Anda di halaman 1dari 2

Kahlil Mirzani

170905028
Antropologi Psikiatri
Studi Lapangan

KEKANGAN ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN


ANAK PEREMPUAN DI PIDIE, ACEH

Anak adalah harta yang paling berharga bagi setiap orang tua. Tidak
mengherankan ketika begitu banyaknya kita mendengar kisah pengorbanan
orang tua terhadap anaknya. Dalam kasus ini anak perempuan biasanya akan
mendapatkan pengawasan dan perhatian yang lebih banyak dibandingkan
anak laki-laki. Orang tua akan sangat memantau gerak-gerik anak
perempuannya bahkan disaat umurnya menginjak dewasa.

Orang tua juga sangat memperhatikan perkembangan pendidikan anak-


anaknya. Sedikit sekali ada anak yang diberikan keleluasaan untuk memilih
dimana dia akan bersekolah. Mungkin, ketika anak hendak memasuki jenjang
TK dan SD sang anak belum mengerti dengan baik tentang apa yang akan dia
hadapi. Namun, ketika dia memasuki jenjang SMP, tak sedikit ada anak yang
bertengkar dengan orang tuanya tentang perihal dimana dia akan melanjutkan
sekolahnya. Pada fase ini biasanya si anak akan kalah dan menuruti
permintaan orang tuanya. Hal tersebut berlanjut sampai SMA hingga
perkuliahan.

Orang tua mengatur dan memberi setiap keputusan terhadap kehidupan


sang anak, dalam kasus ini penulis melihat ada tekanan terhadap mental sang
anak. Penulis mecoba mengaitkan kasus ini dengan aspek budaya sekitar, yaitu
daerah Pidie, Aceh. Penelitian dilakukan oleh penulis dengan metode
wawancara via telefon terhadap dua orang anak perempuan yang penulis rasa
memenuhi kriteria untuk menjadi subjek penelitian.

Kedua informan memiliki permasalahan yang sama, yaitu tidak diizinkan


untuk berkuliah ke luar kota (Banda Aceh). Keduanya mengalami pertengkeran
yang cukup hebat dengan orang tua mereka masing-masing. Keduanya
mengaku sampai mengalami stres karena kekangan dari orang tua mereka,
ditambah beban sosial dari teman-teman sejawat mereka yang diizinkan untuk
berkuliah di luar kota.
Alasan dari setiap orang tua informan tersebut cukup sama atau
sepemikiran, berikut penulis jabarkan dalam bentuk poin-poin:

1. Anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi


2. Anak perempuan tidak baik tinggal sendiri di tempat orang
3. Kehidupan diluar kota amat bebas
4. Mudah terpengaruhi kenakalan remaja

Alasan-alasan yang diutarakan oleh orang tua kedua informan, menurut


penulis sangat relevan dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada di sekitar
daerah studi lapangan. Sebagaimana kita ketahui Aceh adalah wilayah dengan
penerapan syariat islam yang kental. Bergerak dari ke empat alasan diatas,
penulis melihat adanya relevansi terhadap hukum-hukum syariat islam yang
berkembang di wilayah Aceh.

Dari pengakuan kedua informan, mereka sampai mengurung diri


didalam kamar dan menolak untuk makan. Hal itu berlangsung selama hampir
seminggu. Namun, orang tua dari kedua informan tidak ada yang mengalah.
Mereka hanya membujuk dan menasihati dengan tetap berpegang teguh pada
pemikiran mereka sendiri.

Kedua informan harus merelakan keinginan mereka untuk berkuliah di


Banda Aceh, sekarang mereka mengisi hari-hari mereka dengan kegiatan yang
lebih praktis, yaitu belajar membuat kue dan menjahit pakaian. Tentunya di
kota mereka sendiri dan tinggal bersama orang tua mereka.

Penulis menyimpulkan bahwa tekanan mental dan stres bisa disebabkan


oleh tatanan kebudayaan yang ada. Penulis merasa perlu kajian yang lebih
lanjut dan mendalam terhadap tekanan mental dan stres yang dialami oleh
informan pada kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai