Disusun Oleh :
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
anugerah-Nya agar dapat menyelesaikan makalah tentang “Implementasi
Program BLT di Kabupaten Balongbendo Kabupaten Sidoarjo”. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan
yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta. Kami sangat bersyukur
karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas di mata kuliah
Metode Penelitian Administrasi Publik dengan judul Implemantasi
Program BLT di Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo, di
samping itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membaca makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. kami
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepan nya
kami dapat memperbaiki karena saya sadar, makalah yang saya buat masih
banyak kekurangannya.
Daftar Isi
a. Gambaran Konsep Penelitian
Implementasi Kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam
proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah merupakan
sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat.
(Huntington, 1968:1). Menurut Edwards (2005:54), Studi Implementasi
yaitu krusial bagi publik administration dan public policy. Implementasi
kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan serta masyarakat dalam
pengaruhnya. Implementasi kebijakan adalah tahapan yang terhubung dalam
rencana serta tujuan yang sudah ditetapkan. Menurut hanifah harsono
dalam bukunya berjudul implementasi kebijakan dan politik mengemukakan
pendapatnya tentang implementasi yakni “implementasi adalah suatu proses
untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik
kedalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka
penyempurnaam suatu program (harsono, 2002:67) 4). Van Meter dan Van
Horn ( Budi winarno, 2008:146-147) mendefinisikan implementasi
kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam keputusankeputusan
sebelumnya. Ini mencakup usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan
kecil yang diterapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan
oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan
b. Indikator Penelitian
Memakai penelitian dari pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab
2008:187), yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu
mencakup “Proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah
administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai
demikian dapat di evaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam
meneruskan atau mengoperasionalkan program- program yang telah
dirancang sebelumnya. Indikator keberhasilan suatu implementasi kebijakan
menurut Goerge C. Edward III (1980) ada empat yaitu :
1. Komunikasi
Informasi mengenai kebijakan publik menurut Edward III dalam Widodo
(2010:97) perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku
kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan
lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran
kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapakan. Menurut Edward
III dalam Widodo (2010:97), komunikasi kebijakan memiliki beberapa
dimensi, antara lain dimensi transmisi.
2. Sumberdaya
Bahwa sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya
anggaran, dan sumberdaya peralatan dan sumberdaya kewenangan.
3. Disposisi
Pengertian disposisi menurut Edward III dalam Widodo (2010:104)
dikatakan sebagai “kemauan, keinginan dan kecenderungan para perlaku
kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan”.
4. Struktur Birokrasi
Menurut Edward III dalam Indiahono (2009:32) struktur birokrasi
menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi
kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting yaitu
mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme
implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui Standard
Operating Procedure (SOP) dan mudah dipahami oleh yang dicantumkan
dalam guideline program/kebijakan. Seperti yang dikemukakan oleh
George C. Edward III dalam Agustino (2008:153), SOP adalah suatu
kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada setiap harinya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
c. Gab Permasalahan
1. Di desa Seketi itu ada beberapa warga yang namanya terdaftar di
website penerima bansos, tetapi dia tidak mau menerimanya atau
mengembalikan uang bantuan.
2. Banyak rumah yang mendapatkan stampel keterangan miskin
(dapat ditemui rumah yang bagus tetapi mendapatkan stampel)
3. Ada salah satu warga yang mendapatkan dobel bantuannya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia BLT merupakan program bantuan pemerintah berjenis
pembagian uang tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat maupun
tak bersyarat sesuai Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2020 tentang “Pengelolaan Dana Desa Indonesia juga
termasuk Penyelenggaraan BLT” dengan menggunakan Prosedur berupa
pemberian kompensasi ialah pangan, uang tunai, jaminan dan pendidikan
dengan menggunakan sasaran pada tiga tingkatan : hampir miskin, miskin,dan
sangat miskin. Program BLT ini juga ialah salah satu program bertujuan untuk
mengurangi jumlah angka kemiskinan di Indonesia.
Syarat penerimaan Program BLT yaitu keluarga miskin yang terdapat
dalam Data Terpadu Kesejahteraan sosial (DTKS) dan tidak termasuk
penerima Bantuan Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT), Warga miskin yang terdampak ekonominya karena kehilangan
pekerjaan dan memiliki anggota keluarga mempunyai penyakit kronis.
Menurut Wynandin Imawan (2008:9) selain melaksanakan klaster I,
Pemerintah Indonesia juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan
lainnya yang termasuk dalam klaster II yaitu Program Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM). Termasuk dalam klaster II ini adalah PNPM Pedesaan
(PPK), PNPM Perkotaan (P2KP), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP), PNPM
Kelautan (PEMP), dan PNPM Agribisnis (PUAP). Pelaksanaan klaster III yaitu
Program Pemberdayaan Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di dalamnya
Program Kredit UMKM, dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Kriteria penerima Bansos adalah mereka yang berdomisili dalam wilayah
administratif Pemerintah Kabupaten (Pemkab) yang bersangkutan serta
memiliki identitas yang jelas. Tujuan dari Bansos adalah menanggulangi
kemiskinan, rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial,
jaminan sosial dan penanggulangan bencana. Tujuan Bansos dianggarkan
untuk memberikan uang atau barang kepada keluarga miskin sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikategorikan dalam keluarga miskin.
Bantuan diberikan secara selektif dan penggunaan anggarannya jelas.
DESA JUMLAH
PENERIMA (Orang)
Bakalan Wringinpintu 20
Bakung Pringgodani 5
Bakung Temenggungan 9
Balongbendo 6
Bogem Pinggir 16
Gagang Kepuhsari 5
Jabaran 12
Jeruk Legi 11
Kedung Kukodani 21
Kemangsen 31
Penambangan 26
Seduri 2
Seketi 7
Sidokerto -
Singkalan 18
Sumokembangsri 5
Suwaluh 40
Waru Beron 8
Watesari 5
Wonokarang 25
Wonokupang 7
GRAND TOTAL PENERIMA 279
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
naik, mereka pun memutuskan memotong subsidi minyak. Hal ini dilakukan
dengan alasan BBM bersubsidi lebih banyak yang digunakan oleh orang-
orang dari kalangan industri dan berstatus mampu. Lalu, setelah didata lebih
lanjut, diketahui dari tahun 1998 sampai dengan 2005 penggunaan bahan
bakar bersubsidi telah digunakan sebanyak 75 persen. Pemotongan subsidi
terus terjadi sampai tahun 2008 dengan kenaikan sebesar 50 persen dari harga
awal, karena harga minyak dunia kembali naik saat itu. Akibatnya, harga
bahan-bahan pokok pun ikut naik. Demi menanggulangi dampak kenaikan
harga bagi kelompok masyarakat miskin, pemerintah program BLT kepada
masyarakat untuk pertama kalinya pada tahun 2005.
Program ini dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dia dan Susilo
perintah presiden indonesia nomor 3 tahun 2008 Dan terakhir, pada tahun
2013, pemerintah kembali menyelenggarakan BLT dengan nama baru:
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Secara keseluruhan,
BLSM sama seperti BLT, dan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk
program ini adalah 3,8 triliun rupiah untuk 18,5 juta keluarga miskin, dengan
uang tunai 100 ribu rupiah per bulannya. Selain program BLT tak bersyarat,
pemerintah juga program program BLT bersyarat dengan nama Program
Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program bantuan untuk keluarga
miskin dengan syarat mereka harus menyekolahkan anaknya dan melakukan
cek kesehatan rutin. Dasar hukum pelaksanaan program BLT adalah Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008
tentang Pelaksanaan Program BLT untuk rumah tangga sasaran. RTS adalah
rumah tangga yang masuk dalam katagori sangat miskin, miskin, dan hampir
miskin sesuai dengan hasil pendataan BPS.
2.2.5 Kemiskinan
Kemiskinan adalah definisi dari kelompok atau perorangan dalam
masyarakat dengan keadaan yang kurang sejahtera dan sulit untuk mencukupi
seluruh kebutuhan dasar mereka. Negara berkembang atau terbelakang
merupakan negara dengan penduduk yang pendapatan perkapitalnya rendah.
Banyak negara di dunia yang menjadikan kemiskinan sebagai masalah inti
dari negara tersebut, Menurut Soerjono Soekanto, ahli sosiologi hukum,
kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf memelihara dirinya sendiri
sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
mengartikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan karena keadaan
yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.
Berdasarkan defini diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan
adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
akibat kemampuan yang dimilki ataupun terdesak keadaan.
2.2.6 Dasar Hukum
1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 40 /Pmk.07/
2020 Tentang Perubahan atas Menteri Keuangan Nomor 205/ Pmk.07/
2019 Tentang Pengelolaan Dana Desa.
2) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2020.
2.3 Alur Kerangka Konsep