Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Creswell  dalam  bukunya  yang  berjudul “Qualitative Inquiry  And
Research  Design”  mengungkapkan  lima  tradisi  penelitian,  yaitu:  biografi,
fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Salah satu 
tradisi  yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah
lama  dipandang sebagai metode penelitian yang  “amat lemah”. Para peneliti
yang  menggunakan  studi  kasus  dianggap  melakukan “keanehan”  dalam 
disiplin  akademisnya karena tingkat ketepatannya (secara kuantitatif),
objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai. Walaupun
demikian, studi kasus tetap dipergunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu
sosial, baik dalam bidang  psikologi,  sosiologi,  ilmu  politik,  antropologi, 
sejarah  dan  ekonomi maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis seperti
pendidikan, perencanaan wilayah perkotaan,  administrasi  umum,  ilmu-ilmu 
manajemen  dan  lain  sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Agar makalah ini lebih terfokus, maka penulis akan mengkaji:
1. Apakah Studi  Kasus menurut para ahli?
2. Apa saja Karakteristik Studi kasus?
3. Apa fokus penelitian studi kasus?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam studi kasus?
5. Bagaimana pengumpulan data studi kasus?;
6. Bagaimana analisis data studi kasus?;
7. Apa-apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus?
8. Apa-apa saja criteria sampel dalam studi kasus?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Ingin mengetahui apa studi kasus menurut para ahli,
2. Ingin mengetahui Karakteristik Studi kasus
3. Ingin mengetahui Fokus penelitian studi kasus
4. Ingin mengetahui langkah-langkah dalam studi kasus
5. Ingin mengetahui Bagaimana pengumpulan data studi kasus.
6. Ingin mengetahui Bagaimana analisis data studi kasus.
7. Ingin mengetahui apa-apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus.
8. Ingin mengetahui criteria sampel dalam studi kasus.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Studi Kasus menurut Para Ahli


Creswell  memulai  pemaparan studi  kasus  dengan gambar tentang
kedudukan studi kasus dalam lima tradisi penelitian kualitatif yang dikemukakan
Foci berikut ini:

A case Study

A Portrait
A case
Cultural group

Individual

An Ethnography

A Biography

A Theory

A concept or
Phenomeno
A Ground Theory
A Phenomenology

Dari gambar di atas dapat diungkapkan bahwa fokus sebuah biografi


adalah  kehidupan  seorang  individu,  fokus  fenomenologi  adalah  memahami
sebuah konsep atau fenomena, fokus suatu teori dasar adalah seseorang yang
mengembangkan sebuah teori, fokus etnografi adalah sebuah potret budaya dari
suatu  kelompok budaya atau suatu individu,  dan  fokus  studi  kasus adalah
spesifikasi  kasus dalam suatu kejadian  baik  itu  yang  mencakup individu,
kelompok budaya ataupun suatu  potret kehidupan. Lebih lanjut 
Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus 
yaitu           :
1) mengidentifikasi“kasus” untuk  suatu  studi;
2) Kasus  tersebut merupakan sebuah“sistem  yang  terikat” oleh  waktu  dan
tempat;
3) Studi  kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan
datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang
respons dari suatu peristiwa.
4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu”
dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus.
Hal ini mengisyaratkan bahwa suatu kasus dapat dikaji menjadi sebuah
objek studi (Stake, 1995) maupun  mempertimbangkannya  menjadi  sebuah
metodologi (Merriam, 1988).
Berdasarkan paparan di atas, dapat diungkapkan bahwa studi kasus
adalah sebuah  eksplorasi dari “suatu system yang terikat” atau “suatu
kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data
yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam
suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan
kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.
Dengan  perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti
menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan
(program, even, proses, institusi  atau kelompok sosial) serta mengumpulkan
informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data selama periode tertentu.
Sedangkan menurut Stake, Studi kasus tidak selalu menggunakan
pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Stake, dalam membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan
kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi.
Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan masalah yang
bersifat khusus untuk dipelajari.
Terdapat contoh masalah yang dapat bersifat kuantitatif, misalnya; anak
yang sakit, dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun
kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif.
Contoh lain studi tentang anak yang diabaikan (neglected child) dapat bersifat
kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan pekerja sosial lebih bersifat
kualitatif ketimbang kuantitatif. Sebagai suatu bentuk penelitian, pemilihan studi
kasus lebih ditentukan oleh ketertarikan pada kasus-kasus yang bersifat
individual, bukan oleh pemilihan penggunaan metode penelitian. Selanjutnya,
Stake menjelaskan bahwa nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti
karena memokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus
tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus
yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi.
Lebih lanjut, Stake menjelaskan tentang identifikasi kasus bahwa kasus
dapat bersifat sederhana tetapi dapat juga bersifat kompleks. Kasus dapat bersifat
tunggal misalnya hanya terkait dengan seorang anak, atau banyak misalnya satu
kelas, atau bersifat kompleks misalnya kaum profesional yang mempelajari anak
dalam masa kanak-kanak. Waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari dapat
pendek atau panjang, tergantung waktu untuk berkonsentrasi. Setelah menentukan
mempelajari suatu kasus, peneliti seyogyanya terlibat secara mendalam pada
kasus tersebut. Selanjutnya, Stake menjelaskan bahwa apabila ingin mempelajari
suatu kasus, tidak mungkin memahami secara mendalam tanpa mengetahui
tentang kasus-kasus lain. Tetapi apabila sumber daya terbatas, maka lebih baik
hanya berkonsentrasi memahami kompleksitas satu kasus saja tanpa harus
melakukan perbandingan antar kasus-kasus tersebut. Apabila mempelajari lebih
dari satu kasus, maka sebaiknya penelitian berkonsentrasi pada kasus tunggal.
Dari pandangan-pandangan Stake tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus
dan ciri-cirinya sebagai berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian
(inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan
(particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan
masyarakat luas.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Menurut Yin (1987) study kasus merupakan suatu inkuiri empirik untuk
meneliti suatu fenomena kontemporer dalam konteks yang sebenarnya.Dan juga
Yin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-
cirinya
Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para
peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Menurut Suharsimi (2006) Studi Kasus merupakan suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
intuisi atau gejala-gejala tertentu. Dalam Studi kasus peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau satu unit secara mendalam. Umumnya studi kasus
dilakukan karena kebutuhan pemecahan masalah.
Oleh karena beberapa klasifikasi “kasus” sebagai objek studi (Stake, 1955)
dan “kasus” lainnya dianggap sebagai suatu metodologi (Yin, 1994) maka
penjelasan studi kasus merupakan studi yang mendetail yang dapat menggunakan
banyak sumber data untuk menjelaskan sebuah variabel atau hal yang diteliti.
Kasus bisa dipilih karena keunikannya atau kasus bisa digunakan untuk
mengilustrasikan suatu isu. Fokus penelitian dapat berupa satu entitas (penelitian
di suatu tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat/multi-site). Penelitian
ini mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan interpretasi atau
pembuktian penelitian terhadap kasus.
Jadi dari beberapa pengertian diatas tadi, maka penulis dapat membuat
Defenisi Pengertian Studi kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan
yang mendalam tentang suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan
dan manusia yang terlihat dalam pendidikan di dalamnya.
Studi kasus dalam pendidikan dapat dilakukan terhadap seorang individu,
sekelompok individu, lingkungan hidup manusia, serta lembaga sosial yang
terkait dengan pendidikan. Studi kasus dalam pendidikan dapat difokuskan pada
perkembangan sesuatu di bidang pendidikan. Misalnya, pengaruh didirikannya
pondok baca di daerah pedesaan; studi longitudinal tentang perkembangan
kemampuan linguistik anak.
Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih
studi untuk suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah
program studi dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi:
observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan.
Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu
pada studi kasus kolektif. Untuk itu Lincoln Guba mengungkapkan bahwa
struktur studi kasus terdiri dari masalah, konsteks, isu dan pelajaran yang
dipelajari.
Menurut  Creswell,  pendekatan  studi  kasus  lebih  disukai  untuk
penelitian  kualitatif.  Seperti  yang  diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman
dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh
karena  itu  penelitian  studi  kasus  membutuhkan  waktu  lama  yang  berbeda
dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya.8 Tetapi pada saat ini, penulis studi kasus dapat
memilih  pendekatan  kualitatif  atau  kuantitatif  dalam  mengembangkan  studi
kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989) mengembangkan studi kasus
kualitatif deskriptif dengan bukti kuantitatif. Merriam  (1988) mendukung suatu
pendekatan  studi  kasus  kualitatif  dalam  bidang  pendidikan.  Hamel (1993)
seorang sosiolog menunjukkan pendekatan studi kasus kualitatif untuk sejarah.
Stakes (1995)  menggunakan  pendekatan  ekstensif  dan  sistematis  untuk
penelitian studi kasus. Untuk itu Creswell menyarankan bahwa peneliti yang akan
mengembangkan   penelitian   studi   kasus:
1) Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik.
2) Peneliti  hendaknya  mempertimbangkan  apakah  akan  mempelajari sebuah
kasus tunggal atau multikasus.
3) Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk
melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan
informasi tentang kasus dengan baik pula.
4) Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu
kasus  tertentu.  Dalam  merancang  sebuah  studi  kasus,  peneliti  dapat
mengembangkan  sebuah  matriks  pengumpulan  data  dengan  berbagai
informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus.
5) Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat
dari aspek waktu, peristiwa dan proses.
2. Karakteristik Studi Kasus
Adapun karakteristik studi kasus diantaranya:
a. Eksplorasi mendalam dan menyempit
b. Berfokus pada peristiwa nyata
c. Dibatasi oleh ruang dan waktu
d. Bisa hanya merupakan kilasan atau penelitian Longitudinal tentang peristiwa
yang sudah atau sedang terjadi.
e. Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang.
f. Mendetail dan deskriptif.
g. Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan keterpautan.
h. Focus pada realitas yang diterima apa adanya maupun realitas yang penting
dan tidak biasa.
i. Bermamfaat untuk membangun sekaligus menguji teori.
3. Langkah-langkah Studi Kasus
Langkah-langkah Studi Kasus adalah:
a. Melakukan analisis mendalam mengenai kasus dan situasi yang berkenaan
dengan focus yang diteliti.
b. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang melakukan
aktivitas dalam kasus tersebut.
c. Mencatat berbagai aspek hubungan komunikasi dan pengalaman.
d. Membangkitan perhatian pada cara factor-faktor tersebut berhubungan satu
sama lain.

4. Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat anda
berfokus pada situasi problematic. Tujuan anda adalah mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan permasalahan itu muncul guna member solusi praktis
atas permasalahan tersebut. Studi kasus juga dapat difokuskan pada peristiwa
penting atau tidak biasa  yang menantang atau mendukung pemikiran yang ada.
Pemilihan anda pada kasus tertentu akan dijustifikasi berdasarkan pertimbangan
bahwa kasus tersebut memungkinkan anda untuk membongkar atau
mengungkapkannya. Studi kasus juga bisa berfokus pada rutinitas, yang sejak
dulu sudah berlangsung, kejadian sehari-hari dalam proses komunikasi temasuk
proses komunikasi dalam proses pendidikan, pembelajaran dan pelayanan
bimbingan dan konseling.
5. Bagaimana pengumpulan data studi kasus ?
Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil  dari  berbagai
sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang
“kaya” untuk  membangun  gambaran  yang  mendalam  dari  suatu 
kasus.  Yin mengungkapkan bahwa terdapat Enam bentuk pengumpulan
data dalam studi kasus yaitu:
a. Dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-
laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping,
artikel;
b. Rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar
nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb;
c. Wawancara biasanya bertipe open-ended;
d. Observasi langsung;
e. Observasi partisipan.
f. Perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau
instrumen, pekerjaan seni dll. Lebih lanjut Yin mengemukakan bahwa
keuntungan dari keenam sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan
bila tiga prinsip  berikut  ini  diikuti,  yaitu:
 Menggunakan  bukti  multisumber;
 Menciptakan  data  dasar  studi  kasus,  seperti :  catatan-catatan  studi 
kasus, dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi, narasi;
 Memelihara rangkaian bukti. Sedangkan  Asmussen  &  Creswell 
menampilkan  pengumpulan  data melalui matriks sumber informasi
untuk pembacanya. Matriks ini mengandung empat tipe data yaitu:
wawancara, observasi, dokumen dan materi audio-visual untuk kolom
dan bentuk spesifik dari informasi seperti siswa, administrasi untuk
baris. Penyampaian data melalui matriks ini ditujukan untuk melihat
kedalaman dan  banyaknya  bentuk  dari  pengumpulan  data,  sehingga 
menunjukkan kekompleksan dari kasus tersebut. Penggunaan suatu
matriks akan bermanfaat apabila diterapkan dalam suatu studi kasus
yang kaya informasi. Lebih lanjut Creswell mengungkapkan bahwa
wawancara dan observasi merupakan alat pengumpul  data  yang 
banyak  digunakan  oleh  berbagai  penelitian.  Hal  ini menunjukkan 
bahwa  kedua  alat  itu  merupakan  pusat  dari  semua  tradisi penelitian
kualitatif sehingga memerlukan perhatian yang tambahan dari peneliti.
6. Bagaimana analisis data studi kasus ?
Menurut Miles & Hubberman (1984), Marshall & Rossman (1995)
serta Bogdan & Biklen (1992), proses penganalisaan data kualitatif terbagi
kepada dua tahap, yaitu ketika dan setelah proses pengumpulan data yaitu:
a. Ketika proses pengumpulan data. Ketika pengumpulan data dilakukan
terutama melalui teknik wawancara, peneliti harus memastikan bahwa
peserta penelitian merasa nyaman. Selain itu juga meminta kerja sama dari
pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan
untuk melakukan wawancara. Semua hasil wawancara dengan peserta
penelitian harus direkam dalam kaset dan diberi kode untuk memudahkan
proses analisis.
b. Setelah proses pengumpulan data. Setelah semua wawancara selesai
dilakukan, data wawancara dianalisis mengikuti tujuh tahapan yaitu:
1. Semua data yang terekam dalam kaset diterjemahkan dalam bentuk
dekriptif.
2. Penelti membuat reduksi, yaitu memberikan kembali kepada peserta
penelitian untuk menyemak jika terdapat hal-hal yang perlu dibuang
atau ditambah dalam transkrip wawancara peserta penelitian tersebut.
3. Peneliti membangun tema tentang focus penelitiannya berdasarkan
jawaban peserta penelitian.
4. Proses pemberian kode
5. Membuat definisi secara operasional setiap tema yang telah dibuat atau
menguraikan secara tema-tema yang dimaksud.
6. Proses Analisis Indeks Cohen Kappa
7. Proses penulisan laporan dibuat secara deskriptif mengikuti tema dalam
beberapa konteks.
Stake   mengungkapkan   empat   bentuk   analisis   data   beserta
interpretasinya  dalam  penelitian  studi  kasus,  yaitu:
a. Pengumpulan kategori,  peneliti  mencari  suatu  kumpulan  dari  contoh-
contoh  data  serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu
yang akan muncul;
b. Interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu contoh
serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini
merupakan suatu proses dalam menarik data secara terpisah dan
menempatkannya kembali secara bersama-sama agar lebih bermakna;
c. Peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau
lebih kategori.  Kesepadanan  ini  dapat dilaksanakan  melalui  tabel
2x2  yang  menunjukkan  hubungan  antara  dua kategori;
d. Pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik
melalui analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang
dapat  belajar  dari  suatu  kasus, apakah kasus mereka sendiri atau
menerapkannya pada sebuah populasi   kasus.
Lebih lanjut Yin membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu
a. Penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola.
Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data
empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan;
b. Pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis data studi
kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang
bersangkutan.
c. Analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk studi kasus
yang
Menurut Yin (2003), kasus sebagai objek penelitian dalam penelitian
studi kasus digunakan untuk memberikan contoh pelajaran dari adanya suatu
perlakuan dalam konteks tertentu. Kasus yang dipilih dalam penelitian studi
kasus harus dapat menunjukkan terjadinya perubahan atau perbedaan yang
diakibatkan oleh adanya perilaku terhadap konteks yang diteliti. Menurutnya,
penelitian studi kasus pada awalnya bertujuan untuk mengambil lesson learned
yang terdapat di balik perubahan yang ada, tetapi banyak penelitian studi kasus
yang ternyata mampu menunjukkan adanya perbedaan yang dapat mematahkan
teori-teori yang telah mapan, atau menghasilkan teori dan kebenaran yang baru.
Dari sifat kasusnya yang kontemporer, dapat disimpulkan bahwa penelitian
studi kasus cenderung bersifat memperbaiki atau memperbaharui teori. Dengan
kata lain, penelitian studi kasus berupaya mengangkat teori-teori kotemporer
(contemporary theories). Penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian
grounded theory, phenomenology, dan ethnography yang bertujuan meneliti
dan mengangkat teori-teori mapan atau definitif yang terkandung pada objek
yang diteliti (Meyer dalam Wahyono, 2009). Ketiga jenis penelitian tersebut
berupaya mengangkat teori secara langsung dari data temuan di lapangan
(firsthand data) dan cenderung menghindari pengaruh dari teori yang telah ada.
Sementara itu, penelitian studi kasus menggunakan teori yang sudah ada
sebagai acuan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori yang ada
tersebut. Posisi teori yang dibangun dalam penelitian studi kasus dapat sekadar
bersifat memperbaiki, melengkapi, atau menyempurnakan teori yang ada
berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta terkini. Seperti halnya Stake
(1995) dan Creswell (1998), Yin (2003) berpendapat bahwa penelitian studi
kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta di balik
kasus yang diteliti. Keragaman sumber data dimaksudkan untuk mencapai
validitas dan reliabilitas data, sehingga hasil penelitian dapat diyakini
kebenarannya. Fakta dicapai melalui pengkajian keterhubungan bukti-bukti
dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu dokumen, rekaman, observasi,
wawancara terbuka, wawancara terfokus, wawancara terstruktur, dan survey
lapangan. Di samping fakta yang mendukung proposisi, fakta yang
bertentangan terhadap proposisi juga diperhatikan, untuk menghasilkan
keseimbangan analisis, sehingga objektivitas hasil penelitian terjaga. Meskipun
tampaknya berbeda, pengertian tersebut pada dasarnya menuju pada satu
pemahaman yang sama. Penjelasannya tidak bertentangan, bahkan saling
melengkapi. Kelompok pengertian yang pertama memulai penjelasan dari
adanya objek penelitian, yang disebut sebagai kasus, yang membutuhkan jenis
penelitian kualitatif tertentu, dengan metode penelitian yang khusus, yaitu
metode penelitian studi kasus. Sementara itu, kelompok yang kedua
memandang penelitian studi kasus sebagai salah satu jenis metode penelitian
kualitatif yang digunakan untuk meneliti suatu objek yang layak disebut
sebagai kasus. Kedua kelompok pendapat ini memiliki kesamaan pemahaman,
yaitu menempatkan penelitian studi kasus sebagai jenis penelitian tersendiri,
sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif
7. Jenis-jenis Studi Kasus
Dalam Buku Dr. Tohirin, M.Pd., jenis-jenis studi kasus ada dua yaitu:
a. Studi kasus tunggal
Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara mendalam dan
spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa  dari sebuah
fenomena.
b. Studi kasus majemuk
Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan generalisasi untuk
lingkup yang lebih luas. Namun semakin banyak jumlah kasusnya, maka
akan semakin sedikit manfaat yang bisa diperoleh dari pendekatan studi
kasus.
Penjelasan  yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut
disebabkan oleh cara pandang masing-masing pakar terhadap posisi dan
kedudukan kasus di dalam penelitian. Meskipun demikian, secara umum, 
terdapat  pandangan  yang  sama  di  antara  mereka,  yaitu 
memposisikan  dan memperlakukan obyek penelitian sebagai kasus.
Stake (2005) membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan
fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah
sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas.
Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi 
kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana
memilih kasus yang tepat untuk diteliti.  Berdasarkan  hal  tersebut,  Stake
(2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian  studi  kasus  mendalam (intrinsic  case  study)  adalah 
penelitian  studi kasus  yang dilakukan dengan maksud untuk yang
pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus.
Hal ini dilakukan  tidak  dengan  maksud untuk menempatkan kasus 
tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih  kepada kekhususan dan
keunikannya. Pada awalnya, penelitianya mungkin tidak bermaksud
untuk membangun teori dari penelitiannya, tetapi kelak mungkin ia akan
dapat membangun teori apabila kasus tersebut memang menjadi satu-
satunya di dunia.
b. Penelitian studi kasus intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case study) adalah
penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk
memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali  suatu 
proses  generalisasi.  Dengan  kata  lain,  kasus  diposisikan  sebagai 
sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan
pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui
kasus yang ditelitinya, peneliti bermaksud untuk menunjukkan adanya
sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari suatu kasus tersebut, yang
berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari obyek-obyek lainnya.

c. Penelitian studi kasus jamak


Penelitian studi kasus jamak (collective or mutiple case study) adalah
penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak.
Penelitian studi kasus ini adalah pengembangan dari penelitian  studi 
kasus  instrmental,  dengan  menggunakan  kasus  yang banyak.  Asumsi
dari penggunaan kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus yang
digunakan di dalam penelitian studi  kasus  jamak  mungkin  secara 
individual  tidak  dapat  menggambarkan  karakteristik umumnya. Masing-
masing kasus mungkin menunjukkan sesuatu yang sama atau berbeda-
beda. Tetapi  apabila dikaji  secara  bersama-sama atau  secara kolektif, 
dapat  menjelaskan  adanya benang merah di antara mereka, untuk
menjelaskan karakteristik umumnya.
Kasus-kasus di dalam penelitian studi kasus jamak dipilih karena
dipandang bahwa dengan memahami mereka secara kolektif, dapat
meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu, dan bahkan dapat memperbaiki
suatu teori dengan menunjukkan fakta dan bukti yang lebih banyak. Stake
(2005)  menunjukkan  contoh-contoh  penelitian  studi  kasus  kolektif  adalah 
dengan menunjuk pada buku-buku kumpulan dari artikel-artikel yang membahas
suatu isu yang sama. Di dalam buku tersebut, editornya harus mampu
menunjukkan benang merah dari masing-masing artikel,  sehingga 
pembacanya  akan  mendapatkan  pemahaman  menyeluruh yang mendalam
tentang isu tersebut berdasarkan kajian yang dilakukan pada masing-masing
artikel.
Sementara itu, Creswell (2007) menyatakan bahwa jenis-jenis penelitian
studi kasus ditentukan berdasarkan batasan dari kasus, seperti seorang individu,
beberapa individu, sekelompok, sebuah program atau sebuah kegiatan.
Disamping itu, jenis-jenis tersebut dapat ditentukan berdasarkan penentuan
maksud dari analisis kasusnya. Penjelasan Creswell tentang jenis-jenis penelitian
studi kasus secara umum mirip dengan Stake (2005), karena memang
berpedoman kepada penjelasan Stake. Berdasarkan maksud analisis kasusnya
tersebut, Creswell (2007), membagi penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi
3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian studi kasus intrumental tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case
study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan
menggunakan sebuah kasus untuk menggambarkan suatu isu atau
perhatian. Pada penelitian ini, penelitinya memperhatikan dan
mengkaji suatu isu yang menarik  perhatiannya,  dan  menggunakan 
sebuah  kasus  sebagai  sarana (instrumen)  untuk menggambarkannya
secara terperinci.
b. Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case study) adalah
penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu
atau kasus di dalam satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada
hanya satu  isu atau perhatian  dan memenfaatkan banyak kasus
untuk menjelaskannya.  Disamping itu, penelitian  ini  juga  dapat
hanya  menggunakan  satu  kasus (lokasi), tetapi dengan banyak isu atau
perhatian yang diteliti. Pada akhirnya, penelitian ini juga dapat  bersifat 
sangat  kompleks,  karena  terfokus  pada  banyak  isu  atau  perhatian 
dan menggunakan banyak kasus untuk menjelaskannya. Yin (2003a,
2009) mengatakan bahwa untuk melakukan penelitian studi kasus jamak
ini, dapat menggunakan penelitian replikasi yang logis, yaitu dengan
menggunakan suatu prosedur yang sama yang diberlakukan untuk setiap
isu atau kasus.   Peneliti   kemudian   melakukan  generalisasi  pada 
setiap   isu   atau   kasus  dan memperbandingkannya pada akhir kajian.
c. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah
penelitian yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan
keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri,
baik sebagai lokasi, program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi
kasus mendalam ini mirip dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan
di depan, tetapi memiliki prosedur  kajian  yang  lebih  terperinci 
kepada  kasus  dan  kaitannya  dengan  lingkungan disekitarnya  secara 
terintegrasi  dan  apa  adanya.  Lebih  khusus  lagi,  penelitian  studi 
kasus mendalam merupakan penelitian yang sangat terikat pada
konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).
Sedangkan Jenis studi kasus menurut Bogdan dan Biklen (1982)
diklarifikasikan sebagai berikut.
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian
organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri
perkembangan organisasinya. Studi ini kurang memungkinkan untuk
diselenggarakan karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan
secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya
melalui observasi peran serta atau pelibatan, sedngkan fokus studinya
pada suatu organisasi tertentu atau beberapa segi organisasinya. Bagian-
bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu
tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang
dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama. Untuk jenis
wawancara yang dilakukan oleh ahli sejarah disebut sebagai sejarah
lisan, mereka biasanya memwawancarai orang-orang dengan
kepemilikan sejarah yang khas, sedangkan kepada orang tidak memiliki
latar belakang khusus seringkali disebut sejarah ”orang kebanyakan”.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus
kemasyarakatan yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau
masyarakat sekitar.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis
situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit
organisasi yang sangat kecil.
8. Sampel
Adapun kriteria pemilihan sampel menurut Marshall dan Rossman
adalah:
a. Lokasi keberadaan sampel mudah dimasuki.
b. Terdapat situasi yang kaya dengan proses, informan, atau peserta
penelitian, interaksi, dan struktur yang diminati dalam lokasi kajian yang
dipilih.
c. Hubungan akrab dapat terjalin antara peneliti dan peserta penelitian.
d. Kredibilitas dan kualitas data terjamin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari pandangan-pandangan Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236-238)
tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus dan ciri-cirinya sebagai
berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi
tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat
dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan
sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas
2. Studi kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan yang mendalam
tentang suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan dan
manusia yang terlihat dalam pendidikan di dalamnya.
3. Adapun karakteristik studi kasus diantaranya: Eksplorasi mendalam dan
menyempit,Berfokus pada peristiwa nyata, Dibatasi oleh ruang dan waktu, Bisa
hanya merupakan kilasan atau penelitian Longitudinal tentang peristiwa yang
sudah atau sedang terjadi, Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang,
Mendetail dan deskriptif, Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan
keterpautan, Focus pada realitas yang diterimaapa adanya maupun realitas yang
penting dan tidak biasa, Bermamfaat untuk membangun sekaligus menguji
teori.
4. Langkah-langkah Studi Kasus adalah:
a. Melakukan analisis mendalam mengenai kasus dan situasi yang berkenaan
dengan focus yang diteliti.
b. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang melakukan
aktivitas dalam kasus tersebut.
c. Mencatat berbagai aspek hubungan komunikasi dan pengalaman.
d. Membangkitan perhatian pada cara factor-faktor tersebut berhubungan satu
sama lain.

5. Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat
anda berfokus pada situasi problematic. Tujuan anda adalah mengidentifikasi
factor-faktor yang menyebabkan permasalahan itu muncul guna member
solusi praktis atas permasalahan tersebut. Studi kasus juga dapat difokuskan
pada peristiwa penting atau tidak biasa  yang menantang atau mendukung
pemikiran yang ada.
6. Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil  dari  berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya”
untuk  membangun  gambaran  yang  mendalam  dari  suatu  kasus. 
7. proses penganalisaan data kualitatif terbagi kepada dua tahap, yaitu ketika dan
setelah proses pengumpulan data.
8. Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
Penelitian studi kasus mendalam, Penelitian studi kasus intrumental , Penelitian
studi kasus jamak.
Adapun kriteria pemilihan sampel menurut Marshall dan Rossman adalah:
a. Lokasi keberadaan sampel mudah dimasuki.
b. Terdapat situasi yang kaya dengan proses, informan, atau peserta
penelitian, interaksi, dan struktur yang diminati dalam lokasi kajian yang
dipilih.
c. Hubungan akrab dapat terjalin antara peneliti dan peserta penelitian.
d. Kredibilitas dan kualitas data terjamin
Daftar Pustaka

Cresswell, J.W.1998. Research Design:Qualitative & Quantitative Approaches.


London: SAGE Publicational.
Furchan, Arief, (Penerjemah). 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Moleong, L. J. 2001. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosydakarya.
Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta:
Rake Sayekti P. S. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif (Diktat). Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung:Remaja Rosdakarya
Wiriaatmadja,Rochiati. 2007. Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wahyono,H. 2009.Penelitian Studi Kasus. Tersedia:
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling,2012,Jakarta:Rajawali Pers

                [1] Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.
(Washington : COSMOS Corporation, 1989), hlm. 1

[2] John W.Creswell, Qualitative  Inquiry  and  Research Design:


Choosing Among Five Tradition. (London: SAGE Publications, 1998), hlm. 37-38

[3] Ibid, hlm. 36-37


[4] Ibid
[5] Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling,2012,Jakarta:Rajawali Pers
[6] Surachmad, W. 1982. PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito.
[7]  Ibid
[8] Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. 2009. Handbook of Qualitative
Research. Terjemahan oleh Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[9] Wahyono, H. 2009. Penelitian Studi Kasus.
[10]  Ibid. hal 25
[11]   Ibid.Hal 23
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Yin, R.K. 2003. Case Study Research: Design and Methods (3rd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
[15] Ibid.
[16] Surachmad, W. 1982. PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito.
[17] Ibid

Labels: case study, studi kasus

posted by Edi Marwan @ 11:59 PM   1 Comments

1 Comments:

At November 8, 2016 at 3:54 PM ,  Agus Supriyadi said...

Thanks bang...mantap...Jangan lupa berkunjung ke www.lawemas.com


ya?

Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

About Me

Posts [Atom]

Anda mungkin juga menyukai