Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN PRESPEKTIF


GEORGE DAN EDWARD III
(Studi Kasus di Ds. Mojotengah Kec. Sukorejo dengan Ds. Capang Kec.
Purwodadi Kab. Pasuruan)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
ROUDOTUL JANNAH (201769080007)
KHIKMATUN NASIKHA (201769080004)
AGUNG PURDIANTO (201769080008)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan negara Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 (empat) yang salah satunya
berbunyi memajukan kesejahteraan umum. Maksud dari memajukan
kesejahteraan umum di sini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan melalui
pemberian peran yang lebih penting kepada Negara dalam memberikan
pelayanan sosial secara universal dan komprehensif kepada warganya yang
mencakup jaminan sosial (baik berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial),
maupun jaring pengaman sosial (social safety nets). Di Indonesia, konsep
tentang jaminan sosial telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada Bab XIV dengan judul Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial, yang terdiri dari dua pasal, yaitu Pasal 33 dan Pasal 34.
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat komplek, baik dari faktor
penyebab maupun dari dampak yang ditimbulkan. Ditinjau dari penyebab,
kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain adalah keadaan individu yang bersangkutan, keluarga atau
komunitas masyarakat dipandang dari rendahnya pendidikan dan pendapatan.
Adapun penyebab dari faktor eksternal yakni kondisi sosial, politik, hukum,
dan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah membuat kebijakan ataupun
program untuk menanggulangi masalah tersebut. Salah satu dari sekian
banyak program tersebut adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program
BLT dibuat melalui Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 (Inpres 3/2008)
tanggal 14 Mei 2008 tentang pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai
untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS).
Beberapa permasalahan terjadi dalam penyaluran BLT. Dari segi
penyaluran, banyak terjadi kericuhan dalam pembagian dana. Terjadi antrian
yang sangat panjang yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah loket
pembayaran. Sarana tenda untuk berteduh yang kurang sehingga
mengakibatkan tidak tertampungnya beberapa penerima BLT, terbatasnya
jumlah kursi antrian menyebabkan masyarakat penerima BLT terpaksa berdiri.
mekanisme penyaluran yang belum terbuka sehingga masih sering terjadi
permasalahan seperti kesalahan criteria penerima bantuan sehingga sering kali
program ini tidak tepat sasaran [CITATION Iqb08 \l 1033 ].
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka perlu untuk diketahui
bahwa pelaksanaan program pengentasan kemiskinan yang salah satunya
adalah Bantuan Langsung Tunai di Indonesia pada umumnya dan di Desa
Mojotengah dan Desa Capang pada khususnya, perlu dianalisis dengan
menyoroti proses mekanisme dalam implementasi tujuan kebijakan
penanganan kemiskinan dengan menentukan prioritas penerima bantuan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Perbandingan Implementasi Kebijakan dalam Program Bantuan
Langsung Tunai dengan Teori George dan Edward di Desa Mojotengah
dengan Desa Capang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Perbandingan Implementasi Kebijakan dalam
Program Bantuan Langsung Tunai dengan Teori George dan Edward di Desa
Mojotengah dengan Desa Capang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
1. Bagi peneliti, penelitian yang dilakukan ini dapat ikut
berkontribusi dalam pengembangan ilmu administrasi Publik yang
berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Publik.
2. sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian yang mendalam
tentang implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
1. Bagi Peneliti, melalui penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan
mampu menamba wawasan yang luas tentang pengetahuan
implementasi kebijakan publik, dan juga menambah pengetahuan
tentang Program Bantuan Langsung Tunai, dan selain itu juga
untuk mengukur seberapa jauh peneliti dalam penguasaan ilmu-
ilmu dan juga pemahaman yang diperoleh selama proses
perkuliahan.
2. Bagi Instansi, penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu
memberikan masukan terhadap instansi dan lembaga terkait
Program Bantuan Langsung Tunai.
3. Bagi Peneliti Lain, penelitian yang dilakukan ini bisa dijadikan
sebagai bahan rujukan atau refrensi dalam penelitian-penelitian
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi sebuah penelitian pembanding dengan


penelitian yang sedang dikaji, bentuk – bentuk penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai acuan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut :

2.1.1 Akhmad Fauzi (2007)

Penelitian yang dilakukan Akhmad Fauzi (2007) yang berjudul


“Pelaksanaan Pemberian Bantuan Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) di Desa Andonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan”.
Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan pemberian program pemerintah
yaitu Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk kategori Rumah Tangga
Sangat Miskin (RTSM) di Desa Andonosari Kecamatan Tutur Kabupaten
Pasuruan. Penelitian ini fokus pada bagaimana proses pemberian bantuan tersebut
berjalan, kendala apa saja yang dihadapi pemerintah dalam pemberian Bantuan
Langsung Tunai (BLT).

2.1.2 Bayu Trianggara Permana (2008)

Penelitian yang dilakukan Bayu Trianggara (2008) yang berjudul


“Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Kelurahan Jrebeng Lor Kecamatan
Kedopok Kota Probolinggo”. Penelitian ini menjelaskan tentang Tujuan dari
penelitian untuk mengetahui (1) Bagaimana bentuk Program Nasional Upaya
Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dilakukan pemerintah Probolinggo untuk
mengatasi kemiskinan. (2) Bagaimana proses pelaksanaan Program Nasional
Upaya Masyarakat (PNPM) kebijakan Mandiri. Penelitian ini dilakukan di Desa
Jrebeng Lor Kabupaten Kedopok kota Probolinggo karena ada masyarakat yang
masuk dalam keluarga miskin, dan hal itu memberikan masalah bahwa banyak
keluarga miskin di kota Probolinggo.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahapan pembuatan keputusan, seperti


halnya pasal-pasal sebuah undang-undang legislatif, keluarnya sebuah peraturan
eksekutif, dan keluarnya keputusan pengadilan, atau keluarnya standar standar
peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi
beberapa aspek kehidupannya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa implemetasi
kebijakan pada substansinya adalah cara yang tepat untuk melaksanakan agar
sebuah kebijakan yang baik dapat mencapai tujuan sebagimana yang telah
ditetapkan oleh para pembuat kebijakan.

Van Meter dan Van Horn (dalam Budi Winarno, 2008:146-147)


mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam
keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha
untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional
dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan
kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.2. Teori George dan Edward

Model implementasi kebijakan public yang dikemukakan oleh Edward


menunjukkan 4 variabel yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan
implementasi. Diantaranya : a). komunikasi yaitu menunjukkan bahwa setiap
kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif
antara pelaksana program kebijakan dengan para kelompok sasaran. b). sumber
daya yaitu menunujukkan setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya
yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumberdaya financial. c).
disposisi yaitu menunjukkan karakteristik yang menempel erat kepada
implementor kebijakan/program, karakter yang penting dimiliki oleh implementor
adalah kejujuran, komitmen,dan demokratis. d). Struktur birokrasi aspek
birokrasi mencakup dua hal penting yaitu mekanisme dan struktur organisasi
pelaksana. [ CITATION dwi08 \l 1033 ].

komunikasi

Sumber daya
implementasi
Disposisi

Struktur birokrasi

Gambar Model Implementasi Kebijakan George dan Edward.

2.2.3. Bantuan Langsung Tunai


Bantuan langsung tunai atau yang disingkat BLT adalah program bantuan
pemerintah berjenis pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainya, baik
bersyarat (conditional cash transfer) maupun tak bersyarat (unconditional cash
transfer) untuk rakyat miskin. Program BLT diselenggarakan sebagai respon
kenaikan BBM pada saat itu, tujuan BLT antara lain :

 Membantu rakyat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.


 Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat akibat kesulitan
ekonomi
 Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama

Dasar hukum pelaksanaan penyaluran Bantuan Langsung Tunai didasarkan pada


peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana
Desa.
2.2.4 Kerangka Berfikir

Implementasi BLT
Desa Capang dengan Prespektif Desa Mojotengah
George dan Edward III

komunikasi Sumber daya

Disposisi Struktur birokrasi

Perbandingan Implementasi
Kebijakan Publik dalam
Program Bantuan Langsung
Tunai
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah metode penelitian kualitatif.


Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata daripada deretan angka-
angka, senantiasa menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial tertentu, terutama
dalam bidang antropologi, sejarah, dan ilmu politik. Berdasarkan dengan
karakteristik tersebut, penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode
kualitatif dengan dilakukan secara ilmiah, lebih bersifat deskriptif, menekankan
pada prosesnya bukan dari pada perumusan atau hasilnya. Penelitian kualitatif
akan menjelaskan bagaimana proses Perbandingan Implementasi Kebijakan
Publik dalam Program Bantuan Langsung Tunai dengan Teori George dan
Edward dengan menggambarkan serta menganalisis dengan data-data yang ada
pada permasalahan tersebut.

3.2 Fokus Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan ini fokus pada Perbandingan Implementasi


Kebijakan Publik dalam Program Bantuan Langsung Tunai dengan Teori George
dan Edward di Desa Mojotengah dan Desa Capang.

3.3 Lokasi Penelitian

Locus penelitian yang dilakukan ini di Desa Mojotengah Kecamatan


Sukorejo dengan Desa Capang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan.
Peneliti tertarik mengambil tempat ini karena Program Bantuan Langsung Tunai
(BLT) sudah di tetapkan dan dilaksanakan di lapangan.

3.4 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi langsung
dilapangan. Sedang data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari
informan dilapangan. Sumber data sekunder ini bisa berupa dokumen, artikel,
maupun arsip-arsip yang berhubungan dengan Perbandingan Implementasi
Kebijakan Publik dalam Program Bantuan Langsung Tunai dengan Teori George
dan Edward. Data yang diperoleh berasal dari beberapa artikel yang terkait
Perbandingan Implementasi Kebijakan Publik dalam Program Bantuan Langsung
Tunai dengan Teori George dan Edward sehingga banyak menjadi refrensi kami
dalam melakukan penelitian.

3.5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk


mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris (Silalahi dalam
Sholeh (2015:33). Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah hal yang
paling utama, karena tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data.
Oleh Karena itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan 3 cara
yakni :

1. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2010:310) menyatakan bahwa “observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan”. Para peneliti hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
l.angsung di Desa Mojotengah dan Desa Capang.
2. Wawancara/Interview
Moleong (2010:186) mengungkapkan bahwa “wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dengan dua
belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu”. Wawanvara yang akan dilakukan peneliti adalah
wawancara kepada stakeholder dan masyarakat sekitar di desa Mojotengah
dan Desa Capang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan
sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data


A. Penyajian Data
1. Data Penerima BLT Desa Mojotengah

No NIK NAMA ALAMAT NOMINAL DESA


1 351409 120451 0004 ALIMAN MOJOTUNON Rp 600.000 MOJOTENGAH
2 351409 307660 0006 MATARI WARENG Rp 600.000 MOJOTENGAH
3 351409 550546 0001 LASTRI WARENG Rp 600.000 MOJOTENGAH
4 351409 460450 0001 PATEMA SEKARJALAK Rp 600.000 MOJOTENGAH
5 351409 150865 0002 HASAN SEKARJALAK Rp 600.000 MOJOTENGAH
6 351409 510756 0002 RAPI'A SEKARJALAK Rp 600.000 MOJOTENGAH
7 351409 700660 0133 RUSTIN BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
8 351409 420342 0001 SARIYATI BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
9 351409 450745 0003 MUNTAMA BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
10 351409 110674 0007 SUEB BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
11 351409 090560 0002 SUEB BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
12 351409 550632 0002 NURIYA BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
13 351409 470579 0002 PONITI BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
14 351409 071160 0001 SAMIK BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
15 351409 700543 0034 MUANAH BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
16 351409 420745 0001 SOLIHA BANDREK Rp 600.000 MOJOTENGAH
17 351409 081145 0002 TAMIAH CURAHWULUH Rp 600.000 MOJOTENGAH
18 351409 500652 0001 SATUNA CURAHWULUH Rp 600.000 MOJOTENGAH
19 351409 420562 0001 TAMAMI CURAHWULUH Rp 600.000 MOJOTENGAH
20 351409 700683 0079 SUNINGSRI CURAHWULUH Rp 600.000 MOJOTENGAH
21 351409 600136 0001 SAUNA CURAHWULUH Rp 600.000 MOJOTENGAH
JATITENGAH
22 351409 520335 0001 RATINI KIDUL Rp 600.000 MOJOTENGAH
JATITENGAH
23 351409 410645 0002 PATMA LOR Rp 600.000 MOJOTENGAH
JATITENGAH
24 351409 700044 0034 WATENI LOR Rp 600.000 MOJOTENGAH
SITI JATITENGAH
25 351409 570881 0006 AMINAH LOR Rp 600.000 MOJOTENGAH
JATITENGAH
26 351409 440666 0006 KAMI LOR Rp 600.000 MOJOTENGAH
27 351409 270555 0001 RUSLAN JATITENGAH Rp 600.000 MOJOTENGAH
LOR

2. Data Penerima BLT Desa Capang


B. Pembahasan
A) Kondisi Geografis Wilayah
1. Desa Mojotengah

Desa Mojotengah merupakan salah satu Desa dalam wilayah Kecamatan


Sukorejo Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah sekitar 314 hektar. Jumlah
penduduk pada akhir tahun 2017 sejumlah 4217 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk sudah mencapai 1672 jiwa, memiliki jarak orbitasi dengan Kecamatan
sekitar 7,5 km, 40 km dari wilayah ibukota kabupaten dan 60 km dari wilayah ibu
kota provinsi dengan fasilitas jalan propinsi dan jalan kabupaten yang cukup
memadahi.

Secara administratif Desa Mojotengah terdiri dari 4 Dusun, 9 Rukun Warga


(RW) dan 28 Rukun tetangga (RT), berbatasan dengan :
 Sebelah Utara : Desa Curahrejo Kec. Sukorejo dan Desa Wedoro
Kec. Pandaan
 Sebelah Timur : Desa Kalirejo Kec. Sukorejo
 Sebelah Barat : Desa Suwayuwo Kec. Sukorejo
 Sebelah Selatan : Desa Lemahbang Kecamatan Sukorejo

Desa Mojotengah memiliki letak yang sangat strategis berada di jalur kawasan
wisata Taman Safari. Keadaan alam secara umum merupakan lahan pertanian
persawahan (sekitar 277 hektar) dan tegalan (sekitar 78,5 hektar) dan hanya
sebagian kecil kawasan industri, sebagian besar lahan pertanian beririgasi tehnis
sehingga Desa Mojotengah merupakan kawasan yang memiliki produktifitas/hasil
pertanian yang sedang, disamping itu dengan letaknya yang berbatasan dengan
Kecamatan Pandaan yang merupakan daerah industri, disamping pertanian yang
menjadi andalan, sebagian masyarakat utamanya generasi muda banyak bergerak
disektor industri (menjadi pekerja swasta) sehingga secara umum kondisi
perekonomian masyarakat berada pada kategori cukup.
Selaian potensi pertanian, industri dan Jalur wisata Desa Mojotengah memiliki
potensi sumber daya alam berupa mata air yang cukup memadahi (Sumber
Megalawu) dan ini bisa dijual ke perorangan maupun usaha baik didalam maupun
diluar kabupaten Pasuruan.
2. Desa Capang
Desa Capang merupakan salah satu Desa dalam wilayah Kecamatan
porwodadi Kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah kurang lebih 333 hektar.
Jumlah penduduk kurang lebih sejumlah 6300 jiwa dengan jumlah keluarga
mencapai kurang lebih 1559, dan ketinggian desa capang tercatat 300 sampai
dengan 370 m DPL, dan secara administratif desa capang memiliki lima dusun
dinataranya dusun cengkarukwatu,kandang sari, dusun kerajan, seloan, dan
semambung. Selanjutnya batas-batas dari desa capang dimulai dari :

 Sebelah utara berbatas dengan Desa Tejowangi Kec. Porwosari


 Sebelah selatan berbatas dengan Desa Parerejo Kec. Porwodadi
 Sebelah timur berbatas dengan Desa Kertosari Kec. Porwosari
 Sebelah barat berbatas dengan Desa Pucang Sari Kec. porwodadi
B) Potensi Wilayah
1. Desa Mojotengah
Secara umum kondisi potensi dan Pengurangan lahan tanah tol
perekonomian Desa dapat digambarkan dengan data sebagai berikut :

a) Produk Domestik Desa terdiri dari :

- Produksi Tanaman Padi Tahun Luas : 280 Hektar = + 1829 Ton


2018
- Produksi Tanaman Jagung Tahun Luas : 25 Hektar = 75 Ton
2018
- Tanaman Palawija 2018 Luas : 232 Hektar = 696 Ton

b) Produk Unggulan Desa, antara lain :


- Pertanian tanaman padi, jagung dan palawija
- Kerajinan tangan Kasur Lantai dan Kasur Kapuk
c) Potensi Desa, terdiri dari :
- Sumber air
- Sumber Daya Manusia

2. Desa Capang
Desa capang adalah bagian dari Kabupaten Pasuruan tepatnya Kecamatan
Porwodadi dengan luas desa kurang lebih 333 Hektar persegi dan memiliki
keringgian 300 -370m Dpl yang menjadikan warga capang mayoritas
pekerjaannya adalah petani dengan di dukung tanah yang subur dan lahan
yang luas. Pertanian adalah suatu pkerjaan yang sangat mendukung untuk
bercocok tanam dan sebagai penghasilan utama desa capang. Akan tetapi
selain potensi pertanian, masyarakat Desa capang juga tergolong masyarakat
yang tingkat pendidikannya sudah mempuni dibuktikan dengan adanya
sekolahan dari tingkat TK smapai sengan tingkat SLTA. Dan hasil pertanian
masyarakat desa capang berupa tamanan jagung ataupun padi.
C) Implementasi Kebijakan Program Bantuan Langsung Tunai dengan
Prespektif George dan Edward III
1. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
Pemerintah Desa mensosialisasikan tentang Program Bantuan Langsung Tunai
kepada masyarakat di Desa Mojotengah dan Desa Capang. Dilihat dari
komunikasi antar pelaksana Program (Pemerintah Desa) Mojotengah dengan
Masyarakat Desa Mojotengah masih dirasa belum efektif. Pemotongan dana BLT
merupakan salah satu bentuk pelanggaran dan penyelewengan pelaksanaan
program BLT. Pemotongan BLT masih belum jelas sebabnya. Menurut informan
1 pemotongan BLT dilakukan dengan alasan jumlah RTS pada bulan ke 3
bertambah. Sehingga anggaran dana yang seharusnya cukup untuk dibagikan ke
RTS menjadi berkurang. Jadi menurut informan 1 mereka mengambil jalan
tengahnya dengan pemotongan dana BLT supaya terbagi dengan rata. Sedangkan
menurut informan 2, Kantor Pos membayarkan dana BLT ke masyarakat dalam
jumlah utuh tanpa adanya pemotongan. Pemotongan terjadi setelah pencairan dari
Kantor Pos. Pemotongan dana BLT juga bisa disebabkan oleh standar dan sasaran
kebijakan yang kurang jelas. Menurut Meter dan Horn, standar dan sasaran
kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan
sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah
menimbulkan konflik di antara para agen implementasi. Dalam pelaksanaan
program BLT, sasaran program (RTS) menggunakan kriteria yang kurang pas,
sehingga timbul multiinterpretasi. RTS yang bagaimana yang ditetapkan sebagai
sasaran program. Seperti diketahui, kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif
sama, perbedaannya sangat tipis. Maka tidak bisa disalahkan jika satu mendapat
bantuan, yang lain iri. Akhirnya demi kondusifitas dan keamanan warga,
dilakukan pemerataan.

Sedankang untuk desa capang dilihat dari komunikasi antara pelaksana


program( pemerintah desa) dengan penerima bantuan BLT sudah cukup
efektif.dan penyaluran Dana BLT sudah menemui sasaran kepada masyarakat
yang memang membutuhkan dana BLT tersebut dan penyalurannya cukup merata
kepada masyarakat di desa capang yang tergolong tidak mampu. Akan tetapi ada
sedikit kendala dalam penyaluran dana BLT di desa capang yang pertama pastinya
di larang untuk mengumpulkan masa karena kondisi saat ini sedang pandemi
covid 19, dan upaya yang dilakukan pelaksana program ( pemerintah desa) dalam
menyalurkan dana BLT melalu door to door atau bersifat satu persatu dalam
kurung waktu yang di tentukan. Dan kendala yang kedua adalah dari
masyarakatanya yang kurangnya pengetahuan tantang dana BLT sehingga
sebagain masyarakat kurang paham tentang katagori miskin atau katagori
masyarakat yang kurang mampu untuk menerima bantuan lngsung tunai tersebut.

2. Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar


efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud Sumber Daya Manusia yakni
kompetensi, kemampuan, dan keterampilan implementor dan Sumber Daya
Finansial. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi
dokumen saja. Kegiatan ekonomi Desa selama ini masih didominasi oleh sektor
pertanian. Mengingat wilayah desa Mojotengah 80% persawahan dan yang 1%
adalah tegalan. Namun dari pesatnya pertanian Desa belum seutuhnya
membuahkan hasil optimal. Ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan
para petani dan kurangnya dana penunjang. Kondisi ini menyebabkan Tingkat
pendapatan masyarakat belum seutuhnya mencukupi kebutuhan hidup karena
harga barang tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat mereka serta
masih minimnya bekal ketrampilan, upah buruh yang masih kecil serta masih
mahalnya barang-barang kebutuhan sembako. Keadaan tersebut tidak hanya
terjadi di wilayah Desa Mojotengah namun wilayah lain juga keadaanya sama.

Desa capang yang mayoritas masyarakatnya adalah petani bisa dikatakan


bahwa SDM di desa capang ini masih rendah. Dan ditambah lagi kurangnya dana
penunjang untuk modal pertanian atau tidak tersedianya lahan yang cukup
sehingga akan menghambat SDM masyarakat desa capang untuk memenuhi atau
berpenghasilan yang relatif tinggi.dengan kemampuan masyarakat yang cara
bertani atau bercocok taman masih banyak menggunakan cara tradisional yang
membuat hasil pertanian tidak maksimal.dengan demikian upaya yang seharusnya
dilakukan untuk meningkatnya SDM nya dengan memperbarui cara bertani
masyarakat dan menyediakan lahan yang cukup untuk mengelola pertanian.

3. Disposisi

Kecenderungan atau sikap pelaksana dalam implementasi kebijakan berperan


penting dalam sukses tidaknya suatu kebijakan. Karena sudut pandang seseorang
berbeda dalam suatu hal. Dalam hal disposisi dalam Implementasi Kebijakan
Program Bantuan Langsung Tunai di Desa Mojotengah dan Desa Capang sudah
seutuhnya mendukung dan menjalankan tupoksinya dengan baik. Namun dalam
hal mekanisme pembagian Bantuan Langsung Tunai yang dijalankan Pemerintah
Desa masih banyak hambatan-hambatan yang seharusnya sudah menjadi tugas
bagi Pemerintah Desa sendiri seperti belum tersosialisasinya anggaran bantuan
yang tiba-tiba berkurang, kurang terbukanya antara masyarakat dengan
Pemerintah Desa. Gejala-gejala seperti ini menjadi faktor kurang maksimalnya
Implementasi Bantuan Langsung Tunai di Desa Mojotengah dan Desa Capang.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi implementasi Program BLT terdiri dari :

1. Tim Koordinasi Program BLT Pusat yang tterdiri dari Kementrian Sosial
RI, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementrian keuangan RI, Kementrian Dalam Negeri,
Kementrian Komunikasi dan Informasi, Kementrian Negara BUMN, TNI,
POLRI, Kejaksaan Agung, BPKP, BPK, serta PT Pos Indonesia selaku
operator.
2. Tim Koordinasi Program BLT Tingkat Provinsi yang terdiri dari SKPD
Dinas Sosial Provinsi selaku koordinator sosial, SKPD terkait, BPS,
KODAM, POLDA, Kejaksaan Tinggi, BPKP dan Kanwil PT Pos
Indonesia wilayah provinsi.
3. Tim Koordinasi Program BLT Tingkat Kabupaten yang terdiri dari SKPD
Dinas Sosial Kabupaten selaku koordinator, SKPD terkait, BPS, KOREM,
POLRES, BPKP dan PT Pos wilayah Kabupaten.

Dalam pelaksanaan BLT di lapangan, Tim Koordinasi Program BLT ditingkat


Kabupaten dibantu Kecamatan, perangkat desa dan tenaga sosial dari masyarakat.

 struktur birokrasi Desa Mojotengah

Desa Mojotengah terdiri dari 4 Dusun dan 28 RT serta 9 RW, dengan


pembagian wilayah administratif sebagai berikut :

1. Dusun Jatitengah terdiri dari 10 RT/ 3 RW


2. Dusun Curah wuluh terdiri dari 6 RT/ 2 RW

3. Dusun Bandrek terdiri dari 7 RT/ 2 RW

4. Dusun Sekarjalak terdiri dari 5 RT/ 2 RW

Adapun data Kepala Desa dan Perangkat Desa adalah sebagai berikut :

KEPALA DESA

KASIAT S.Si

Sekertaris Desa

M.ROFIQ

Kaur Kaur TU &


Kepsek Kepsek Kepsek Kaur Keuangan Perencanaan Umum
Pemerintahan sejahtera Pelayanan
WARIYO KHOMSAI MUDRIKAH,
JUMADI, SE FIFIT H, USMAN H,
SE.
S.Pd S.Pd

Kasun Kasun
Sekarjalak Kasun Bandrek Curahwuluh Kasun Jatitengah

FAUZAN FATKHUR ROJI ABDUL TOLIB


MUTHOLIB
 struktur birokrasi Desa capang
Desa capang terdiri dari 5 Dusun, dengan pembagian wilalayah
administratif sebagai berikut :
1. dusun cengkarukwatu
2. dusun seloan
3. dusun kandangsari
4. dusun kerajan
5. dusun semambung

Adapun data Kepala Desa dan Perangkat Desa adalah sebagai berikut

Kepala desa Desa

YAHYA

Sekertaris Desa

NUR HASAN

KASI Kaur Kaur TU &


KASI Kaur Keuangan
Pemerintahan KASI sejahtera Perencanaan Umum
Pelayanan MUIN
MUH.MSTOFA MOH.MUNIR MUIB DARMIASE
NADIF

Kasun
Kasun Kasun
cengkarukwatu Kasun seloan Kasun kerajan
kandangsari Semambung
WAGIANTO MUFI AHMAD SIDIQ
MOCH.HARIS ABDUL BASIR
D) Penutup
DAFTAR PUSTAKA

Indiahono, d. (2008). perbandingan administrasi publik. yogyakarta: gava media.


Iqbal, H. (2008). implementasi kebijakan publik. implementasi kebijakan
program bantuan langsung tunai di kabupaten kudus, 2.

Kadji Yulianto, 2015. Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik


“Kepemimpinan dan Perilaku Birokrasi dalam Fakta Realitas”. Gorontalo: UNG
Press.
Miles, M., A.M. Huberman, and J. Saldana. 2014. Qualitative data analysis A
methods sourcebook. Ed.3. America: Sage publications.

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XIV pasal 33
dan pasal 34

Rahmasari Shasa, 2018. Analisis Program Bantuan Langsung Tunai dengan


Metode Anlisis Hirarki Proses di Kabupaten Wonogiri. Di akses di
http://eprints.ums.ac.id/65588/11/UPLOAD%20NASKAH%20PUBLIKASI-1-
5.PDF

Anda mungkin juga menyukai