Anda di halaman 1dari 23

MODUL I.

PERSYARATAN RUMAH POTONG HEWAN

I.1. PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu bahan pangan asal ternak yang lazim dikonsumsi.
Menurut undang- undang No.18 Tahun 2012, pangan didefenisikan sebagai segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Untuk menjamin pangan asal hewan : karkas,
daging, jeroan yang aman, sehat, utuh dan halal diperlukan rumah potong hewan yang
memenuhi persyaratan tersebut.
Konsumen umumnya membeli daging di pasar-pasar, di toko-toko daging yang khusus
menjual daging atau di supermarket – supermarket. Daging yang dijual umumnya berasal
dari rumah potong hewan (RPH) yang terjamin kualitasnya karena telah melalui serangkaian
pemeriksaan yang menyatakan bahwa daging aman untuk dikonsumsi. Namun demikian
masih juga terdapat beberapa kasus dimana daging yang dijual tidak layak dikonsumsi karena
ternak yang disembelih tidak dalam keadaan sehat. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman oleh produsen maupun konsumen tentang pentingnya keamanan pangan.
Penyediaan pangan yang aman mutlak dilakukan dan telah diatur oleh undang – undang serta
peraturan – peraturan pemerintah.
Hasil – hasil ternak yang diedarkan dipasaran harus melalui prosedur persiapan sesuai
standar sampai produk – produk tersebut sampai pada konsumen. Khusus yang berhubungan
dengan daging, persiapan dimulai dengan pemilihan ternak yang hendak dipotong sampai
penyediaan daging untuk didistribusikan ke tempat-tempat dimana dapat dijangkau oleh
konsumen. Ternak – ternak yang hendak disembelih harus melalui serangkaian pemeriksaan
demikian juga setelah dipotong dan diambil dagingnya. Prosedur tersebut terjadi di rumah
potong hewan (RPH). Dalam modul I ini akan diuraikan tentang beberapa peraturan yang
mengatur tentang pelaksanaan RPH serta beberapa istilah yang lasim digunakan di RPH.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 1
I.2. Kompetensi Khusus
Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui beberapa aturan yang mengatur tentang RPH
2. Menjelaskan tentang perbedaan RPH, RPU dan RP Babi
3. Menjelaskan tentang alasan – alasan yang ditetapkan menjadi syarat untuk penetapan
lokasi, sarana pendukung, konstruksi dasar dan disain bangunan serta peralatan RPH
maupun RPU.
4. Memahami istilah – istilah yang lasim digunakan di RPH dan RPU

1.3. Petunjuk belajar


Mahasiswa sebaiknya memahami tentang fungsi RPH dalam menjamin ketersediaan
daging bagi konsumen, mengetahui berbagai alasan yang berhubungan dengan penetapan
berbagai syarat teknis RPH agar lebih mudah memahami penetapan syarat – syarat tersebut.
serta memahami beberapa istilah yang digunakan dalam RPH untuk memudahkan
pemahaman terhadap modul I ini.

I.II.PERATURAN YANG MENGATUR TENTANG RUMAH POTONG HEWAN


Undang – Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2009 tentang peternakan dan
kesehatan hewan mewajibkan pemerintah daerah kabupaten/ kota memiliki rumah potong
hewan (RPH) yang memenuhi syarat agar dapat memberi pelayanan kepada masyarakat
dalam penyediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Persyaratan
mengenai RPH dan tata cara pemotongan hewan yang baik mengacu kepada Undang –
undang ataupun aturan – aturan pemerintah.
Berkaitan dengan produk - produk hasil ternak, undang – undang dan peraturan
pemerintah telah dibuat dengan tujuan agar pangan yang tersedia aman untuk dikonsumsi.
Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah mencegah berjangkitnya penyakit hewan
kepada manusia atau sebaliknya atau dikenal dengan istilah zoonosis dan untuk tujuan
tersebut ternak dianjurkan disembelih di tempat usaha pemotongan hewan (UPH). Namun,
jika pemotongan hewan dimaksudkan untuk kepentingan hari raya, upaca adat atau untuk
pemotongan darurat maka dapat dilaksanakan di luar usaha pemotongan hewan (UPH)
dengan tetap memperhatikan kaidah kesehatan masyarakat veteriner.
Izin Pendirian Rumah Potong Hewan/Unggas adalah izin yang diberikan oleh perorangan
atau badan hukum yang melaksanakan pemotongan hewan/unggas di rumah pemotongan

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 2
hewan/uanggas milik sendiri atau milik pihak lain, atau menjual jasa pemotongan
hewan/unggas. Dasar hukum yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. SK Mentan No.555/KPTS.240/9/1996 tentang syarat-syarat RPH dan Usaha


Pemotongan Hewan.
2. SK Mentan No.557/KPTS.240/9/1986 tentang syarat-syarat RPH dan Usaha
Pemotongan Unggas.
3. Perda No.11/2001 tentang Pemeriksaaan dan Pemotongan hewan ternak serta
pemeriksaan daging dan hasil ikutannya
Usaha pemotongan hewan adalah kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh perorangan
dan/atau badan yang melaksanakan pemotongan hewan di rumah potong hewan (RPH) milik
sendiri atau milik pihak ketiga atau menjual jasa pemotongan hewan (PP No.22 Tahun
1983). Pemotongan hewan potong harus dilaksanakan di rumah potong hewan (RPH) atau
tempat pemotongan hewan lainnya yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
Rumah potong hewan (RPH) adalah suatu bangunan atau kompleks bagunan dengan
desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi
masyarakat umum (PP No.13 Tahun 2010). Pengertian Rumah potong hewan (RPH)
menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Pasal 61 adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan besrta
peralatannya dengan desain yang memenuhi persyaratan sebagai tempat menyembelihkan
hewan, antara lain: sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan unggas bagi konsumsi
masyarakat umum. Selanjutnya pasal 62 dijelaskan bahwa pemerintah kabupaten/ kota wajib
memiliki RPH yang memenuhi persyaratan teknis, untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam penyediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan / atau halal
(ASUH).
Aman : daging tersebut tidak mengandung bahaya-bahaya biologis (bakteri, kapang,
kamir, virus, parasit, prion), kimiawi (racun/toksin, mikotoksin, residu antibiotika,
residu hormon, cemaran logam berat, cemaran pestisida, cemaran lingkungan) dan
fisik (kaca, besi, tulang, kayu, dll) yang dapat membahayakan kesehatan manusia
(konsumen).
Sehat : daging tersebut mengandung bahan-bahan yang berguna bagi kesehatan manusia.
Utuh : daging tersebut tidak dicampur dengan bahan lain.
Halal : daging diproduksi mengikuti syariat agama Islam.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 3
Usaha RPH dilakukan dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang dibidang
pengawasan kesehatan veteriner, karena setiap hewan potong yang akan dipotong harus sehat
dan telah diperiksa kesehatannya oleh petugas pemeriksa yang berwenang. Daging yang
lulus pemeriksaan , baru dapat diedarkan setelah terlebih dahulu dibubuhi cap atau stempel
oleh petugas pemeriksa yang berwenang. Untuk menetapkan bahwa daging yang diedarkan
ke konsumen dari RPH itu ASUH maka hewan yang akan disembelih terlebih dahulu
diperiksa kesehatannya atau lazim dikenal dengan pemeriksaan antemortem, dan setelah
disembelih perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan pada daging, isi perut dan isi dada atau
dikenal dengan pemeriksaan postmortem.

Rumah potong hewan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pola pengelolaannya yaitu:
1. Jenis I : RPH dan/ atau milik pemerintah daerah yang dikelola oleh pemerintah
daerah dan sebagai jasa pelayanan umum.
2. Jenis II : RPH dan/atau UPD milik swasta yang dikelola sendiri atau dikerjasamakan
dengan swasta lain.
3. Jenis III : RPH dan/atau UPD milik pemerintah daerah yang dikelola bersama antara
pemerintah daerah dan swasta.

Dalam melakukan kegiatannya RPH jenis II dan III selain menyelenggarakan kegiatan
pemotongan ternak milik sendiri harus memberi jasa pelayanan pemotongan dan/atau
penanganan daging bagi masyarakat yang membutuhkan.
Unit penanganan daging (meat cutting plant)/ UPD adalah suatu bangunan atau
kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat untuk
melakukan pembagian karkas, pemisahan daging dan tulang, dan pemotongan daging sesuai
topografi karkas untuk menghasilkan daging untuk konsumsi masyarakat umum (Permentan
No.13 Tahun 2010).
Undang – undang RPH No.18 tahun 2009 pasal 63 mengamanatkan pemerintah dan
pemerintah daerah dengan kemenangannya wajib menyelenggarakan penjaminan higiene dan
sanitasi melalui pelaksanaan:n pengawasan, inspeksi, dan audit terhadap RPH, tempat
penyimpaman, pengolahan dan tempat penjualan atau penjajaan serta alat dan mesin produk
hewan serta pembinaan terhadap orang yang terlibat secara langsung dengan aktivitas
tersebut.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 4
Rumah potong hewan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan jenis ternak yang disembelih
yaitu: rumah potong hewan (RPH), rumah potong ungggas (RPU) dan rumah potong babi.
Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang
memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong
hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. Defenisi RPH ini membatasi jenis
ternak yang disembelih di RPH yaitu khusus hewan potong yaitu: sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, babi, burung unta dan hewan lain yang daginnya lazim dan layak dimakan
manusia (BSN, 1999a). Standar RPH mengacu kepada rekomendasi internasional untuk
pelaksanaan penyediaan daging segar (FAO, 1976), higienitas daging (Gracey, 1986), standar
konstruksi untuk proses penanganan daging untuk konsumsi manusia (SCARM, 1995) serta
desain dan konstruksi RPH mengikuti petunjuk (FAO/WHO, 1978).
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 295/Kpts/TN.240/5/1989 tentang pemotongan
babi dan penanganan daging babi serta hasil ikutannya. Kompleks RPH babi harus
dipisahkan dari kompleks RPH lain dengan jarak yang cukup jauh dan dibatasi pagar minimal
3 meter atau terpisah total dengan dinding tembok terletak ditempat yang lebih rendah dari
RPH lain. Pada rumah potong hewan babi harus ada persediaan air panas untuk pencelupan
sebelum pengerokan bulu. Pada rumah potong hewan seyogianya dilengkapi dengan instalasi
air bertekanan dan/ atau air panas (suhu 80 0C). Penyembelihan babi dilakukan oleh seorang
juru sembelih yang ditunjuk dengan cara membuat pingsan terlebih dahulu ataupun tanpa
pemingsanan dan kemudian menusuk jantung melalui intercostals I atau dengan cara
memotong urat nadi leher. Setiap penyimpanan, pengangkutan, penggilingan dan penjualan
daging babi harus dipisah secara nyata dengan daging lainnya serta diberi tanda khusus yang
mudah dilihat. Penyediaan air minimal untuk RPH babi yaitu 450 liter/ekor/hari.
Rumah potong unggas (RPU) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai
tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat. Unggas potong adalah setiap jenis
burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan termasuk ayam, bebek, kalkun,
angsa, burung dara dan burung puyuh (BSN, 1999b). Standar RPU mengacu kepada
rekomendasi internasional untuk pelaksanaan penyediaan daging ayam segar (FAO, 1984),
inspeksi dan hygiene daging unggas (Bremmer, 1977), pengolahan daging unggas (Mead,
1989), pengolahan daging ayam skala kecil (Silverside dan Jones, 1992) dan SK Mentan
No.557, 1987).

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 5
RPH merupakan unit / sarana pelayanan masy dalam penyediaan daging sehat, memp
fungsi:
1. Tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar
2. Tempat dilaksanakannya pemeriksaan antemortem dan postmortem untuk mencegah
zoonosis
3. Tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan yang ditemukan pada
pemeriksaan antemortem dan postmortem guna pencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan menular didaerah asal (SK. Mentan N0.555/Skps/ TN. 240/ 9/1986)

Dalam Rumah potong hewan harus dilengkapi dengan fasilitas proses pelayuan (aging)
karkas. Berdasarkan kelengkapan fasilitas aging karkas, maka RPH dibedakan menjadi 2
kategori yaitu:
1. Kategori I : usaha pemotongan hewan di RPH tanpa fasilitas pelayuan karkas,
untuk menghasilkan karkas hangat.
2. Kategori II : usaha pemotongan hewan di RPH dengan fasilitas pelayuan karkas,
untuk menghasilkan karkas dingin (chilled) dan/atau beku (frozen).
Pada kategori II ini harus dilengkapi dengan fasilitas rantai dingin
hingga ke tingkat konsumen.

Peraturan pemerintah No.22 tahun 1983 pasal 3 mengatur pelaksanaan pemotongan


hewan untuk keperluan eksport maupun untuk keperluan dalam negeri. Jika usaha
pemotongan hewan ditujukan untuk penyediaan daging untuk kebutuhan antar propinsi dan
eksport, maka harus memperoleh surat izin usaha pemotongan hewan dari menteri atau
pejabat yang ditunjuknya. Tata cara memperoleh surat ijin usaha ditetapkan oleh Menteri.
Jika usaha pemotongan hewan ditujukan untuk penyediaan daging untuk kebutuhan
antar kabupaten/ kotamadya Daerah Tingkat II dalam suatu Daerah Tingkat I, maka harus
memperoleh surat izin usaha pemotongan hewan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
yang bersangkutan. Tata cara memperoleh surat ijin usaha ditetapkan oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I.
Jika usaha pemotongan hewan ditujukan untuk penyediaan daging kebutuhan Wilayah
kabupaten/ kotamadya Daerah Tingkat II, maka harus memperoleh surat izin usaha
pemotongan hewan dari Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 6
bersangkutan. Tata cara memperoleh surat ijin usaha ditetapkan oleh Bupati atau
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II (PP No.2,. 1983).
Usaha rumah potong hewan, rumah potong unggas, dan rumah potong babi yang akan
melakukan kegiatan usaha pengeluaran daging dan atau produk olahannya wajib memenuhi
persyaratan teknis sesuai ketentuan SNI RPH (SNI 01-6159-1999) dan SNI RPU (SNI 01-
6160- 1999). Setiap pelaku usaha wajib memiliki nomor control veteriner (NKV) yaitu
sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-sanitasi
sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal
hewan.
Untuk pembukaan RPH disuatu daerah perlu ditetapkan beberapa aturan sebagai
acuan. Sebagai contoh kita dapat melihat dasar hukum UPTD RPH terpadu kota Bogor
berikut ini.
1. Undang-undang No.6 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan hewan,
2. Undang-undang no 7 tahun 1996 tentang Pangan
3. Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-undang no.18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
5. Peraturan Pemerintah No 22 tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner
6. Peraturan Pemerintah No 15 tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan
7. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat-
Syarat Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan
8. Surat Keputusan Menteri Pertanian No 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan
Hewan Potong dan Penanganan daging serta hasil ikutannya
9. Peraturan Daerah Kota Bogor No 13 Tahun 2008 Organisasi Perangkat Daerah
10. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pemeriksaan
dan Pemotongan Hewan

I.III. PERSYARATAN TEKNIS RPH


Persyaratan teknis RPH meliputi persyaratan lokasi, sarana pendukung, konstruksi
dasar dan disain bangunan serta peralatan. Terdapat sedikit perbedaan persyaratan tekinis
pada RPH dan rumah potong unggas (RPU).

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 7
Syarat – syarat administrasi pendirian rumah potong hewan berserta contohnya telah
dibicarakan dalam Modul I. Persyaratan teknis lainnya meliputi persyaratan lokasi, sarana
pendukung, konstruksi dasar dan disain bangunan serta peralatan (Pertemtan No.13, 2010).

I.III.1. Persyaratan Lokasi


Lokasi RPH harus sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah (RUTRD) dan
rencana detil tata ruang daerah (RDTRD) setempat dan/atau rencana bagian wilayah kota
(RBWK), atau daerah yang diperuntukkan sebagai area agribisnis. Lokasi RPH harus
memenuhi persyaratan sebagain berikut:
 Tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu dan kontaminasi
lainnya.
 Tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan.
 Tidak berada dibagian kota yang padat penduduknya.
 Letaknya lebih rendah dari pemukiman penduduk
 Mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan pemotongan hewan dan
kegiatan pembersihan serta desinfeksi
 Tidak berada dekat industri logam dan kimia
 Mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH
 Terpisah secara fisik dari lokasi kompleks RPH babi atau dibatasi dengan pagar
tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk mencegah lalu lintas orang, alat
dan produk antar rumah potong.

I.III.2. Persyaratan Sarana Pendukung


Prasarana/ sarana pendukung minimal yang harus ada dalam suatu RPH meliputi:
1. Mempunyai akses jalan menuju dan keluar dari RPH untuk memudahkan masuknya
kenderaan yang menbawa ernak dan keluarnya kenderaan yang membawa karkas dan
daging.
2. Sumber air yang cukup serta memenuhi persyaratan baku mutu air minum sesuai
dengan SNI 01-0220-1987. Untuk ternak unggas persediaan air minum harus
disediakan 25-35 liter/ekor/hari, dengan tekanan 1,05 Kg/cm 2 (15 psi) serta fasilitas
air panas dengan suhu minimal 820C. Persediaan air untuk sapi, kerbau, kuda dan
hewan yang setara beratnya:1000 liter/ekor/hari. Kambing, domba dan hewan yang
setara beratnya: 100 liter/ekor/hari, Babi 450 liter/ ekor/hari. Pada RPH babi harus
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 8
ada persediaan air panas untuk pencelupan selama pengerokan bulu. Pada RPH
dilengkapi dengan instalasi air bertekanan da/atau air panas (suhu 800C).
3. Sumber tenaga listrik yang cukup.dan tersedia terus menerus.
4. Fasilitas penanganan limbah pada dan cair.

I.III.3. Persyaratan Tata letak, Disain dan Konstruksi


A.Bangunan yang harus ada di RPH meliputi:
1. Bangunan utama
2. Kandang penampung khusus untuk ternak betina produktif dan istirahat hewan
pada RPH
3. Area penurunan hewan (unloading sapi), penurunan unggas hidup (unloading)
4. Kandang penampung/istirahat hewan (RPH).
5. Kandang isolasi
6. Kantor adminisrasi dan kantor dokter hewan
7. Tempat istirahat karyawan, kantin dan mushola
8. Empat penyimpanan barang pribadi dan ruiang ganti pakaian
9. Kamar mandi dan WC
10. Sarana penanganan limbah
11. Insenerator (fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat
dimanfaatkan.
12. Tempat parkir
13. Rumah jaga.
14. Gardu listrik
15. Menara air

B. Kompleks RPH harus dipagar untuk mencegah keluar masuknya orang yang tidak
berkepentingan dan hewan lainnya selain hewan potong. Pintu masuk hewan potong
harus terpisah dari pintu keluar daging.

C. Kenderaan pengangkut daging harus dimiliki oleh RPH ataupun RPU.

D. Sarana lainnya yang sebaiknya dimiliki oleh RPH maupun RPU adalah:

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 9
 Ruang pendingin (chilling room) atau ruang pelayuan. Pada RPU ruang pembekuan
cepat (blast freezer).
 Ruang pembeku (Cold storage).
 Ruang pembagian karkas ( meat cutting room) dan pengemasan (RPH), ruang
pengolahan daging unggas (RPU).
 Laboratorium

. Gambar 1.1. Sketsa Letak Bangunan di RPH. Sumber: FAO,

I.III.4. Bangunan Utama


Bangunan utama RPH harus memiliki daerah kotor yang terpisah secata fisik dengan
daerah bersih. Daerah kotor pada RPH meliputi:
a. Tempat pemingsanan, tempat pemotongan dan tempat pengeluaran darah.
b. Tempat penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala, keempat kaki sampai
tarsus dan karpus, pengulitan, penegluaran isis dada dan isi perut).
c. Ruang untuk jeroan
d. Ruangan untuk kepala dan kaki
e. Ruang untuk kulit
f. Tempat pemeriksaan postmortem.

Daerah kotor pada RPU meliputi:


a. Penurunan, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup.
b. Pemingsanan (stunning).
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 10
c. Penyembelihan (killing).
d. Pencelupan ke air panas (scalding tank).
e. Pencabutan bulu (defeathering).
f. Pencucian karkas
g. Pengeluaran jeroan (evisceration) dan pemeriksaan postmortem
h. Penanganan jeroan hijau dan merah

Daerah bersih pada RPH meliputi:


a. Tempat penimbangan karkas
b. Tempat keluar karkas
c. Ruang pendingin karkas/pelayuan (chilling)
d. Ruang pembeku
e. Ruang pembagian karkas
f. Ruang pengemasan daging
g. Ruang pengeluaran (loading) karkas/daging

Daerah bersih pada RPU meliputi:


a. Pencucian karkas
b. Pedinginan karkas (chilling)
c. Seleksi (grading)
d. Penimbangan karkas
e. Pemotongan karkas (cutting)
f. Pemisahan daging dari tulang (deboning)
g. Pengemasan
h. Penyimpanan segar (chilling room)
Bangunan utama lainnya akan dibicarakan pada MODUL II.

I.IV. ISTILAH – ISTILAH DALAM RPH


Dalam kegiatan operasional di RPH/ RPU atau rumah potong babi terdapat beberapa
istilah yang lasim digunakan. Istilah – istilah tersebut adalah:

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 11
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH
1. Ruminansia besar : Ternak memamah biak yang terdiri dari ternak
ruminansia besar (sapid an kerbau), erta ternak
ruminansia kecil (kambing dan domba)
2. Hewan : Binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di darat, air dan/atau udara,
baik yang dipelihara maupun yang dihabitatnya
3. Hewan potong : Sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, burung
unta dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dan
layak dimakan manusia.
4. Unggas potong : Setiap jenis burung yang diternakkan dan
dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek,
kalkun, angsa, burung dara dan burung puyuh.
5. Karkas ruminansia: Bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang
telah disembelih secara halal, dikuliti, dikeluarkan
jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari
tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan
ambing, ekor serta lemak yang berlebih, dapat
berupa karkas segar hangat (hot carcass), segar
dingin (chilled carcass) atau karkas beku (Frozen
carcass) (Permentan No.13, 2010).
6. Karkas adalah : Seluruh, setengah atau seperempat bagian dari
hewan potong sehat yang disembelih setelah
pemisahan kepala, kaki sampai karps dan tarsus
serta ekor, pengulitan, pada babi pengerokan bulu
serta setelah pengeluaran isi rongga dada dan perut
(RUU RPH).
7. Karkas unggas : Bagian tubuh unggas setelah dilakukan
penyembelihan, pencabutan bulu dan pengeluaran
jeroan, baik disertakan atau tanpa kepala-leher,
dan/atau kaki mulai dfari tarsus, dan/atau paru-paru
dan ginjal (RUU RPU)
8. Daging : Bagian dari otot skerletal yang lazim, aman dan
layak dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas
potongan daging bertulang dan daging tanpa tulang,
dapat berupa daging segar hangat, segar dingin
(chilled) atau karkas beku (frozen).
9. Daging unggas : Bagian dari unggas yang disembelih, lazim dan
layak dimakan manusia termasuk kulit.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 12
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH (Lanjutan)
10. Karkas atau daging Karkas atau daging yang mengalami proses
segar dingin (chilled) : pendinginan setelah penyembelihan sehingga
temperature bagian dalam karkas atau daging antara
00C dan 40C (Permentan No.13, 2010; RUU RPU),
00C - 70C (RUU RPH).
11. Karkas atau daging Karkas atau daging yang mengalami proses
segar beku (frozen) pembekuan di dalam blast freezer dengan
: temperature internal karkas atau daging minimum
minus 180C. (Permentan No.13, 2010), suhu
dibawah minus 1,50C (RUU RPH), suhu maksimum
-350C untuk daging unggas beku (RUU RPU).
12. Jeroan (edible offal) : Isi rongga perut dan rongga dada dari ternak
ruminansia yang disembelih secara halal dan benar
sehingga aman, lazim dan layak dikonsumsi oleh
manusia dapat berupa jeroan dingin atau beku.
13. Jeroan (giblet) : Hati setelah kantong empedu dilepas, jantung,
ampela, usus dan bagian – bagian organ lainnya
yang berada di dalam rongga dada dan perut yang
menurut kebiasaan dimakan disuatu daerah setelah
mengalami proses pembersihan dan pencucian
(RUU RPH).
14. Kesehatan masyarakat Suatu bidang penerapan kemampuan professional,
veteriner (kesmavet): pengetahuan dan sumber daya kedokteran hewan
: dalam bidang kesehatan masyarakat untuk
melindungi dan memperbaiki kesehatan manusia.
15. Petugas pemeriksaan Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh
berwenang : menteri atau petugas lain yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan
antemorten dan postmortem serta pengetahuan
dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang
berbeda di bawah pengawasan dan tanggung jawab
dokter hewan yang dimaksud.
16. Isi rongga perut : Bagian – bagian tubuh yang berada didalam rongga
perut (hati, limpa, usus, ginjal, kantung kemih dan
alat kelamin bagian dalam (pada betina;indung
telur, rahim).
17. Isi rongga dada : Bagian – bagian tubuh yang ada dalam rongga
dada: trachea, oesofagus, paru dan jantung
18. Pemotongan hewan : Kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang
terdiri dari pemeriksaan antemortem,
penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan
pemeriksaan postmortem.
19. Pemeriksaan Pemeriksaan kesehatan hewan potong sebelum
antemortem : disembelih yang dilakukan oleh petugas
pemeriksaan berwenang

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 13
Tabel I.1. Istilah – Istilah dalam RPH (Lanjutan)
20. Pemeriksaan pemeriksaan kesehatan daging setelah dipotong
postmortem :terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar limfe,
kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, dan otot
masseter dan pemeriksaan paru-paru, jantung,
ginjal, hati, serta limpa.
21. Penyembelihan hewan : Kegiatan mematikan hewan hingga tercapai
kematian sempurna dengan cara menyembelih yang
mengacu kepada kaidah kesejateraan hewan dan
syariah Islam.
22. Penanganan daging Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian
hewan : karkas, pembagian potongan daging, pembekuan,
pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan
kegiatan lain untuk penjualan daging.
23. Jeroan merah
24. Jeroan hijau
25. Daerah kotor Daerah dengan tingkat pencemaran biologi,
kimiawi dan fisik yang tinggi
26. Daerah bersih Daerah dengan tingkat pencemaran biologi,
kimiawi dan fisik yang rendah.
27. Desinfeksi Penggunaan bahan kimia dan/atau tindakan fisik
untuk mengurangi/ menghilangkan mikroorganisme
28. Kandang penampung Kandang yang digunakan untuk menampung hewan
potong sebelum pemotongan dan tempat
dilakukannya pemeriksaan antemortem
29. Kandang isolasi Kandang yang digunakan untuk mengisolasi hewan
potong yang ditunda pemotongannya karena
menderita penyakit tertentu atau dicurigai terhadap
suau penyakit tertentu.

Petugas pemeriksa daging mempunyai tugas:


1. Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum pemotongan atau melaksanakan
pemeriksaan antemortem.
2. Mengawasi proses pemotongan hewan yang bersih (higienis), baik dan benar.
3. Melakukan pemeriksaan daging, isi perut dan isi dada atau melaksanakan
pemeriksaan postmortem. Daging yang lulus pemeriksaan diberi “cap” yang
menandakan bahwa daging telah lulus pemeriksaan serta menjamin bahwa daging
tersebut aman, sehat dan utuh (bermutu).
4. Memberikan laporan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya.
5. Melakukan koordinasi dengan paramedic (tonaas).

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 14
Permentan No.13 tahun 2010 menetapkan persyaratan teknis rumah potong hewan
sebagai sarana untuk melaksanakan:
1. Pemotongan hewan secara benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama).
2. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-mortem inspection)
dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (post-mortem inspection) untuk
mencegah penularan zoonotik ke manusia.
3. Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang ditemukan
pada pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-mortem guna
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular dan
zoonosis di daerah asal hewan.,
Selanjutnya untuk pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-mortem akan
dibahas pada modul berikutnya.

I.IV. PENUTUP
Adanya Rumah potong hewan, rumah potong unggas dan rumah potong babi
bertujuan untuk menghasilkan daging yang ASUH (aman, sehat,utuh dan halal). Beberapa
peraturan seperti Undang – Undang, peraturan pemerintah maupun Peraturan menteri serta
Peraturan Daerah telah mengatur tentang mekanisme kerja RPH. Dalam operasionalnya
beberapa istilah. Persyaratan rumah potong hewan meliputi; persyaratan teknis, persyaratan
lokasi, persyaratan sarana pendukung, persyaratan tata letak, disain dan konstruksi,
persyaratan peralatan. RPH potong hewan merupakan unit yang menyiapkan daging untuk
konsumsi masyarakat luas maka fasilitas – fasilitas serta sarana dan peralatan yang terdapat
di dalam RPH harus terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, tidak mengandung toksik
dan mudah dibersihkan.Istilah – istilah tersebut dapat mempermudah semua pihak untuk
memahami tentang berbagai kegiatan yang dilakukan atau yang berlangsung dalam RPH.
Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang peraturan
dan istilah – istilah tersebut.

I.IV.1. Soal – Soal Latihan


A. Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikut ini!
1. Menurut SNI apa yang dimaksud dengan RPH dan RPU?
2. Jelaskan beberapa syarat sarana yang harus ada di RPB selain yang biasanya terdapat
pada RPH?
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 15
3. Menurut Permentan No.13 tahun 2010 menetapkan persyaratan teknis rumah potong
hewan sebagai sarana untuk ?
4. Apa yang dimaksud dengan hewan potong dan unggas potong?
5. Apa yang dimaksudkan dengan pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem.
6. Letak kandang isolasi harus jauh dari kandang penampung dan bangunan utama dan
letaknya lebh rendah dari bangunan lainnya. Mengapa? Berilah alasannya.
7. Mengapa di RPU dan RPB harus ada sumber air panas? Jelaskan alasannya.
8. Apa perbedaan daerah kotor dan daerah bersih?
9. Persediaan air untuk sapi, kerbau, kuda dan hewan yang setara beratnya:1000
liter/ekor/hari. Kambing, domba dan hewan yang setara beratnya: 100 liter/ekor/hari,
Babi 450 liter/ ekor/hari. Menurut saudara mengapa jumlah air yang dibutuhkan
berbeda - beda diantara ternak?

I.IV.2. Umpan Balik


1. Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desain dan
konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu
serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong: sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, babi, burung unta bagi konsumsi masyarakat. Rumah potong
unggas (RPU) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta
digunakan sebagai tempat memotong unggas: ayam, bebek, kalkun, angsa,
burung dara dan burung puyuh, bagi konsumsi masyarakat. Jadi RPH khusus
untuk pemotongan ternak potong, sedangkan RPU khusus untuk pemotongan
unggas.
2. Kompleks RPH babi harus:
- Dipisahkan dari kompleks RPH lain dengan jarak yang cukup jauh dan
dibatasi pagar minimal 3 meter atau terpisah total dengan dinding tembok
terletak ditempat yang lebih rendah dari RPH lain.
- Harus ada persediaan air panas untuk pencelupan sebelum pengerokan bulu.
- Penyembelihan babi dilakukan oleh seorang juru sembelih yang ditunjuk
dengan cara membuat pingsan terlebih dahulu ataupun tanpa pemingsanan
dan kemudian menusuk jantung melalui intercostals I atau dengan cara
memotong urat nadi leher.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 16
- Setiap penyimpanan, pengangkutan, penggilingan dan penjualan daging babi
harus dipisah secara nyata dengan daging lainnya serta diberi tanda khusus
yang mudah dilihat.
- Penyediaan air minimal untuk RPH babi yaitu 450 liter/ekor/hari.

3. Permentan No.13 tahun 2010 menetapkan persyaratan teknis rumah potong


hewan sebagai sarana untuk melaksanakan:
o Pemotongan hewan secara benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama).
o Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-mortem
inspection) dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (post-mortem
inspection) untuk mencegah penularan zoonotik ke manusia.
o Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang
ditemukan pada pemeriksaan ante-mortem dan pemeriksaan post-
mortem guna pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit
hewan menular dan zoonosis di daerah asal hewan.

4. Hewan potong adalah: sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, burung unta
dan hewan lainnya yang dagingnya lazim dan layak dimakan manusia.
Sedangkan yang dimaksud dengan unggas potong adalah: setiap jenis burung
yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan, termasuk ayam, bebek,
kalkun, angsa, burung dara dan burung puyuh.
5. Pemeriksaan antermortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan potong
sebelum disembelih sedangkan pemeriksaan postmortem adalah pemeriksaan
kesehatan daging setelah dipotong terutama pada pemeriksaan karkas, kelenjar
limfe, kepala pada bagian mulut, lidah, bibir, dan otot masseter dan
pemeriksaan paru-paru, jantung, ginjal, hati, serta limpa. Kegiatan
pemeriksaan tersebut dilakukan oleh petugas pemeriksa yang berwewenang.

6. - Menghindari kontak langsung dengan ternak lainnya ataupun karkas dan


daging.
- Menghindari kontaminasi
7. Unuk tujuan pencabutan/ pengerokan bulu.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 17
8. Daerah dengan tingkat pencemaran biologic, kimiawi dan fisik yang tinggi.
Daerah bersih pada RPH meliputi: (tempat penimbangan karkas,t empat keluar
karkas, ruang pendingin karkas/pelayuan (chilling), ruang pembeku, ruang
pembagian karkas, ruang pengemasan daging dan ruang pengeluaran (loading)
karkas/daging.
Daerah dengan tingkat pencemaran biologic, kimiawi dan fisik yang rendah.
9. Ukuran besarnya ternak.

I.IV.3. Pilihlah jawaban yang benar.


1. Pernyataan yang benar dibawah ini adalah:
a. Untuk menjamin keamanan pangan maka semua jenis ternak harus dipotong di
rumah potong hewan.
b. Untuk menjaga kepercayaan konsumen maka pemotongan hewan dimaksudkan
untuk kepentingan hari raya, upaca adat atau untuk pemotongan darurat harus
dipotong di rumah potong hewan.
c. Pemotongan hewan yang dimaksudkan untuk kepentingan hari raya, upaca adat
atau untuk pemotongan darurat maka dapat dilaksanakan di luar usaha
pemotongan hewan (UPH) dengan tetap memperhatikan kaidah kesehatan
masyarakat veteriner.
d. Untuk menjaga kepercayaan konsumen maka pemotongan hewan dimaksudkan
untuk kepentingan hari raya, upaca adat atau untuk pemotongan darurat harus
dipotong di tempat – tempat ibadah.

2. Adanya RPH bertujuan untuk menyediakan pangan yang ASUH. Sehat artinya
daging tersebut:
a. Tidak mengandung bahaya biologis
b. Tidak dicampur dengan bahan lainnya
c. Mengandung bahan – bahan yang berguna bagi kesehatan manusia
d. Diproduksi mengikuti syariat Islam

3. Daging yang aman artinya:


a. Tidak mengandung bahaya biologis
b. Tidak dicampur dengan bahan lainnya
c. Mengandung bahan – bahan yang berguna bagi kesehatan manusia
d. Diproduksi mengikuti syariat Islam

4. Untuk menetapkan bahwa daging yang diedarkan ke konsumen dari RPH itu ASUH
maka hewan yang akan disembelih terlebih dahulu:
a. Diperiksa kesehatannya: pemeriksaan antemortem dan postmortem.
b. Dimandikan dan diistirahatkan.
c. Dipuasakan tapi tetap diberi air minum
d. Dilakukan pemeriksaan postmortem dilanjut dengan pemeriksaan antemortem.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 18
5. Pada pola pengelolaan RPH, RPH milik pemerintah daerah dan yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan sebagai jasa pelayanan umun termasuk:
a. RPH Jenis I b. RPH jenis II c. RPH Jenis III d. RPH jenis IV

6. Pada pola pengelolaan RPH, RPH milik swasta yang dikelola sendiri atau kerjasama
dengan swasta lain termasuk:
a. RPH Jenis I b. RPH jenis II c. RPH Jenis III d. RPH jenis IV

7. Suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang
digunakan sebagai tempat untuk melakukan pembagian karkas, pemisahan daging dan
tulang, dan pemotongan daging sesuai topografi karkas untuk menghasilkan daging
untuk konsumsi masyarakat umum dikenal sebagai:
a. Rumah potong hewan b.Unit penanganan daging
c.Usaha pemotongan daging d. Unit pemotongan hewan

8. Dalam Rumah potong hewan harus dilengkapi dengan fasilitas proses pelayuan
(aging) karkas. Berdasarkan kelengkapan fasilitas aging karkas, maka RPH yang
tanpa pelayuan karkas termasuk kategori:
a.Kategori IV b. Kategori III
c. Kategori II d. Kategori I

9. Usaha pemotongan hewan di RPH dengan fasilitas pelayuan karkas,untuk


menghasilkan karkas dingin (chilled) dan/atau beku (frozen). Pada kategori II ini
harus dilengkapi dengan fasilitas rantai dingin hingga ke tingkat konsumen. Jenis
RPH ini termasuk:
a.Kategori IV b. Kategori III
c. Kategori II d. Kategori I

10. Jika usaha pemotongan hewan ditujukan untuk penyediaan daging kebutuhan
Wilayah kabupaten/ kotamadya Daerah Tingkat II, maka harus memperoleh surat izin
usaha pemotongan hewan dari:
a. Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
b. Menteri atau pejabat yang berwenang
c. Dirjen atau pejabat yang berwenang
d. Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan

11. Setiap pelaku usaha wajib memiliki nomor control veteriner (NKV) yaitu:
a. Suatu bidang penerapan kemampuan professional, pengetahuan dan sumber daya
kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi dan
memperbaiki kesehatan manusia.
b. Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau petugas lain yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan antemorten dan postmortem
serta pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang berbeda di
bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang dimaksud.
c. Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan daging,
pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk
penjualan daging.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 19
d. Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-
sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit
usaha pangan asal

12. Penanganan daging hewan adalah:


a. Suatu bidang penerapan kemampuan professional, pengetahuan dan sumber daya
kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi dan
memperbaiki kesehatan manusia.
b. Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau petugas lain yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan antemorten dan postmortem
serta pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang berbeda di
bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang dimaksud.
c. Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan daging,
pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk
penjualan daging.
d. Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene-
sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit
usaha pangan asal

13. Petugas pemeriksaan berwenang:


a. Suatu bidang penerapan kemampuan professional, pengetahuan dan sumber
daya kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi
dan memperbaiki kesehatan manusia.
b. Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau petugas lain yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan antemorten dan
postmortem serta pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang
berbeda di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang
dimaksud.
c. Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan
daging, pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan
lain untuk penjualan daging.
d. Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan
hygiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal
hewan pada unit usaha pangan asal

14. Kesehatan masyarakay veteriner (kesmavet) adalah:


a. Suatu bidang penerapan kemampuan professional, pengetahuan dan sumber
daya kedokteran hewan dalam bidang kesehatan masyarakat untuk melindungi
dan memperbaiki kesehatan manusia.
b. Dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh menteri atau petugas lain yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan pemeriksaan antemorten dan
postmortem serta pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat veteriner yang
berbeda di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang
dimaksud.
c. Kegiatan yang meliputi pelayuan, pembagian karkas, pembagian potongan
daging, pembekuan, pendinginan, pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan
lain untuk penjualan daging.
d. Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan
hygiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal
hewan pada unit usaha pangan asal.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 20
15. Unggas potong adalah:
a. Setiap jenis burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan,
termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa, burung dara, burung unta dan burung
puyuh.
b. Setiap jenis burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan,
termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa, burung dara, burung unta, burung pipit
dan burung puyuh.
c. Setiap jenis burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan,
termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa, burung dara, burung unta, burung pipit,
burung koak dan burung puyuh.
d. Setiap jenis burung yang diternakkan dan dimanfaatkan untuk pangan,
termasuk ayam, bebek, kalkun, angsa, burung dara dan burung puyuh.

16. Pernyataan yang benar dibawah ini adalah:


e. Lokasi RPH boleh berada di pusat kota asal letaknya tidak berdekatan dengan
pemukiman.
f. Lokasi RPH boleh berada dekat industri logam tapi tidak boleh dekat industry
logam.
g. Tidak boleh mempunyai lahan yang luas agar ternak tidak mudah beraktivitas.
h. Mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan pemotongan hewan
dan kegiatan pembersihan serta dseinfektan.

17. Lokasi Rumah potong babi harus terpisah dengan rumah potong hewan dengan syarat:
e. Lahan rumah potong babi harus bertolak belakang dengan lahan rumah potong
hewan.
f. Kandang isolasi boleh gabung dengan hewan potong.
g. Dibatasi pagar tembok dengan tinggi minimal 3 meter.
h. Rumah potong babi harus ada sumber air sedangkan rumah potong hewan tidak
harus ada sumber air.

18. Bangunan – bangunan ini harus ada di RPH, kecuali:


e. Kandang penampung khusus untuk ternak betina produktif dan istirahat hewan
pada RPH
f. Ruang pembeku
g. Area penurunan hewan (unloading)
h. Kandang isolasi

19. Sarana lainnya yang sebaiknya dimiliki oleh RPH maupun RPU adalah:
a. Ruang pendinginan (chilling room).
b. Peralatan AC atau kipas angin.
c. Ruang untuk seminar
d. Aula

20. Ruangan – ruangan yang termasuk daerah kotor adalah:


a. Tempat pemingsanan, tempat pemotongan dan tempat pengeluaran darah, tempat
penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala, keempat kaki sampai
tarsus dan karpus, pengulitan, penegluaran isis dada dan isi perut), ruang untuk
jeroan.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 21
b. Pencucian karkas, penimbangan karkas,ruang pembeku.
c. Tempat pencelupan air panas, penanganan jeroan, ruang pembeku.
d. Tempat pemingsanan, pembagian karkas, pengemasan daging.

21. Ruangan yang termasuk daerah bersih adalah:


a. Tempat penimbangan karkas, pencabutan bulu, peninbangan karkas
b. Tempat penimbangan karkas, chilling room, loading karkas.
c. Tempat emeriksaan antemorten dan postmortem
d. Tempat Penurunan, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup.

I.IV. 4. Umpan balik


Sekarang, cocokkan jawaban anda dengan jawaban yang ada di bagian akhir modul
ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus yang ada berikut
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda mempelajari materi modul satu ini.

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban anda yang benar x 100%


Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda sudah tuntas mempelajari
teknologi pengolahan hasil ternak. Tetapi bila nilai anda di bawah 80% maka anda harus
mengulangi mempelajari modul ini terutama pada bagian yang anda belum dikuasai.

I.IV.5. Jawaban tes Mandiri


1.C 2. C 3.A 4.A 5. A 6.B 7.B 8.D 9.C 10. D
11.D 12. C 13.B 14. A 15.D 16.D 17. C 18.B 19.A 20. A 21.B

DAFTAR PUSTAKA
Bremner, A.S. 1977. Poultry Meat Hygiene and Inspection. Bailliere Tindal, London.

Badan Standar Nasional. 1999a. Rumah Potong Hewan. Standard Nasional Indonesia. SNI
01-6159-1999.

Badan Standar Nasional. 1999b. Rumah Potong Unggas. Standard Nasional Indonesia. SNI
01-6160-1999.
Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 22
FAO/ WHO. 1976. Recommended International Code for Hygienic Practice for Frsh Meat.
Joint FAO/WHA Food Standards Programm, Rome.

FAO/WHO. 1978. Slaughterhouse and Slaughterslab Design and Constructio. FAO, Rome.

Gracey, J.F. 1986. Meat hygiene. English Language Book Society/ Balliere Tindall, England.

Mead, G.C. 1989. Processing of Poultry. Elsevier Applied Science, London and New York.
Silverside,D and Jones,M. 1992. Small Scale Poultry Processing, FAO, Rome.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 22 Tahun 1983. Tentang Kesehatan


Masyarakat Veteriner.

Standing Committee on Agricultural and Resource Management (SCARM). 1995. Australian


Standard for construction Premises Processing Meat for Human Consumption. CSIRO
Publishing, Collingwood, Victoria.

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat – syarat


Rumah Potong Hewan dan Usaha Pemotongan Hewan.

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 557/Kpts/TN.520/9/1987 tentang Syarat – syarat


Rumah Potong Unggas dan Usaha Pemotongan Unggas.

Undang Undang Republik Indonesia. 2012. Pangan. Undang Undang Republik Indonesia
No. 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.

Modul 1.
Persyaratan Rumah Potong Hewan 23

Anda mungkin juga menyukai