Anda di halaman 1dari 28

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT
PENGENALAN WILAYAH KERJA

SITI FATIMAH (184210066)


AGRIBISNIS A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
 Makna Pengenalan Wilayah Kerja Fasilitator

Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh setiap penyuluh atau
fasilitator adalah melaksanakan: pengenalan wilayah kerja
pemberdayaan masyarakat. Bagi penyuluh / fasilitator, pengenalan
wilayah kerja sebelum melaksanakan tugasnya tidak hanya penting
baginya, tetapi justru merupakan persyaratan mutlak. Sebab,hanya
dengan mengenal wilayah kerja dia akan dapat memahami :
1. Keadaan masyarakat yang akan menjadi penerima
manfaatnya.

2. Keadaan lingkungan fisik dan sosial masyarakat penerima


manfaatnya,
3. Masalah-masalah yang pernah, sedang, dan akan dihadapi
oleh masyarakat penerima manfaatnya di masa-masa
mendatang,
4. Kendala yang akan dihadapi untuk melaksanakan
pemberdayaan masyarakat ,dan

5. Faktor-faktor pendukung dan pelancar kegiatan


pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakannya.
Melalui pengenalan wilayah kerja yang mendalam, seorang
penyuluh / fasilitator tidak hanya akan mengetahui kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat yang akan menjadi peneriama
manfaat, tapi melalui pengenalan wilayah kerja yang mendalam,
seorang penyuluh / fasilitatorakan dapat memahami :
Keadaan alam, berikut faktor – faktor
antara lain (pengairan,iklim,bencana
alam rutin,keadaan hama penyakit
yang biasa mengganggu ,dan lain-
lain.
Kegiatan usaha, baik komoditi yang di
usahakan ,teknik budidaya, tingkat
produktivitas, dan lain-lain.

Keadaan penduduk, termasuk kebiasaan-


kebiasaannya, kebutuhan dan
keinginannya, agama dan nila-nilai sosial
budaya yang dianut dan terus-menerus
dijadikan pedoman hidup dan bekerja
serta diwariskan dari generasi kegenerasi
dan lain- lain.

Keadaan kelembagaan yang akan


mempengaruhi kegiatan usaha dan
prilaku masyarakat.

Sarana dan prasarana yang tersedia,


yang diperlukan dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
terus meningkatkan produktivitas dan
pendapatan serta keuntungannya.
Lebih lanjut, melalui pengenalan wilayah kerja
yang mendalam, fasilitator akan dapat melihat :

1. Peluang peran
bantuan yang dapat
dilakukan untuk
memperbaiki mutu
hidup masyarakat
penerima
manfaatnya,

3. Sumberdaya yang
2. Memilih peluang
tersedian dan dapat
peran bantuan yang
di manfaatkan untuk
paling tepat (mudah,
pelaksanaan kegiatan
murah, dan bener-
penyuluh / fasilitator
bener bermanfaat),
yang di rencanakan.
Melalui pengenalan wilayah kerja, penyuluh / fasilitator
juga akan membiasakan dirinya sendiri untuk bekerja
berdasarkan data atau fakta yang bener-bener diyakini,dan
bukan bekerja berdasarkan prakiraan-prakiraan, asumsi-
asumsi, atau menurut”kata orang”.
 Lingkup Pengenalan Wilayah Kerja Fasilitator

Lingkup pengenalan wilayah kerja pemberdayaan masyarakat


setidak-tidaknya harus mencakup :
1) Keadaan sumberdaya alam
2) Keadaan sumberdaya manusia
3) Keadan kelembagaan untuk pembangunan
4) Keadaan sarana dan prasarana bagi pembangunan
5) Kebijakan pembangunan
6) Organisasi dan administrasi pemberdayaan masyarakat
7) Organisasi dan Administrasi Pemberdayaan Masyarakat
1. Keadaan sumberdaya alam

Melalui pengenalan keadaan sumberdaya alam yang baik,


seorang penyuluh / fasilitator akan dapat melihat keunggulan-
keunggulan dan Kendala-kendala alami yang dimiliki dan harus
dihadapi oleh masyarakat penerima manfaat diwilayah kerjanya.
Beberapa keadan sumberdaya alam yang perlu diperhatikan oleh
setiap penyuluh / fasilitator adalah :
1) Lokasi Geografis
2) Topografie wilayah
3) Iklim
4) Jenis tanah
5) Bencana alam rutin
6) Status dan luas pemilikan lahan
7) Lokasi administrative
2. Keadaan Sumberdaya Manusia

Setiap penyuluh / fasilitator harus benar-benar


mengenal karakteristik setiap warga masyarakat yang akan
menjadi penerima manfaatnya, baik secara individual
maupun yang tergabung dalam kelompok/organisasi sosial.
Beberapa karakteristik sumber daya manusia yang
perlu diketahui oleh penyuluh / fasilitator adalah:
1. Jumlah dan kepadatan penduduk

2. Keragaman penduduk menurut umur


dan jenis kelamin

3. Besarnya ukuran keluarga

4. Tingkat pertumbuhan penduduk

5. Pendidikan penduduk

6. Nilai-nilai sosial budaya

7. Mata pencaharian penduduk

8. Kepatuhan warga masyarakat

9. Manajemen dan resolusi konflik


3. Keadaan Kelembagaan

Keadaan kelembagaan yang perlu diperhatikan oleh seorang


penyuluh/fasilitattor mencakup kelembagaan ekonomi maupun
kelembagaan sosial.
1) kelembagaan ekonomi, yang meliputi :
a. Lembaga-lembaga pemasaran sarana produksi pertanian, sejak
produsen sampai dengan pendistribusiannya ditingkat local
(masyarakat).
b. Lembaga –lembaga penunjang kegiatan produksi, seperti
lembaga keuangan/perbankan, dan koperasi.
c. Lembaga-lembaga pemasaran produk, sejak pengolahan hasil,
sampai dengan pendistribusiannya kepada konsumen yang
membutuhkannya.
2) Kelembagaan sosial, yang mencakup ;
a. Kelembagaan sosial yang berkaitan langsung dengan kegiatan
usaha, seperti kelompok tani dan organisasi – organisasi profesi
disektor pertanian.
b. Kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat pada
umumnya, seperti : PKK, Dawa-wisma, Karang taruna, Pramuka
Taruna Bumi,dll).
c. Kelembagaan pemberdayaan masyarakat yang di lakukan oleh
pemerintah,swasta, lembaga swadaya masyarakat , perguruan
tinggi, maupun yang diciptakan dikelola oleh masyarakat.
d. Lembaga penelitian dan pengembangan pertanian.
e. Lembaga pendidikan masyarakat (kursus, sekolah dan perguruan
tinggi).
4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Keadaan beragam sarana dan prasarana yang perlu diperhatikan


oleh setiap penyuluh/fasilitator diwilayah kerjanya adalah:
1) Keadaan bahan-baku atau sarana produksi.
2) Keadaan sarana pengangkutan, baik untuk pengangkutan sarana
produksi.
3) Keadaan penyediaan kredit, untuk investasi, biaya operasional.
4) Keadaan pasar,baik ragam pasar, jumlah, dan lokasinya.
5) Keadaan jalan, baik kelas jalan, dan keadaannya.
5. Kebijakan Pembangunan

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan harus


selalu mengacu dan merupakan bagian integral yang tidak boleh
terlepas bahkan harus mampu memperlancar pelaksanaan serta
tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang telah disepakati
disemua aras pelaksanaan pembangunan.
Tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan-
kebijakan yang telah disepakati, penyuluh/fasilitator akan
menghadapi kesulitan dalam merumuskan program pemberdayaan
masyarakat yang direncanakannya.
Sehubungan dengan itu, beragam kebijakan,peraturan, dan hasil-
hasil musyawarah yang harus diperhatikan oleh setiap
penyuluh/fasilitator adalah :
1. Kebijakan pembangunan nasional jangka panjang, khususnya
yang mengenai tujuan pembangunan,peran pembangunan
pertanian, dan tujuan pembangunan pertanian itu sendiri.
2. Kebijakan pembangunan nasional jangka menengah/GBHN,
khususnya tentang arah, tujuan dan langkah kegiatan
pembangunan pertanian .
3. Kebijakan pembangunan regional dan local (Wilayah Tingkat I/II)
khususnya tentang arah, tujuan, dan langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan.
4. Peraturan-peraturan wilayah yang berkaitan dengan
pembangunan pertanian.
5. Hasil-hasil musyawarah masyarakat setempat untuk
pembangunan pertanian.
6. Potensi Ekonomi dan Keunggulan Lokal

Seiring dengan diberlakukannya desentralisasi melalui UU


pemerintah daerah, maka setiap pemerintah daerah
(provinsi,kabupaten/kota) berhak sekaligus dan bertanggung jawab
mengelola potensi kekayaan didaerahnya untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyatnya.
Maka setiap penyuluh/fasilitator pemberdayaan masyarakat
harus mampu (bersama-sama masyarakat penerima manfaatnya)
melakukan analisis tentang potensi dan keunggulan local guna
membangun daya-saing atau sinergi dengan pemerintah daerah yang
lain, bahkan dengan pemerintah nasional, maupun menjalin
kemitraan internasional dengan dunia usaha maupun lembaga
pemerintah melalui public,private,partnership (PPP).
Terkait dengan hal ini, maka setiap penyuluh/fasilitator
pemberdayaan masyarakat perlu mencermati :
1) Keunggulan dan kelemahan-kelemahan dari usaha yang telah
dilaksanakan selama ini.
2) Alternatif-alternatif peran bantuan yang dapat diberikan.
3) Alternatif tentang kegiatan penyuluh / fasilitatoran yang akan
dapat dilaksanakan.
7. Organisasi dan Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat

Pemahaman tentang organisasi dan administrasi pemberdayaan


masyarakat dewasa ini menjadi sangat penting untuk dipahami oleh
setiap penyuluh/fasilitator, seiring telah di bentuknya instusi
(Badan/kantor) pemberdayaan masyarakat ditingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota.
Sehubungan dengan itu,hal-hal yang perlu di perhatikan oleh
setiap penyuluh/fasilitator adalah :
1) Struktur organisasi pemberdayaan masyarakat tani, dan
kaitannya dalam organisasi pemerintahan.
2) Keterkaitan atau saling hubunga,baik antara sesama penyuluh /
fasilitator, antara penyuluh / fasilitator dengan (kelompok –
kelompok) masyarakat penerima manfaat, dan antara penyuluh /
fasilitator dengan lembaga / aparat penunjangnya.
3) Rincian kegiatan yang harus dilaksanakan
4) Hak dan kewajiban, termasuk kemudahan - kemudahan yang
disediakan.
5) Jenjang karier, jaminan hari tua .
 Cara pengenalan Wilayah Kerja
Pemberdayaan Masyarakat

Cara pengenalan Wilayah Kerja yang terbaik yang harus


dilakukan oleh setiap penyuluh/fasilitator adalah, sebelum
melakukan kegiatannya sebagai seorang penyuluh/fasilitator , itu
melalui :
1) Telaahan data sekunder atau keadaan “Monografi Wilayah”.
2) Informasi dari tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh formal
maupun (dan seringkali lebih akurat) dari tokoh-tokoh)binformal.
3) Kalau ada,hasil studi atau kajian yang pernah dilakukan
diwilayah tersebut.baik yang dilakukan oleh aparat intern
maupun oleh “orang luar”.
4) Laporan-laporan yang tersedia.
5) Penilaian “orang luar” (atau sesama penyuluh/fasilitator ) yang
pernah bekerja diwilayah tersebut), yang dapat dipercaya.
Teknik pengenalan wilayah kerja yang telah lama dilakukan oleh
para penyuluh/fasilitator pemberdayaan masyarakat adalah
melakukan penilaian secara tepat (rapid rural appraisal/RRA), yaitu
melakukan telaahan secara cepat melalui telaahan dokumen,
pengamatan,dan atau wawancara tentang hal-hal yang perlu
dipahami oleh setiap penyuluh/fasilitator seperti yang telah
dikemukakan diatas.
Tetapi teknik seperti ini sudah lama ditinggalkan karena tidak
melibatkan masyarakat setempat. Sebagai pengganti dari kegiatan
dari kegiatan RRA adalah dikembangkannya teknik penilaian
partisipatif (participatory rural appraisal/PRA). Yaitu teknik
pengenalan wilayah melalui :
1) Pelaksanaan survey partisipatif atau survey mandiri yang
dilakukan oleh masyarakat (community self survey) yang difasilitasi
oleh penyuluh/fasilitator.
Peran penyuluh/fasilitator disini, bukan sebagai penentu tetapi
sekadar memberikan pertimbangan (advise) tentang :
Peran penyuluh/fasilitator disini, bukan sebagai penentu tetapi
sekadar memberikan pertimbangan (advise) tentang :
a) Data/informasi dan sumber data yang diperlukan
b) Teknik pengumpulan data dan instrument pengumpuulan data
yang diperlukan
c) Perumusan instrument dan pengukurannya.
2) Penilaian keadaan secara partisipatif , yang terdiri dari :
a) Kompilasi dan tabulasi data
b) Analisis keadaan dan perubahan.
c) Pembuatan peta situasi dalam bentuk gambar (lokasi)

Anda mungkin juga menyukai