PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang yang mengenal kata positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
mengartikan positif sebagai kata yang mengandung arti baik atau berguna. Sesuatu
yang baik maka itu sesuatu yang positif, begitu sebaliknya, jika sesuatu yang buruk
maka sesuatu itu dianggap negatif, yang merupakan lawan kata dari positif.
Positivisme Aguste Comte ini adalah merupakan bagian atau yang di bahas
dalam pembelajaran Filsafat Umum, oleh karena itu sudah seharusnya kita
memahami apa itu Positivisme yang pertama kali dilahirkan Oleh Aguste Comte,
dan pada era dewasa menuntut untuk setiap kita untuk memahami apa yang
sebenarnya dikaji dalam filsafat itu sendiri, hal ini tidak hanya harus dipahami oleh
para ilmuan atau profesor saja, tapi mahsiswa dituntut juga untuk dapat memahami
yang dikaji dalam filsafat. Karena mahasiswa itu nantinya yang akan menggantikan
para filosofis saat ini, dan setiap periode filsafat itu harus dapat terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Auguste Comte?
2. Bagaimana Pemikiran Auguste Comte?
3. Apa Pengaruh Pemikiran Auguste Comte?
4. Bagaimana Kritik atas Pemikiran Auguste Comte?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Biografi Auguste Comte
2. Untuk Mengetahui Pemikiran Auguste Comte
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pemikiran Auguste Comte
4. Untuk Mengetahui Kritik atas Pemikiran Auguste Comte
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1826, Comte mengolah satu skema yang akan digunakannya untuk
menyampaikan serangkaian 72 kuliah umum tentang filsafatnya. Kuliah yang
diberikan Comte menarik banyak peminat, akan tetapi dihentikan pada perkuliahan
ketiga dikarenakan Comte mengalami masalah mental. Bahkan pernah mencoba
bunuh diri. Meskipun Comte tidak memperoleh posisi regular di Ecole
1
Javaphilosophy. Positivisme Auguste Comte, (Wordpress.com). Diakses: 5 November 2018
2
Polytechnique, Comte mendapatkan posisi minor sebagai asisten pengajar pada
tahun 1832. Pada tahun 1837 Comte mendapatkan posisi tambahan sebagai penguji
ujian masuk, dan untuk pertama kalinya, ini memberikan pendapatan yang
memadai karena, selama ini ia sering kali tergantung secara ekonomis terhadap
keluarganya. Selama kurun waktu tersebut Comte mengerjakan enam jilid karya
yang melambungkan namanya, Cours de Philosophie Positive, yang secara
keseluruhan terbit pada tahun 1842, dimana jilid pertama terbit pada tahun 1830.
Dalam karya ini Comte memaparkan pandangannya bahwa sosiologi adalah ilmu
tertinggi. Ia juga menyerang Ecole Polytechenique, dan hasilnya adalah pada tahun
1844 pekerjaannya sebagai asisten tidak diperpanjang. Pada tahun 1851 ia
menyelesaikan 4 jilid buku Systeme de Politique Positive, yang lebih bertujuan
praktis, dan menawarkan rencana reorganisasi masyarakat. Auguste Comte wafat
pada 5 September 1857.2
2
Ibid
3
F. Budi Hardiman. Filsafat Modern Dari Machievelli Sampai Niestzche. (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004).
3
Comte menerangkan dalam karyanya yang berjudul Discour sur lèsprit
positif (1984), sebagaimana yang dikutip oleh Koento Wibisono bahwa
pengertian “positif” menurut Comte ialah sebagai berikut;
4
e. “Positif” sebagai lawan “negatif” hal ini digunakan unutk menunjukkan
sifat filsafat positivisme yang mengarah pada penataan dan penertiban
pola pikir.4
Hukum tiga tahap merupakan ciri khas filsafat positivisme Auguste Comte,
karena keselurahan pemahannya tercermin dalam hukum tersebut. Dalam karya
utamanya dengan judul Cours de Philosophie Positive yang ditulis pada tahun
1830-1842 yang terdiri dari enam jilid. Menurut Acton yang dikutip Koento
Wibisono dalam bukunya bahwa hukum tiga tahap ini, Comte menjadikannya
dasar dan titik tolak dalam menerangkan ajaran filsafat positivismenya
berkenaan dengan sejarah, ilmu pengetahuan, masyarakat dan agama.6
Ditambahkan oleh F. Budi Hardiman dalam bukunya yang berjudul “Filsafat
Modern dari Machiavelli sampai Niettzsche” bahwa menurut Comte
perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat terlepas dari perkembangan
manusia dan pemikirannya selama berabad-abad.7
4
Wibisono Koento, Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983)
5
F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003)
6
Wibisono, Koento. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983).
7
F. Budi Hardiman. Filsafat Modern Dari Machievelli Sampai Niestzche. (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004).
5
Hukum tiga tahap yang dipaparkan Auguste Comte membagi tahap
perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa menjadi tiga tahap, yaitu;
tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positif. Ketiga tahap ini dipahami
Comte sebagai satu kesatuan tahap perkembangan pola pokir manusia
sebagaimana perkembangan tahap kehidupan umat manusia dari masa kanak-
kanak menjadi masa remaja kemudian menjadi masa dewasa. Berikut uraian
perkembangan hukum tiga tahap comte;
8
Wibisono, Koento. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983).
9
Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Posivistik ke Post positivistik.( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010).
6
Politeisme (polytheism), pemahaman ini lebih berkembang dari pada
fetisysme. Yaitu bahwa segala sesuatu tidak lagi benda benda disekeliling
manusia, namun adanya kekuatan yang mnegatur itu dan berada di
sekeliling manusia. Hal tersebut mewajibkan segala tingkah laku/perbuatan
serat pikiran manusia harus mengikuti aturan dari kekuatan tersebut. Dalam
hal inilah kepercayaan terbangun bahwa segala sesuatau ada dewanya.
Sehingga manusia harus tunduk dan takluk pada dewa-dewa tersebut dan
mengadakan upacara ritual untuk menghormatinya.
10
Wibisono, Koento. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983).
7
mau menggunakan akal budi sebagai sumber mancari kebenaran. 11 Pada
masa ini manusia sudah bsa mendeskripsikan secara filosofis (jiwa ekstensi)
berdasarakan kepercayaaan serta hukum alam. Menurut Comte terjadinya
frase ini karena dominasi sosial para ahli hukum yang menarik doktrin-
doktrin sosial dan politik dari pemahaman ilmu alam. Masas ini
diperkirakan terjadi antara tahun 1300 hingga 1800 M.12
Pada masa ini manusia lebih berkembang dari masa sebelumnya. Jika
pada masa metafisik manusia merasa cukup dengan pengetahuan yang
abstrak, pada masa ini yang dibutuhkan adalah pengetahuan yang ril.
Pengatahuan yang dicapai harus melalui pengamatan, percobaan dan
perbandingan di atas hukum hukum yang umum (abstrak). Pengetahuan
yang dicapai tidak lagi abstrak, akan tetapi jelas, pasti dan bermanfaat.
Masa ini adalaha masa yang berusaha Comte wujudkan, dimana kehidupan
masyarakat akan diatur oleh cendikiawan dan industrialis dengan dasar rasa
perikemanusiaan. Apabila dalam teologi keluarga adalah dasar dan dalam
metafisik negara merupakan dasar maka dalam tahap positif ini seluruh
umat manusia merupakan dasar itu sendiri.13 Tahap ini adalah tahap
indusrialis yang dterjadi pada setelah tahun 1800.14
11
Ibid
12
Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Posivistik ke Post positivistik.( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010).
13
Wibisono, Koento. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte. (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1983).
14
Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi dari Filosofi Posivistik ke Post positivistik.( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010).
8
dengan antusias memperkenalkan pemikiran Comte sehingga banyak tokoh di
Inggris yang mengapresiasi karya besar Comte, diantaranya G.H. Lewes, penulis
The Biographical History of Philosophy dan Comte’s Philosophy of Sciences;
Henry Sidgwick, filosof Cambridge yang kemudian mengkritisi pandangan-
pandangan Comte; John Austin, salah satu ahli paling berpengaruh pada abad
sembilan belas; dan John Morley, seorang politisi sukses. Namun dari orang-orang
itu hanya Mill dan Lewes yang secara intelektual terpengaruh oleh Comte.15
15
Robbani, Auguste Comte dan Positivisme. (Wordpress.com) Diakses 5 November 2018
16
Ibid
17
Ibid
9
D. Kritik atas Pemikiran Auguste Comte
Selain itu, model filsafat positivisme Comte tampak begitu mengagungkan akal
dan panca indera manusia sebagai tolok ukur “kebenaran”. Sebenarnya
“kebenaran” sebagai masalah pokok pengetahuan manusia adalah bukan
sepenuhnya milik manusia. Akan tetapi hanya merupakan kewajiban manusia
untuk berusaha menghampiri dan mendekatinya dengan “cara tertentu”.
Kata cara tertentu merujuk pada pemikiran Karl Popper mengenai “kebenaran”
dan sumber diperolehnya. Bagi Popper, ini merupakan tangkapan manusia terhadap
objek melalui rasio (akal) dan pengalamannya, namun selalu bersifat tentatif.
Artinya kebenaran selalu bersifat sementara yakni harus dihadapkan kepada suatu
pengujian yang ketat dan gawat (crucial-test) dengan cara pengujian “trial and
error” (proses penyisihan terhadap kesalahan atau kekeliruan) sehingga
“kebenaran” selalu dibuktikan melalui jalur konjektur dan refutasi dengan tetap
konsisten berdiri di atas landasan pemikiran Rasionalisme-kritis dan Empirisme-
kritis. Atau dengan meminjam dialektika-nya Hegel, sebuah “kebenaran” akan
selalu mengalami proses tesis, sintesis, dan anti tesis, dan begitu seterusnya.
10
Penulis, Relativisme sama sekali tidak mengakui “kebenaran” sebagai milik dan
tangkapan manusia terhadap suatu objek. Penulis berkeyakinan bahwa manusia
mampu menangkap dan menyimpan “kebenaran” sebagaimana yang diinginkannya
serta menggunakannya, namun bagi manusia, “kebenaran” selalu bersifat
sementara karena harus selalu terbuka untuk dihadapkan dengan pengujian
(falsifikasi). Dan bukanlah verifikasi seperti apa yang diyakini oleh Comte. Hal
demikian karena suatu teori, hukum ilmiah atau hipotesis tidak dapat diteguhkan
(diverifikasikan) secara positif, melainkan dapat disangkal (difalsifikasikan).
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Auguste Comte juga mendapat kritikan atas teori positivismenya karena tampak
begitu mengagungkan akal dan panca indera manusia sebagai tolok ukur
“kebenaran”.
12