Anda di halaman 1dari 9

NILAI-NILAI KEKELUARGAAN DALAM TRADISI LIWETAN

DASAR PEMIKIRAN

Tradisi merupakan kebiasaan yang turun temurun dalam suatu penduduk.


Tradisi yang dimaksud yaitu mekanisme yang dapat memperlancar perkembangan
individu anggota warga, contohnya membimbing anak untuk mengarah kedewasaan.
Tradisi pula berarti sebagai pembimbing dalam pergaulan bersama di dalam warga.
Menurut Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan berkata "jikalau tanpa
tradisi", maka pergaulan bersama menjadi kacau, serta hidup manusia menjadi
biadab. Bila tradisi mulai bersifat mutlak, nilainya selaku pembimbing merosot. Bila
tradisi mulai mutlak bukan lagi selaku pembimbing, melainkan ialah penghalang
kemajuan( Johanes, 1994).
Dalam bahasa Latin tradisi berasal dari kata "traditio," diteruskan" ataupun
kebiasaan, dalam penafsiran yang sederhana ialah suatu yang sudah dilakukan
semenjak lama serta jadi bagian dari kehidupan sesuatu kelompok warga, umumnya
dari sesuatu negara, kebudayaan, waktu, ataupun agama yang sama. Hal yang
mendasar dari tradisi ialah terdapatnya informasi yang diteruskan dari generasi ke
generasi selanjutnya baik tertulis ataupun lisan, sebab tanpa terdapatnya ini, sesuatu
tradisi bisa punah.
Di Indonesia.mempunyai banyak tradisi antara lain upacara sesajen, upacara
selamat atau ruwatan, dan terdapat pula tradisi.liwetan. Jaman dulu, liwetan hanya
dilakukan saatkkada acara.tasyakuran atau peringatan momen tertentu yang dianggap
sakral bagi masyarakat. Liwetan ialah kegiatan makan bersama yang beralaskan daun
pisang sebagai pengganti piring. Nasi.liwet dan tradisihliwetan sebenarnya bermula di
Solo pada ratusan tahun silam, asal mulanyahhdipakai untuk raja-raja jika ada acara
seperti upacara/jamuan. Beberapa daerah di Indonesia juga mempunyai tradisi
bersantap seperti liwetan ini, namun dengan penamaan yang berbeda.
Budaya makan nasi liwetan ini, diawali kala pengaruh agama Islam masuk ke
Pulau Jawa. Disebabkan masuk di Pulau Jawa, liwetan ini tidak dapat lepas dari
tradisi Jawa serta agama Islam. Contohnya, dikala Maulid Nabi ataupun peringatan
kelahiran Nabi Muhammad SAW, warga Jawa teratur mengelar tradisi selametan
ataupun kenduri,dikala kegiatan,inilah umumnya nasi liwetan disajikan. Arti dalam
tradisi liwetan ialah terdapatnya kebersamaan serta persaudaraan maksudnya dimana
orang menyantap nasi liwet serta lauk-pauknya bersama-sama memakai tangan, tanpa
memandang status sosial ataupun derajat orang lain.
Jaman modern semacam saat ini ini, ada gaya bersantap ala liwetan jadi tren di
kalangan pelaku industri kuliner. Kalangan pelaku industri bawa gaya bersantap ala
liwetan ini ke dalam satu tingkatan yang lebih besar, ialah bertempat di restoran
elegan serta modern. Bila jaman dahulu kegiatan liwetan diadakan dikala tasyakuran,
saat ini dapat dinikmati dalam kegiatan ulang tahun, arisan yang bisa dinikmati di
sebagian restoran. Menu yang disajikan bisa jadi tidak jauh berbeda antara nasi.
liwetan dahulu dengan saat ini. Tetapi ada perbandingan ialah dari segi penyusunan.
Nasi liwetan masa saat ini lebih nampak rapi serta menawan kala disajikan, sehingga
lebih instagramable serta menunya sangat bermacam- macam.
Peninggalan seperti liwetan ini wajib dilestarikan terus. menerus sampai anak
serta cucu kita nanti, supaya tradisi nenek moyang yang kaya makna tidak lenyap
terkikis dengan kemajuan jaman modern serta pastinya bisa menaikkan silaturahmi
antar keluarga atau kerabat. Bersumber pada penjelasan di atas maka penulis tertarik
untuk mengambil judul tentang nilai- nilai kekeluargaan dalam tradisi liwetan.

TINJAUAN KONSEPTUAL
A. Asal Usul dan Pengertian “Tradisi Liwetan”
Liwetan,merupakan,kegiatan makan bersama yang menggunakan alas daun
pisang,hsebagai pengganti piring. Segalabbkelengkapan seperti nasi, lauk pauk
diletakkan dinatas daun pisang dan untuk,menyantapnya biasanya menggunakan
tangan. Laukkyang disajikan dalam nasi liwetmbiasanya terdiri dari ikan goreng,
tempe, tahu, ikan asin, ayam goreng, ikan teri, lalapan, bakwan, dan masih banyak
lagi.
Sejarahnya, nasi liwetnatau liwetan pertama kalinhadir di kota Solo. Pendapat
dari dosen sastra Jawajdi Universitas,Indonesia, Prapto Yuono mengatakan bahwa
tradisimliwetan,dimulai.ketika bangsa arabjmasuk ke,Indonesia untuk menyebarkan
agama Islam ke Jawa. Orang Arab yang mempunyaikkebiasaan makan dengan cara
duduk bersama sambilnmelingkari.hidangannya kemudian menurunkan kebiasaan ini
kepada orang Jawa.khususnya kalanganjjpesantren..Inilah yang,menyebabkan liwetan
kental dengan budaya.Jawa dan Islam.]Hingga sekarang, beberapa orang masih
melakukan tradisi liwetan yang diadakan pada setiap perayaan hari besar Islam.
Makna tradisi liwetan ini adalah nilai.kebersamaan dan kesederhanaan. Filosofi
tersebut diambil dari.tidak,adanya perbedaan yaitu semua makan di wadah yang
sama, dan.bersama-sama. Di.beberapa daerah, tradisi makan bersama seperti liwetan
memiliki nama,khusus, misalnya Megibung di Bali,. Pada acara.megibung ini orang-
orang akan duduk bersama sambil-menikmati makan.dan berbagi cerita hingga
bertukar pikiran. Di Bali, megibung begitu lekat,dengan tradisi,masyarakat dalam
upacara keagamaan, adat pernikahan dan acara penting lainnya.

B. Bentuk Penyajian dan Prosesi Tradisi Liwetan


Acara tradisi liwetan dilakukan dengan bersantap bersama-bersama
..keluarga/kerabat lainnya,dalam penyajiannya.yaitu ada nasi, lauk pauk diletakkan di
atas lembaran daun pisang. Hal yang.membuat.liwetan unik adalah makan dengan
menggunakan tangan langsung atau.tanpa sendok. Makna tradisi yang dimulai dari
kebiasaan dan pengaruh agama.Islam pada pesantren-pesantren di Jawa dan Sunda ini
adalah nilai kebersamaan dan kesederhanaan.
Namun,ada kota di Indonesia dalam proses tradisi liwetan terdapat tujuan
tersendiri.misalnya,saja.di kota Mojokerto disebut sebagai tradisi liwetan yakni
sebuah tradisi yang dilakukan pada malam menjelang gerhana bulan si ibu hamil
dengan/dibantu.tetangganya.menyiapkan,perlengkapan menanak nasi di halaman
seperti kompor, periuk, dan,sebagainya (Anggraeni, 2013). Ketika perlahan-lahan
bulan mulai meredup yang diyakini oleh penduduk setempat karena bulan tersebut
dimakan oleh makhluk jahat,maka.prosesi.ini dimulai dan diawali dengan
menanak,,nasi yang,,dilakukan oleh ibu atau kerabat si perempuan hamil. Setelah itu,
ketika terjadi gerhana total maka si ibu hamil pun dengan diarahkan oleh tetua
kampung disuruh menggigit kereweng (pecahan genteng), sambil tangannya terus
mengelus perutnya. 
Prosesi acara..dilanjutkan dengan.menyelundup.kolong tempat tidur yang telah di
siapkan.sebanyakjtiga kali.dengan tetap mulutnya menggigit kereweng. Bersamaan
dengan itu, para anak-anak yang,hhadirmoleh.tetua kampung.diminta untuk
bergelantungan di pohonjjjyang ada di halaman tempat diadakannya tradisi liwetan.
Dengan..tujuan.bahwamdengan.adanya anak,jjyang bergelantungan di pohon itu
diharapkan bayi yang dikandung nantinya akan lahir dengan sempurna dan tanpa
cacat. Sebagai acara.penutup adalah,menyantap semua makanan yang di masak oleh
ibu-ibu sepanjang prosesi upacara tadi.berlangsung,sekaligus sebagai penanda bahwa
prosesi liwetan ini berakhir.

PERKEMBANGAN PENELITIAN
Penulis menggunakan studi kepustakaan (library research) sebagaimana
dijelaskan oleh Zed (2014) studi kepustakaang merupakan.serangkaian.kegiatan yang
berkenaan.dengan metode.pengumpulan.data pustaka, membaca, dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian. Dalam.hal.ini penulis menelusuri secara elektronik
melalui mesin pencari Google (website) artikel-artikel yang dianggap relevan dengan
tujuan penulisan ini. Untuk mendukung proses penelusuran, penulis menggunakan
sejumlah.kata,kunci “nilai.kekeluargaan,,liwetan”;dan dipilih full text. Penulis
memilih artikel yang sesuai dengan kriteria dalam.penelitian dan diambil 10 tahun
terakhir yaitu terdapat 3 artikel. Beberapa artikel penelitian tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Aspek
No
Periodisasi Objek/Judul Metode
. Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. 2011-2016 a. Peran;Keluarga Menggunakan Dalam penelitian
Dalam studi ini nilai yang
Mengambangkan,Nilai kepustakaan dikembangkan
Budaya.Sunda,(Studi terdiri atas,nilai-
Deskriptif,Terhadap nilai keagamaan,
Keluarga.Sunda.Di nilai kesopanan dan
Komplek,PerumlRiung tata krama serta
Bandung.(Annisa nilai tolong-
Fitriyani , Prof. Dr. H. menolong dan
Karim,Suryadi, M.Si, gotong royong
Syaifullah Syam, S.Pd., dalam sebuah
M.Si, 2015). keluarga.
Dalam,upaya
pengembangan
nilai budaya Sunda
di,tengah
globalisasi budaya,
yaitu:Model Imitasi
(Peniruan), Model
Habituasi
(Pembiasaan),serta
Model Himbauan.
b. Kajian Nilai- Menggunakan Bancakan,weton
Nilai Budaya Jawa penelitian merupakan
Dalam Tradisi kualitatif peringatan.hari
Bancakan Weton Di kelahiran dalam
Kota Surakarta (Sebuah hitungan kalender
Kajian Simbolisme Jawa yang jatuhnya
Dalam Budaya Jawa) setiap 35 hari
(Sukmawan Wisnu P, sekali.(selapan)
2016). yang.bertujuan
untuk.“ngopahi
sing momong”,
wujud rasa.syukur,
melaksanakan
tradisi,,dan
spiritualisme
(kejawen).
Bancakan sendiri
hampir sama
seperti tradisi
liwetan dengan
tujuan untuk
menanamkan nilai
kekeluargaan
(mempererat tali
silaturahmi)
2. 2017-2021 a. Nilai Kerukunan Dan Menggunakan Dengan adanya
Kekeluargaan ggEtnis penelitian tradisi among-
Jawa.Dalam Tradisi kualitatif among.di desa
Among-Amongn(Studi Magelang,
Pada Etnis Jawa Di menunjukkan
DesamMagelang bahwa
KecamatanmKerkap masyarakatnya
Kabupaten Bengkulu rukunbdanlakur
Utara) (Yatiman, Anis dengangtetangga
Endang SM, Sri Narti, sertabsanak
2018). saudara.yDalam
proses,masak-
masak,untuk
pelaksanaanntradisi
ini pun mereka
juga saling tolong-
menolong dengan
alasan agar rasa
kekeluargaan
mereka semakin
erat.

PEMBAHASAN
A. Nilai Kekeluargaan dalam Tradisi Liwetan

Nilai.kekeluargaan,adalah sebuah sistem,,sikap serta,kepercayaan yang secara


sadar ataupun tidak, dapat,mempersatukan.anggota keluarga.pada suatu budaya.
Adapun nilai-nilai keluarga yang harus,diterapkan ialah nilai-nilai sosial,
kewarganegaraan, agama dan,berbagai macam sikap.yang baik saat
menjalani.kehidupan.sehari-hari..Banyak..peneliti.melakukan,penelitian tentang nilai
kekeluargaan. Salah satu yang melakukan penelitian adalah Yatiman, dkk (2018)
menjelaskan bahwa melalui tradisi among-among dalam.proses pelaksanaannya, dapat
membuat antara keluarga.penyelenggara dengan tetangga maupun sanak saudara
berhubungan akur.dan rukun. Masyarakat.menghormati,undangan yang ditujukan
kepadanya.dengan datang dalam,acara tersebut dan menghargai kebersamaan dengan
makan satu piring.bersama tanpa adanya rasa malu, rasa jijik karena mereka makan
dalam satu piring secara.bersama-sama. Dalam tradisi among-among,terdapat beberapa
nilai yang terkandung seperti nilai kebersamaan, nilai saling.berbagi, nilai kerukunan,
nilai kesederhanaan dan nilai kekeluargaan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya
berfokus pada nilai kerukunan dan kekeluargaan. Arti.tradisi among-among sama
seperti halnya tradisi liwetan yaitu acaranya.dengan.makan bersama dan dapat
mempererat tali silaturahmi keluarga.
Selain itu peneliti lain yaitu Pradata (2016) menjelaskan bahwa melalui tradisi
bancakan weton dapat meningkatkan.tali silaturahmi antar keluarga. Dengan acara
bancakan weton.yang dilaksanakan saat ibu hamil “wetoni” anaknya dimana keluarga
dapat berkumpul bersama/dan bercengkerama antar keluarga satu dengan yang lain.
Namun.dalam penelitiannya.bahwa tradisi bancakan weton mulai pudar di masyarakat
karena tergerusnya oleh jaman modern yang menyakini bahwa bancakan weton
merupakan,acara yang bukan.wajib untuk dilaksanakan bagi.ibu hamil. Namun
terdapat masyarakat pula yang masih mempercayai acara bancakan weton guna untuk
keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.

B. Pengembangan Nilai Tradisi Liwetan


Di dalam.upaya pengembangan nilai tradisi,dibutuhkan sebuah proses pewarisan
budaya di dalamnya, pewarisan.budaya menurut.Muslikhatun (2010, hlm. 2)
“merupakan proses.peralihan nilai-nilai dan norma-norma yang dilakukan dan
diberikan.melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi muda”. Hal ini dapat
dipahami bahwa.suatu budaya.haruslah diwariskan dan dilestarikan, khususnya oleh
generasi muda sebagai penerus budaya. Pewarisan budaya yang paling baik adalah
melalui keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan yang sangat dekat dengan
seseorang.
Upaya melestarikan dan.mengembangkan.budaya/tradisi, khususnya tradisi liwetan
di tengah.globalisasi saat ini tentu.dibutuhkan upaya yang cukup ekstra dan harus
selalu.berkesinambungan agar.tujuan tersebut dapat tercapai yaitu kebudayaan tradisi
liwetan dapat.dilakukan oleh.generasi ke generasi selanjutnya sehingga tidak terjadi
kepunahan. Upaya.yang dapat dilaukukan untuk menjaga tradisi yaitu model imitasi
(peniruan), model ini dipandang cocok untuk diterapkan pada anak-anak usia remaja,
dimana pada model ini terdapat contoh tokoh yang membudayakan budaya baik dari
orang tua ataupun tokoh yang dapat dijadikan sebagai teladan. Selain melalui peniruan,
orang tua/sesepuh dapat memberikan edukasi bahwa penting dalam menjaga tradisi
leluhur bangsa dengan begitu anak dapat mengingat dan dapat melaksanakan tradisi
tersebut.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Tradisi merupakan.warisan.nenek moyang.yang harus dijaga dan dilestarikan. Salah
satu.tradisi yang harus.dilestarikan adalah tradisi,liwetan, dimana dalam tradisi
tersebut.dilakukan dengan bersantap bersama di atas lembaran daun pisang. Dalam
penyajiannya, nasi akan diletakkan di sepanjang daun pisang. Begitu juga dengan
sayur-mayur dan lauknya, dan dimakan langsung tanpa sendok. Dalam tradisi ini dapat
memberikan dampak yang bagus.yaitu dapat mempererat tali silaturahmi antar
keluarga. Di salah satu daerah di Indonesia tradisi ini untuk memberikan doa kepada
ibu hamil dengan tujuan agar bayi dan ibunya selamat. Maka dari itu wajib sebagai
generasi muda untuk.melestarikan warisan tradisi ini agar tidak punah.
REFERENSI

Endraswara, S. (2003). Falsafah Hidup Jawa. Tanggerang: Cakrawala.

Fitriyani, A., dkk. (2015). Peran.Keluarga Dalam.Mengembangkan Nilai Budaya


Sunda (Studi Deskriptif Terhadap Keluarga Sunda Di Komplek Perum Riung
Bandung..Jurnal Sosietas, Vol. 5, No. 2.

Gunasasmita, R. (2009). Kitab Primbon Jawa Serbaguna. Yogyakarta: Narasi.


Yatiman, dkk. (2018). Nilai Kerukunan Dan Kekeluargaan Etnis Jawa Dalam Tradisi
Among-Among (Studi.Pada Etnis Jawa Di Desa Magelang Kecamatan
Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Professional FIS UNIVED Vol 5
No 1.

Zed, M. (2014). Metode Penelitian.Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai