapa aturan yang mengatur tentang RPH
2. Menjelaskan tentang perbedaan RPH, RPU dan RP Babi
3. Menjelaskan tentang alasan – alasan yang ditetapkan menjadi syarat untuk penetapan
lokasi, sarana pendukung, konstruksi dasar dan disain bangunan serta peralatan RPH
maupun RPU.
4. Memahami istilah – istilah yang lasim digunakan di RPH dan RPU
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 2
hewan/uanggas milik sendiri atau milik pihak lain, atau menjual jasa pemotongan
hewan/unggas. Dasar hukum yang digunakan adalah sebagai berikut:
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 3
Usaha RPH dilakukan dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang dibidang
pengawasan kesehatan veteriner, karena setiap hewan potong yang akan dipotong harus sehat
dan telah diperiksa kesehatannya oleh petugas pemeriksa yang berwenang. Daging yang
lulus pemeriksaan , baru dapat diedarkan setelah terlebih dahulu dibubuhi cap atau stempel
oleh petugas pemeriksa yang berwenang. Untuk menetapkan bahwa daging yang diedarkan
ke konsumen dari RPH itu ASUH maka hewan yang akan disembelih terlebih dahulu
diperiksa kesehatannya atau lazim dikenal dengan pemeriksaan antemortem, dan setelah
disembelih perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan pada daging, isi perut dan isi dada atau
dikenal dengan pemeriksaan postmortem.
Rumah potong hewan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pola pengelolaannya yaitu:
1. Jenis I : RPH dan/ atau milik pemerintah daerah yang dikelola oleh pemerintah
daerah dan sebagai jasa pelayanan umum.
2. Jenis II : RPH dan/atau UPD milik swasta yang dikelola sendiri atau dikerjasamakan
dengan swasta lain.
3. Jenis III : RPH dan/atau UPD milik pemerintah daerah yang dikelola bersama antara
pemerintah daerah dan swasta.
Dalam melakukan kegiatannya RPH jenis II dan III selain menyelenggarakan kegiatan
pemotongan ternak milik sendiri harus memberi jasa pelayanan pemotongan dan/atau
penanganan daging bagi masyarakat yang membutuhkan.
Unit penanganan daging (meat cutting plant)/ UPD adalah suatu bangunan atau
kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat untuk
melakukan pembagian karkas, pemisahan daging dan tulang, dan pemotongan daging sesuai
topografi karkas untuk menghasilkan daging untuk konsumsi masyarakat umum (Permentan
No.13 Tahun 2010).
Undang – undang RPH No.18 tahun 2009 pasal 63 mengamanatkan pemerintah dan
pemerintah daerah dengan kemenangannya wajib menyelenggarakan penjaminan higiene dan
sanitasi melalui pelaksanaan:n pengawasan, inspeksi, dan audit terhadap RPH, tempat
penyimpaman, pengolahan dan tempat penjualan atau penjajaan serta alat dan mesin produk
hewan serta pembinaan terhadap orang yang terlibat secara langsung dengan aktivitas
tersebut.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 4
Rumah potong hewan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jenis ternak yang disembelih
yaitu: rumah potong hewan (RPH), rumah potong ungggas (RPU) dan rumah potong babi.
Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang
memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong
hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. Defenisi RPH ini membatasi jenis
ternak yang disembelih di RPH yaitu khusus hewan potong yaitu: sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, babi, burung unta dan hewan lain yang daginnya lazim dan layak dimakan
manusia (BSN, 1999a). Standar RPH mengacu kepada rekomendasi internasional untuk
pelaksanaan penyediaan daging segar (FAO, 1976), higienitas daging (Gracey, 1986), standar
konstruksi untuk proses penanganan daging untuk konsumsi manusia (SCARM, 1995) serta
desain dan konstruksi RPH mengikuti petunjuk (FAO/WHO, 1978).
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 295/Kpts/TN.240/5/1989 tentang pemotongan
babi dan penanganan daging babi serta hasil ikutannya. Kompleks RPH babi harus
dipisahkan dari kompleks RPH lain dengan jarak yang cukup jauh dan dibatasi pagar minimal
3 meter atau terpisah total dengan dinding tembok terletak ditempat yang lebih rendah dari
RPH lain. Pada rumah potong hewan babi harus ada persediaan air panas untuk pencelupan
sebelum pengerokan bulu. Pada rumah potong hewan seyogianya dilengkapi dengan instalasi
air bertekanan dan/ atau air panas (suhu 80 0C). Penyembelihan babi dilakukan oleh seorang
juru sembelih yang ditunjuk dengan cara membuat pingsan terlebih dahulu ataupun tanpa
pemingsanan dan kemudian menusuk jantung melalui intercostals I atau dengan cara
memotong urat nadi leher. Setiap penyimpanan, pengangkutan, penggilingan dan penjualan
daging babi harus dipisah secara nyata dengan daging lainnya serta diberi tanda khusus yang
mudah dilihat. Penyediaan air minimal untuk RPH babi yaitu 450 liter/ekor/hari.
Rumah potong unggas (RPU) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai
tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat. Unggas potong adalah setiap jenis
burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan termasuk ayam, bebek, kalkun,
angsa, burung dara dan burung puyuh (BSN, 1999b). Standar RPU mengacu kepada
rekomendasi internasional untuk pelaksanaan penyediaan daging ayam segar (FAO, 1984),
inspeksi dan hygiene daging unggas (Bremmer, 1977), pengolahan daging unggas (Mead,
1989), pengolahan daging ayam skala kecil (Silverside dan Jones, 1992) dan SK Mentan
No.557, 1987).
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 5
RPH merupakan unit / sarana pelayanan masy dalam penyediaan daging sehat, memp
fungsi:
1. Tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar
2. Tempat dilaksanakannya pemeriksaan antemortem dan postmortem untuk mencegah
zoonosis
3. Tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan yang ditemukan pada
pemeriksaan antemortem dan postmortem guna pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan menular didaerah asal (SK. Mentan N0.555/Skps/ TN. 240/ 9/1986)
Dalam Rumah potong hewan harus dilengkapi dengan fasilitas proses pelayuan (aging)
karkas. Berdasarkan kelengkapan fasilitas aging karkas, maka RPH dibedakan menjadi 2
kategori yaitu:
1. Kategori I : usaha pemotongan hewan di RPH tanpa fasilitas pelayuan karkas,
untuk menghasilkan karkas hangat.
2. Kategori II : usaha pemotongan hewan di RPH dengan fasilitas pelayuan karkas,
untuk menghasilkan karkas dingin (chilled) dan/atau beku (frozen).
Pada kategori II ini harus dilengkapi dengan fasilitas rantai dingin
hingga ke tingkat konsumen.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 6
bersangkutan. Tata cara memperoleh surat ijin usaha ditetapkan oleh Bupati atau
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II (PP No.2,. 1983).
Usaha rumah potong hewan, rumah potong unggas, dan rumah potong babi yang akan
melakukan kegiatan usaha pengeluaran daging dan atau produk olahannya wajib memenuhi
persyaratan teknis sesuai ketentuan SNI RPH (SNI 01-6159-1999) dan SNI RPU (SNI 01-
6160- 1999). Setiap pelaku usaha wajib memiliki nomor control veteriner (NKV) yaitu
sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-sanitasi
sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal
hewan.
Untuk pembukaan RPH disuatu daerah perlu ditetapkan beberapa aturan sebagai
acuan. Sebagai contoh kita dapat melihat dasar hukum UPTD RPH terpadu kota Bogor
berikut ini.
1. Undang-undang No.6 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan hewan,
2. Undang-undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan
3. Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-undang no.18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
5. Peraturan Pemerintah No 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner
6. Peraturan Pemerintah No 15 tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan
7. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat-
Syarat Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan
8. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan
Hewan Potong dan Penanganan daging serta hasil ikutannya
9. Peraturan Daerah Kota Bogor No 13 Tahun 2008 Organisasi Perangkat Daerah
10. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pemeriksaan
dan Pemotongan Hewan
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 7
Syarat – syarat administrasi pendirian rumah potong hewan berserta contohnya telah
dibicarakan dalam Modul I. Persyaratan teknis lainnya meliputi persyaratan lokasi, sarana
pendukung, konstruksi dasar dan disain bangunan serta peralatan (Pertemtan No.13, 2010).
B. Kompleks RPH harus dipagar untuk mencegah keluar masuknya orang yang tidak
berkepentingan dan hewan lainnya selain hewan potong. Pintu masuk hewan potong
harus terpisah dari pintu keluar daging.
D. Sarana lainnya yang sebaiknya dimiliki oleh RPH maupun RPU adalah:
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 9
Ruang pendingin (chilling room) atau ruang pelayuan. Pada RPU ruang pembekuan
cepat (blast freezer).
Ruang pembeku (Cold storage).
Ruang pembagian karkas ( meat cutting room) dan pengemasan (RPH), ruang
pengolahan daging unggas (RPU).
Laboratorium
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 11
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH
1. Ruminansia besar : Ternak memamah biak yang terdiri dari ternak
ruminansia besar (sapid an kerbau), erta ternak
ruminansia kecil (kambing dan domba)
2. Hewan : Binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di darat, air dan/atau udara,
baik yang dipelihara maupun yang dihabitatnya
3. Hewan potong : Sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, burung
unta dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dan
layak dimakan manusia.
4. Unggas potong : Setiap jenis burung yang diternakkan dan
dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek,
kalkun, angsa, burung dara dan burung puyuh.
5. Karkas ruminansia: Bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang
telah disembelih secara halal, dikuliti, dikeluarkan
jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari
tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan
ambing, ekor serta lemak yang berlebih, dapat
berupa karkas segar hangat (hot carcass), segar
dingin (chilled carcass) atau karkas beku (Frozen
carcass) (Permentan No.13, 2010).
6. Karkas adalah : Seluruh, setengah atau seperempat bagian dari
hewan potong sehat yang disembelih setelah
pemisahan kepala, kaki sampai karps dan tarsus
serta ekor, pengulitan, pada babi pengerokan bulu
serta setelah pengeluaran isi rongga dada dan perut
(RUU RPH).
7. Karkas unggas : Bagian tubuh unggas setelah dilakukan
penyembelihan, pencabutan bulu dan pengeluaran
jeroan, baik disertakan atau tanpa kepala-leher,
dan/atau kaki mulai dfari tarsus, dan/atau paru-paru
dan ginjal (RUU RPU)
8. Daging : Bagian dari otot skerletal yang lazim, aman dan
layak dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas
potongan daging bertulang dan daging tanpa tulang,
dapat berupa daging segar hangat, segar dingin
(chilled) atau karkas beku (frozen).
9. Daging unggas : Bagian dari unggas yang disembelih, lazim dan
layak dimakan manusia termasuk kulit.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 12
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH (Lanjutan)
10. Karkas atau daging Karkas atau daging yang mengalami proses
segar dingin (chilled) : pendinginan setelah penyembelihan sehingga
temperature bagian dalam karkas atau daging antara
00C dan 40C (Permentan No.13, 2010; RUU RPU),
00C - 70C (RUU RPH).
11. Karkas atau daging Karkas atau daging yang mengalami proses
segar beku (frozen) pembekuan di dalam blast freezer dengan
: temperature internal karkas atau daging minimum
minus 180C. (Permentan No.13, 2010), suhu
dibawah minus 1,50C (RUU RPH), suhu maksimum
-350C untuk daging unggas beku (RUU RPU).
12. Jeroan (edible offal) : Isi rongga perut dan rongga dada dari ternak
ruminansia yang disembelih secara halal dan benar
sehingga aman, lazim dan layak dikonsumsi oleh
manusia dapat berupa jeroan dingin atau beku.
13. Jeroan (giblet) : Hati setelah kantong empedu dilepas, jantung,
ampela, usus dan bagian – bagian organ lainnya
yang berada di dalam rongga dada dan perut yang
menurut kebiasaan dimakan disuatu daerah setelah
mengalami proses pembersihan dan pencucian
(RUU RPH).
14. Kesehatan masyarakat Suatu bidang penerapan kemampuan professional,
veteriner (kesmavet): pengetahuan dan sumber daya kedokteran hewan
: dalam bidang kesehatan masyarakat untuk
melindungi dan memperbaiki kesehatan manusia.
15. Petugas pemeriksaan Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh
berwenang : menteri atau petugas lain yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan
antemorten dan postmortem serta pengetahuan
dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang
berbeda di bawah pengawasan dan tanggung jawab
dokter hewan yang dimaksud.
16. Isi rongga perut : Bagian – bagian tubuh yang berada didalam rongga
perut (hati, limpa, usus, ginjal, kantung kemih dan
alat kelamin bagian dalam (pada betina;indung
telur, rahim).
17. Isi rongga dada : Bagian – bagian tubuh yang ada dalam rongga
dada: trachea, oesofagus, paru dan jantung
18. Pemotongan hewan : Kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang
terdiri dari pemeriksaan antemortem,
penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan
pemeriksaan postmortem.
19. Pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan hewan potong sebelum
antemortem : disembelih yang dilakukan oleh petugas
pemeriksaan berwenang
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 13
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH (Lanjutan)
20. Pemeriksaan pemeriksaan kesehatan daging setelah dipotong
postmortem :terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar limfe,
kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, dan otot
masseter dan pemeriksaan paru-paru, jantung,
ginjal, hati, serta limpa.
21. Penyembelihan hewan : Kegiatan mematikan hewan hingga tercapai
kematian sempurna dengan cara menyembelih yang
mengacu kepada kaidah kesejateraan hewan dan
syariah Islam.
22. Penanganan daging Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian
hewan : karkas, pembagian potongan daging, pembekuan,
pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan
kegiatan lain untuk penjualan daging.
23. Jeroan merah
24. Jeroan hijau
25. Daerah kotor Daerah dengan tingkat pencemaran biologi,
kimiawi dan fisik yang tinggi
26. Daerah bersih Daerah dengan tingkat pencemaran biologi,
kimiawi dan fisik yang rendah.
27. Desinfeksi Penggunaan bahan kimia dan/atau tindakan fisik
untuk mengurangi/ menghilangkan mikroorganisme
28. Kandang penampung Kandang yang digunakan untuk menampung hewan
potong sebelum pemotongan dan tempat
dilakukannya pemeriksaan antemortem
29. Kandang isolasi Kandang yang digunakan untuk mengisolasi hewan
potong yang ditunda pemotongannya karena
menderita penyakit tertentu atau dicurigai terhadap
suau penyakit tertentu.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 14
Permentan No.13 tahun 2010 menetapkan persyaratan teknis rumah potong hewan
sebagai sarana untuk melaksanakan:
1. Pemotongan hewan secara benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama).
2. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-mortem inspection)
dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (post-mortem inspection) untuk
mencegah penularan zoonotik ke manusia.
3. Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang ditemukan
pada pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-mortem guna
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular dan
zoonosis di daerah asal hewan.,
Selanjutnya untuk pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-mortem akan
dibahas pada modul berikutnya.
I.IV. PENUTUP
Adanya Rumah potong hewan, rumah potong unggas dan rumah potong babi
bertujuan untuk menghasilkan daging yang ASUH (aman, sehat,utuh dan halal). Beberapa
peraturan seperti Undang – Undang, peraturan pemerintah maupun Peraturan menteri serta
Peraturan Daerah telah mengatur tentang mekanisme kerja RPH. Dalam operasionalnya
beberapa istilah. Persyaratan rumah potong hewan meliputi; persyaratan teknis, persyaratan
lokasi, persyaratan sarana pendukung, persyaratan tata letak, disain dan konstruksi,
persyaratan peralatan. RPH potong hewan merupakan unit yang menyiapkan daging untuk
konsumsi masyarakat luas maka fasilitas – fasilitas serta sarana dan peralatan yang terdapat
di dalam RPH harus terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, tidak mengandung toksik
dan mudah dibersihkan.Istilah – istilah tersebut dapat mempermudah semua pihak untuk
memahami tentang berbagai kegiatan yang dilakukan atau yang berlangsung dalam RPH.
Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang peraturan
dan istilah – istilah tersebut.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 16
- Setiap penyimpanan, pengangkutan, penggilingan dan penjualan daging babi
harus dipisah secara nyata dengan daging lainnya serta diberi tanda khusus
yang mudah dilihat.
- Penyediaan air minimal untuk RPH babi yaitu 450 liter/ekor/hari.
4. Hewan potong adalah: sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, burung unta
dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dan layak dimakan manusia.
Sedangkan yang dimaksud dengan unggas potong adalah: setiap jenis burung
yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek,
kalkun, angsa, burung dara dan burung puyuh.
5. Pemeriksaan antermortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan potong
sebelum disembelih sedangkan pemeriksaan postmortem adalah pemeriksaan
kesehatan daging setelah dipotong terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar
limfe, kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, dan otot masseter dan
pemeriksaan paru-paru, jantung, ginjal, hati, serta limpa. Kegiatan
pemeriksaan tersebut dilakukan oleh petugas pemeriksa yang berwewenang.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 17
8. Daerah dengan tingkat pencemaran biologic, kimiawi dan fisik yang tinggi.
Daerah bersih pada RPH meliputi: (tempat penimbangan karkas,t empat keluar
karkas, ruang pendingin karkas/pelayuan (chilling), ruang pembeku, ruang
pembagian karkas, ruang pengemasan daging dan ruang pengeluaran (loading)
karkas/daging.
Daerah dengan tingkat pencemaran biologic, kimiawi dan fisik yang rendah.
9. Ukuran besarnya ternak.
2. Adanya RPH bertujuan untuk menyediakan pangan yang ASUH. Sehat artinya
daging tersebut:
a. Tidak mengandung bahaya biologis
b. Tidak dicampur dengan bahan lainnya
c. Mengandung bahan – bahan yang berguna bagi kesehatan manusia
d. Diproduksi mengikuti syariat Islam
4. Untuk menetapkan bahwa daging yang diedarkan ke konsumen dari RPH itu ASUH
maka hewan yang akan disembelih terlebih dahulu:
a. Diperiksa kesehatannya: pemeriksaan antemortem dan postmortem.
b. Dimandikan dan diistirahatkan.
c. Dipuasakan tapi tetap diberi air minum
d. Dilakukan pemeriksaan postmortem dilanjut dengan pemeriksaan antemortem.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 18
5. Pada pola pengelolaan RPH, RPH milik pemerintah daerah dan yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan sebagai jasa pelayanan umun termasuk:
a. RPH Jenis I b. RPH jenis II c. RPH Jenis III d. RPH jenis IV
6. Pada pola pengelolaan RPH, RPH milik swasta yang dikelola sendiri atau kerjasama
dengan swasta lain termasuk:
a. RPH Jenis I b. RPH jenis II c. RPH Jenis III d. RPH jenis IV
7. Suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang
digunakan sebagai tempat untuk melakukan pembagian karkas, pemisahan daging dan
tulang, dan pemotongan daging sesuai topografi karkas untuk menghasilkan daging
untuk konsumsi masyarakat umum dikenal sebagai:
a. Rumah potong hewan b.Unit penanganan daging
c.Usaha pemotongan daging d. Unit pemotongan hewan
8. Dalam Rumah potong hewan harus dilengkapi dengan fasilitas proses pelayuan
(aging) karkas. Berdasarkan kelengkapan fasilitas aging karkas, maka RPH yang
tanpa pelayuan karkas termasuk kategori:
a.Kategori IV b. Kategori III
c. Kategori II d. Kategori I
10. Jika usaha pemotongan hewan ditujukan untuk penyediaan daging kebutuhan
Wilayah kabupaten/ kotamadya Daerah Tingkat II, maka harus memperoleh surat izin
usaha pemotongan hewan dari:
a. Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
b. Menteri atau pejabat yang berwenang
c. Dirjen atau pejabat yang berwenang
d. Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan
11. Setiap pelaku usaha wajib memiliki nomor control veteriner (NKV) yaitu:
a. Suatu bidang penerapan kemampuan professional, pengetahuan dan sumber daya
kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi dan
memperbaiki kesehatan manusia.
b. Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau petugas lain yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan antemorten dan postmortem
serta pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang berbeda di
bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang dimaksud.
c. Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan daging,
pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk
penjualan daging.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 19
d. Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-
sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit
usaha pangan asal
17. Lokasi Rumah potong babi harus terpisah dengan rumah potong hewan dengan syarat:
e. Lahan rumah potong babi harus bertolak belakang dengan lahan rumah potong
hewan.
f. Kandang isolasi boleh gabung dengan hewan potong.
g. Dibatasi pagar tembok dengan tinggi minimal 3 meter.
h. Rumah potong babi harus ada sumber air sedangkan rumah potong hewan tidak
harus ada sumber air.
19. Sarana lainnya yang sebaiknya dimiliki oleh RPH maupun RPU adalah:
a. Ruang pendinginan (chilling room).
b. Peralatan AC atau kipas angin.
c. Ruang untuk seminar
d. Aula
DAFTAR PUSTAKA
Bremner, A.S. 1977. Poultry Meat Hygiene and Inspection. Bailliere Tindal, London.
Badan Standar Nasional. 1999a. Rumah Potong Hewan. Standard Nasional Indonesia. SNI
01-6159-1999.
Badan Standar Nasional. 1999b. Rumah Potong Unggas. Standard Nasional Indonesia. SNI
01-6160-1999.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 22
FAO/ WHO. 1976. Recommended International Code for Hygienic Practice for Frsh Meat.
Joint FAO/WHA Food Standards Programm, Rome.
FAO/WHO. 1978. Slaughterhouse and Slaughterslab Design and Constructio. FAO, Rome.
Gracey, J.F. 1986. Meat hygiene. English Language Book Society/ Balliere Tindall, England.
Mead, G.C. 1989. Processing of Poultry. Elsevier Applied Science, London and New York.
Silverside,D and Jones,M. 1992. Small Scale Poultry Processing, FAO, Rome.
Undang Undang Republik Indonesia. 2012. Pangan. Undang Undang Republik Indonesia
No. 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 23