Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR TEORI KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPU : DR.MASAMAH,S.PD, M.SI

KELOMPOK 12 :

Maria Kevin Sium ( 2003050047 )

Maria Wilhelmina Vincensia Ola Lewokeda ( 2003050048 )

Santi Ndun ( 2003050049 )

Selzy ndoen ( 2003050050)

Syndianan Muda ( 2003050051 )

Victoria Aldonna Elvira Pareira ( 2003050052)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “ Pemikiran Jurgen Habermas Terkait Teori
Komunikasi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ( Dosen)
pada bidang studi Dasar- Dasar Teori Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemikiran Jurgen Habermas terkait teori komunikasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 29 Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 RIWAYAT HIDUP JURGEN HABERMAS...................................................................................3
2.2 PEMIKIRAN JURGEN HABERMAS..............................................................................................5
2.3 TEORI TINDAKAN KOMUNIKASI...............................................................................................7
2.4 KARYA KARYA PEMKIRAN JURGEN HABERMAS.................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................12
3.2 SARAN...........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari filsafat Kritis. Beliau seorang filsafat
dan sosiolog dari Jerman. Dia dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di Kota Dusseldot,
Jerman. Jurgan Habermas adalah pewaris dan pembaharu teori kritis. Meskipun ia sendiri
tidak lagi dapat dikatakan termasuk Mazhab Frankfurt, arah penelitian Habermas justru
membuat subur gaya pemikiran “Frankfurt” itu bagi filsafat dan ilmu-ilmu sosial pada
umumnya. Uraian singkat ini akan mencoba menelusuri perkembangan pemikirannya.
Habermas memberikan sebua gambaran mengenai teori kritis, dimana teori kritis ini
merupakan sebuah metodologi yang di tegakan di dalam ketegangan dialektis antara filsafat
dan ilmu pengetahuan. Adapun ilmu pengetahuan yang dikehendaki dikehendaki disini
adalah ilmu pengetahuan yang bernuansa sosiologi. Menurutnya lagi, Teori Kritis pada
dasarnya bukanlah merupakan suatu teori ilmiah sebagaimana yang dikenal oleh kalangan
luas masyarakat ata public akademis. Jika pada umumnya aliran positifitik berhenti pada
tataran fakta-fakta obyekttif, maka teori kritis tidak hnaya berhenti sampai disitu. Bisa
disebut teori kritis ini merupakan teori ideology.
Teori Kritis merupakan sebuah metodologi yang berdiri di dalam ketegangan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Teori kritis ini tidak hanya berhenti pada fakta- fakta obyektif
seperti yang dianut positifme atau tradisional, akan tetapi menembus di balik realitas sosial
untuk menentukan kondisi-kondisi yang timpang.
Teori kritis dikaji melalui dialektika antara teori kritis dengan teori tradisional,
disamping itu ia juga bemaksud membongkar kedok-kedok teori tradisional mengenai
pertautan pengetahuan dengan kepetingan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana riwayat hidup Jurgen Habermas ?
1.2.2 Apa pemikiran atau gagasan Jurgen Habermas?
1.2.3 Apa yang dimaksudkan dengan teori tindakan komunikasi ?
1.2.4 Apa saja karya-karya pemikiran Jurgen Habermas?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk mengetahui riwayat hidup dari Jurgen Habermas
1.3.2 Untuk mengetahui pemikiran atau gagasan dari Jurgen Habermas
1.3.3 Untuk mengetahui apa itu teori tindakan komunikasi
1.3.4 Untuk mengetahui karya karya Jurgen Habemas

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui siapa
itu Jurgen Habermas dan dapat memahami pemikiran dan juga teori tindakan komunikasi
dari beliau.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 RIWAYAT HIDUP JURGEN HABERMAS


Jurgen Habermas dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf, Jerman. Dia
dibesarkan di kota Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Ketika ia memasuki masa
remaja di akhir Perang Dunia II, ia baru menyadari bersama bangsanya akan kejahatan
rezim nasional-sosialis di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Mungkin hal ini yang mendorong
pemikiran Habermas tentang pentingnya demokrasi di negaranya. Kemudian ia melanjutkan
studinya di Universitas Gottingen, ia mempelajari kesusastraan, sejarah, dan filsafat (Nicolai
Hartmann) serta mengikuti kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu, ia meneruskan studi
filsafat di Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 ia meraih gelar “doktor filsafat” dengan
sebuah disertasi berjudul Das Absolute und die Geshichte (Yang Absolut dan Sejarah)
merupakan studi tentang pemikiran Schelling. Berbarengan dengan itu juga, ia mulai lebih aktif
dalam diskusi-diskusi politik. Hal ini juga yang mendorong Habermas untuk masuk ke partai
National Socialist Germany.

Pada tahun 1956, Jurgen Habermas berkenalan dengan Institut Penelitian


Sosial di Frankfurt dan menjadi asisten dari Theodor Adorno. Habermas belajar
tentang sosiologi dari Theodor Adorno. Kemudian, ia mengambil bagian dalam suatu proyek
penelitian mengenai sikap politik mahasiswa di Universitas Frankfurt. Pada tahun 1964, hasil
penelitiannya dipublikasikan dalam sebuah buku Student und Politik (Mahasiswa dan
Politik). Ketika Jurgen Habermas bekerja di Institut Penelitian Sosial tersebut, ia makin
berkenalan dengan pemikiran Marxisme.

Sekitar waktu yang sama Habermas mempersiapkan Habilitations schift-nya. Karangan


in diberi judul Strukturwandel der Oeffentlichkeit (Tranformasi struktural dari lingkup umum),
suatu studi yang mempelajari sejauh mana demokrasi masih mungkin dalam masyarakat
modern. Fokus utama dari tulisan itu adalah tentang berfungsi tidaknya pendapat umum dalam
masyarakat modern. Pada kurun waktu yang sama, Habermas diundang menjadi

3
profesor filsafat Universitas Heidelberg (1961-1964). Pada tahun 1964, ia kembali ke Universitas
Frankfurt, karena diangkat menjadi profesor sosiologi dan filsafat mengantikan Horkheimer.

Pemikiran Marx yang Habermas sudah kenal sejak di Mazhab Frankfurt cukup memengaruhi
pemikiran dia secara utuh. Peranan ia sebagai seorang Marxis tampak ketika ia turut berperan
serta dalam gerakan mahasiswa Frankfurt. Sekitar tahun 1960-1970an merupakan
periode demonstrasi “gerakan mahsiswa kiri baru yang radikal” yang sedang marak. Sebagai
seorang pemikiri Marxis, ia cukup dikenal oleh gerakan mahsiswa tersebut, bahkan sempat
menjadi ideolognya, walaupun keterlibatannya hanya sejauh sebagai pemikir Marxis. Habermas
sangat populer dikalangan kelompok yang bernama Sozialistischer Deutsche Studentenbund
(Kelompok Mahasiswa Sosialis Jerman).

Akan tetapi, kedekatan Jurgen Habermas dengan kelompok mahasiswa yang beraliran
kiri radikal tidak terlalu lama. Hal itu dikarenakan, aksi-aksi mahasiswa yang mulai melewati
ambang batas, yaitu dengan menggunakan tindak anarkis atau tindak kekerasan. Akibatnya,
Habermas mengkritik tindakan mahasiswa yang melampaui batas tersebut. Akan tetapi, akibat
dari kritikan tersebut, Jurgen Habermas harus bernasib sama dengan Max
Horkheimer dan Theodor Adorno, yang terlibat konflik dengan mahasiswa.

Di dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1969 yang berjudul Protestbewegung und


Hochschulreform (Gerakan opsisi dan pembahasan perguruan tinggi). Jurgen Habermas
mengkritik secara pedas aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa kiri. Bagi
Habermas, aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa kiri tersebut dikecam sebagai ‘revolusi
palsu’, bentuk-bentuk pemerasan yang diulang kembali, dan counterproductive.

Akhirnya, Habermas dengan mahasiswa beraliran kiri tersebut makin bertentangan. Hal
ini mendorong Habermas untuk keluar dari Universitas Frankfurt. Habermas menerima tawaran
untuk bekerja di Max Planck Institut di kota Stanberg sebagai peneliti. Habermas bekerja di sana
selama 10 tahun sampai lembaga penelitian ini dibubarkan. Selama di Max Planck Institut
Habermas telah mencapai kematangan pemikiran filosofisnya. Banyak karya-karya tulis yang
dibuatnya selama di sana, antara lain: Legitimationsprobleme im Spatkapitalismus (Masalah
4
legitimasi dalam kapitalisme kemudian hari, 1973), Kultur und Kritik (Kebudayaan dan Kritik,
1973); Zur Rekonstruktion des Historischen Materialismus (Demi rekonstruksi materialisme
historis, 1976). Selain itu, masih ada satu karya tulis Habermas yang dapat dikatakan sebagai
opus magnumnya dan puncak seluruh usaha ilmiahnya adalah Theorie des kommunikativen
Handelns (Teori tentang praksis komunikatif, dua jilid, 1981). Pada akhirnya, Jurgen Habermas
kembali ke Universitas Frankfurt sebagai profesor filsafat. Ia mengajar di Universitas Frankfurt
sampai memasuki masa pensiunnya pada tahun 1994. Pada waktu itu, Habermas sudah memiliki
reputasi internasional yang besar dan banyak diminta untuk berbicara di berbagai pertemuan atau
diskusi ilmiah.

2.2 PEMIKIRAN JURGEN HABERMAS


Jurgen Habermas adalah seorang filsuf yang unggul (Goodnight dalam Anerson, 2007).
Sejak pertengahan tahun 1960-an, ia mengembangkan filsafat komunikasi yang rumit, penuh
elaborasi dan luas, menantang, membingungkan, frustasi, provokasi, dan menyibukkan sekaligus
menginspirasi publiknya. Ini dikarenakan “teori tindakan komunikasi” atau communication
action theory dianggap sebagai proyek filsafat paling ambisius yang pernah ditangani.

Argumentasi Habermas bahwa filosofi membentuk modernisasi yang sesuai kepentingan


keberlanjutan proyek Pencerahan itu sendiri, terlihat seperti melawan arus abad kedua puluh.
Kondisi saat itu berada di tengah kolonialisme kemunafikan, penyalahgunaan revolusi industri,
dan pemisahan persamaan antara teknologi dengan kemajuan moral di medan pertempuran
Perang Dunia Pertama. Bahkan ketika ilmu pengetahuan kemudian jauh mulai berevolusi, yaitu
dengan munculnya berbagai bentuk alat penerbitan, telepon, media dan berbagai alat perubahan,
yang menjadi penanda usainya Perang Dunia Kedua. Seperti gurunya, Theodor Adorno,
Habermas tidak buta terhadap kegagalan Pencerahan; dimana filosofisnya mengakar tepat pada
pengalaman abad keduapuluh. Lalu, atas dasar mencari alasan mengatasi “malam gelap”, ia
mengembangkan filosofi tentang rekonstruksi dan perbaikan, suatu program yang meletakkan
ide komunikasi pada aspek fundamental manusia. Ide komunikasi itu bukan sesuatu yang baru,
di mana lebih dari setengah abad hal tersebut tertanam dalam pengetahuan budaya modernisasi.

Model dimana Claude Shannon dan Warren Weaver membayangkan komunikasi dalam
sebuah bentuk standar. Yang modern, Pengirim dan penerima mengubah sinyal menjadi pesan
enkoding dan dekoding yang melintasi sebuah saluran dalam satu ketika, kemudian kembali lagi

5
dalam bentuk feedback kepada sumber aslinya. Seluruh proses terjadi pada lingkaran teknis yang
mulus yang direduplikasi oleh perilaku kimiawi, mesin, hewani, bahkan manusia. Mereka semua
mengambil bagian dalam mengubah informasi. Konteks dikatakan membuat perubahan,
tergantung pada saat dua manusia terlibat dalam hubungan interpersonal, dalam interaksi
kelompok, atau khalayak luas dalam pesan yang dimediasi secara massal. Model ini universal,
yang diuraikan secara analitis, dijelaskan secara alamiah, statis, lengkap, dan efisien. Lebih jauh
lagi, permasalahan komunikasi dapat dipastikan melalui identifikasi kelemahan, kekurangan, dan
distorsi dalam enkoding, transmisi, dekoding, atau feedback – sebagaimana kekuatan komunikasi
dapat diukur melalui kekuatan sinyal, ketepatan transmisi, kerasnya feedback, keluwesan
saluran, dan kesesuaian dengan karakteristik khalayak.

Ide tentang komunikasi sebagai medium netral perubahan sosial dan jaringan kontak
dijalin dari masyarakat modern yang memiliki superstruktur teknologi, komersial, profesional
dan keilmuan. Meskipun demikian tidak semua elemen tersebut adalah komunikasi. Dalam
merespon versi modern ilmu dan teknologi yang membentuk masyarakat tradisional, sejumlah
pengarang mengangkat isu tentang alasan, etika, komunikasi dan bahasa. Di satu sisi, proyek
mereka tenang dekonstruksi bersama dengan kritik keras postmodernisme yang mengoreksi
keangkuhan Barat melalui pembuatan strategi antagonis, skeptis, dan minimalis, dan ajakan
kembali mengambil Nietzsche, untuk kemudian mempertanyakan tentang klaim berlebihan
tentang suatu ilmu dalam menjelaskan dan mempertanyakan kekuatan kelembagaan. Di sisi lain,
bermunculan sejumlah proyek filosofis untuk memulihkan, memperbaiki, atau merekonstruksi
hubungan yang rusak antara alasan dan komunikasi, termasuk karya John Rawls, Charles Taylor,
Karl-Otto Apel, dan Albresht Wellmer. Proyek Habermas mempertahankan antagonisme
kelompok konstruktivis, sebagaimana ia melibatkan dialektik negatif, mendekonstruksi
kritiknya, strategi silsilah melalui pemberian tantangan kepada Jacques Derrida, Michel
Foucault, dan lainnya. Untuk mengabaikan “kontradisksi performatif” dan membuat ruang
afirmatif, bidang yang meluruskan proyek pribadinya dengan tujuan emansipasi dan keadilan.
Sebagai tambahan, Habermas menyediakan, memindahkan, dan membedakan proyeknya dari
praktek universal kompetitornya, melalui pembelaan filosofis universalis, Kantianism yang telah
direvisi, memasuki kualitas interaksional dalam diskursus, sebagai dimensi kognitif, dan ketaatan
prosedural pada bentuk universal.

6
Dalam tiap kasus, Habermas menjelaskan kedua sisi dari pertanyaan, memberikan
kesempatan untuk kompetisi argumentasi, sementara merekonstruksi dimensi normatif isu yang
terkait dengan solusi emansipasi, komunikasi tanpa distorsi, dan keadilan. Uniknya, Habermas
menggabungkan teori dan praksis dalam filsafat komunikasi dalam kajian yang sangat luas.
Habermas melengkapi pemikirannya mengenai keterkaitan antara teori dan praksis atau ilmu
pengetahuan dan kepentingan dengan merumuskan lima tesisnya mengenai pengetahuan-
tercakup kepentingan (knowledge-constitutive interest) sebagai berikut: Pertama, pengetahuan-
tercakup kepentingan, karena hal itu mempunyai dasarnya dalam sejarah alam semesta dan
sejarah umat manusia. Teori membutuhkan praksis dan praksis memerlukan dasar teoretis. Tanpa
teori, praksis dapat menjadi aksi yang sembrono sehingga tidak membawa maslahat bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Sebaliknya, tanpa praksis, teori tidak berpijak pada kenyataan
dan mengawang menjadi verbalisme kosong. Kedua, pengetahuan-tercakup kepentingan,
melampaui pemahaman empirisme atau positivisme logis yang membatasi pengetahuan hanya
sebagai sarana. Pengetahuan-tercakup kepentingan meliputi: informasi, interpretasi, dan kritik
(pertimbangan).

Konsep interest dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin inter dan esse, yaitu bahwa
kepentingan itu ada di antara dan menghubungkan dua hal, teori dan praksis. Kelima, konsep
pengetahuan-tercakup kepentingan merefleksikan filsafat Sokratisk atau metode filsafat Sokratik,
yakni dialog sebagai usaha rekonsiliasi. Proses rekonsilisasi didahului informasi tentang
masalah, interpretasi, dan kritik yang memungkinkan pencerahan dan pembebasan
(Poespowardojo & Seran, 2015, pp. 185-186). Tulisan ini menjelaskan teori kritis komunikasi
dari Jurgen Habermas, sebagai perjuangan dalam mengartikulasi pragmatis universal yang
menjanjikan kebebasan, mereklamasi alasan, dan jalur rekonstruktif menuju Pencerahan. Tulisan
terdiri atas tiga bagian: melacak asumsi inti dari komunikasi, meninjau tingkatan argumentasi,
dan diskusi terhadap kritik Habermas tentang kontroversi kontemporer. Pada bagian akhir,
tulisan dilengkapi contoh implementasi ruang publik melalui berbagai kasus di Indonesia yang
menjadi diskusi publik pada media sosial sekitar tahun 2015.

2.3 TEORI TINDAKAN KOMUNIKASI


Ide dasar mengenai komunikasi sesungguhnya sangat sederhana. Menurut Habermas,
“ketika mengatakan sesuatu dalam konteks kehidupan sehari-hari, pembicara merujuk tidak

7
hanya pada sesuatu di dunia obyektif (secara keseluruhan atau mungkin sebuah kasus), tetapi
juga sesuatu di dunia sosial (sebagai keseluruhan dari hubungan interpersonal yang terlegitimasi)
dan pada sesuatu yang dimiliki di dunia pembicara (sebagai keseluruhan pengalaman yang dapat
dimanifestasikan dan memiliki akses atas hak istimewa). Speech atau wicara, dikatakan sebagai
ucapan dalam sebuah komunitas besar pengguna bahasa asli. Setiap pembicara disituasikan dan
semua ucapan pada awalnya menjalin tiga dunia tersebut; setiap ucapan ditujukan untuk
dimengerti, untuk dikomunikasikan—menghubungkan tindakan berbicara pada situasi dengan
cara seperti untuk mengundang pemahaman yang membumi secara unik pada satu dari tiga dunia
tersebut.

Menurut Habermas, ketiga dunia tersebut memberikan atau memperbarui hubungan-


hubungan interpersonal dalam kasus di mana pembicara membuat referensi yang mengacu pada
sesuatu di dunia sosial dari tatanan sosial yang terlegitimasi. Tidak hanya itu, ketiga dunia
memberikan proses representasi diri dalam kasus di mana pembicara membuat referensi
mengenai sesuatu di dunia subyektif, di mana ia memiliki akses atas hak istimewa. Dengan kata
lain menurut Habermas, terjadinya kesepakatan (agreement) dalam praktek komunikasi sehari-
hari terletak secara bersamaan pada intersubyektivitas yang berbagi pengetahuan yang
proporsional pada kesesuaian normatif dan rasa saling percaya . Ketiga dunia tersebut yang
terjadi di dalam ujaran (utterance) menurut Habermas disebut sebagai :

1) dunia obyektif (the objective world), adalah totalitas atau keseluruhan dari semua
entitas tentang manakah pernyataan yang benar dianggap tepat. Dunia obyektif ini
terkait dengan sistem budaya yang membentuk pemikiran kita akan suatu konsep
tertentu.
2) dunia sosial (social world), adalah keseluruhan dari hubungan interpersonal yang
diatur secara terlegitimasi;dan
3) dunia subyektif (subjective world) adalah keseluruhan dari pengalaman partisipan
(speaker) dimana ia memiliki hak istimewa atas pengalaman tersebut.

Teori tiga dunia yang disebutkan Habermas tersebut, meminjam istilah tersebut dari Karl
Popper yang disebutkannya di dalam bukunya The Theory of Communicative Action (TCA);

8
Kita mungkin membedakan tiga dunia atau universe sebagai berikut: pertama adalah
dunia obyek fisik atau keadaan fisik, kedua adalah dunia dari keadaan kesadaran atau
keadaan mental atau mungkin pengaturan psikologis untuk bertindak (melakukan
sesuatu), dan yang ketiga adalah dunia obyektif dari isi pikiran terutama pemikiran ilmiah
dan puitis dan karya-karya seni.

Penjelasan tiga dunia menurut Popper untuk memahami realitas adalah sebagai perikut,
pertama dunia fisik (physical world) yang didalamnya mencakup semua benda fisik yang disebut
sebagai dunia 1 (world 1). Dunia ini mencakup segala hal fisik dan biologis yang ada di alam
semesta, mulai dari batu hingga bintang, binatang dan tumbuh tumbuhan .

Kemudian dunia mental atau psikologis yang disebutnya sebagai dunia 2 (world 2).
Dunia mental ini terkait dengan pikiran atau pernyataan psikologis yang dimiliki oleh manusia,
termasuk mimpi atau yang disebut Popper sebagai subconscious experience dan banyak
berbicara mengenai masalah moral.

Dunia terakhir adalah pengetahuan sebagai produk dari akal pikiran manusia yang
disebut Popper sebagai dunia 3 (world 3). Pada dunia ke-3 adalah dunia dimana semua produk
pengetahuan yang dihasilkan dari pikiran manusia. Apakah itu berupa lukisan, lagu atau bahkan
karya teknik seperti pesawat terbang.

Agak berbeda dengan Popper, Habermas dalam melihat keterkaitan antara ketiga dunia
tersebut relatif otonom. Menurutnya tidak ada contoh, metode atau prosedur tunggal yang akan
menghasilkan pengetahuan rasional. Setiap dunia memiliki kategori atau standarnya masing-
masing dalam menilai komunikasi melalui argumen. Rasionalitas komunikatif dengan demikian
mengakui adanya keluasan rentang standar validitas untuk mencakup kegiatan-kegiatan dari
dunia sehari-hari. Dalam bukunya TCA Habermas menyebutkan bahwa meskipun ia meminjam
istilah tiga dunia dari Popper, ia tidak akan bekerja dengan menggunakan terminologi Popper
tersebut. Habermas mengatakan ia hanya menggunakannya untuk menyiapkan asumsi-asumsi
“ontologis” untuk menjelaskan tentang konsep tindakan dalam ranah sosiologis yang spesifik.

9
2.4 KARYA KARYA PEMKIRAN JURGEN HABERMAS

1. Zur Rekonstruktion des Historichen Materialismus ( Menuju Rekonstruksi Materialisme


Sejarah),1976.
2. Stichworte zur ‘Geitigen Situation der Zeit (Pokok Bahasan untuk ‘Situasi Pemikiran
Waktu’, 1980.
3. Kleine Politische Schriften I V ( Tulisan Singkat Politik I IV), 1981.
4. Theorie der Kommunikatives Handeln ( Teori Tindakan Komunikatif),1981.
5. Die Moderne ein unvollendess Projekt ( Modernitas Proyek Yang Tak Pernah Selesai),
1981.
6. Moralbewußtsein und Kommunikatives Handeln (Kesadaran Moral dan Tindakan
komunikatif), 1983.
7. Adorno Koferenz (Konferensi Adorno), 1983. Diterbitkan bersama L.v. Friedeburg.
8. Vorstudein und Ergänzungen zur Theorie des Kommunikatives Handeln ( Studi Awal dan
Penyempurnaan Teori Tindakan Komunikatif), 1984.
9. Der Philosophische Diskurs des Moderne ( Wacana Filosofi ttentang Modernitas), 1985.
10. Die Neue Unuebersichiliahkeit: Kleine Politische Schrifien V ( Keterangan Baru : Tulisan
Singkat Politik V), 1985.
11. Der Philosophische Diskurs der Moderne Zwolf Vorlesungen ( Wacana Filosofis tentang
Modernisme : Dua Belas Materi Perkuliahan), Frankfurt am Main; Suhrkamp Verlag,
1985.
12. Autonomy and Solidarity: Interviews with Jürgen Habermas ( Kemandirian dan
Kebersamaan: Peercakapan Bersama Jürgen Habermas), editor Peterr Dews, London:
Verso Books, 1986.
13. Eine Art Schadensabwicklung- Kleine Politische Schriften VI ( Semacam Pembenahan
Kerusakan: Tulisan-tulisan Politik Pendek, Jilid 6), Frankfurt am: Suhrkamp Verlag,
1987.
14. Nachmetapphysisches Denken- Philosopische Aufsatze ( Pemikiran Pascametafisika Esai-
esai Filsafat). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1988

10
15. Jürgen Habermas on Society and Politics; A Reader ( Jürgen Habermas Mengenai
Masyarakat dan Politik; Sebuah Pembacaan), editor Steven Seidman, Boston: Beacon
Press, 1989.
16. The New Conservatism: Cultural Criticism and the Historans’ (Konservatisme Baru :
Kritisisme Budaya dan Perdebatan Sejarawan), terjemah dan editir Shierry Weber
Nicholsen, Cambridge, Mass : MIT Press, 1989.
17. Die nachholende Revolution-Kleine Politische Schriften VII ( Meralat Revolusi: Tulisan-
tulisan Politik Pendek, Jilid 7). Frankfurt am main: Suhrkamp Verlag, 1990.
18. Die Moderne. Ein unvellondetes Projekt-Philosophisch – politische Aufsatze (
Modernitas –Proyek yang belum usai: Esai-esai filsafat Politik). Leipzig: Reclam Verlag,
1990.
19. Texte und Kontexte ( Teks dan Konteks). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1991.
20. Erlauterungen zur Diskursenthik ( Klarifikasi tentang Etika Wacana). Frankfurt am
Main: Suhrkamp Verlag, 1991.
21. Faktizitar Geltung-Beritrage zur Diskurstheorie des Rechts und des demokratischen
Rechtsstaats ( Faktisitas dan Validitas: Kontribusi pada Teori Wacana Hukun dan Negara
Konstitusional Demokratik). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1992
22. Vergangen als Zukunft – Das alte Deutschland im neuen Europa? ( Yang lampau sebagai
Masa Depan: Jerman Klasik dalam Eropa Baru?). Munich/ Zürich: Piper Verlg, 1993.
23. Die Normalital einer Berliner Republik – Kleine Politische Schriften VIII ( Normalitas
sebuah Republik Berlin: Tulisan-tulisan Politik Pendek, Jilid 8). Frankfurt am Main:
Suhrkamp Verlag, 1995.
24. Die Einbeziehung des Anderen – Studien zur politischen Theorie ( Inklusi dari Yang
Lain: Studi atas Teori Politik). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1996.
25. Vom sinnelichen Eindrukc zum symbolischen Ausdruck – Philisiphische Essays
( Konstelasi Posnasional: Esai-esai Politik). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1998.
26. Die postationale Kostellasion – politische Essays ( Konstelasi Posnasional: Esai-esai
Politik). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1998.
27. Wahrheit Rechtfertigung – Philosophische Aufsatze ( Kebenaran dan Pembenaran: Esai-
esai Filosofi). Frankfurt am Main: Suhrkamp Verlag, 1999.

11
28. On the Pragmatics of Communication ( Seputar Pragmatika Komunikasi), editor Maeve
Cooke. Cambridge, Mass: MIT Press, 2000.
29. Kommunikatives Handeln und detranszentalisierte Vernunft ( Tindakan Komunikatif dan
Nalar Destransendental), Liepzig: Reclam Verlag, 2001.
30. Religion and Rationality: Essays on Reason, God, and Modernity ( Agama dan
Rasionalitas: Esai-esai tentang Nalar, Tuham dan Modernitas), editor Eduardo Mendieta.
Oxford: Polity Press.

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

Jurgen Habermas lahir pada tanggal 18 Juni 1929 di kota Duseldorf, Jerman. Ia adalah
seorang filsuf yang unggul, dikarenakan teori tindakan komunikasi yang merupakan proyek
filsafat paling ambisius yang pernah ditangani.

Menurutnya ide dasar mengenai komunikasi sesungguhnya sangat sederhana. Ketika


mengatakan sesuatu dalam konteks kehidupan sehari-hari, pembicara merujuk tidak hanya pada

12
sesuatu di dunia obyektif, tetapi juga sesuatu di dunia sosial, dan pada sesuatu yang dimiliki di
dunia pembicara. Ketiga dunia tersebut memberikan atau memperbaharui hubungan-hubungan
internasional dalam kasus dimana pembicara membuat referensi yang mengacu pada sesuatu di
dunia sosial dari tatanan sosial yang terlegitimasi

3.2 SARAN

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca agar tertarik
untuk terus dapat meningkatkan keingintahuannya. Demi kesempurnaan makalah ini, penulis
berharap kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa lebih
baik untuk kedepannya

13
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer George, J. Goodman Douglas. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

http://valahulalam.blog.walisongo.ac.id/2013/12/07/pemikiran-filsafat-teori-kritis-jurgen-
habermas/

http://irfangigih.wordpress.com/2011/08/06/jurgen-habermas-paradigma-baru-teori-kritik/

http://kuliah-e-learning.blogspot.com/2011/10/teori-kritis-jurgen-habermas.html

http://irfangigih.wordpress.com/2011/08/06/jurgen-habermas-paradigma-baru-teori-kritik/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/J%C3%BCrgen_Habermas#Riwayat_hidup

14

Anda mungkin juga menyukai