Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul skripsi ini ialah “Tradisi Rewangan dan Interaksi Sosial

Warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar

Lampung”.Supaya menjauhi kesalahpahaman pada memahami judul skripsi

ini terlebih dahulu pengkaji jelaskan istilah-istilah yang ada dipadanya.

Tradisi ialah kebiasaan yang turun temurunsuatu warga dan yakni

kebiasaan kolektif dan kesadarankolektif suatu warga. Dalam gagasan

Soejono Soekanto, tradisi yaknitindakan yang dikerjakan berulang-ulang di

pada bentuk yang sama.Dalam gagasan Dahri, tradisi ialah suatu kebiasaan

yangteraplikasikan secara terus menerus sama bermacam simbol dan

sistemyang berlaku pada suatu komunitas.1Tradisi yang dimaksud disini ialah

kebiasaan tolong-menolong sesama tetangga pada acara hajatan pernikahan

dan khitanan.

Rewangan asalnya dari kata “rewang” yang berarti menolong2.

Rewangan pada kajian ini aktivitas para wanita tetangga yang menolong di

tempat tuan rumah supaya mempersiapkan jamuan makanan ketika ada

hajatan berupa pernikahan dan khitanan.

Interaksi sosial ialah kaitan sosial yang dinamis, berupa kaitan antara

individu yang satu sama individu lainnya, antara kelompok yang satu sama

1
Wilbert Moore pada Robert H Lauer, Perspektif mengenai Perubahan Sosial, (Jakarta:
Bina Aksara, 2005) h.4
2
Pardi Suratno, dkk. Kamus Jawa Indonesia, (Yogyakarta: IQ Wacana, 2004), h.187
2

kelompok lainnya, maupun antara kelompok sama individu. Interaksi Sosial

yang dimaksud di sini ialah warga Kelurahan Gunung Terang, yang saling

berinteraksi dari individu ke individu kelompok sama kelompok.

Warga ialah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup sebab alur

warga. Warga terbentuk hasil interaksi yang berlangsung antar individu. Pada

hidup warga selalu dijumpai pengaruh mempengaruhi antar hidup individu

sama hidup warga.3 Warga yang dimaksud ialah warga Kelurahan Gunung

Terang yang berinteraksi satu sama lain saling tolong menolong pada

kehidapan berwarga.

Maksud dari judul ini ialah kebiasaan yang sudah ada turun temurun

supaya menolong mempersiapkan jamuan makanan tetangga secara sukarela

ketika ada hajatan yakni pernikahan dan khitanan pada warga Kelurahan

Gunung Terang Kacamatan Langkapura Bandar Lampung.

B. Alasan memilih judul

Alasan Kajian memilih judul diatas selaku judul kajian ialah seperti

ini :

1. Alasan Objektif

a. Rewangan yakni Praktik solidaritas, tolong-menolong, gotong royong

selama ini masih bisa kita ditemukan di kota-kota besar. Warisan

luhur yang masih ada di perdesaan ini pun sudah mulai dipengaruhi

oleh gaya modern dan kepraktisan di perkotaan.

3
Soetono, Pemberdayaan Warga: Mungkinkah Muncul Antitesisnya?, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), h. 135
3

b. Pengkaji tertarik sebab adanya sebagian tanda bergesernya kuantitas

dan kwalitas “rewangan” sama hadirnya produk-produk modern, baik

yang bersifat material maupun immaterial, begitu juga yang terjadi di

Kelurahan Gunung terang Kecamatan Langkapura Bandar Lampug,

maraknya pemakaian jasa catering di perkotaan sudah

sedikit menggeser tradisi “rewangan” di Kelurahan Gunung terang.

2. Alasan Subjektif

a. Judul ini punya keterkaitan dengn progrm studi yang sedang ditempuh

pengkaji, yakni Sosiologi Agama.

b. Data-data yang dibutuhkan tersedia baik berupa teori (buku-buku),

jurnal, dan data lapangan yang berkaitan sama kajian.

c. Lokasi pada kajian ini ialah tempat ttinggal pengkaji hingga

memudahkan pada pengambilan data.

C. Latar Belakang Permasalahan

Orang yakni makhluk sosial saling ketergantungan sama orang lainnya

dan punya akal dan budi. Kebudayaan yang sangat mengutamakan antara

orang sama sesamanya, pada tindak tanduk orang yang hidup pada suatu

kebudayaan serupa itu akan berpedoman pada tokoh-tokoh pemimpin, orang-

orang senior dan atasan. Pada suatu kebudayaan serupa akan sangat merasa

tergantung keada sesamanya, upaya supaya memelihara kaitan baik sama

tetangganya dan sesamanya yakni suatu hal yang dianggap sangat pokok pada

hidup.4

4
Rahman, A. A, Psikologi Sosial : Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan
Empirik,(Depok : PT. Grafindo Persada,2003), h. 76
4

Orang berkumpul disuatu warga dinamakan warga. Di pada warga

punya budaya dan tradisi yang berlakusupaya memperingatinya pada warga

setempat ialah diselenggarakannyaacara pernikahan atau acara besar lainnya.

Kejadian pernikahan ada sebagian rangkaian tradisi yang sangat erat yakni

aktivitas solidaritas tolong menolong tetangga sama sukarela saling

berkumpul menolong meluangkan baik tenaga, waktu, bahkan materi di

tempat hajatan tetangga mereka itu sama maksud menolong pemilik hajatan

diistilahkan sama rewangan.5

Praktik mengenai solidaritas, tolong-menolong, gotong royong selama

ini sulit ditemukan di kota-kota besar. Warisan luhur yang masih ada di

perdesaan ini pun sudah mulai terkontaminasi oleh gaya modern dan

kepraktisan. Begitu pula terjadi pada tradisi rewangan. Kenyataan yang

terjadi di sebagian daerah perdesaan dan perkotaan akhir-akhir ini, ada

sebagian tanda bergesernya kuantitas dan kwalitas rewangan sama hadirnya

produk-produk modern, baik yang bersifat material maupun immaterial,

begitu juga yang terjadi di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura

Bandar Lampung.6

Rewang selaku modal sosial dari adanya kaitan antar orang dan

sekaligus selaku sarana orang supaya lebih lanjut menaikan kwalitas kaitan

ini. Modal sosial juga bisa dibangun atau bermula dari kaitan berasaskan

kesukarelaan. Modal sosial bermula berkat kaitan baik individu di warga itu.

Modal sosial yang baik akan kembali jadi baik diwarga.


5
Wawancara sama Bpk. Cecep Lurah Gunung Terang Bandar Lampung, tanggal 05 April
2020
5

Interaksi Sosial yang di lakukan di Kelurahan Gunung Terang sangat

lah hangat di mana warga tidak memilah atau memilih-memilih sama suku,

budaya apa warga berinteraksi. Warga Kelurahan Gunung Terang sangat

menjunjung sifat solidaritas, alur tolong menolong yakni hal yang sudah biasa

di Kelurahan Gunung Terang, hingga hubugan warga Kelurahan Gunung

Terang terjalin sama harmonis.7

Alur pada penyelenggaraan Rewangan, tuan rumah akan mengundang

banyak orang dari bermacam lapisan mulai keluarga, saudara, tetangga,

kerabat, teman dan orang-orang yang mereka kenal supaya menghadiri acara

hajatan itu. Sama mengundang banyak orang, secara otomatis maka

pengeluaran supaya acara akan makin besar di sisi lain sumbangan akan

makin besar. Modal yang paling besar bagi seorang yang menggelar

pernikahan dan khitanan ialah kompetensi supaya menarik sumbangan dari

orang lain.8

Kenyataannya, aktivitas ini sangat digemari kaum ibu-ibu yang

menolong di bagian memasak. Disebabkan bisa berkumpul bersama supaya

menolong sang pemilik hajatan dan bisa berbincang-bincang supaya

mempererat tali silahturahmi. Disamping itu juga tidak menutup

kemungkinan bapak-bapak pun ikut senang supaya membatu sang pemilik

hajatan menolong mendirikan tenda serta bisa menikmati jamuan kopi, kue

kering, kue basah, buah-buahan dan bisa saling berbincang-bincang hangat.

7
Wawancara bersama Bapak Joko selaku warga RT 08 Kelurahan Gunung Terang tanggal
05 Mei 2020
8
Geertz, Clifford. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi pada Kebudayaaan Jawa,
(Depok:Komunitas Bambu, 2014),h. 146
6

Maraknya pemakaian jasa catering di perkotaan sudah sedikit

menggeser tradisi “rewangan” di Kelurahan Gunung Terang.9 Pemakaian jasa

catering bukan diterjemahkan pemakaian jasa secara besar dan mewah, akan

tetapi juga bisa dikerjakan secara kecil dan sederhana. Perilaku warga yang

secara nyata bisa dilihat di antaranya ialah pemakaian barang-barang instan

dan serba praktis yang secara tidak langsung hal itu sudah menggeser

kuantitas rewangan.10

Hasil pra survey pengkaji menemukan hal yang menarik berupa masih

adanya tradisi rewangan yang masih mengikuti adat dan toleransi bertetangga

yang kuat pada warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura,

namun permasalahan pada kajian ini tradisi rewangan yang sudah ada

bercampur sama tradisi modern berupa adanya jasa cettring. Beranjak dari

permasalahan ini pengkaji ingin mengkaji bagaimana perubahan Tradisi

Rewanganpada warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura

Bandar Lampung.11

D. Fokus Kajian

Fokus kajian yakni penetapan area spesifik yang akan diteliti. Kajian

ini dikerjakan pada Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Kota

Bandar Lampung. Kajian ini terfokus pada tradisi rewangan yang masih ada

pada warga kelurahan Gunung Terang walaupun sudah banyak catering dan

9
Wawancara sama Ibu Sumarni, selaku anggota Kelompok Rewangan RT 06 Gunung
Terang Bandar Lampung 03 April 2020
10
Parwoto, Dampak Globalisasi Berita dan Komunikasi pada Hidup Sosial Budaya,
(Timor-Timor: Depdikbud, 2007), h.381.
11
Wawancara sama RT 11 Bapak Suparin selaku RT Kelurahan Gunung Terang, tanggal 05
April 2020
7

kepraktisannya di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar

Lampung. Fokus pengkaji yakni warga yang masih ada memakai tradisi

rewangan pada warga Kelurahan Gunung Terang walaupun sudah banyak

yang memakai jasa cettring.

E. Rumusan Permasalahan

Melestarikan budaya dan adat serta memahami fungsi dan faedah

yang di kandung pada Rewangan jadi hal yang menarik, pengkaji akan

merumuskan permasalahan diantaranya ialah seperti ini:

1. Bagaimana Makna Tradisi Rewangan selaku perekat sosial dan nilai

ekonomi Warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura

Bandar Lampung ?

2. Bagaimana Perubahan Tradisi Rewanganpada warga Kelurahan Gunung

Terang Kecamatan Langkapura Bandar Lampung ?

F. Target Kajian

1 Supaya tahuMakna TradisiRewangan selaku perekat sosial dan nilai

ekonomi Warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura

Bandar Lampung secara menpada.

2 Supaya tahu Perubahan Tradisi Rewangan pada warga Kelurahan

Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.

G. Signifikan Kajian

Setiap kajian tentunya akan diperoleh hasil yang diharapkan bisa

memberikan kegunaan bagi pengkaji maupun pihak lain yang memerlukan.

Adapun kegunaan dari pnlitian ini mencangkup dua hal yakni :


8

1. Secara Teoritis

Selaku bahan acuan dibidang kajian yang sejenis dan diharapkan

bisamemberikan sumbangan pemikiran pada ilmu Sosiologi Agama.

2. Secara Praktis

a. Bagi Pengkaji Kajian ini bisa menambah pengetahuan selaku bekal

pada mengaplikasikan teoritik pada permasalahan praktis.

b. Bagi Warga Hasil kajian ini diharapkan bisa memberikan berita

mengenai aktivitas tradisi rewangan dan perubahan makna

rewangan jadi cettring pada warga Bandar Lampung.

H. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka yakni berita dasar rujukan yang pengkaji gunakan

pada kajian ini.Pada mengerjakan kajian ini pengkaji, mengadakan suatu

telaah kepustakaan, pengkaji menemukan skripsi yang punya kemiripan judul

yang akan pengkaji teliti, judul skripsi itu antara lain :

1. Skripsi sama judul “Tradisi Rewangan Pada Adat Perkawinan Komunitas

Jawa Di Desa Petapahan Jaya SP-1 Kecamatan Tapung Kabupaten

Kampar”, Karya ilmiah Sri Puspa Dewi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Riau 2015.

Perbedaan dari Skripsi diatas sama kajian ini yakni:

Dilihat dari permasalahannya pada kajian ini membahas mengenai tradisi

rewang selaku system pertukaran sosial pada pelaksanaan pernikahan

adat Jawa dan melihat sudut pandang dari tradisi rewangan pada saat

pesta pernikahan yang akan dikerjakan pada adat perkawinan komunitas


9

Jawa sedangkan perbedaan pada kajian saat ini yakni membahas

mengenai tradisi rewangan yang akhir-akhir ini punya perubahan makna

rewangan jadi cettring pada warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan

Langkapura Bandar Lampung.

2. Skripsi sama judul “Pergeseran Makna Pada Tradisi Rewang Di Desa

TambusaiKecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar”,Karya Ilmiah Ira

Nuvika mahasiswa Universitas sultan Ageng Tirtayasa 2017.

Perbedaan dari Skripsi diatas sama kajian ini yakni:

Dilihat dari permasalahannya pada kajian ini membahas mengenai

perubahan makna rewangan yang terjadi di desa Tambusai jadi corak

baru pada dihidup pedesaan, sedangkan perbedaan pada kajian saat ini

membahas mengenai tradisi rewangan yang masih ada pada warga

walaupun sudah banyak yang memakai jasa cettring di Kelurahan

Gunung Terang.

3. Skripsi sama judul “Rewang: Strategi Mengatasi Biaya Hajatan Pada

Rangka Mengikuti Perubahan Zaman Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli

Serdang Dusun IX Kuini Provinsi Swargaera Utara”, Karya Imiah

Novitasary mahasiswa Universitas Swargaera Utara.

Perbedaan dari Skripsi diatas sama kajian ini yakni:

Dilihat dari permasalahannya pada kajian ini membahas mengenai

bagaimana alur tradisi rewang yang terjadi di Dusun IX Kuini dan

bagaimana warga mempertahankan tradisi rewang hingga sampai saat ini.


10

Perbedaannya pada kajian saat ini yakni membahas tradisi rewangan

pada acara pernikahan di Kelurahan Gunung Terang.

Fokus kajian ini ialah membahas mengenai pergeseran dan perubahan

makna tradisi rewang Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Kota Bandar

Lampung.

I. Metode Kajian

Metode ialah cara yang tepat supaya mengerjakan suatu sama

memakai pikiran-pikiran secara seksama supaya mencapai target. Kajian ialah

pemikiran yang systematis mengenai bermacam permasalahan yang

pemahamannya memerlukan pengumpulan dan penafsiaran fakta-fakta.12

Berasaskan jenisnya, kajian ini yakni kajian kualitatif. Kajian kulitatif ialah

kajian yang dimaksud supaya memahami fenomena mengenai apa yang

dialami oleh subjek kajian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain, secara holistik dan sama cara deskripsi pada bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan sama memanfaatkan

bermacam metode alamiah.13

1. Pendekatan dan Prosedur Kajian

a. Pendekatan Kajian

Pendekatan yang dipakai oleh pengkaji pada kajian ini ialah

pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis ialah kajian yang

memakai logika-logika dan teori-teori sosial maupun klasik dan

12
Lexy, J, Meleong, Metode Kajian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.
11
13
Ibid. h. 20
11

modern supaya mendeskripsikan fenomena-fenomena sosial yang ada

di warga serta pengaruh suatu fenomena pada fenomena lain.14

Kajian sosial seringkali tertarik supaya melihat, memaparkan

dan menjabarkan fenomena warga dan kadang-kadang tertarik melihat

dan mendeskripsikan pengaruh suatu fenomena lain, supaya itu pada

kajiannya pengkaji memakai pendekatan sosiologis. Kajian ini sangat

berkaitan sama Tradisi Rewangan yakni warga saling berinteraksi satu

sama lain dan mengerjakan aktivitas solidaritas tolong menolong di

Warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar

Lampung.

b. Prosedur Kajian

Prosedur kajian dikerjakan sama mengorganisasikan data,

menjabarkan ke unit-unit tertentu supaya mengerjakan sintesa,

penyusun pada pola, memilih mana yang akan dipelajari dan

membikin ikhtisar yang akan diceritakan pada orang lain. Pada kajian

ini pengkaji memakai analisys data kualitatif, yang dimaksud sama

analisys data kualitatif ialah yang bersifat induktif, yakni suatu

analisys yang berasaskan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan pola kaitan tertentu atau jadi hipotesis. Konteks kajian

ialah ini mengumpulkan data hasil amatan yang ada di warga

Kelurahan Gunung Terang.15

2. Partisipan dan Tempat Kajian


14
J. R. Raco, Metodologi Kajian Kualitatif Jenis, Ciri, dan Keunggulannya, (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), h. 70.
15
Ibid. h. 15
12

Kajian ini dikerjakan di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan

Langkapura Bandar Lampung.Pengkaji memilih daerahKelurahan

Gunung Terang Kecamatan Langkapura selaku tempat kajian sebab

lokasi tempat kajian dekat sama rumah pengkaji hingga bisa

meringankan biaya saat alur kajian.

Pada kajian ini, ada populasi dan sampel guna mempermudah

pada kajian.

a. Populasi

Populasi ialah keseluruhan objek kajian. Populasi yakni suatu

data yang jadi atensi kita pada suatu ruang lingkup dan waktu yang

kita tentukan.16 Populasi pada kajian ini ialah warga Kelurahan

Gunung Terang Kecamatan Langkapura yang mengerjakan tradisi

rewangan berjumlah 400 jiwa.17

b. Sampel

Sampel ialah sebagian atau wakil yang akan diteliti.18 Sampel

yakni bagian dari jumlah dan krakteristik populasi dari suatu yang jadi

objek kajian (populasi). Bila populasi besar dan pengkaji tidak

mungkin mempelajari seluruh yang ada pada populasi. Maka dari itu

sempel dari populasi mesti betul-betul representative (mewakili).

16
Margono S, Metodologi Kajian Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 118.
17
Zariah, Selaku Ketua Rewangan Gunung Terang Wawancara, Pada tangal 25 Juli2020
18
Ibid, h.17
13

Sampel yang dipakai pengkaji pada kajian ini ialah sampling

porposive yang yakni tekhnik penentuan sampel sama

pertimbangantertentu.19 Kita memilih orang selaku sampel sama

memilih orang yang benar-benar tahu atau punya kompetensi sama

topik kajian.20

Persyaratannya ialah seperti ini;- Penduduk Kelurahan Gunung

Terang mulai dari Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan juga remaja yang aktif

melaksanakan aktivitas rewangan.

Adapun semple pada kajian ini yakni :

1. Lurah berjumlah 1 orang (Bpk. Cecep)

2. RT berjumlah 6 orang , 02, 03, 07, 08, 11, 12

3. Tokoh Warga berjumlah 2 orang (Bpk. Hasanuddin dan Bpk.

Selamet)

4. Kelompok Rewangan warga Kelurahan Gunung Terang

berjumlah 1-6 Kelompok.

3. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dikerjakan sama cara pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi. Metode ini dipakai supaya tahu data yang

seirama sama target kajian yang objektif.

19
Amri Darwis, Metode Kajian Kependidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers 2014), h.45
20
Nanang Martono, Metode Kajian Sosial Pola-Pola Kunci (Jakarta: Raja
GrapindoPersada,2015) h.318
14

a. Pengamatan

Pengamatan atau amatan yakni aktivitas pencatatan fenomena

yang dikerjakan secara systematis.21Pengamatan sebenarnya yakni

amatan yang dikerjakan baik secara langsung dan tidak langsung.

Adapun jenis pengamatan pada kajian ini ialah pengamatan non

partisipan artinya di mana observer tidak ikut di pada hidup orang

yang akan di pengamatan, dan secara terpisah berkedudukan selaku

pengamat. Di pada hal ini pengkaji hanya bertindak selaku penonton

tanpa mesti ikut terjun langung ke lapangan, artinya pengkaji hanya

mengamati hidup tradisi rewangan yang terjadi di warga Kelurahan

Gunung Terang Kecamatan Langkapura.

b. Interview (wawancara)

Metode interview yakni alur tanya jawab lisan antara dua orang

atau lebih berhadapan secara fisik yang satu bisa melihat muka dan

yang lain mendengarkan suaranya. 22

Pengkaji memakai wawancara terstruktur yang artinya memakai

pedoman wawancara yang sudah tersusun secara systematis dan

lengkap supaya mengumpulkan data.Interview yang pengkaji gunakan

ialah interview bebas terpimpin yakni menginterview sama membawa

keragka pertanyaan supaya disajikan. Pengkaji akan memperolehkan

info sama mewawancari narasumber yang berkaitan, yang dikerjakan

tatap muka secara langsung dan mengumpulkan data sama memakai

21
IdrusMuhammad. Metode Kajian Ilmu Sosial. Ed.2. (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 101
22
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Jogyakarta: Fakultas Pisikologi UGM,2016), h.142
15

alat bantu seperti handphone dan alat perekam lainnya supaya

melancarkan alur pelaksanaan wawancara itu. Wawancara disini

ditunjukkan pada warga Kelurahan Gunung Terang yang

melaksanakan tradisi rewangan dan ketua-ketua rewangan per RT.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni metode yang dipakai pengkaji

supaya menyelidiki seperti buku-buku, majalah, dokumentsi, catatan,

agenda, dan sebaginya. Selaku objek yang di perhatikan pada

memperoleh berita bisa mempersatukan tiga macam sumber yakni

tulisan (paper), tempat (place), dan orang (people).23

4. Prosedur Analisys Data

Alur analisys data dimulai sama menelaah seluruh data yang

tersedia dari bermacam sumber, yakni mulai dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan pada catatan lapangan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, dan selakunya.24Secara garis besar

tekhnik analisys data kualitatif mencakup reduksi data, penyajian data,

verification, dan keabsahan data.

a. Reduksi Data

Mereduksi data yakni merangkum, memilih, menggolongkan

atau mengkatagorikan ke pada tiap permasalahan yang pokok,

memfokuskan ke hal yang pokok dan membuang yang tidak pokok.

Data yang direduksi kan memberikan gambaran yang lebih spesifik

23
Sutrisno Hadi, Metode Kajian Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), h. 233
24
Lexy J. Moleong, Op.Cit, h. 247
16

dan mempermudah pengkaji mengerjakan pengumpulan data

selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan.25

b. Penyajian Data

Sesudah direduksi maka data akan disajikan pada bentuk

paparan teks yang bersifat narasi, Selain narasi teks, penyajian data

juga bisa berupa bagan, grafik, denah, dan tabel. Target dari

mendeskripsikan data ialah supaya hasil kajian ini mudah dimengerti.

c. Verifikasi Data
Langakah ini ialah berupa penarikan ikhtisar apabila ikhtisar

awal yang dikemukakan bersifat sementara.Pada kajian kualitatif,

ikhtisar yang dibisa kemungkinan bisa menjawab fokus kajian yang

sudah dirancang sejak awal.dan diharapkan bisa menemukan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada.

5. Penarikan Ikhtisar

Aktivitas berikutnya yang pokok ialah penarikan ikhtisar dari

permulaan pengumpulan data, seorang penganalisys kualitatif mulai

mencari-cari arti pola-pola, penjabaran, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin alur sebab-akibat dan proposisi.26

Dan alur selanjutnya selaku langkah terakhir ialah pengambilan

ikhtisar sama memakai motode deduktif yakni suatu cara penganalisaan

pada suatu objek tertentu sama bertitik dari amatan hal-hal yang bersifat

global, lalu menarik ikhtisar yang bersifat khusus. Dari analisa dan

25
Sugiyono. Metodologi Kajian Kualiatatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2011), h.140
26
Imam Suprayogo, dan Tobroni, Metodologi Kajian Sosial Agama,(Bandung: PT
RemajaRordakarya, 2001), Cet Ke-1. h. 195.
17

ikhtisar itu maka akan terjawab pokok-pokok permasalahan yang dikaji

pada suatu kajian.


18

BAB II

Tradisi Rewangan dan Interaksi Sosial

A. Pengertian Tradisi Rewangan

1. Tradisi Rewangan

Menurut Mardimin, tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun

dalam suatu masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran

kolektif sebuah masyarakat.1 Menurut Soejono Soekanto, tradisi adalah

perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk yang sama.

Lebih lanjut menurut Dahri, tradisi adalah suatu kebiasaan yang

teraplikasikan secara terus menerus dengan berbagai simbol dan aturan

yang berlaku pada sebuah komunitas. Tradisi adalah kompleks yang

mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat serta lain-lain yang berkaitan dengan kemampuan dan kebiasaan

manusia sebagai anggota masyarakat.

Soemardi seperti dikutip Purwanto S.U, mengemukakan, bahwa

kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia

dalam masyrakat. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta

budaya yang merupakan bentuk jamak dari kata budi yang berarti

budiatau akal. Maka kebudayaan diartikan sebagai hal yang

bersangkutandengan budi atau akal.2

Sedangkan menurut Mursal Esten, tradisi adalah kebiasaan-

kebiasaan turun-menurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai


1
Mardimin dan Johanes, Jangan Tangisi Tradisi, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 90
2
Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Edisi Revisi Jakarta : Rajawali, 2015),
h.102-106
19

budayamasyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan

bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam

kehidupanyang bersifat gaib atau keagamaan.3 Di dalam tradisi diatur

bagaimana manusia berhubungan dengan manusia yang lain atau satu

kelompok manusia dengan kelompok yang lain. Bagaimana manusia

bertindakdengan lingkungannya, bagaimana perilaku manusia terhadap

alam lain. Iaberkembang menjadi satu sistem, memiliki pola dan norma

sekaligus juga mengatur penggunakan sanksi dan ancaman terhadap

pelanggaran yang menyimpang.

Rewangan tidak hanya mampu mengatur perilaku sosial

anggotanya, tetapi juga mempunyai nilai yang praktis dan ekonomis.

Melalui tradisi rewangan masyarakat mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan cepat dan tepat, serta sangat menghemat pihak keluarga yang

melaksanakan acara pernikahan dari sisi ekonomis.4 Hal ini karena

adanya sumbangan dan kerelaan dari anggotamasyarakat dalam

membantu keluarga yang melangsungkan acara perkawinan. Di samping

itu, Rewangan juga menciptakan ikatan morilyang lebih erat, baik antar

keluarga, maupun antar individu dalam masyarakat. Karena dengan

adanya tradisi rewangan ini akan mampun menghubungkan ikatan-ikatan

persaudaraan yang sudah agak merenggangdan bisa meredakan konflik-

konflik kecil yang terjadi di tengahmasyarakat.

3
Ritzer George dan Goodman, Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik
SampaiPerkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Yogyakarta: Kreasi Wac, 2009), h.
102
4
Ibid, h.80
20

Tradisi Rewangan telah mampu meretas lintas batas etnis,

stratifikasi sosial dan status sosial yang ada di tengah masyarakat. 5

Dengan demikian, tradisi ini sifatnya egaliter dan kosmopolit.Tidak ada

kesansiapa yang dieksploitasi dan siapa yang mengeksploitasi, yang

adahanyalah upaya pencapaian tujuan bersama. Setiap anggota

masyarakatakan menikmati kegunaan dan manfaat dari tradisi ini, apabila

keluargamereka melaksanakan pernikahan dan khitanan.

Menurut Dewi, Tradisi Rewangan adalah sebuah norma yang

memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak

sebagai mana seharusnya yang dilakukan apabila ada warga yang

melaksanakan pesta pernikahan. Menurut Idawiya, berpendapat bahwa,

tradisi rewangan adalah suatu kegiatan saling membantu dengan

menggunakan tenaga guna mempersiapkan pesta yang sudah dilakukan

secara turun temurun.6

Masyarakat diatur tindakannya dan tata kelakuannya, melalui

tradisi rewangan, terutama berkaitan dengan pelaksanaan acara

perkawinan. Rewangan sebagai pranata yang dianggap penting oleh

pendukungnya,mengatur peran yang harus dimainkan oleh setiap warga

masyarakat. Karena dengan tradisi ini hubungan individu dengan

individu yang lain atau hubungan antar keluarga diatur dan diikat oleh

satu sistem nilai budaya yang dikandungnya.7 Dengan demikian, setiap

5
Ibid, h.57
6
Dewi, Sri Puspa. Tradisi Rewangan Dalam Adat Perkawinan Komunitas Jawa. Jom
Fisip Vol. 2, No. 2, 2015.
7
Geertz, Cliford, Keluarga Jawa. (Jakarta: Grafiti Pers, 2005), h. 17
21

warga masyarakat harus mematuhi sistem nilai yang berlaku, kalau tidak

mau "dikucilkan"oleh masyarakat lainnya.

Tradisi Rewang memang menuntut partispasi penuh masyarakat,

karenatanpa partisipasi masyarakat, tradisi ini sama sekali tidak

mungkindilaksanakan.8 Setiap anggota masyarakat yang diundang,

biasanyamenunjukkan partisipasi aktif, dan kalaupun mereka tidak bisa

mengikutinya karena ada hal yang penting biasa orang tersebut akan

memberitahu kepada tuan rumah, namun partisipasi dalam bentuk lain

(seperti sumbangan uang), tetap dilakukan.

Artinya, dalam keadaan bagaimanapun, setiap anggota masyarakat

yang diundang sebagai peserta rewang, jelas menunjukkan partisipasi

sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia. Jika kita lihat lebih

jauh, anggota masyarakat yang terlibat terdiri dari kaum bapak-bapak,

ibu-ibu, serta remaja putra dan putri. Setiap kelompok ini biasanya sudah

mengerti bidang pekerjaan mereka, meskipun tidak ada pembagian secara

tertulis (karena kepanitiaanhanya berlaku pada hari H).

Kaum bapak-bapak lebih banyak mengambil bagian dalam bidang

yang sifatnya membutuhkan keahlian, seperti memasak nasi, memasak

air, membuat bangsal, dan lain sebagainya. Sementara itu, kelompok

pemuda lebih banyak mengambil bagian dalam bidang yang

membutuhkan tenaga, seperti pekerjaan angkat mengangkat, pikul

memikul, termasuk juga mendekorasi, dan lain sebagainya. Dan

8
Ibid, h.143
22

kelompok ibu-ibu serta remaja putri lebih banyak mengambil bagianyang

terkait dengan persoalan dapur (masak memasak), hias menghias,dan lain

sebagainya

1. Tinjauan Mengenai Catering

Menurut Kamus Inggris-Indonesia, Catering berasal dari kata cater

yang berati; (1) memenuhi, (2) melayani, (3) menyediakan makanan.

Catering memiliki pengertian melayani pesanan untuk pesta-pesta, dan

sebagainya.9 Usaha catering adalah suatu usaha dalam bidang jasa boga

yang memberikan jasa pelayanan terhadap pemesanan makanan dan

minuman untuk jamuan makan. Macam-macam catering :

1) Inside catering, yaitu pelayanan pemesanan makanan dan minuman

di tempat di mana makanan itu diolah. Contohnya adalah restoran,

hotel, motel, kereta api, dan sebagainya.

2) Outside catering, yaitu pelayanan pemesanan makanan dan

minuman yang dibawa keluar dari tempat makanan itu diolah ke

tempat pemesanan. Contohnya adalah pelayanan rantangan, resepsi

pernikahan, arisan, pesta ulangtahun, dan sebagaimya.

Sejak zaman dulu, makan menjadi kebutuhan setiap orang.Apalagi

sebagian besar acara menyuguhkan makanan sebagai pelengkap,

misalnya arisan, perkawinan, ulang tahun, dan syukuran.Pada awalnya,

sebagian masyarakat, sanak keluarga, dan tetangga bergotong-royong

9
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h. 103.
23

untuk memasak apabila ada perayaan atau acara istimewa.Sekarang,

kebiasaan ini sudah jarang dijumpai, terutama di perkotaan. Jasa catering

menjadi andalan sehingga bisnis catering menjadi pilihan beberapa

orang.10 Penggunaan jasa catering kini juga telah merambah di

perkotaan, termasuk di Kelurahan Gunung Terang.Dahulu masyarakat

melakukan tolong-menolong dalam tradisi rewangan ketika ada

pernikahan dan khitanan di rumah tetangganya, kini dengan modernisasi

yang begitu cepat masyarakat sebagian telah menggunakan jasa

catering, baik secara inside catering maupun outside catering.

2. Makan dan Budaya Makan

Makan berkaitan dengan masalah kebiasaan, kepercayaan,

keyakinan dan bahkan status sosial dalam masyarakat.Makan adalah inti

kebudayaan, dan inti kebudayaan adalah sesuatu yang sulit

dirubah.Selanjutnya, makan bukan saja persoalan kebutuhan biologi dan

psikologi manusia melainkan terkait dengan masalah sosial budaya yang

ada dalam masyarakat.11 “Kebiasaan makan dalam antropologi dikatakan

sebagai suatu kompleks kegiatan masak-memasak, masalah kesukaan dan

ketidaksukaan, kearifan rakyat, kepercayaan-kepercayaan, pantangan-

pantangan dan tahayul-tahayul yang berkaitan dengan produksi,

persiapan dan konsumsi makanan, sebagai suatu kategori budaya yang

penting”.

10
Ibid,h. 34
11
Foster, George M dan Barbara Gallatin Anderson, Antropologi Kesehatan. Penerjemah
Priyanti Pakan Suryadarma dan Meutia F. Hatta Swasono, (Jakarta: UI Press, 2013), h.52
24

Foster menjelaskan bahwa kebiasaan makan adalah hal yang sangat

menantang untuk dirubah diantara semua kebiasaan, karena apa yang kita

sukai dan tidak sukai, kepercayaankepercayaan kita terhadap apa yang

dapat dimakan dan yang tidak di makan, dan keyakinan-keyakinan

tersebut sudah terbentuk sejak usia muda.12 Dalam kajian antropologi ada

dua pendekatan dalam mengkaji hubunganmakan dan kebudayaan.

“Yakni pertama, Foster menyatakan bahwa makan merupakan

unsur budaya, memiliki nilai-nilai ritual, kepercayaan dan lain

sebagainya.13 Foster menunjukkan kecenderungan kajiannya pada

masalah-masalah dalam mengkaji makan adalah karena faktor

kebudayaan. Faktor kebudayaan adalah satu-satunya penyebab tanpa

menghubungkannya dengan faktor lain”.

“Berbeda dengan pendapat kedua, oleh Jerome, Kandel dan Pelto

(Mereka melihat bahwakebiasaan makan sangat dipengaruhi

olehkebutuhan biologis dan psikologis individu. Sementara faktor-

faktorlainnya seperti halnya faktor kebudayaan dan ideologi, lingkungan

fisik, lingkungan sosial, organisasi sosial dan teknologi hanya sebagai

pelengkap”.

3. Kelompok Rewangan, Juru Masak, dan Catering

a) Kelompok Rewangan

Kelompok rewangan merupakan bentuk dari turut andilnya

warga dalam suatu acara pernikahan. Kelompok ini terfokus kedalam

12
Ibid, h.62
13
Ibid, h.68
25

kegiatan tolong menolong antar warga yang menyelenggarakan acara

pernikahan, khitanan, syukuran, maupun acara lainnya. Kelompok

ini berisikan anggota-anggota yang biasa mengikuti kegiatan

rewangan dan diketuai oleh seorang yang biasa mengkoordinir

anggotanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan Rewangan.

Kelompok biasanya dibentuk karena kesamaan tujuan dari setiap

anggotanya, dan juga kelompok rewangan ini melakukan

pekerjaannya tanpa pamrih atau diupah.14

b) Juru Masak

Juru Masak adalah orang yang menyiapkan makanan untuk di

santap.Juru masak biasanya dapat dijumpai pada kegiatan yang

berkaitan dengan acara-acara penting seperti pernikahan, khitanan,

dan acara-acara adat lainnya. Juru masak biasanya sengaja dipanggil

oleh sang pemilik hajat untuk bekerja membantu pada bagian dapur

hajatan. Juru masak juga biasanya memiliki pengalaman yang cukup

lama pada bidang tersebut dan sengaja dibayar untuk pekerjaannya.

c) Catering

Catering adalah suatu usaha di bidang jasa dalam hal

menyediakan atau melayani permintaan makanan, untuk berbagai

macam keperluan. Sedangkan menurut Sjahmien Moehyi,

menyatakan bahwa Catering adalah jenis penyeleggaraan makanan

yang tempat memasak makanan berbeda dengan tempat

14
Esten Mural, Tradisi dan Perubahan (Yogyakarta: Angkasa Raya, 2000), h. 126
26

menghidangkan makanan. Makanan jadi diangkut ketempat lain

untuk dihidangkan, misalnya ke tempat penyelenggaraan acara

pernikahan, khitanan, rapat, pertemuan, kantin atau kafetaria

industri.15 Makanan yang disajikan dapat berupa makanan kecil dan

dapat juga berupa makanan lengkap untuk satu kali makan atau lebih,

tergantung permintaan pelanggan.

Catering yang melayani keluarga biasanya mengantarkan

makanan dengan menggunakan rantang yang lebih dikenal dengan

sebutan makanan rantang. Jasa catering ini sengaja di bentuk dengan

motif ekonomi yang dengan sengaja menjual jasanya untuk dibayar,

dan budaya modern masakini.16 Sejak zaman dulu, makan menjadi

kebutuhan setiap orang. Apalagi sebagian besar acara menyuguhkan

makanan sebagai pelengkap, misalnya arisan, perkawinan, ulang

tahun, dan syukuran. Pada awalnya, sebagian masyarakat, sanak

keluarga, dan tetangga bergotong-royong untuk memasak apabila ada

perayaan atau acara istimewa. Sekarang, kebiasaan ini sudah jarang

dijumpai, terutama di perkotaan.Jasa catering menjadiandalan

sehingga bisnis catering menjadi pilihan beberapa orang.

Penggunaan jasa catering kini juga telah merambah di

perkotaan, termasuk di Kelurahan Gunung Terang. Dahulu

masyarakat melakukan tolong-menolong dalam tradisi rewangan

15
Doddy Pamuji. Antropologi Praktis Usaha Katering. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1994. h. 97.
16
Ibid, h.102
27

ketika ada hajatan tetangganya, kini telah di kontaminasi oleh jasa

catering, baik secara inside catering maupun outside catering.17

Dari ketiga definisi konsep diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kelompok Rewangan, Juru Masak, dan Catering bergerak

pada bidang yang sama, yang membedakannya adalah tujuan dari

dibentuknya kelompok-kelompok diatas. Kelompok rewangan

dibentuk dengan tujuan membantu tanpa pamrih sedangkan Juru

masak dan catering dibentuk dengan motif ekonomi.

B. Masyarakat dan Interaksi Sosial

1. Definisi Masyarakat

Para ilmuwan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi tunggal

tentangmasyarakat dikarenakan sifat manusia selalu berubah dari waktu

ke waktu. Pada akhirnya, pada ilmuwan tersebut memberikan definisi

yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Berikut ini beberapa

definisi masyarakat menurut pakar sosiologi.23

1. Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang

hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang

pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilainilai yang dominan

pada warganya

Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan

objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.


17
Ibid. h. 109
23
Setidi Elly M. dan KolipUsman, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta:Prenadamedia, 2013), h. 147
28

Kehidupan sebuah masyarakat merupakan sebuah sistem sosial di mana

bagian-bagian yang ada di dalamnya saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya dan menjadikan bagian-bagian tersebut menjadi suatu

kesatuan yang terpadu.24 Masyarakat sebagai sekumpulan manusia

didalamnya ada beberapa unsur yang mencangkup. Adapun unsur-unsur

tersebut adalah :

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan kesatuan

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Menurut Emile Durkheim keseluruhan ilmu pengetahuan tentang

masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip fundamental yaitu realitas

sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala

kekuatan didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wada yang paling

sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat masyarakat

sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya

manusia sebagai tujuan bersama.25

Manusia selalu memiliki rasa untuk hidup berkelompok akibat dari

keadaan lingkungan yang selalu berubah atau dinamis. Perubahan-

perubahan tersebut memaksa manusia memakai akal, kreativitas, perasaan

serta daya tahannya untuk menghadapinya seperti dalam kondisi hari besar

seperti hajatan dan khitanan membutuhkan individu atau kelompok untuk


24
Soleman B Taneko. Struktur Dan Proses Sosial ; Suatu Pengantar Sosiologi,
(Jakarta:Prenadamedia, 2013), h. 25-30
25
Ibid. h. 15
29

mensukseskan acara tersebut, dalam kondisi lapar seseorang pergi ke

warung untuk mencari makan, dalam kondisi sakit seseorang berobat ke

rumah sakit untuk kesembuhannya, untuk mencari ikan di tengah laut

seorang manusia membutuhkan kapal dan lain sebagainya.

Para ilmuwan di bidang sosial sepakat bahwa kehidupan manusia

tidak statis tetapi akan selau berubah (dinamis), kondisi inilah yang disebut

sebagai perubahan sosial. Menurut More perubahan sosial diartikan

sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, pola-pola perilaku

dan sistem interaksi sosial, termasuk di dalamnya perubahan nilai, norma,

dan fenomena kultural.Sebuah perubahan akan selalu hadir dalam

perjalanan hidup manusia yang menjadi dinamika kehidupannya. 26 Hanya

yang menjadi perbedaan adalah perubahan tersebut terjadi secara cepat

atau lambat, bahkan seseorang atau sekelompok orang sekalipun yang

hidup di daerah terpencil pasti akan mengalami dinamika kehidupan

Menurut Koentjaraningrat, Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris

adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan.

Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut

serta dan berpartisipasi).Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang

saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. 27Suatu

kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya

26
NarwokoJ. Dwi dan Suyanto Bagong, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2017), h. 180
27
Muhammad Barowi dan Suyono, Memahami Sosiologi (Surabaya : Luthfansah
Mediantama, 2004), h. 40
30

dapat saling berinteraksi.28 Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu

yangbersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki

keempat ciri yaitu:

1) Interaksi antar warga-warganya,

2) Adat istiadat,

3) Kontinuitas waktu,

4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

Adapun dalam penelitian ini adalah masyarakat yang saling

berinteraksi individu dengan individu kelompok dengan kelompok dan

mereka saling bekerja sama demi tercapainya tujuan masyarakat yang

harmonis kaya dengan solidaritas dan saling menghagai suku, ras dan

budaya.29 Hubungan yang baik di Kelurahan Gunung Terang Melahirkan

suatu kebudayaan yaitu tradisi “Rewangan”, tetapi tradisi yang sudah ada

sejak lama kini mulai memudar di karenakan adanya barang-barang yang

serba praktis yaitu Cattering, di sini peneliti ingin melihat Makna

Perubahan Tradisi Rewangan yang ada di Kelurahan Gunung Terang

Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.

2. Interaksi Sosial

Menurut Selo Soemardjan, Interaksi sosial adalah hubungan

timbal balik antara manusia (individu) dengan berbagai segi kehidupan


28
Koentjaraningrat dalam Eko Murdiyanto, Sosiologi Perdesaan Pengantar Untuk
Memahami Masyarakat Desa, (Yogyakarta: Wimaya Press UPN Veteran, 2008), h. 46.
29
Ibid. h. 51
31

bersama.Hubungan sosial yang dinamis, berupa hubunganantara individu

yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan

kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. 18

Interaksi sosial bisa saja disebut dengan kontak sosial yaitu

suatu bentuk proses sosial yang dilakukan oleh masyarakat karena

interaksi sosial merupakan syarat yang paling utama untuk terjadinya

aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk hubungan

manusia secara dinamis menyangkut hubungan antara perorangan atau

kelompok.

Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya

hubungan sosial komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi

dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.

Beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya

komunikasi atau interaksi sosial.Sumber Informasi tersebut dapat terbagi

dua, yaitu ciri fisik dan penampilan.19 Ciri fisik adalah segala sesuatu

yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin,

usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk

tubuh, penampilan berbusana, dan wacana. Interaksi Sosial merupakan

salah satu wujud dan sifat manusia yang hidup bermasyarakat

mempunyaiaturan tertentu.

Menurut kodratnya, manusia adalah mahkluk masyarakat.

Manusia selalu hidup bersama dan berada di antara manusia lainnya,


18
Soemardjan, Selo. Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1998), h. 78
19
Ibid. h. 102
32

dalam bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi dan

berinterinteraksi dengan manusia lainnya, keadaan ini terjadi karena

dalam diri manusia terdapat dorongan untuk bermasyarakat di samping

dorongan keakuan. Dorongan bermasyarakat dari dorongan keakuan

mendorong manusia bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri. 20

Eksistensi kehidupan manusia hanya ditandai oleh pergaulan

dalam banyak hal, keberhasilan seseorang memenuhi kebutuhan

hidupnya seperti bidang ekonomi, keamanan, dan lain-lain disebabkan

pandainya ia bergaul dengan orang lain. Teredarnya sifat keakuan daan

timbulnya sifat kemasyarakatan, dalam diri seseorang dapat juga

disebabkan adanya hasrat tolong menolong dan simpati. Sifat simpati

yaang mendalam mengakibatkan ia mau membantu atau menolong orang

lain. Hasrat ini pulalah yang mengakibatkan seseorang dapat berkumpul

dan bermasyarakat.21

Interaksi sosial yang terjadi antar warga di Kelurahan Gunung

Terang juga bisa dibilang harmonis. Masyarakat biasanya lebih memilah-

milah pada siapa mereka berhubungan. Hal ini di karenakan warga

Kelurahan Gunung Terang menjunjung tinggi sifat solidaritas tidak

memandang suku, ras dan budaya warga berinteraksi sehingga sangat

hangat hubungan warga, sehingga hubungan interaksinya semakin intim

bagi warga yang memang sangat menghargai adanya kebudayaan dan

menganggap dengan perbedaan-perbedaan akan mempererat suatu

20
George Ritzer, Op. Cit h. 293.
21
Ibid. h. 294
33

hubungan karena manusia diangap selalu membutuhkan sesuatu yang

baru dengan belajar budaya lain diuar kelompoknya.22

Berdasarkan Interaksi Sosial yang di lakukan secara berulang-

ulang melahirkan suatu kebudayaan yaitu Tradisi “Rewangan” yang

mana warga dengan sukarela membantu warga lain yang membutuhkan

seperti acara hajatan atau khitanan untuk membantu baik itu materi

maupun immateri hal ini terjadi di Kelurahan Gunung terang.

B. Teori Interaksionisme Simbolik Blumer

Bagi Blumer interaksionisme-simbolis bertumpu pada tiga premis30:

a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada

pada sesuatu itu bagi mereka. Maksudnya, manusia bertindak atau

bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas

pemikiran yang mereka kenakan kepada pihak lainnya tersebut.

b. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.

Maksudnya adalah makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau

objek secara alamiah. Makna muncul dari hasil proses negosiasi melalui

melalui penggunaan bahasa.

Di sini, blummer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam

proses pemaknaan.

c. Makna-makan tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial

berlangsung. Maksudnya adalah sebelum manusia bisa berfikir, kita

22
Wawancara bersama Yunita Sari selaku Ketua rewang RT 07 Kelurahan Gunung Terang
tanggal 03 Mei 2020
30
Soeprapto Riyadi. Interaksionisme Simbolik: Perspektif Sosiologi Modern. (Averroes
Press : Pustaka Pelajar, 2002), h. 54-88
34

butuh bahasa. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik.

Bahasa pada dasarnya ibarat sofware yang dapat menggerakkan pikiran

kita.

Prinsip-prinsip dasar dalam interaksionisme simbolik ini memberikan

asumsi bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berfikir. Dengan

kemampuan berfikir yang dimiliki oleh manusia inilah yang membedakan

manusia dari binatang. Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana

individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan menggunakan simbol-

simbol yang bermakna.31 Melalui proses interaksi dengan diri sendiri,

individu memilih yang mana diantara stimulus yang tertuju kepadanya yang

akan ditanggapinya.simbol sendiri merupakan sesuatu yang nilai atau

maknanya yang diberikan kepadanya sesuai dengan orang yang

mempergunakannya.

Manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif yang menyatukan

obyek-obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut Blumer sebagai

proses self-indication. Self-indication adalah “proses komunikasi yang sedang

berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya

makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu”. 32

Sebagian besar tindakan bersama berulang-ulang dan stabil,

melahirkan apa yang disebut “kebudayaan” dan “aturan sosial”. Eksistensi

ataupun pergeseran tradisi “rewangan” dipengaruhi oleh tindakan-tindakan

yang dipilih oleh individu berdasarkan tindakan yang dimaknainya melalui

31
Ibid. h. 61
32
Ibid. h. 90-94
35

interaksinya di dalam masyarakat. Makna “rewangan” yang dipahami dan

diinternalisasi masyarakat Kelurahan Gunung Terangakan mempengaruhi

tindakan individu untuk melakukan tindakan sosial tertentu: tetap menjaga

eksistensinya, atau sebaliknya.

B. Tinjauan Mengenai Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang

memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola

perilaku di antara kelompok-kelompok. Setiap individu atau masyarakat

pastinya mengalami perubahan baik di lingkungan masyarakat dan keluraga. 33

Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi memengaruhi

cara pengornisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja.

Menurut Emile Durkheim perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-

faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari

kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi

masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organik. 34

Peneliti memfokuskan perubahan tradisi rewangan pada perubahan

solidaritas organik dimana masyarakat masing-masing tidak dapat lagi

memenuhi semua kebutuhannya sendiri, melaikan ditandai oleh saling

ketergatungan yang amat besar dengan orang dan kelompok lain. Karena

perubahan solidaritas organik ini biaasanya terjadi dimasyarakat perkotaan

33
Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. (Jakarta : Bumi Aksara. 1992), h.
10-40
34
Pip Jones, Pengantar Teori-teori Sosial ; Teori Fungsionalisme Hinga Pos Modernisne
(Cet.II ; Jakarta : yayasan Pustaka obor Indonesia, 2010), h. 46-52
36

yang dimana hubungan yang dibangun atas dasar hubungan pekerjaan dan

kebutuhan materi.

Perubahan sosial menurut Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan

perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang

dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku interaksi sosial”.

Moore memasukkan ke dalam definisi perubahan sosial berbagai ekspresi

mengenai struktur seperti nilai, norma, dan fenomena kultural. Perubahan

sosial didefinisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses

sosial, pola sosial, dan bentuk-bentuk sosial, serta setiap modifikasi pola antar

hubungan yang mapan dan standar perilaku.35

Menurut Roy Bhaskar, perubahan sosial biasanya terjadi secara wajar

(naturaly), gradual, bertahap, serta tidak pernah terjadi secara radikal atau

revolusioner. Perubahan masyarakat dalam arti luas, diartikan sebagai

perubahan atau perkembangan dalam arti positif maupun negatif.36 Pada

umumnya motivasi disebabkan oleh kemajuan teknik atau technical change.

Setiap penemuan teknik akibat perubahan terhadap material manusia,

pengetahuan atau penemuan teknik atau teknologi dapat mengakibatkan

perubahan masyarakat di segala sektor masyarakat, yaitu mengubah pendapat

dan penilaian orang terhadap apa yang ada. Menurut MacIver, perubahan

sosial sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial.

1. Konsep dasar Perubahan Sosial

35
Wilbert Moore dalam Robert H Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial, (Jakarta:
Bina Aksara, 1989), h. 4.
36
Roy Bhaskar dalam Agus Salim, Perubahan Sosial (Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi
Kasus Indonesia),(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 20.
37

Mencakup tiga gagasan: perbedaan, pada waktu yang berbeda, di

antara keadaan sistem sosial yang sama. Perubahan dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis seperti berikut:

a. Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta

tindakan mereka).

b. Hubungan antar unsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas,

ketergantungan, hubungan antar individu, integrasi).

c. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan

yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu

untuk melestarikan ketertiban sosial).

d. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja

yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam

kelompok, prinsip rekruitmen dalam organisasi, dan sebagainya).

e. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau divisi

khusus yang dapat dibedakan).

f. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).

2. Bentuk-Bentuk Perubahan

Dibedakan menjadi ke dalam beberapa bentuk, antara lain 37:

a. Perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat dan secara cepat.

37
Ibid. h. 24
38

b. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan-

perubahan yang berpengaruh besar.

c. Perubahan yang dikehendaki atau perubahan yang direncanakan dan

perubahan yang yang tidak dikehendaki atau perubahan yang tidak

direncanakan.

Sebab-sebab perubahan sosial sumbernya mungkin ada yang

terletak pada masyarakat itu sendiri (berkurang atau bertambahnya

penduduk, penemuan-penemuan baru, revolusi, pertentangan dalam

masyarakat).38 Ada pula sebab-sebab perubahan sosial dan kebudayaan

yang letaknya di luar masyarakat lain atau dari alam sekitarnya; antara

lain meliputi: bencana alam, peperangan, dan pengaruh dari kebudayaan

lain. 39

Mekanisme perubahan sosial harus memperhatikan tiga perspektif

penting, yaitu: perspektif materialis, perspektif idealis, dan perspektif

mekanisme interaksional. Perspektif materialis menempatkan budaya

material (teknologi) sebagai pendorong utama mekanisme perubahan;

perspektif kedua, menempatkan ide (ideologi) dalam mekanisme

perubahan; dan perspektif ketiga meyakini bahwa mekanisme perubahan

oleh kekuatan material dan ideologi, tetapi bersumber dalam proses

sosial itu sendiri. Pergeseran tradisi rewangan merupakan pergeseran

38
Phil. Astrid dan S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan sosial, (Yogyakarta:
Bina Cipta, 1992), h. 157.
39
Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan. (Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP,
2001), h.125.
39

suatu tradisi dalam masyarakat perkotaan, yang akan berpengaruh pula

terhadap proses-proses sosial dalam masyarakat perkotaan.

C. Teori Pilihan Rasional Coleman

Teori pilihan rasional adalah kerangka pemikiran untuk memahami

dan mecancang model perilaku sosial dan ekonomi. Asumsi dasar teori

pilihan rasional adalah seluruh perilaku sosial disebabkan oleh perilaku

individu yag masing-masing membuat keputusannya sendiri. Teori ini

berfokus pada penentu pilihan individu.40

Coleman berargumen bahwa sosiologi seharusnya memusatkan

perhatian pada sistem sosial, namun fenomena makro tersebut harus

dijelaskan oleh faktor yang ada di dalamnya, dengan individu sebagai

prototipenya. Coleman lebih suka bekerja pada level ini karena beberapa

alasan, termasuk fakta bahwa biasanya data dikumpulkan pada level individu

dan selanjutnya dikumpulkan atau disusun agar berkembang pada level

sistem. Alasan memilih fokus pada level individu adalah bahwa individulah

tempat interversi pada awalnya untuk melakukan perubahan sosial.41

Orientasi pilihan rasional Coleman jelas pada gagasan dasarnya bahwa

“orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan, dengan tujuan

(dan tindakan) yang dibangun oleh nilai atau preferensi”. Coleman

berargumen bahwa untuk sebagian besar tujuan teoritis, ia akan memerlukan

konseptualisasi yang lebih tepat tentang aktor rasional yang berasal dari ilmu

40
George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi (Bantul : KRESI WACANA,
2012), h. 480
41
Ritzer, George dan Goodman, Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009), h. 478-
479.
40

ekonomi, konsep yang melihat aktor memilih tindakan-tindakan yang akan

memaksimalkan keuntungan, atau pemuasan kebutuhan dan keinginannya.


41

BAB III
KELURAHAN GUNUNG TERANG KOTA BANDAR LAMPUNG
DAN TRADISI REWANGAN
A. Profil Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar Lampung

1. Sejarah Berdirinya kelurahan Gunung Terang Kota Bandar

Lampung

Dalam penelitian ini lokasi penelitian berada di kecamatan

Langkapura dan lokasi kelurahan yang dipilih adalah kelurahan Gunung

Terang. Keluarahan Gunung Terang merupakan bagian dari Kecamatan

Langkapura. Kelurahan Gunung Terang sebelumnya bergabung dengan

kelurahan Segalamider. Pada tahun 1989 diadakannya pemekaran

Kelurahan dan salah satunya terbentuk Kelurahan Gunung Terang.

Kelurahan Gunung Terang juga sebelumnya masuk kedalam Kecamatan

Tanjung Karang Barat, akan tetapi pada 1 Agustus 2012 diadakannya

pemekaran Kecamatan dan Kelurahan Gunung Terang masuk kedalam

Kecamatan Langkapura.

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Langkapura dan lokasi

Kelurahan yang dipilih adalah Kelurahan Gunung Terang. Jumlah Rukun

Tetangga (RT) dan Kepala Lingkungan di Kelurahan Gunung Terang

yang dibuat pada tahun 2014 yaitu 27 RT dan 3 Kepala Lingkungan.

Struktur pemerintahan yang dibentuk pada tahun 2014 sampai dengan

sekarang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

2. Struktur Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar Lampung


42

Gambar 1.
Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Gunung Terang

Sumber : Dokumentasi Kelurahan Gunung Terang 2019

3. Visi Dan Misi Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar Lampung

a. Visi

Terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur sehat sejahtera,

maju-mandiri, ketaraan dan keadila gender serta kesadaran hukum dan

lingkungan.
43

b. Misi

1. Meningkatkan mental spritual, perilaku hidup dengan menghayati

dan mengamalkan Pancasila serta meningkatkan pelaksanaan hak

dan kewajiban sesuai dengan hak asasi manusia (HAM),

demokrasi, meningkatkan kesetiakawanan sosial dan kegotong

royongan serta pembentukan watak bangsa yang selaras, serasi dan

seimbang.

2. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan yang diperlukan,

dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta pendapatan

keluarga.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan keluarga, serta upaya

peningkatan pemanfaatan pekarangan malalui Halaman Asri,

Teratur, Indah dan Nyaman (HATINYA) PKK, sandang dan

perumahan serta tata laksana rumah tangga yang sehat.

4. Meningkatkan derajat kesehatan, kelestarian lingkungan hidup

serta membiasakn hidup berencana dalam semua aspek kehidupan

dan perencanaan ekonomi keluarga dengan membiasakan

menabung.

5. Meningkatkan pengelolaan Gerakan PKK baik kegiatan

pengorganisasian maupun pelaksanaan program-programnya yang

disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.


44

Gambar 2.
Struktur Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat
(BBGRM)Gunung Terang.

Sumber : Dokumen Kelurahan Gunung Terang tahun 2019

4. Topografi Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar lampung

Keadaan geografi kelurahan Gunung Terang sebagian besar

daerahnya adalah dataran berombak dan berombak berbukit. Sedangkan,

daerah kelurahan Gunung Terang mempunyai luas 220 Ha dan tinggi rata-
45

rata dari permukaan laut 300 m. Adapun jarak dari kelurahan Gunung

Terang menuju Kecamatan yaitu 2,30 km dan menuju ibukota Bandar

Lampung yaitu 8,00 km.

Menurut data monografi Kelurahan Gunung Terang, kelurahan ini

mempunyai batasbatas wilayah, seperti dijabarkan pada tebel dibwah ini

secara terperinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.
Batas - Batas Wilayah Kelurahan Gunung Terang
No. Batas Desa/ Kelurahan
1. Utara Rajabasa
2. Selatan Segalamider

3. Timur Labuhan Ratu

4. Barat Langkapura
Sumber : Dokumen Kelurahan Gunung Terang 2019

5. Keadaan Penduduk Kelurahan Gunung Terang Kota Bandar

Lampung

a. Keadaan Umum Penduduk

Jumlah penduduk di kecamatan Langkapura kelurahan Gunung

Terang pada tahun 2019 adalah sebesar 9.864 jiwa. Jika dilihat

berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sebesar 5040

jiwa dan perempuan sebesar 4824 jiwa, dengan jumlah Kepala

Keluarga sebanyak 2772 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin secara terperinci dapat dilihat ditabel berikut :


46

Tabel 2.
Jumlah Penduduk kelurahan Gunung Terangberdasarkan Jenis
Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%)
1. Laki-Laki 5.040 51,09%
2. Perempuan 4.824 48,91%
Jumlah Penduduk 9.864
Sumber : Dokumen Kelurahan Gunung Terang 2019

Dilihat dari tabel 3 diatas, hasil dari persentase antara jumlah

laki-laki dan perempuan di Kelurahan Gunung Terang, menggambarkan

laki-laki lebih banyak dari perempuaan, tetapi dengan jumlah

perempuan yang 4.824, tradisi rewangan tetap berjalan walaupun sudah

sedikit mengalami perubahan makna rewangan di Kelurahan Gunung

Terang.

b. Keadaan Penduduk berdasarkan Agama

Keadaan penduduk berdasarkan agama di keluarahan Gunung

Terang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.
Keadaan Penduduk berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah Persentasi (%)
1. Islam 4.895 97%
2. Kristen 59 1,19%
3. Katolik 41 0,81%
4. Hindu 30 0,59%
5. Budha 21 0,41%
Jumlah Keseluruhan 5.046 100%
Sumber : Dokumen Kelurahan Gunung Terang 2019

 Mayoritas : Islam

 Minoritas : Kristen, Katolik, Hindu dan Budha


47

c. Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di keluarahan

Gunung Terang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.
Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidian Laki-Laki Perempuan Jumlah


1. Sarjana 509 375 884
2. Sarjana Muda 524 476 1000
3. SLTA 822 916 1739
4. SLTP 982 787 1769
5. SD 836 847 1683
6. Taman Kanak-Kanak 528 419 944
7. Belom Sekolah 845 1000 1845
8. Buta Huruf - - -
Jumlah 5046 4818 9864

Sumber :Dokumen Kelurahan Gunung Terang 2019

Tabel 5.

Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No. Golongan Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil 459 247 706


2. TNI / POLRI 142 15 197
3. Dagang 560 423 983
4. Tani 257 318 975
5. Tukang 202 - 202
6. Buruh 599 303 902
7. Pensiun 356 234 590
8. Lain-lainnya 2471 3278 5749
Jumlah 5046 4818 9864

Tabel 6.
48

Sarana dan Prasarana Kelurahan Gunung Terang

NO. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah


1. Gedung Play Group 3
2. Gedung TK 5
3. Gedung SD 5
4. Gedung SMP/ SLTP 2
5. Gedung SMA/ SLTA 1
6. Rumah Sakit -
7. Poliklinik 1
8. Puskesmas 1
9. Pusekesmas Pembantu 1
10 Rumah Bersalin 6
11. Praktek Dokter 1
12. Poskeskel 1
13. Posyandu 6
14. Masjid 12
15. Musholla 6
16. Gereja -
17. Pura -
18. Wihara -
19. Lapangan Olahraga 2
20 Pos Kamling 24
Sumber :DokumenKelurahan Gunung Terang 2019
49

Gambar 3.
Stuktur Organisasi UP2K PKK Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Kelurahan Gunung Terang
Kecamatan Langkapura

Tabel 7.

Data Sarana Olahraga/ Kesehatan Kebudayaan dan Sosial


Kelurahan Gunung Terang
NO. URAIAN TAHUN TAHUN KETERANGAN
2019 2020
1. Lapangan Sepak Bola - -
2. Lapangan Voli 3 3
3. Lapangan Basket 1 1
4. Lapangan Bulu Tangkis 1 1
5. Tenis Meja 4 4
6. Sanggar Senam/Fitnes - -
7. Kolam Renangg 1 1
8. Gelanggang Remaja - -
9. Panti Asuhan - -
10 Panti Pijat Tuna Netra - -
50

B. Tradisi Rewangan masyarakat di Kelurahan Gunung Terang Kota

Bandar Lampung

Tradisi Rewang sudah ada sejak lama di Kelurahan Gunung Terang,

menurut tokoh masyarakat tradisi ini sudah dipakai sejak nenek moyang

mereka ada. Awal mula rewang di Kelurahan Gunung Terang ini ketika ibu-

ibu secara spontan ikut membantu tetatangganya jika ada hajatan atau

khitanan di sekitar rumahnya. Sampai tiba salah satu ibu-ibu yang

mencetuskan kita adalah anggota rewang.

Sampai sekarang pun masyarakat Kelurahan Gunung Terang kini


masih menjalankan tradisi rewang ini. Tradisi ini memang telah dilakukan
secara turun temurun sejak zaman dahulu. Awalnya tradisi rewangan ini
hanya ada didaerah jawa namun seiring dengan perubahan zaman yang
semakin berkembang tradisi ini mulai menyebar hingga ke berbagai
daerah di indonesia.27

Tradisi rewangan dalam adat jawa pada saat pesta pernikahan dan

khitanan menunjukan berbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia.

Norma yang memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk

menilai sebagaimana seharusnya yang di lakukan apa bila ada warga yang

melaksanakan pernikahan adan khitanan. Warga dengan sukarelaa membantu

tuan rumah yang melaksanakan pernikahan tanpa ada imbalan uang

sedikitpun, karena tradisi rewangan adalah tradisi yang membantu, bergotong

royong dan meringankan tuan rumah yang akan melaksanakan pernikahan

dan khitanan.

1
Wawancara dengan Sulistiawati selaku anggota Rewang RT 02, tanggal 28 Juli 2020 di
Rumah warga di Kelurahan Gunung Terang.
51

Bapak Selamet menghimbau warga untuk bertindak yang baik dan


menghindari yang jelek. Dalam tradisi rewangan menilai baik dan buruk
mengenai tindakan individu atau kelompok masyarakat tertentu selalu di
kaitkan dengan norma-norma yang dapat menuntun manusia untuk
bertindak secara baik dan menghindarikan hal-hal yang buruk sesuai
dengan kaidah dan norma yang berlaku dan disepakati dalam masyarakat
tersebut. Yo ngene wae mas aku iki neng kene wis sue aku reti sifat
wargaku iki enek sifat, iri enek sifat dengki, dan enek meneh manuso yang
semuo yang dilakoni mengharapkan uang, tetapi aku wis terangke karo
wargaku, tradisi rewangan iki tradisi yang tulus membantu tuan rumah
yang hajatan dan membantu meringankan beban pemilik hajatan agar
berjalan secara baik.28

Di Kota Bandar Lampung tepatnya di Kelurahan Gunung Terang

Kecamatan Langkapura merupakan lingkungan yang masih erat dengan

adanya tradisi. Kondisi masyarakatnya masih melaksanakan kegiatan tradisi

rewangan pada saat adanya pernikahan atau acara besar lainnya. Kegiatan

tradisi rewang tersebut memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat

bertingkah laku baik, saling tolong menolong, dan mempererat tali

silahturahmi dalam kehidupan.

Tradisi rewang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang

lain atau satu kelompok manusia dengan kelompok yang lain, bagaimana

manusia bertindak dengan lingkungannya. Masyarakat Kelurahan Gunung

Terang sudah sejak lama turut andil membantu dan mensukseskan acara

pernikahan dan khitanan. Artinya, masyarakat Kelurahan Gunung Terang

dalam keadaan bagaimanapun, setiap anggota masyarakat yang diundang

sebagai Rewang, jelas menunjukkan partisipasi sesuai dengan kemampuan

dan waktu yang tersedia.

2
Wawancara dengan Selamet Selaku Tokoh Masyarakat, tanggal 26 Juli 2020 di Rumah
Tersebut di Kelurahan Gunung Terang.
52

Jika di lihat lebih jauh lagi, anggota masyarakat yang terlibat terdiri

dari bapak-bapak, ibu-ibu, serta remaja putra dan putri. Setiap masyarakat ini

biasanya sudah mengerti bidang pekerjaan mereka, meskipun tidak ada

pembagian secara tertulis (karena kepanitiaanhanya berlaku pada hari H-nya

saja). Kaum bapak-bapak lebih banyak mengambil bagian dalam bidang yang

sifatnya membutuhkan keahlian, seperti memasang tenda, membuat bangsal,

dan lain sebagainya.29 Sementara itu, kelompok pemuda lebih banyak

mengambil bagian dalam bidang yang membutuhkan tenaga, seperti

pekerjaan angkat mengangkat, pikul memikul, termasuk juga mendekorasi,

dan lain sebagainya. Dan kelompok ibu-ibu serta remaja putri lebih banyak

mengambil bagianyang terkait dengan persoalan dapur (masak memasak),

hias menghias,dan lain sebagainya.

Sedikit terjadi perubahan antara rewangan zaman dahulu dan


sekarang, dimana dahulu masyarakat dengan sukarela membantu tetangga
yang pernikahan dan khitanan baik itu materi maupun imateri. Sekarang
rewangan sedikit bergeser meggunakan barang-barang yang praktis, serba
instan, tanpa menyusahkan tetangga, mulai dari masak, dekor, panggung
semua di kerjakan oleh petugas jasa cattering.30

Disamping itu juga saat ini tradisi rewang terjadi pergeseran makna

pada masyarakat Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura.

Mengenai perubahan makna rewang dengan adanya kehadiran jasa catering

dan jasa juru masak dalam hajatan paket penyewaan barang-barang keperluan

hajatan,pada masyarakat Kelurahan Gunung Terang. Makna Catering di

3
Novitasary, Strategi Mengatasi Biaya Hajatan Dalam Rangka Mengikuti Perubahan Zaman
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Dusun IX Kuini. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik. Vol. 1, Universitas Sumatera Utara, 2018 h. 55-58
4
Wawancara dengan bapak Hasanuddin selaku Tokoh Masyarakat, di tempat Pernikahan di
Kelurahan Gunung Terang, tanggal 23 Juli 2020
53

dalam masyarakat Kelurahan Gunung Terang yaitu cara pandang masyarakat

yang ingin ketertarikan pada kepraktisan dan memiliki kondisi ekonomi yang

memungkinkan.

Keengganan tuan rumahe untuk merepotkan tetonggo, yo karena


kehadiran paket penyewaan barang-barang keperluan pernikahan, yang
serba modren iku mas dan kepercayaan yang tinggi terhadap jasa catering
atau juru masak, sehingga sedikit lebihe menggeser tradisi rewang yang
semolene masyarakat bergotong royong membantu kini yo agak kurang. 31

Masyarakat Kelurahan Gunung Terang sebagian warga masih ada


yang menggunakan jasa catering karena kepraktisannya dan tidak
menyusahkan banyak orang, dan masyarakat yang menggunakan tradisi
rewang, karena masyarakat bisa bertukar informasi tentang cara memasak dan
menghemat dalam segi keuangan.
Perkembangan dan peningkatan jasa dari tahun ketahun semakin

menjadi perhatian masyarakat, penggunaan jasa catering ini menyebabkan

banyaknya jasa catering yang ada diperkotaan, dampak positif dan negatif

pasti ada karena sifat yang modern dan kepraktisannya membuat masyarakat

ingin memakainya karena tidak melibatkan bantuan tetangga, keluarga dan

rekan dalam pelaksaannya. 32 Jasa catering ini fokus kepada acara pernikahan

dan khitanan.

Pelaksanaan Jasa Catering biasanya digunakan oleh masyarakat yang

kondisi ekonominya menengah keatas. Jasa catering atau juru masak ini

dikenal masyarakat Kelurahan Gunung sekitar tahun 2000n, awalnya Jasa

catering ini hanya menawarkan jasa pinjam peralaratan masak. Namun di era

globalisasi ini Jasa Catering mengambil alih semua nya, mulai dari juru

5
Wawancara dengan Mbah Poniman warga RT 03, tanggal 03 Agustus 2020
32
Sri Loebis, Bisnis Laris Catering, Jakarta : Kriya Pustaka, 2010, h. 3
54

masak, dekor, perlatan masak, tenda dan lain-lain. Karena kepraktisannya

hampir sebagian masyarakat Kelurahan Gunung Terang memakainya.

Masyarakat Kelurahan Gunung Terang yang awalnya memegang

teguh tradisi rewangan yang sikap tolong menolong masih tercermin di

masyarakat setiap ada yang hajatan dan khitanan tanpa di undang masyarakat

datang untuk memberi bantuan yang sifatnya materi maupun immateri. Kini

tradisi rewangan mulai memudar karena hadirnya produk-produk dan jasa-

jasa yang serba modern. Pelaksaan jasa cattering di Kelurahan Gunung

Terang ini dimana keluarga yang akan melaksanakan pernikahan memanggil

jasa catering dan membuat kesepakatan harganya mulai dari dekor, juru

masak, masak tenda dan kursi.

Kalau masyarakat yang memakai jasa cattering biasanya nelpon saya


dulu mas nanya harga dan nego harga sampai jadi, biasanya 1 bulan
sebelum acara hajatan pihak keluarga sudah menelpon saya atau ada juga
yang datang kerumah. Untuk masalah harga kita variasi mulai dari 15-
35juta itu sudah terima bersih untuk masalah jasa penyewaan dan juru
masak, belom sama alat musik lainyaa mas, tergantung permintaan pihak
yang ingin hajatan, ya alhamdulillah sebagian masyarakat Gunung Terang
ini memakai jasa saya karena jasa saya tidak terlalu mahal seperti di
daerah kota lainnya.7
Jika dilihat dari perbincangan diatas begitu banyak biaya yang harus

di keluarkan sang keluarga yang ingin mengadakan hajatan untuk anaknya.

Peneliti melihat bahwa jasa catering yang berjalan di masyarakat Kelurahan

Gunung Terang ini banyak digunakan oleh masyarakat pendatang yang

tinggal di Gunung Terang dan ada juga sebagian masyarakat tetap yang

7
Wawancarai dengan ibu Sumarni selaku pemilik Jasa Catering, 08
Agustus 2020.
55

menggunakan jasa catering karena masyarakat tidak mau merepotkan

tetangga dan nilai ekonomi yang cukup.

Kegiatan Rewang ini sebuah cerminan tradisi gotong royong yang

dilakukan masyarakat setempat yang masih dipertahankan. 8 Makna tradisi

rewangan yakni pengerahan tenaga secara bersama-sama dengan tujuan untuk

meringankan kerabat atau tetangga dekat yang memiliki pekerjaan. 9 Disini

rewang lebih dikhususkan pada aktivitas membantu tetangga yang sedang

melaksanakan pesta pernikahan dan khitanan.

Tradisi Rewangan sebagai sarana untuk menjalin tali silahturahmi,

saling bekerja sama, saling membantu sesama tetangga dan lain-lain. Tradisi

rewangan sangat digemari dengan ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja, tidak

hanya membantu pihak yang akan melaksanakan pernikahan dan khitanan,

warga pun menikmati percakapan pendek yang dilantunkan oleh tetangga

yang datang baik itu ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja. Bentuk percakapan,

menjalin tali silahturahmi yang di lancarkan oleh warga merupakan suatu

bentuk perekat sosial yang ada dimasyarakat dimana tetangga hadir dan

membantu warga yang membutuhkan baik tenaga dan sumbangan.

Tradisi rewangan yang dilakukan pada saat pernikahan dan khitanan

sangat membantu tuan rumah karena sumbangan sembako mulai dari beras,

ayam, air mineral, minyak, sayuran dan berupa uang dan lain-lain merupakan

bentuk partisipasi atau bentuk solidaritas tolong menolong yang di lakukan

8
Pardi Suratno, dkk. Kamus Praktisan Jawa Indonesia. Yogyakarta: IQ Wacana, 2004. H.
187
9
Amri Marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Jakarta : Kencana, 2009, h.
146
56

masyarakat Kelurahan Gunung Terang untuk meringkan tuan rumah yang

akan menyelenggarakan acara pernikahan. Mereka tidak memberinya dengan

sia-sia, tetapi ada yang mereka harapkan dari pemberian tersebut, yaitu

pengembalian atas apa yang sudah mereka beri kepada sang pemilik hajatan

untuk mengembalikan apa yang mereka beri saat mereka ingin melaksankan

acara hajatan dan khitaan tersebut.

Opo yang aku kek’i karo tetonggoku opo dulor ku, iki iku sakjane dadi
celenganku. Wes ditolong wong waktu susah. Opo sala’e kita bantu wong
iku juga, urep bertetonggo harus saling tolong menolong, yo walaupun ada
pengharapan untuk dibalaekke. Tapi niat awal yo membantu seng susah. 10

Kutipan diatas menjelaskan bahwa apa yang sudah kita beri kepada

tetangga kita saat membantunya. Itu merupakan hal yang harus dikembalikan

suatu saat nanti ketika tetangga, kerabat dan keluarga ada memiliki acara

pernikahan dan khitanan.

Pengumpulan sembako ini bukan hanya didapat dari tetangga,

keluarga atau kerabat saja. warga Kelurahan Gunung Terang khususnya di RT

11 Dan 12 mereka mempunyai anggota yang bernama Arisan belanjaan.

Walaupun arisan ini tidak merata di masyarakat, tetapi arisan ini masih

berjalan sampai sekarang seperti saya kutip dari wawancara saya dengan ibu

Zariah.

Sebenarnya arisan ini tidak semua warga ikut tetapi hampir sebagian
RT 11 dan 12 ibu-ibunya mengikuti arisan ini, karena arisan ini juga
berguna ketika ada anggota yang kedapatan sedang ingin melangsungkan
acara hajatan, warga tersebut sudah bisa diringankan dengan kedapatan

10
Wawancara bersama ibu liza selaku Ketua Rewangan RT 11, tanggal 08 Juni 2020
57

arisan berupa belanjaan untuk acara hajatan atau khitanan tersebut. Tetapi
warga tersebut menghubugi ketua 2 minggu sebelum acara tersebut. 11
Kutipan diatas menjelaskan diatas bahwa para warga bisa

menyisihkan atau menabung uangnya di arisan tersebut untuk meringankan

warga yang akan melaksanakan pernikahan dan khitanan tersebut.

Pelaksanaan acara pernikahan biasanya sebagian warga ada yang

menyewa alat musik dangdut serta ada penyanyi atau bisa disebut oleh

kalangan anak muda biduan. Ada juga sebagian warga yang menyewa tukang

dekor untuk mendekor kursi pengantin dan kursi pihak orang mertua agar

terasa menarik, Dekor tersebut bisanya dilaksanakan 1 sampai 2 hari sebelum

acaraa hari H, dan juga ada warga yang menyewa Jasa Cattering untuk

mempercepat hidangan makan.

Kutip wawancara dengan bapak Didi Supardi selaku ketua

Lingkungan I.12

Sekarang acara hajatan sebagian warga ada yang menggunakan jasa


catering mas berupa kepraktisan dan semua dikerjakan oleh pemilik
catering tanpa melibatkan warga setempat, ya karena sekarang banyak
warga pendatang yang membuat pergeseran antara tradisi rewangan
menjadi cattring, tetapi hanya di sebagian warga saja. Tetapi warga yang
sudah lama disini tetap melaksanakan tradisi rewang. Karena rewangan itu
banyak menguntugkan warga, bisa mas liat sendiri orang yang
melaksanakan rewangan mereka sangat terbantu.

Kutipan diatas menjelaskan bahwa hadirnya barang-barang yang sebar

instan dan modern semua dikerjakan oleh pemilik catering sedikit membuat

pergeseran dan makna dari tradisi rewangan tersebut.

11
Wawancara bersama ibu Zariah Selaku Ketua Kelompok Rewangan RT 12, tanggal 10
Juni 2020
12
Wawancara bersama Pak Didi Supriardi Ketua Lingkungan I Kelurahan Gunung Terang,
tanggal 10 Juni 2020
58

Sejak zaman dulu, makan menjadi kebutuhan setiap orang. Apalagi

sebagian besar acara penyuguhan makanan sebagai pelengkap, misalnya

arisan, perkawinan, ulang tahun dan khitanan. Pada awalnya, sebagian

masyarakat, sanak keluarga, dan tetangga bergotong royong untuk memasak

apabila ada perayaan atau acara istimewa. Sekarang, kebiasaan ini sudah

mulai mengalami perubahan atau mengalami pergeseran terutama di

perkotaan. Jasa catering menjadi andalan sehingga bisnis catering menjadi

pilihan beberapa orang.13

Sosial ekonomi masyarakat yang sangat menentukan bagaimana

mereka hidup dalam masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

menjalankan hidupnya. Tingkat sosial ekonomi dapat menentukan berada

ditingkat mana seseorang dalam masyarakat. Seperti penelti mewawancarai

ibu Mardiana selaku anggota kelompok rewang.

Masyarakat yang bisa di katakan memiliki penghasilan yang cukup,


ketika ia melaksanakan pesta pernikahan anaknya yang di laksanakan
cukup meriah. Beban biaya yang di keluarkan contohnya ibu Yani cukup
besar, namun ibu Yani tidak pusing dalam memenuhi kebutuhan makanan
yang akan di sajikan dalam hidangan. Hal ini karena ibu yani juga
melakukan rewang kepada tetangga-tangga dekat maupun jauh, jadi ada
suatu pertukaran bahan makanan mentah yang bernilai ekonomis yang
cukup tinggi.14

Pelaksanaan pernikahan ini terbilang cukup mahal dan biaya yang di

keluarkanpun tidak sedikit. Banyak rentetan biaya yang harus dikeluarkan

oleh keluarga yang menggelar hajatan anaknya. Upacara pernikahan

diperkotaan biasanya dibarengi dengan upacara resepsi yang pastinya banyak

13
Opcit, Sri loebis, h. 15
14
Wawancara bersama Ibu Mardianan Selaku Kelompok Rewang RT 07 Kelurahan Gunung
Terang, tanggal 25 Mei 2020
59

mengundang orang-orang yang mengenalnya dan juga masyarakat sekitar

tempat tinggal, oleh karena itu pihak keluarga memerlukan biaya yang cukup

besar.

Seperti yang diungkapkan oleh ibu Nuriah yang merupakan warga

lama Kelurahan Gunung Terang dan juga berperan aktif dalam tradisi

rewangan.

Kalau upacara pernikahan itu enggak mahal kok mas sebenanya


karena tergantung pihak keluarga mau acara pernikahan yang seperti apa,
yang mahal itu ketika pihak keluarga ingin mencampur adukan acara
pernikahannya dengan gaya modern yang semuanya serba nyewa,
contohnya begini ibu yani kemaren acara pernikahannya banyak menyewa,
mulai dari dekor, sewa kamera, kursinya saja memakai kain, yo pokok’e
yang modern gtu pasti mahal mas lah kalau pihak keluarga yang sederhana
saja insyaallah bajet cukup kok kan banyak bantuan dari tetangga, saudara
dan temannya.15
Gotong royong merupakan hal yang penting dalam masyarakat.

Dengan gotong royong suatu kegiatan atau pekerjaan akan terasa lebih ringan

dari pada di kerjakan secara sendiri. Kegiatan saling membantu pada saat

adanya acara pernikahan dalam suatu masyarakat dapat menjadi modal sosial

individu untuk melanjutkan hubungan sosial selanjutnya. Nilai sosial

berfungsi untuk menjalin hubungan yang harmonis antar tetangga (perekat

sosial).

Kekuatan modal sosial yang menimbulkan rasa tolong menolong di

masyarakat berperan efektif sebagai hubungan antar etnis, suku dan agama,

mereka saling berinteraksi satu sama lain, saling bertukar pendapat, dan lain

sebagainya. Tradisi rewang menyatukan masyarakat yang tadinya tidak kenal

15
Wawancara bersama Ibu Nuriah warga lama RT 08 selaku anggota kelompok rewang
Kelurahan Gunung Terang tanggal 28 Mei 2020
60

menjadi kenal, tradisi rewang sebagai nilai sosial dan perekat sosial

dimasyarakat. Karena manusia hidup selalu membutuhkan manusia lain,

kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Gunung

Terang yang masih menjalankan tradisi rewang yang kegiatannya selalu

melibatkan orang banyak untuk saling bekerja sama dan untuk menyatukan

hubungan (perekat sosial) antar warga dan tetangga.


61

BAB IV
TRADISI REWANGAN WARGA KELURAHAN GUNUNG TERANG

1. Makna Tradisi Rewangan selaku perekat sosial dan nilai ekonomi


Warga Kelurahan Gunung Terang

Orang ialah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang

lain, sebab sifat orang yang seperti itu maka pada hidup warga ada kelompok-

kelompok sosial baik itu dari etnis yang sama, agama yang sama, budaya

yang sama maupun suatu pekerjaan yang sama dan saling berinteraksi supaya

menjalin kaitan yang manis selaku bentuk perekat sosial di warga.

Tradisi Rewangan selaku sarana supaya menjalin tali silahturahmi,

saling bekerja sama, saling menolong sesama tetangga dan lain selakunya.

Tradisi rewangan sangat digemari sama ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja,

tidak hanya menolong pihak yang pernikahan atau khitanan, warga pun

menikmati percakapan pendek yang dilantunkan oleh tetangga yang datang

baik itu ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja. Adanya tradisi rewangan pihak

pernikahan atau khitanan sangat terbantu sebab sumbangan berupa tenaga dan

materi pun dilancarkan oleh warga sekitar, supaya meringankan tuan rumah

yang akan melaksanakan pernikahan dan khitanan supaya membeli bahan

pokok yang akan disediakan supaya acara itu.

Tradisi rewangan ada segi gotong royong antar sesama. Gotong

royong yakni kepokokan bersama di gerakkan oleh solidaritas yang dalam

gagasan Dukheim, dikerjakan sebab adanya rasa kebersamaan dan senasib

bersifat tradisional yang pembagian kerja warga masih rendah, norma-norma

yang cendrung represif di mana ada yang melanggar maka akan dikenai
62

sanksi sosial. Durkheim menganggap perubahan tradisi rewangan disini lebih

fokus pada pendekatan solidaritas organik selaku system ikatan bersama yang

biasanya ada di warga perkotaan sebab terbentuknya ikatan bersama gotong

royong disebabkan oleh tempat bekerja individu.

Hasil pengamatan dan kajian dilapangan bila di analisys menggunkan

teori Blumer dan teori Coleman di Kelurahan Gunung Terang.

Dalam gagasan Blumer Perubahan makna tradisi rewang bertumpu

pada tiga premis yakni:

1. Orang bertindak pada suatu berasaskan makna-makna yang ada

pada suatu itu bagi mereka.

2. Makna itu asalnya dari interaksi sosial seorang sama orang lain.

3. Makna-makna itu disempurnakan di saat alur interaksi sosial

berlangsung.

Dalam gagasan Blumer perubahan dan pergeseran tradisi yakni “produk

dari interaksi sosial. ketika individu mengerjakan interaksi sosial, menilainya,

memberinya makna dan memutuskan supaya bertindak berasaskan makna

yang ada pada tradisi, maksudnya ialah orang bertindak bersikap pada orang

lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemikiran yang mereka kenakan pada

pihak lainnya. Hasil dari interaksi individu itulah yang jadi pertimbangan dan

patokan individu pada mengerjakan suatu tindakan tertentu dan membikin

pemaknaan pada tradisi rewang berubah. Hingga warga pendatang yang ada

di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Kota Bandar Lampung,

mereka memaknai tradisi rewangan ialah wilayah orang tua yang


63

menghabiskan waktu supaya mengobrol dan bersantai-santai saja, akan tetapi

mereka tidak turut berpatisipasi di padanya akhirnya mereka salah pemaknaan

pada tradisi rewangan.

Dalam gagasan Teori Pilihan Rasional Coleman perubahan tradisi

bertumpu pada system sosial berawal dari pilihan-pilihan rasional individu

(mikro), selanjutnya meluas dan menimbulkan pergeseran dan perubahan

diwarga yang diakibatkan oleh interaksi sosial dan pilihan individu sendiri

supaya menetukan suatu pilihan yang mengakibatkan perubahan tradisi.

Dalam gagasan Coleman perubahan dan pergeseran yang

mempengaruhi interaksi dan kaitan sosial (perekat sosial) tradisi rewangan

lebih pada keputusan individu (tuan rumah pernikahan, tetangga, yang

berpatisipasi pada pernikahan, tokoh warga, dan pemilik jasa catering dan

juru masak), mengerjakan tindakan sosial yang didasarkan atas pilihan

rasionalnya untung rugi dan bisa mempengaruhi ruang lingkup system warga

secara luas. Pilihan-pilihan rasional individu (mikro), itulah yang yakni titik

yang bisa membikin jaringan perubahan dan pergeseran secara luas”. Coleman

pun menegaskan berawal dari hal yang kecil perubahan akan terjadi. Sebab

perubahan dihubungkan melewati aktor individual, sebab variabel-variabel

mikro (individu) mempengaruhi motif dan pilihan individual dan bagaimana

cara pilihan individual ini selanjutnya mengubah jadi besar dan meluas

(makro).

Analisa dari data yang diperoleh dilapangan perasaan kolektif warga

supaya memberi sumbangan baik tenaga maupun uang membikin tuan rumah
64

yang melaksanakan resepsi pernikahan mencatat dan ketika suatu saat nanti

yang menyumbang itu punya pernikahan supaya anaknya, tuan rumah yang

saat ini sedang melaksanakan pernikahan akan membalas seirama individu itu

menolong tuan rumah, ini ialah suatu bentuk perekat sosial yang menyatukan

individu lain sama individu lain dan menyatukan suatu kelompok yang

melahirkan suatu nilai sosial dan perekat sosial diwarga, individu yang tidak

kenal jadi kenal, sapa senyum dan saling berinteraksi

Makna Tradisi Rewangan di Kelurahan Gunung Terang yakni cara

pandang warga yang ingin menjalin sikap gotong royong yang digerakkan

oleh sikap solidaritas antar individu yang di padanya ada sifat tolong

menolong antar tetangga dan kelompok. Tradisi rewangan ini juga yakni

bentuk sumbangsi dari warga yang menyumbang berupa tenaga supaya

meluangkan waktunya supaya menolong masak, memasang tenda,

mensiapkan peralatan masak dan lain selakunya, adapun bantuan berupa

material yakni sumbangan uang, sayuran, minyak, ayam, kue telur dan lain

selakunya yakni bentuk menghematan nilai ekonomi pengeluaran tuan rumah

yang melaksanakan pernikahan dan khitanan.

Makna Catering di Kelurahan Gunung Terang yakni cara pandang

warga yang ingin ketertarikan pada kepraktisan dan punya kondisi ekonomi

yang memungkinkan. Disamping itu ada faktor-faktor terjadinya pergeseran

tradisi rewang di Kelurahan Gunung Terang yakni adanya keengganan tuan

rumah yang akan melaksanakan pernikahan dan khitanan supaya merepotkan

tetangga, kehadiran paket penyewaan barang-barang keperluan hajatan dan


65

kepercayaan yang tinggi pada jasa catering atau juru masak. Warga

Kelurahan Gunung Terang sebagian warga masih ada yang memakai jasa

catering sebab kepraktisannya dan tidak menyusahkan banyak orang. Jasa

catering ini dilakukan oleh warga yang ekonomiya menengah keatas, dan

yang sudah tersentuh dunia modern.

Warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Kota

Bandar Lampung masih mempertahankan tradisi rewangan sebab warga sadar

akan adanya tradisi leluhur, dan juga bisa bertukar berita mengenai cara

memasak, menghemat pada segi keuangan dan menambah sikap peduli antar

tetangga supaya melahirkan nilai sosial dan perekat sosial sesama tetangga.

Pengkaji mengutip penyataan dari Bapak Selamet selaku Tokoh

Warga.

Wong asli kene hampir semuo ngelakoni tradisi rewangan,


opomeneng wong uwes suwe tinggal neng kene pasti ngelakoni rewangan,
lah makna rewangan nengkene yo menjalin tali silahturahmi, tolong
menolong, dan menjalin kaitan yang harmonis pada hidup berwarga”. Tapi
yo zaman wis modern tradisi iki rada kegeser karo jasa catering yang serba
modern kui.1
Gagasan dari Tokoh warga diatas menunjukan warga zaman dahulu

memang masih kental akan tradisi rewangan sebab tradisi ini menguntungkan

bagi warga yang melaksanakan pernikahan dan khitanan sebab sumbangan

berupa materi dan imateri dilancarkan oleh warga, sedangkan jasa catering

yakni kepraktisan memasak tidak perlu merepotkan tetangga, biasanya jasa

catering ini di gunakan oleh warga yang menengah keatas dari segi

ekonominya.

1
Wawancara bersama Bapak Selamet Selaku tokoh warga Kelurahan Gunung Terang, 17
Juni 2020.
66

2. Perubahan Tradisi Rewangan di warga Kelurahan Gunung Terang

Perubahan tradisi rewang dirasakan sekitar tahun 2000an, namun saat

ini perubahan itu makin nyata, seperti pernyataan tokoh warga itu juga

disepakati oleh warga Kelurahan Gunung Terang.2 Perubahan rewangan itu

terjadi sebab banyak faktor. “Fakta mengenai pergeseran itu juga disepakati

oleh sebagian warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Kota

Bandar Lampug. Mereka pengakui terjadin sebagian pergeseran rewangan

selama inii, bahkan yang terkadang tidak mereka sadari. 2

Faktor yang melatar belakangi perubahan tradisi rewangan pengkaji

bedakan ke pada faktor material dan faktor immaterial. Sebagian faktor

penyebab terjadinya perubahan dan pergeseran tradisi rewangan di Kelurahan

Gunung Terang pengkaji klasifikasikan seperti ini :

a. Secara material

a) Kehadiran jasa juru masak

Keadaan juru masak, di satu sisi jadi lapangan pekerjaan

baru, akan tetapi di sisi lain sisi jadi saluran supaya menggeser

fungsi pokok tetangga. Sebelum maraknya juru masak jadi altelnatif

pilihan pemilik hajatan, tetangga berfungsi menolong selaku pokok

penyelenggara hajatan. Tolong menolong dan gotong royong pada

hajatan, khususnya rewang dikerjakan murni tanpa pamrih dan

imbalan. Seiring berjalannya waktu, system itu berubah jadi system

2
Wawancara bersama Bapak Hasanuddin Selaku tokoh warga Kelurahan Gunung terang,
tanggal 21 Juni 2020
67

bayaran. Tetangga tetap datang dan hanya sekadar menolong saja,

sedangkan yang mejadi pokok sudah mengundang juru masak.

Besaranya nominal bayaran juru masak itu dipengaruhi oleh

tugas dan jenis hajatan dan khitanan. Contoh-contoh upah juru

masak perorang yang sudah pengkaji wawancarai selaku juru masak

catering ibu Afrina arif seperti ini :

Biasanya sebelum kita dipanggil oleh tuan rumah yang


hajatan ataupun khitanan kita udah janjian dahulu harganya. selaku
contohnya acara khitanan mas supaya tukang masak adang sego, Rp.
350.000.- sampai selesai, sedangkan supaya juru masak jenis acara
ya ada yang itungan perpiring dan ada yang borongan mas tapi saya
ambil kakumulasi seluruhnya saja jadi per harinya Rp. 500.000-
800.000.- biasanya masak sayur, rendang, ayam bakar, goreng dan
supaya nasi punjungan. Sedangkan jenis hajatan lain, contohnya
hajatan atau pernikahan upah yang dikeluarkan acara pemilik hajatan
lebih mahal paket mulai dari 1.200.000 – 1.800.000.“-3

Dari wawancara ibu Afrina Arif itu pengkaji melihat begitu

besar bayaran yang dikeluarkan oleh tuan rumah yang melaksanakan

penikahan dan khitanan keluarkan, rata-rata warga yang memakai

jasa catering dan juru masak warga yang menengah keatas dari segi

materi dan kehadiran jasa catering dan juru masak inilah sudah

menggeser perubahan makna tradisi rewangan yang dahulunya

selaku perekat sosial dan nilai ekonomis sekarang sudah berubah

sebab kepraktisan dan kemodern perkotaan akibatnya warga

Kelurahan Gunung Terang lambat laun banyak yang memakai jasa

catering dan juru masak dan meninggalkan kebiasaan turun temurun

peninggalan nenek moyang yakni tradisi rewangan.


3
Wawancara bersama ibu Afrina Arif Selaku Juru masak Catering, tanggal 26 Juni 2020
68

b) Kehadiran paket penyewaan barang-barang keperluan hajatan

Pemilik hajatan kebanyakan menyewa dari penyewaan

barang dekor supaya dipelaminan, tenda hajatan yang di dekor

seindah mungkin, kursi yang menggukan kain penutup, dan barang

lainnya yang serba menarik. “Alur pemasangan, dekorasi, sudah

dikerjakan langsung oleh jasa persewaan tenda itu. Tetangga

khususnya bapak-bapak, datang hanya ikut menolong menata-nata

saja. Pergeseran peran tetangga itu sebab pilihan dari pemilik hajatan

supaya memakai jasa paket persewaan tenda. Tenaga yang ada ialah

tenaga yang digaji atau system upah, berbeda dari bantuan atau

pertolongan dari tetangga yang didasari atas ikatan emosional warga

kota yang ingin menolong atau meringankan tetangganya.

b. Secara immaterial

a) Ketertarikan pada kepraktisan

Contoh nyata dari kelanjutan sikap warga yang lebih

berorientasi pada kepraktisan misalnya : mengguakan jasa catering,

membayar juru masak pada hajatan atau khitanan yang

diselenggaraka, meniadakan atau menyingkat waktu hajatan jadi

lebh pendek, dan mengurangi jumlah tetangga yng diundang supaya

berpartisipasi pada acara rewangan. Akibat dari perubahan itu sedikit

menggeser atau mengurangi intensitas tradisi rewangan di Kelurahan

Gunung Terang. Intensitas rewangan yang secara sengaja makin hari


69

makin dipangkas akan mempengaruhi keberlangsungan sosialisasi

tradisi rewang yang makin berminim.

b) Kepercayaan yang tinggi pada jasa catering dan juru masak

Alternatif menyewa jasa juru masak atau catering yang digaji

itu dijadikan pilihan sebab sama-sama menguntungkan. Arti dari

menguntugkan ialah tetangga tidak ada yang merasa dirugikan,

sedangkan dari sisi pemilik hajatan juga waktunya akan lebih pasti ”.

c. Dampak Perubahan Rewangan

Seluruh perubahan baik yang bersifat kecil maupun besar, akan

menimbulkan dampak tertentu. Begitu pula perubahan tradisi rewangan,

sudah menyebabkan dampak pada alur sosial Kelurahan Gunung Terang,

Pengkaji akan memaparkan sebagian bentuk perubahan dan pergeseran

tradisi rewang di Kelurahan Gunung Terang Seperti ini :

a) Berminimnya intensitas interaksi warga

Pengkaji mengambil sampel dari warga Kelurahan Gunung

Terang hampir rata-rata jawabannya sama, rewangan ialah sarana

warga bertemu dan berinteraksi ketika pada kesehariannya mereka

jarang berinteraksi. Makin adanya pergeseran dari “tetangga” jadi

juru masak atau catering, maka akan mengurangi komposisi tetangga

yang diundang supaya Rewangan akan makin kecil dan sedikit, dan

jadi terbatasnya interaksi.

Sikap perkotaan yang terkenal sama individualistik mulai

berlaku Sikap saling bergantung dan memerlukan yang diwujudkan


70

nyata pada sebagian aktivitas sosial seperti rewangan makin terkikis,

sebagian warga menginginkan hal yang praktis, efektif, efisien dan

secara tidak sadar tidak megkikis tradisi rewangan yang sarat

kekeluaargaan, kebersamaan, dan gotong royong..

c) Terganggunya alur transfer nilai (belajar)

Sesudah “adanya pergeseran tradisi rewang dari yang semula

murni mengundang tetangga berubah menyewa atau menggukan jasa

catering, maka akan terganggunya alur transfer pengalaman, ilmu,

dari ibu-ibu yang sudah senior secara pengalaman pada ibu-ibu muda

yang belum punya banyak pengalaman. Akibatnya akan banyak

kesempatan belajar oleh ibu-ibu Kelurahan Gunung Terang yang

akan hilang. Alur sosial yang tidak sempurna itu, akan berkontribusi

pula pada eksistensi tradisi rewang ke depannya yakni terganggunya

alur keberlanjutan sosialisasi genersi ke angkatan selanjutnya,

terlebih remja juga memilik antusiasme yang minim pada rewangan.

c) Makin berkuragnya tenaga ahli

Saat ini, seiring sama terjadinya perubahan tradisi rewang,

tersedianya tenaga ahli di perkotaan yang dari luar Kelurahan

Gunung Terang juga makin mengurangi eksistensi ibu-ibu juru

masak Kelurahan Gunung Terang. Pemilik hajatan lalu memakai

alternatif catering ataupun juru masak”. Keadaan seperti ini jika

berjalan secaraa terus menerus, maka akn mengakibatkan makin

berminimnya tenaga ahli di Kelurahan Gunung Terang.


71

BAB V

PENUTUP

A. Ikhtisar

Kajian ini supaya tahu makna tradisi Rewangan sebab selaku perekat

sosial dan nilai ekonomis warga Kelurahan Gunung Terang dan perubahan

makna tradisi Rewang di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura

Kota Bandar Lampung. Sesudah dikerjakan kajian dan sudah di analisa maka

dibisakan kesimpulkan seperti ini :

1. Tradisi Rewang punya nilai sosial bagi hidup berwarga, di mana warga

bisa saling berkomuniksi dan menjalin silahturahmi selaku bentuk nilai

sosial bertetangga supaya menyatukan kaitan sesama warga yang disebut

selaku perekat sosial bertetangga. Tradisi Rewang juga punya nilai

ekonomis bagi warga yang berguna supaya mengurangi beban biaya dan

tenaga pada pelaksanaan pernikahan dan khitanan, disamping itu warga

pun bisa saling berkomunikasi dan menjalin silahturahmi selaku nilai

sosial bertetangga supaya menyatukan kaitan sesama warga (perekat

sosial).

2. Perubahan atau pergeseran tradisi Rewangan yang terjadi di Kelurahan

Gunung Terang, yakni sama hadirnya jasa catering, juru masak,

kehadirannya paket penyewaan barang-barang keperluan hajatan,

keengganan tuan yang akan melaksanakn pernikahan dan khitanan supaya

merepotkan tetangga, dan kepercayaan tinggi pada jasa catering dan juru

masak. hingga sifat khas perkotaan mulai timbul yakni sifat


72

individualistik, yang dahulunya di Kelurahan Gunung terang masih

menyimpan sifat tolong menolong, gotong royong, dan sifat emosional

yang sangat kuat kini sekarang mulai terkikis sebab kehadirannya jasa-jasa

yang serba praktis.

B. Saran

Sehubung sama ikhtisar pada kajian ini maka pada skripsi ini mencoba

memberikan sumbangsi pemikiran selaku masukan. Saran-saran pengkaji

seperti ini :

1. Pada warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Bandar

Lampung supaya selalu mensosialisasi mengenai tradisi rewang

sebaiknya dikerjakan pada warga yang minim aktif pada tradisi

rewangan dan berharap tradisi rewangan terus di laksakan sebab warisan

leluhur nenek moyang.

2. Pada warga Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Langkapura Kota

Bandar Lampung supaya selalu menjalankan tradisi Rewang sama tulus

tanpa mengharapkan imbalan upah, tetapi lakukanlah sama tulus dan

ikhlas seperti tradisi Rewangan terdahulu dan dikerjakan bersama-sama

kembali supaya tidak ada orang yang memanfaatkan tradisi Rewang

selaku ladang pekerjaan bagi warga sekitar, akan tetapi selaku tempat

warga berkumpul menjalin kaitan yang baik sesama tetangga.

Anda mungkin juga menyukai