Anda di halaman 1dari 22

INTERAKSI SIMBOLIK

SEBUAH METODE
PENELITIAN

KELOMPOK 3
1. Lili amaliah
2. Muhammad Adi Nasution
3. Puja wati
4Ropikoh ramadani
5. Vegita . amanda
6. Anita Amelia
7. Dandi ramadani
8. Teddy Syaputra
9. Febrina
10. Siti Aisyah
PENDEKATAN
PENELITIAN KUALITATIF
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
1.INTERAKSI SIMBOLIK
Interaksionisme simbolik merupakan salah satu model metodologi penelitian
kualitatif berdasarkan pendekatan fenomenologis atau persepektif interpretif.
Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan utama dalam
tradisi fenomenologis adalah interaksionisme simbolik dan
etnometodologi.Interaksi simbolik memiliki perspektif teoritik dan orientasi
metodologi tertentu. Pada awal perkembangannya interaksi simbolik lebih
menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal,
bukan pada keseluruhan masyarakat atau kelompok.

Aliran-aliran interaksionisme simbolik tersebut adalah Mahzab Chicago,


Mahzab Lowa, Pendekatan Dramaturgis dan Etnometodologi. Sebagian pakar
berpendapat, teori interaksi simbolik, khususnya dari George Herbert Mead,
seperti teori etnometodologi dari Harold Garfinkel, serta teori fenomenologi dari
Afred Schutz berada di bawah payung teori tindakan sosial yang dikemukakan
oleh filosof dan sekaligus sosiolog Jerman Max Weber (1864-1920), meskipun
Weber sendiri sebenarnya bukanlah seorang interpretivis murni. Proposisi
paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia
itu dapat dibedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya.
A. AKAR TEORI INTERAKSI SIMBOLIK.
Menurut banyak pakar pemikiran George Herbert Mead, sebagai tokoh
sentral teori ini, berlandaskan pada beberapa cabang filsafat antara
lain pragmatisme, dan behaviorisme.

1.Pragmatisme
Dirumuskan oleh John Dewey, Wiliam James, Charles Peirce, Josiah
Royce, aliran filsafat ini memiliki beberapa pandangan yaitu :
• Realitas yang sejati tidak pernah ada di dunia nyata, melainkan
secara aktif diciptakan ketika kita bertindak di dan terhadap dunia.
• Percaya bahwa manusia mengingat dan melandaskan pengetahuan
mereka tentang dunia pada apa yang terbukti berguna bagi mereka.
• Manusia mendefinisikan objek fisik dan objek sosial yang mereka
temui berdasarkan kegunaannya bagi mereka, termasuk tujuan
mereka.
• Bila kita ingin memahami orang yang melakukan tindakan (aktor),
kita harus mendasarkan pemahaman itu pada apa yang sebenarnya
mereka lakukan di dunia.
•  Behaviorisme
Behaviorisme Radikal John Watson.

• Behaviorisme radikal mereduksi perilaku manusia


kepada mekanisme yang sama dengan yang ditemukan
pada tingkat hewan lebih rendah (inframanusia).
• Manusia sebagai makhluk yang pasif, tidak berfikir, yang
perilakunya ditentukan oleh rangsangan di luar dirinya.
•  Menolak gagasan bahwa manusia memiliki kesadaran,
bahwa terjadi suatu proses mental tersembunyi yang
berlangsung pada diri individu di antara datangnya
stimulus dan bangkitnya perilaku.
Behaviorisme Sosial George Herbert Mead.

• Behaviorisme sosial merujuk pada deskripsi perilaku pada tingkat


yang khas manusia.
• b. Konsep dasarnya ialah tindakan sosial (social act), yang juga
mempertimbangkan aspek tersembunyi, yang membedakan
perilaku manusia dengan perilaku hewan.
• c. Menganggap perilaku manusia sebagai perilaku sosial., sebab
substansi dan eksistensi perilaku manusia hanya dapat
dijelaskan dengan mempertimbangkan basis sosialnya.
• Dapat disimpulkan, bahwa Mead telah memperluas teori
behavioristik ini dengan memasukkan apa yang terjadi antara
stimulus dan respon itu. Ia berhutang budi pada behaviorisme
tetapi sekaligus juga memisahkan diri darinya, karena bagi Mead,
manusia jauh lebih dinamis dan kreatif.
Teori Evolusi Darwin
Teori Darwin menekankan pandangan bahwa semua perilaku
organisme, termasuk perilaku manusia, bukanlah perilaku acak,
melainkan dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
mereka masing-masing. Organisme juga dapat mempengaruhi
lingkungan, sehingga juga mengubah pengaruh lingkungan terhadap
organisme. Aspek pandangan lain Darwin yang dianggap berpengaruh
tersebut adalah :

1.Sebagaimana alam yang harus dipelajari dalam keadaan alami,


manusia pun harus dipelajari dalam keadaan alami (naturalistik).
1. Bila manusia memang punya kualitas-kualitas khas yang
membedakan mereka dengan hewan, seperti punya kebebasan dan
berfikir, mereka harus dipelajari dan diidentifikasi dalam keadaan
seperti itu.
2. Keunikan manusia itu bukan hanya otaknya yang jauh lebih
berkembang daripada otak hewan lainnya, pita suaranya dan otot
wajahnya yang memungkinkannya menciptakan berbagai macam
suara, melainkan juga implikasi dari kemajuan fisiknya tersebut yaitu
B. TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia,
yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksionisme
simbolik juga telah mengilhami perspektif-perspektif lain, seperti “teori penjulukan”
(labeling theory) dalam studi tentang penyimpangan perilaku (deviance), perspektif
dramaturgis dari Erving Goffman, dan etnometodologi dari Harold Garfinkel.

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut


pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat
sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku
mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra
mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan
diri mereka sendirilah menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat
digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya, atau tuntutan
peran. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas
objek-objek di sekeliling mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi
situasi”, “realitas terletak pada mata yang melihat”, dan “bila manusia
mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya”
sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik.
C.     PREMIS-PREMIS INTERAKSIONISME SIMBOLIK

• Individu merespons suatu situasi simbolik.


• Individu dipandang aktif untuk menentukan lingkungan
mereka sendiri.
• Makna adalah produk interaksi sosial.
• Oleh karena itu, makna tidak melekat pada objek,
melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.
• Makna yang diiterpretasikan individu dapat berubah dari
waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang
ditemukan dalam interaksi sosial.
• Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu
dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi
dengan dirinya.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang “diri” (self) dari
George Herbert Mead, yang juga dilacak hingga definisi diri dari
Charles Horton Cooley. Mead, seperti juga Cooley, menganggap
bahwa konsepsi-diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi
sosial individu dengan orang lain.  Cooley berpendapat dalam
teorinya the looking-glass self  bahwa konsep diri individu secara
signifikan ditentukan oleh apa yang ia pikirkan tentang pikiran orang
lain mengenai dirinya, jadi menekankan pentingnya respon orang lain
yang ditafsirkan secara subjektif sebagai sumber primer data
mengenai diri. Ringkasnya, apa yang diinternalisasikan sebagai milik
individu berasal dari informasi yang ia terima dari orang lain.
Sementara itu, pandangan Mead tentang diri terletak pada konep
“pengambilan peran orang lain” (taking the role of the other). 
Konsep Mead tentang diri merupakan penjabaran “diri
sosial” yang dikemukakan Wiliam James dan
pengembangan dari teori Cooley tentang diri. Bagi Mead
dan pengikutnya, individu bersifat aktif, inovatif yang tidak
saja tercipta secara sosial, namun tidak dapat diramalkan.
Ia memandang tindakan manusia sebagai meliputi bukan
saja tindakan terbuka, namun juga tindakan tertutup, jadi
mengkonseptualisasikan perilaku dalam pengertian yang
lebih luas.
Pentingnya Simbol dan Komunikasi
• Bagi Cooley dan Mead, diri muncul karena komunikasi.
Tanpa bahasa, diri tidak akan berkembang. Manusia unik
karena mereka memiliki kemampuan memanipulasi
simbol-simbol berdasarkan kesadaran. Mead menekankan
pentingnya komunikasi, khususnya melalui mekanisme
isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum.
Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat
simbol membentuk bahasa. Simbol adalah suatu
rangakaian yang mengandung makna dan nilai yang
dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap
simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya, alih-
alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya
Ringkasnya, dalam pandangan Mead isyarat yang dikuasai manusia berfungsi
bagi manusia itu untuk membuat penyesuaian yang mungkin diantara individu-
individu yang terlihat dalam setiap tindakan sosial dengan merujuk pada objek
atau objek-objek yang berkaitan dengan tindakan tersebut.

1. Pikiran

Mead mendefinisikan berfikir (thinking) sebgai “suatu percakapan


terinternalisasikan atau implisit antara individu dengan dirinya sendiri
menggunakan isyarat-isyarat demikian”.  Menurut teori interaksi simbolik,
pikiran mensyaratkan adanya masyarakat, dengan kata lain, masyarakat harus
lebih dulu ada, sebelum adanya pikiran. Dengan demikian pikiran adalah
bagian dari proses sosial, bukan malah sebaliknya, proses sosial adalah
produk pikiran.
Perkembangan “diri”

 Menurut Mead, sebagai suatu proses sosial, diri terdiri dari dua


fase yaitu “Aku” (I) dan “Daku” (Me). Aku adalah diri yang
subyektif, diri yang refleksif yang mendefinisikan situasi dan
merupakan kecenderungan impulsif individu untuk bertindak
dalam suatu cara yang tidak terorganisasikan, tidak terarah, dan
sponta. Sementara Daku adalah pengambilan peran dan sikap
orang lain, termasuk suatu kelompok tertentu. Karena
itu diri sebagai objeklah yang meliputi diri sosial, yang dipandang
dan direspon oleh orang lain. Prinsip bahwa diri merefleksikan
masyarakat membutuhkan suatu pandangan atas diri yang
sesuai dengan realitas mengenai masyarakat kontemporer yang
rumit. Artinya, bila hubungan sosial itu rumit, pastilah ada suatu
kerumitan yang pararel dalam diri.
METODOLOGI PENELITIAN
INTERAKSI SIMBOLIK

Interaksi simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi


penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus
dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah dan bukan lingkungan
artifisial seperti eksperimen. Secara lebih jelas Denzin mengemukakan
tujuh prinsip metodologis berdasarkan teori interaksi simbolik, yaitu:
• Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas.
• Peneliti harus mengambil perspektif atau peran orang lain yng
bertindak (the acting other) dan memandang dunia dari sudut
pandang subjek, namun dalam berbuat demikian peneliti harus
membedakan antara konsepsi realitas kehidupan sehari-hari dengan
konsepsi ilmiah mengenai realitas tersebut.
• Peneliti harus mengaitkan simbol dan definisi subjek hubungan
sosial dan kelompok-kelompok yang memberikan konsepsi
demikian.
• Setting perilaku dalam interaksi tersebut dan pengamatan
ilmiah harus dicatat.
• Metode penelitian harus mampu mencerminkan proses
atau perubaha, juga bentuk perilaku yang yang statis.
• Pelaksanan penelitian paling baik dipandang sebagai suatu
tindakan interaksi simbolik.
• Penggunaaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-
tama mengarahkan (sensitizing) dan kemudian
operasional, teori yang layakmenjadi teori formal, bukan
teori agung (grand theory) atau teori menegah (middle-
range theory), dan proposisi yang dibangun menjadi
interaksional dan universal.
2. PENELITIAN TINDAKAN
(acktion research)

A. Tujuan
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan. Keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia
kerja atau dunia aktual lain.

B. Contoh-contoh
Suatu program inservive training untuk melatih para konselor kerja
dengan anak putus sekolah ; untuk menyusun program penjajagan
dalam mencegah kecelakaan pada pendidikan pengemudi; untuk
memecahka masalah apatisme dalam penggunaan teknologi
moderen atau metode menanam padi yang inovatif
C. Ciri-ciri
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam
dunia kerja.
2. Menyediakan rangka-kerja yang teratur untuk pemecahan
masalah dan perkembangan-perkembangan baru, yang lebih
baik dari pada cara pendekatan impresionistik dan
fragmentasi. Cara peneitian ini juga empiris dalam artian
bahwa penelitian tersebut mendasarkan diri kepada
observasi aktual dan data mengenai tingkahlaku, dan tidak
berdasar pada pendapat subjektif yang didasarkan pada
pengalaman masa lampau.
3. Fleksibel dan adaptif, membolehkan perbahan-perubahan
selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk
kepentingan untuk on-the spot experimentation dan inovasi.
4. Walaupun berusaha supaya sistematis , namun
penelitian tindakan kekurangan ketertiban ilmiah ,
karenanya validitas interval dan eksternalnya adalah
lemah. Tujuannya situasional , sampelnya terbatas dan
tidak representif , dan kontrolnya terhadap variabel bebas
sangat kecil karena itu, hasil-hasilnya walaupun berguna
untuk dimensi praktis , namun tidak secara langsung
memberi sumbanga kepada ilmunya .
D Langkah-langkah Pokok
1. Defenisikan masalahnya atau tetaptkan tujuannya . Apa yang
kiranya menemukan perbaikan atau yang mungkin berkembang
sebagai keterampilan baru atau cara penyelesaian baru.
2. Lakukan penelaahan kepustakaan untuk mengetahui apakah
orang-orang lain telah menjumpai masalah yang sama atau
telah mencapai tujuan yang berhubungan dengan yang akan
dicapai dalam penelitian itu.
3. Rumuskan hipotesis atau strategi pendekatan dengan
menyatakannya dalam bahasa yang jelas spesifik.
4. Aturlah research setting-nya dan jelaskan prosedur atau
kondisi-kondisinya. Apakah ha-hal harus yang akan dikerjakan
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
5 .Tentukan kriteria evaluasi, telnik pengukuran , judan lain-
lain sarana untuk mencapai tujuan umpan-balik yang
bergna.
6. Analisis data yang terkumpul, dan evaluasi hasilnya.
7. Tuliskan laporannya
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai