PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And
Research Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi,
fenomenologi, grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Salah satu
tradisi yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah
lama dipandang sebagai metode penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti
yang menggunakan studi kasus dianggap melakukan “keanehan” dalam
disiplin akademisnya karena tingkat ketepatannya (secara kuantitatif),
objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak memadai. Walaupun
demikian, studi kasus tetap dipergunakan secara luas dalam penelitian ilmu-ilmu
sosial, baik dalam bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik, antropologi,
sejarah dan ekonomi maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis seperti
pendidikan, perencanaan wilayah perkotaan, administrasi umum, ilmu-ilmu
manajemen dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Agar makalah ini lebih terfokus, maka penulis akan mengkaji:
1. Apakah Studi Kasus menurut para ahli?
2. Apa saja Karakteristik Studi kasus?
3. Apa fokus penelitian studi kasus?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam studi kasus?
5. Bagaimana pengumpulan data studi kasus?;
6. Bagaimana analisis data studi kasus?;
7. Apa-apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus?
8. Apa-apa saja criteria sampel dalam studi kasus?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Ingin mengetahui apa studi kasus menurut para ahli,
2. Ingin mengetahui Karakteristik Studi kasus
3. Ingin mengetahui Fokus penelitian studi kasus
4. Ingin mengetahui langkah-langkah dalam studi kasus
5. Ingin mengetahui Bagaimana pengumpulan data studi kasus.
6. Ingin mengetahui Bagaimana analisis data studi kasus.
7. Ingin mengetahui apa-apa saja jenis-jenis penelitian studi kasus.
8. Ingin mengetahui criteria sampel dalam studi kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
A case Study
A Portrait
A case
Cultural group
Individual
An Ethnography
A Biography
A Theory
A concept or
Phenomeno
A Ground Theory
A Phenomenology
4. Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat anda
berfokus pada situasi problematic. Tujuan anda adalah mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan permasalahan itu muncul guna member solusi praktis
atas permasalahan tersebut. Studi kasus juga dapat difokuskan pada peristiwa
penting atau tidak biasa yang menantang atau mendukung pemikiran yang ada.
Pemilihan anda pada kasus tertentu akan dijustifikasi berdasarkan pertimbangan
bahwa kasus tersebut memungkinkan anda untuk membongkar atau
mengungkapkannya. Studi kasus juga bisa berfokus pada rutinitas, yang sejak
dulu sudah berlangsung, kejadian sehari-hari dalam proses komunikasi temasuk
proses komunikasi dalam proses pendidikan, pembelajaran dan pelayanan
bimbingan dan konseling.
5. Bagaimana pengumpulan data studi kasus ?
Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai
sumber informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang
“kaya” untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu
kasus. Yin mengungkapkan bahwa terdapat Enam bentuk pengumpulan
data dalam studi kasus yaitu:
a. Dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-
laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping,
artikel;
b. Rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar
nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb;
c. Wawancara biasanya bertipe open-ended;
d. Observasi langsung;
e. Observasi partisipan.
f. Perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau
instrumen, pekerjaan seni dll. Lebih lanjut Yin mengemukakan bahwa
keuntungan dari keenam sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan
bila tiga prinsip berikut ini diikuti, yaitu:
Menggunakan bukti multisumber;
Menciptakan data dasar studi kasus, seperti : catatan-catatan studi
kasus, dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi, narasi;
Memelihara rangkaian bukti. Sedangkan Asmussen & Creswell
menampilkan pengumpulan data melalui matriks sumber informasi
untuk pembacanya. Matriks ini mengandung empat tipe data yaitu:
wawancara, observasi, dokumen dan materi audio-visual untuk kolom
dan bentuk spesifik dari informasi seperti siswa, administrasi untuk
baris. Penyampaian data melalui matriks ini ditujukan untuk melihat
kedalaman dan banyaknya bentuk dari pengumpulan data, sehingga
menunjukkan kekompleksan dari kasus tersebut. Penggunaan suatu
matriks akan bermanfaat apabila diterapkan dalam suatu studi kasus
yang kaya informasi. Lebih lanjut Creswell mengungkapkan bahwa
wawancara dan observasi merupakan alat pengumpul data yang
banyak digunakan oleh berbagai penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua alat itu merupakan pusat dari semua tradisi penelitian
kualitatif sehingga memerlukan perhatian yang tambahan dari peneliti.
6. Bagaimana analisis data studi kasus ?
Menurut Miles & Hubberman (1984), Marshall & Rossman (1995)
serta Bogdan & Biklen (1992), proses penganalisaan data kualitatif terbagi
kepada dua tahap, yaitu ketika dan setelah proses pengumpulan data yaitu:
a. Ketika proses pengumpulan data. Ketika pengumpulan data dilakukan
terutama melalui teknik wawancara, peneliti harus memastikan bahwa
peserta penelitian merasa nyaman. Selain itu juga meminta kerja sama dari
pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan
untuk melakukan wawancara. Semua hasil wawancara dengan peserta
penelitian harus direkam dalam kaset dan diberi kode untuk memudahkan
proses analisis.
b. Setelah proses pengumpulan data. Setelah semua wawancara selesai
dilakukan, data wawancara dianalisis mengikuti tujuh tahapan yaitu:
1. Semua data yang terekam dalam kaset diterjemahkan dalam bentuk
dekriptif.
2. Penelti membuat reduksi, yaitu memberikan kembali kepada peserta
penelitian untuk menyemak jika terdapat hal-hal yang perlu dibuang
atau ditambah dalam transkrip wawancara peserta penelitian tersebut.
3. Peneliti membangun tema tentang focus penelitiannya berdasarkan
jawaban peserta penelitian.
4. Proses pemberian kode
5. Membuat definisi secara operasional setiap tema yang telah dibuat atau
menguraikan secara tema-tema yang dimaksud.
6. Proses Analisis Indeks Cohen Kappa
7. Proses penulisan laporan dibuat secara deskriptif mengikuti tema dalam
beberapa konteks.
Stake mengungkapkan empat bentuk analisis data beserta
interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a. Pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-
contoh data serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu
yang akan muncul;
b. Interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu contoh
serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini
merupakan suatu proses dalam menarik data secara terpisah dan
menempatkannya kembali secara bersama-sama agar lebih bermakna;
c. Peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau
lebih kategori. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui tabel
2x2 yang menunjukkan hubungan antara dua kategori;
d. Pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik
melalui analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang
dapat belajar dari suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri atau
menerapkannya pada sebuah populasi kasus.
Lebih lanjut Yin membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yaitu
a. Penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika penjodohan pola.
Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas data
empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan;
b. Pembuatan eksplanasi, yang bertujuan untuk menganalisis data studi
kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang
bersangkutan.
c. Analisis deret waktu, yang banyak dipergunakan untuk studi kasus
yang
Menurut Yin (2003), kasus sebagai objek penelitian dalam penelitian
studi kasus digunakan untuk memberikan contoh pelajaran dari adanya suatu
perlakuan dalam konteks tertentu. Kasus yang dipilih dalam penelitian studi
kasus harus dapat menunjukkan terjadinya perubahan atau perbedaan yang
diakibatkan oleh adanya perilaku terhadap konteks yang diteliti. Menurutnya,
penelitian studi kasus pada awalnya bertujuan untuk mengambil lesson learned
yang terdapat di balik perubahan yang ada, tetapi banyak penelitian studi kasus
yang ternyata mampu menunjukkan adanya perbedaan yang dapat mematahkan
teori-teori yang telah mapan, atau menghasilkan teori dan kebenaran yang baru.
Dari sifat kasusnya yang kontemporer, dapat disimpulkan bahwa penelitian
studi kasus cenderung bersifat memperbaiki atau memperbaharui teori. Dengan
kata lain, penelitian studi kasus berupaya mengangkat teori-teori kotemporer
(contemporary theories). Penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian
grounded theory, phenomenology, dan ethnography yang bertujuan meneliti
dan mengangkat teori-teori mapan atau definitif yang terkandung pada objek
yang diteliti (Meyer dalam Wahyono, 2009). Ketiga jenis penelitian tersebut
berupaya mengangkat teori secara langsung dari data temuan di lapangan
(firsthand data) dan cenderung menghindari pengaruh dari teori yang telah ada.
Sementara itu, penelitian studi kasus menggunakan teori yang sudah ada
sebagai acuan untuk menentukan posisi hasil penelitian terhadap teori yang ada
tersebut. Posisi teori yang dibangun dalam penelitian studi kasus dapat sekadar
bersifat memperbaiki, melengkapi, atau menyempurnakan teori yang ada
berdasarkan perkembangan dan perubahan fakta terkini. Seperti halnya Stake
(1995) dan Creswell (1998), Yin (2003) berpendapat bahwa penelitian studi
kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta di balik
kasus yang diteliti. Keragaman sumber data dimaksudkan untuk mencapai
validitas dan reliabilitas data, sehingga hasil penelitian dapat diyakini
kebenarannya. Fakta dicapai melalui pengkajian keterhubungan bukti-bukti
dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu dokumen, rekaman, observasi,
wawancara terbuka, wawancara terfokus, wawancara terstruktur, dan survey
lapangan. Di samping fakta yang mendukung proposisi, fakta yang
bertentangan terhadap proposisi juga diperhatikan, untuk menghasilkan
keseimbangan analisis, sehingga objektivitas hasil penelitian terjaga. Meskipun
tampaknya berbeda, pengertian tersebut pada dasarnya menuju pada satu
pemahaman yang sama. Penjelasannya tidak bertentangan, bahkan saling
melengkapi. Kelompok pengertian yang pertama memulai penjelasan dari
adanya objek penelitian, yang disebut sebagai kasus, yang membutuhkan jenis
penelitian kualitatif tertentu, dengan metode penelitian yang khusus, yaitu
metode penelitian studi kasus. Sementara itu, kelompok yang kedua
memandang penelitian studi kasus sebagai salah satu jenis metode penelitian
kualitatif yang digunakan untuk meneliti suatu objek yang layak disebut
sebagai kasus. Kedua kelompok pendapat ini memiliki kesamaan pemahaman,
yaitu menempatkan penelitian studi kasus sebagai jenis penelitian tersendiri,
sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif
7. Jenis-jenis Studi Kasus
Dalam Buku Dr. Tohirin, M.Pd., jenis-jenis studi kasus ada dua yaitu:
a. Studi kasus tunggal
Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara mendalam dan
spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa dari sebuah
fenomena.
b. Studi kasus majemuk
Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan generalisasi untuk
lingkup yang lebih luas. Namun semakin banyak jumlah kasusnya, maka
akan semakin sedikit manfaat yang bisa diperoleh dari pendekatan studi
kasus.
Penjelasan yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut
disebabkan oleh cara pandang masing-masing pakar terhadap posisi dan
kedudukan kasus di dalam penelitian. Meskipun demikian, secara umum,
terdapat pandangan yang sama di antara mereka, yaitu
memposisikan dan memperlakukan obyek penelitian sebagai kasus.
Stake (2005) membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan
fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah
sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas.
Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi
kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana
memilih kasus yang tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, Stake
(2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah
penelitian studi kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang
pertama kali dan terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus.
Hal ini dilakukan tidak dengan maksud untuk menempatkan kasus
tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih kepada kekhususan dan
keunikannya. Pada awalnya, penelitianya mungkin tidak bermaksud
untuk membangun teori dari penelitiannya, tetapi kelak mungkin ia akan
dapat membangun teori apabila kasus tersebut memang menjadi satu-
satunya di dunia.
b. Penelitian studi kasus intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case study) adalah
penelitian studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk
memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu
proses generalisasi. Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai
sarana (instrumen) untuk menunjukkan penjelasan yang mendalam dan
pemahaman tentang sesuatu yang lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui
kasus yang ditelitinya, peneliti bermaksud untuk menunjukkan adanya
sesuatu yang khas yang dapat dipelajari dari suatu kasus tersebut, yang
berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari obyek-obyek lainnya.
A. Kesimpulan
1. Dari pandangan-pandangan Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236-238)
tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus dan ciri-cirinya sebagai
berikut: Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi
tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat
dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan
sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas
2. Studi kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan yang mendalam
tentang suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan dan
manusia yang terlihat dalam pendidikan di dalamnya.
3. Adapun karakteristik studi kasus diantaranya: Eksplorasi mendalam dan
menyempit,Berfokus pada peristiwa nyata, Dibatasi oleh ruang dan waktu, Bisa
hanya merupakan kilasan atau penelitian Longitudinal tentang peristiwa yang
sudah atau sedang terjadi, Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang,
Mendetail dan deskriptif, Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan
keterpautan, Focus pada realitas yang diterimaapa adanya maupun realitas yang
penting dan tidak biasa, Bermamfaat untuk membangun sekaligus menguji
teori.
4. Langkah-langkah Studi Kasus adalah:
a. Melakukan analisis mendalam mengenai kasus dan situasi yang berkenaan
dengan focus yang diteliti.
b. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang melakukan
aktivitas dalam kasus tersebut.
c. Mencatat berbagai aspek hubungan komunikasi dan pengalaman.
d. Membangkitan perhatian pada cara factor-faktor tersebut berhubungan satu
sama lain.
5. Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat
anda berfokus pada situasi problematic. Tujuan anda adalah mengidentifikasi
factor-faktor yang menyebabkan permasalahan itu muncul guna member
solusi praktis atas permasalahan tersebut. Studi kasus juga dapat difokuskan
pada peristiwa penting atau tidak biasa yang menantang atau mendukung
pemikiran yang ada.
6. Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya”
untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus.
7. proses penganalisaan data kualitatif terbagi kepada dua tahap, yaitu ketika dan
setelah proses pengumpulan data.
8. Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
Penelitian studi kasus mendalam, Penelitian studi kasus intrumental , Penelitian
studi kasus jamak.
Adapun kriteria pemilihan sampel menurut Marshall dan Rossman adalah:
a. Lokasi keberadaan sampel mudah dimasuki.
b. Terdapat situasi yang kaya dengan proses, informan, atau peserta
penelitian, interaksi, dan struktur yang diminati dalam lokasi kajian yang
dipilih.
c. Hubungan akrab dapat terjalin antara peneliti dan peserta penelitian.
d. Kredibilitas dan kualitas data terjamin
Daftar Pustaka
[1] Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.
(Washington : COSMOS Corporation, 1989), hlm. 1
1 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home
About Me
Posts [Atom]