Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM JARING PENGAMAN SOSIAL (JPS) DALAM PENANGANAN

DAMPAK COVID-19 PADA SEKTOR PEREKONOMIAN DI


KABUPATEN TANGERANG

MAKALAH

Disusun oleh :

Ramdhan Randika, S.STP

NIM : 204211027

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA

TANGERANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bantuan sosial adalah pemberian bantuan dari Pemerintah Daerah kepada individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat. Sifat bantuan ini, tidak secara terus menerus dan
selektif. Bantuan ini berupa uang atau barang yang pemberiannya disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah. Tujuannya untuk menunjang pencapaian sasaran program dan
kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan
manfaat untuk masyarakat.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh
negara guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak.
Jaminan ini tercantum pada Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Utamanya merupakan sebuah bidang kesejahteraan sosial yang memperhatikan
perlindungan sosial yang di dalamnya termasuk kemiskinan, usia lanjut, kecacatan,
pengangguran, keluarga dan anak-anak.

Hubungan bantuan sosial dengan jaminan sosial sangat berkaitan karena sangat
berpengaruh bagi sebagian besar penduduk di Indonesia, terutama di saat pandemic Corona
Virus Disase 2019 (Covid-19) yang tengah menjadi wabah dunia pada saat ini, harus di akui
bahwa wabah Covid-19 ini akan berdampak langsung secara sosial-ekonomi terhadap
masyarakat, hal itu bias di lihat dari terhambatnya aktivitas warga saat pandemi berlangsung,
mereka yang semestinya bekerja di tempat kerjanya terpaksa harus menunda pekerjaannya
karena ancaman virus, mereka yang seharusnya keluar rumah untuk melanjutkna aktivitas
ekonominya terpaaksa harus berdiam di rumah demi keselamatan dirinya dari penyebaran virus
Corona tersebut.

Menjawab problematika tersebut, Pemerintah tentu tak akan tinggal diam, sejumlah
inovasi program sudah disiapkan dan dijalankan guna memberikan jalan keluar terhadap
permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat Indonesia. Jika problem dasar adalah
kesejahteraan sosial, maka pemerintah hadir dengan program yang berusaha menyentuh
langsung terhadap masyarakat sebagai jawaban atas problem dasar tersebut. keseriusan
pemerintah ini bisa kita lihat dari lahirnya banyak program yang secara khusus digulirkan untuk
mengatasi problematika sosial akibat pandemi covid-19.

Kehadiran pemerintah menjawab problem sosial akibat pandemi itu diwujudkan dalam
Program Jaring Pengaman Sosial bagi Keluarga Miskin dan rentan Terdampak Covid-19
sebagaimana diguliirkan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia. Ada banyak jenis
kegiatan yang sengaja dihadirkan oleh Kemensos RI yang semata-mata untuk menjawab problem
mendasar masyarakat yang notabeni timbul akibat Covid-19 tersebut, semuanya melalui proses
dan perencanaan yang matang sehingga dipastikan program tersebut berjalan sesuai harapan dan
betul-betul menjadi solusi permasalahan sosial-ekonomi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat rumusan masalah yang akan di bahas pada
makalah, sebagai berikut :

1. Apa Saja Jenis bantuan pada Jaring Pengaman Sosial (JPS) pada penanganan Covid-
19 di Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana Pelaksanaan Penyaluran JPS bagi Masyarakat di Kabupaten Tangerang?
3. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam penyaluran JPS di Kabupaten Tangerang?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak di capai pada penulisan Makalah ini adalah , sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Jenis bantuan pada Jaring Pengaman Sosial (JPS) pada
penanganan Covid-19 di Kabupaten Tangerang.
4. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Penyaluran JPS bagi Masyarakat di Kabupaten
Tangerang.
5. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam penyaluran JPS di Kabupaten
Tangerang.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan Publik menunjuk pada istilah atau konsep untuk menjelaskan pilihan-pilhan
tindakan tertentu yang sangat khasatau spesifik, seperti kepada bidang-bidang tertentu dalam
sektor-sektor fasilitas umum, trasportasi, pendidikan, kesehatan, perumahan atau kesejahteraan,
termasuk dalam bidang kebijakan publik. Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut
pencapaian tujuan publik. Artinya, kebijakan adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen
pemerintah. Proses kebijakan harus mampu membantu para pembuat kebijakanmerumuskan
tujuan-tujuan. Sebuah kebijakan tanpa tujuan tidak memiliki arti, bahkan tidak mustahil akan
menimbulkan masalah baru. Minsalnya, sebuah kebijkan yang tidak memiliki tujuan yang jelas,
progam-program akan diterapkan secara berbeda-beda, strategi pencapainnya menjadi kabur, dan
akhirnya para analis akan menyatakan pemerintah telah kehilngan arah (Edi Suharto: 2011).

Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi
permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002). Pada sudut
pandang lain, Hakim (2003) mengemukakan bahwa Studi Kebijakan Publik mempelajari
keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian publik.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan
birokrasi dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari kamus Adaministrasi Publik
Chandler dan Plano (Nugroho 2009), mengatakan bahwa kebijakan public adalah pemanfaatan
yang strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau
pemerintah.Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orag yang tidak berdaya
dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

Menurut Thomas R.Dye (Leo Agustino 2012), mengatakan bahwa kebijakan publik
adalah “apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atautidak dilakukan”. Dye mengatakan
bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu harus ada tujuannya (objektifnya) dan
kebijakan Publik itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan
pertanyaan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja.

2.2 Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosial
mrupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni
mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masayarakat banyak.Menurut Bassant,
Watts, Dalton dan Smit (dalam Suharto Edi 2008); In short, siciol polisy refers to what
governments do when they attempt to imporopve the quality of peopel’s live by providing a
range support, community services and support programs. Artinya, secara singkat kebijaka
sosial menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkan
kualitas hidup manusia melalui pemberian program tunjangan pendapatan,pelayanan
kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya.ebagai sebuah kebijakan publik,
kebijakan sosial memiliki fungsi preventif(pencegahan), dan kuratif (penyembuhan), dan
pengembangan (developmental).

Kebijakan sosial adalah ketetapan yang desain secara kolektif untuk mencegah terjadinya
masalah social (fungsi preventif) mengatasi masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan
kesejahteraan (fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligatiaon) dalam
memenuhi hak-hak sosial warganya (Suharto, 2006).

Kebijakan Sosial yang dilaksanakan Pemerintah dalam menghadapi Pandemi Covid-19


adalah dengan melaksanakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yaitu
istilah kekarantinaan kesehatan di Indonesia yang didefinisikan sebagai "Pembatasan kegiatan
tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. PSBB
merupakan salah satu jenis penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah, selain
karantina rumah, karantina rumah sakit, dan karantina wilayah. Tujuan PSBB yaitu mencegah
meluasnya penyebaran penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat (KKM) yang sedang terjadi
antarorang di suatu wilayah tertentu. Pembatasan kegiatan yang dilakukan paling sedikit meliputi
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan
kegiatan di tempat atau fasilitas umum. PSBB dilakukan oleh pemerintah daerah
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota setelah mendapatkan persetujuan Menteri
Kesehatan melalui Keputusan Menteri.

PSBB memberikan dampak yang sangat signifikan karena pembatasan pergerakan orang
dan kendaraan, pembatasan kegiatan social dan pendidikan sehingga berdampak kepada
pendapatan masyarakat yang jauh berkurang, sehingga perlu adanya kebijakan untuk mengurangi
dampak tersebut.

2.3 Bantuan Sosial

Dalam undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial telah dijelaskan bahwa Pancasila


dan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan negara memiliki tanggung jawab untuk
melindungi seluruh bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan sosial dan melindungi
masyarakat dari risiko sosial yang mungkin terjadi. Negara menggunakan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan spkesifik untuk melakukan hal
tersebut. Khusus untuk memajukan kesejahteraan sosial dan melindungi masyarakat dari risiko
sosial, pemerintah memiliki satu pos yang dinamakan bantuan sosial didalam APBN.

Bantuan sosial sendiri merupakan pengeluaran berupa uang, barang, atau jasa yang
diberikan oleh pemerintah pusat atau daerah kepada masyarakat untuk melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, serta
kesejahteraan masyarakat (Kementrian Keuangan 2015:1). Risiko sosial yang dimaksud adalah
peristiwa atau masalah yang dapat menimbulkan potensi kerentanan sosial baik itu yang
tanggung oleh perseorangan maupun kelompok masyarakat sebagai dampak dari krisis sosial,
ekonomi, politik, fenomena atau bencana alam dimana jika tidak diberikan bantuan sosial akan
semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jaring Pengaman Sosial

Program JPS adalah program yang dirancang untuk membantu rakyat miskin yang
terkena dampak akibat krisis ekonomi dan dilaksanakan melalui tahapan penyelamatan dan
pemulihan menuju pada kondisi yang normal karena Pandemi COVID-19 di Indonesia telah
berujung pada krisis sosial-ekonomi yang dampaknya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,
terutama kelompok 40% masyarakat dengan tingkat kesejahteraan terendah, Untuk mengurangi
dampak social-ekonomi pada saat pandemi Covid 19 tersebut pemerintah pusat mengalokasian
dana bantuan yang bersumber dari APBN yaitu Program Keluarga harapan (PKH), Bantuan
Alokasi Dana Desa, Bantuan Sosial Non Tunai (BPNT), serta Bantuan Sosial tunai (BST).

Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang juga melaksanakan Program JPS/Jaring


Pengaman Sosial dalam bentuk penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),Bantuan Sosial
Tunai (BST) dan bantuan SIBAMAS bersumber dari APBD Kabupaten Tangerang tahun 2020
disamping berbagai bantuan yang telah di gulirkan oleh Kementerian Sosial dan juga Provinsi
Banten, akan tetapi setiap masyarakat yang telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial
atau Pemerintah Provinsi Banten tidak akan mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten
Tangerang, sehingga setiap masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sama dari pemerintah.
Tabel 1.1 Alokasi Penerima BST dari APBN, APBD Prov dan APBD Kab

3.1.1 Bantuan Sosial Tunai (BST) Kabupaten Tangerang

Bantuan Sosial tunai adalah Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tangerang disalurkan kepada 83.333 Kepala Keluarga,
Pemerintah Kabupaten Tangerang bekerjasama dengan BRI untuk menyalurkan BST senilai
RP.600.000 kepada setiap Kepala Keluarga yang terdampak, total Rp. 150 Milyar untuk Jaring
Pengaman Sosial telah di anggarkan oleh Pemkab Tangerang.

Penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) sumber dana APBD Kabupaten Tangerang adalah
hasil dari pendataan oleh Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang kemudian di
laporkan kepada Kelurahan dan Kecamatan dan di koordinir oleh Dinas Sosial Kabupaten
Tangerang, dengan kriteria Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebagai Berikut :

1. Keluarga Pasien Dalam Pengawasan (PDP)


2. Keluarga yang anggotanya meninggal karena positif Covid-19
3. Asisten Rumah Tangga dan pekerja/karyawan yang di PHK/dirumahkan
4. Tukang ojek pangkalan, tukang becak dan sopir angkutan umum yang tidak beroperasi,
5. Pedangang asongan, pedagang keliling yang sudah tidak bekerja lagi,
6. Penaga harian lepas seperti tukang bangunan dan buruh,
7. Petani penggarap dan nelayan, serta penyandang disabilitas

Tabel 1.2 Jadwal Penyaluran BST Agustus 2020


Penyaluran dana dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kuota dan masyarakat
penerima manfaat yang sesuai dengan kriteria pada setiap kecamatan yang sudah di verifikasi
oleh tim dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, setelah terverifikasi maka data akan dikirimkan
kepada pihak BRI selaku pihak ke 3 yang di tunjuk oleh Pemkab Tangerang pada penyaluran
BST sumber APBD.

3.1.2 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)


Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan yang disalurkan dalam
bentuk nontunai (uang elektronik) dari pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
setiap bulannya dan yang digunakan KPM hanya untuk membeli bahan pangan di e-Warong1 .
Pengertian ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Sosial Nomor 20
Tahun 2019 tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai. Sedangkan dalam ketentuan Pasal 1
angka 2 Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyaluran Bantuan Pangan
Non Tunai yang dimaksud dengan e-Warong adalah Elektronik Warung Gotong Royong, yaitu
agen bank,pedagang dan/atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
ditentukan sebagai tempat penarikan atau pembelian Bantuan Sosial oleh penerima Bantuan
Sosial bersama Bank Penyalur2 . Bantuan Sosial yang dimaksud disini adalah Bahan Pangan
berupa beras dan/atau telur sesuai kebutuhan KPM3 . Sedangkan tempat pembelian bantuan
pangan meliputi usaha mikro, kecil, dan koperasi, pasar tradisional, warung, toko kelontong, e-
Warong KUBE, Warung Desa, Rumah Pangan Kita (RPK),Agen Laku Pandai, Agen Layanan
Keuangan Digital (LKD) yang menjual bahan pangan, atau usaha eceran lainnya4 . Tujuan
diadakannya Program BPNT menurut Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun
2019 tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai adalah (1) Mengurangi beban pengeluaran
KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan; (2) Memberikan gizi yang lebih seimbang
kepada KPM; (3) Meningkatkan ketepatan sasaran, waktu, jumlah,harga, kualitas, dan
administrasi; dan (4) Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan
pangan5 . Sedangkan prinsip yang harus dipenuhi dalam Pelaksanaan Program BPNT adalah:
a. Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM untuk menentukan waktu pembelian,
jumlah, jenis, kualitas, harga bahan pangan (beras dan/atau telur) dan lokasi e-Warong;
b. KPM tidak diarahkan pada e-Warong tertentu dan e-Warong tidak memaketkan bahan
pangan yang menyebabkan KPM tidak mempunyai pilihan dan kendali terhadap jenis
bahan pangan;
c. E-Warong dapat membeli pasokan bahan pangan dari berbagai sumber dengan
memperhatikan ketepatan harga, kualitas, jumlah, waktu, sasaran dan administrasi;
d. Bank Penyalur bertugas menyalurkan dana bantuan ke rekening KPM dan tidak bertugas
menyalurkan bahan pangan kepada KPM, termasuk tidak melakukan pemesanan bahan
pangan;
e. Mendorong usaha eceran rakyat untuk memperoleh pelanggan dan peningkatan
penghasilan dengan melayani KPM;
f. Memberikan akses jasa keuangan kepada usaha eceran rakyat dan kepada KPM;

Pemerintah pusat dan daerah melaksanakan pengawasan pelaksanaan BPNT


sesuai dengan pedoman umum dan petunjuk teknis yang berlaku. Menurut Pasal 5 Peraturan
Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai7 :

1) Peserta BPNT dipersyaratkan sebagai KPM yang tercantum dalam data PPKS dan/atau
data penerima bantuan dan pemberdayaan sosial yang bersumber dari data terpadu
kesejahteraan sosial.
2) KPM BPNT diutamakan untuk peserta program keluarga harapan yang tercantum dalam
data PPKS dan/atau data penerima bantuan dan pemberdayaan sosial yang bersumber
dari data terpadu kesejahteraan sosial. Terkait hal ini, dalam Buku Pedoman Umum
Bantuan Pangan Non Tunai 2019 disebutkan yang dimaksud dengan KPM BPNT adalah
keluarga dengan kondisi sosial ekonomi terendah di daerah pelaksanaan yang namanya
termasuk dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) BPNT dan ditetapkan oleh
Kementerian Sosial, dengan mekanisme sebagai berikut:
a. DPM BPNT bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang dapat
diakses oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
aplikasi SIKS-NG menu Bantuan Sosial Pangan (BSP);
b. DPM BPNT yang telah difinalisasi oleh Pemerintah Daerah dan disahkan oleh
Bupati/Wali Kota dilaporkan kepada Kementerian Sosial melalui aplikasi SIKS-
NG menu BSP

3.1.3 Bantuan Sistem Informasi Bantuan Masyarakat (SIBAMAS)


Dalam upaya penanganan dampak ekonomi (PDE) di Kabupaten Tangerang sebanyak
3000 Buruh dan UMKM terdampak akibat penyebaran Covid-19 akan mendapatkan kucuran
dana sebesar 5-10 juta rupiah. Bantuan tersebut bersumber dari dana hibah yang diberikan secara
cuma-cuma alias tanpa pengembalian. Dengan harapan agar roda perekonomian di Kabupaten
Tangerang bisa menggeliat di masa pandemi. Skema bantuan bantuan tersebut diberikan melalui
aplikasi SIBAMAS (sistem bantuan masyarakat).

Jumlah buruh di Kabupaten Tangerang yang terkena PHK hingga saat ini telah mencapai
24.141 dan yang dirumah 9.606. Angka itu terdata sejak Januari-Agustus 2020 dengan jumlah
tertinggi yakni di April dan Mei. Maka dengan demikian konsep penanganan dampak ekonomi
(PDE) tentu sangat dibutuhkan bagi buruh/ karyawan yang terkena PHK dan UMKM yang
terdampak melalui Sibamas tersebut.

Bantuan melalui sibamas dilaksanakan melalui tahapan pendaftaran terlebih dahulu, lalu
pendaftar akan diminta membuat proposal tentang usaha apa yang akan dilaksanakan apabila
mendapatkan bantuan tersebut, nantinya proposal akan di sleksi oleh tim gabungan dari
Inspektorat, Bappeda dan Dinsos, lalu akan dilakukan survei dan hasilnya akan di umumkan
secara terbuka.

3.2 Permasalahan yang terjadi Pada Jaring Pengaman Sosial


Prinsip pengelolaan program JPS mengikuti aras: (i) penyaluran bantuan yang cepat dan
langsung kepada kelompok masyarakat penerima manfaat; (ii) rencana kegiatan harus dapat
diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka; (iii) seluruh kegiatan
harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administratif; (iv) hasil kegiatan
harus memberikan manfaat langsung kepada masyarakat; (v) hasil kegiatan harus dapat
dilanjutkan dan dikembangkan oleh masyarakat sendiri dalam wadah organisasi masyarakat
setempat; dan (vi) program dapat dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh wilayah yang
memerlukan perhatian. Pelestarian hasil kegiatan dikembangkan oleh masyarakat sendiri dalam
wadah organisasi masyarakat setempat. Hasil kegiatan menjadi modal usaha masyarakat untuk
usaha lebih lanjut dan pengelolaannya diselenggarakan oleh unit pengelola keuangan (UPK)
milik masyarakat sesuai prinsip pengelolaan program, yaitu penyaluran bantuan cepat dan
langsung sampai kepada kelompok masyarakat penerima manfaat (quick disbursement), rencana
kegiatan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka
(transparency), seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun
administratif (accountability), dan hasil kegiatan dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh
masyarakat sendiri dalam wadah organisasi masyarakat setempat (sustainability). Program JPS
berupa dana yang disalurkan langsung kepada masyarakat pada tingkat desa/kelurahan harus
dapat dikelola dalam wudah unit pengelola keuangan (UPK) yang pengelolaannya dilakukan
sendiri oleh masyarakat. UPK berperan sebagai pengelola berbagai dana yang berasal dari
pemerintah melalui mekanisme DIP (Daftar Isian Proyek) dan SPABP (Surat Pengesahan
Anggaran Bantuan Pembangunan) tersebut serta dana bergulir dari masyarakat. UPK dapat
berkembang menjadi lembaga pengelola keuangan milik masyarakat yang berbadan hukum
koperasi (mengikuti UU koperasi) atau berbadan hukum lain (mengikuti UU bank). Lembaga
pembiayaan milik masyarakat ini selanjutnya dikenal dengan lembaga keuangan alternatif milik
masyarakat. Program JPS perlu dipahami sebagai stimulan untuk mendorong produktivitas dan
meletakkan landasan pembangunan yang kukuh dan berkesinambungan. Pola pembangunan
demikian diharapkan mampu mewujudkun arah pembangunan berdimensi kerakyatan yang
bermuatan: (i) memberikan kesempatan bagi peranserta aktif masyarakat dalam proses
pembangunan ekonomi yang lebih demokratis; (ii) pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan
pemantapan otonomi daerah yang diselenggarakan secara nyata dan dinamis; (iii) pemantapan
perubahan struktur dari masyarakat sendiri dengan penajaman pada modernisasi; serta (iv)
keterpaduan dan keterkaitan berbagai program yang makin erat antarmanusia, antardaerah,
antarsektor kegiatan ekonomi, serta antara kegiatan makro dan mikro nasional.

Dalam pelaksanaannya, penyaluran Bantuan Jaring Pengaman Sosial menghadapat


banyak masalah diantaranya penyaluran yang tidak tepat sasaran kepada para penduduk miskin,
karena data yang di gunakan mengacu kepada data yang lama, sehingga penduduk yang sudah
meninggaln atau pindah domisili tetap mendapatkan bantuan sosial, selanjutnya banyaknya
pemangkasan dana yang dilakukan oleh pendamping PKH dengan dalih sebagai “Biaya
Administrasi” sehingga perlu adanya ketegasan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Berbagai upaya yang dilakukan dalam mengurangi atau bahkan menghilangkan


kesenjangan, dapat dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi
kelompok tertinggal. Pemberdayaan masyarakat berkaitan erat dengan program JPS. Program
JPS sebagai payung dari strategi dan langkah kebijaksanaan khusus dan reguler dengan
pemberdayaan masyarakat sebagai langkah kebijaksanaan yang nyata dalam mewujudkan peran
serta aktif masyarakat.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pandemi Covid-19 telah Memukul segala aspek kehidupan masyaraakat indonesia,


khususnya yanng ada di kabupaten tangerang, akan tetapi sangat terasa pada sektor
perekonomian karena berdampak merata di setiap kalangan, dimana banyak PHK yang dilakukan
tidak hanya oleh perusahaan kecil bahkan perusahaan besar sekaalipun, ini menunjukan bahwa
Covid 19 sebenarnya lebih berdampak kepada sektor perekonomian daripada sektor kesehatan,
untuk itu adanya Jaring Pengaman Sosial (JPS), menjadi angin segar bagi masyarakat dengan
taraf perekonomian di bawah rata-rata.

4.2 Saran

Penyaluran Bantuan sosial akan efektif apabila bantuan langsung sampai kepada masyarakat
secara langsung, salah satu cara yang di tawarkan adalah Program Transfer Tunai seperti yang
telah di sampaikan oleh Menteri Sosial Ibu Tri Risma Harini,untuk itu Program Transfer Tunai
dalam Konteks Negara Berkembang Program transfer tunai yang dirancang dengan baik dapat
membantu mengatasi kemiskinan, sementara program transfer tunai yang tidak dirancang dengan
baik dapat memperburuk masalah. Pengalaman internasional menyarankan beberapa hal yang
harus dimiliki oleh program transfer tunai yang baik:

A. Mencocokkan jenis program dengan kebutuhan. Tidak semua program transfer tunai
cocok untuk rumah tangga kurang mampu disemua negara. Program harus secara hati-
hati dirancang untuk memenuhi kebutuhan utama dari berbagai kelompok rumah tangga
dalam hal bantuan pendapatan dan manajemen situasi darurat. Program yang dirancang
dengan sederhana lebih mudah dibentuk dan dilaksanakan.
B. Seleksi penerima. Mentargetkan program kepada mereka yang tidak mampu bekerja
(sementara dan permanen) dapat meringankan biaya transfer dan meningkatkan manfaat
program. Seleksi penerima sering kali menghambat dalam situasi dimana tidak praktisnya
uji kepemilikan dan pendapatan formal. Pendekatan informasi tingkat rendah merupakan
alternatif yang baik, seperti penyaringan berdasarkan kategori, geografis, dan komunitas.
C. Besaran dari program. Program transfer tunai di negara-negara berkembang tidak harus
sebesar program serupa di negara-negara berpendapatan menengah atau negar-negara
maju. Jika rumah tangga berpendapatan rendah telah memiliki sumber pendapatan dari
sektor informal atau dari transfer non-publik, transfer tunai dapat digunakan untuk
mengurangi kemiskinan daripada memberikan penggantian pendapatan secara penuh.
Lebih lanjut pembatasan nilai transfer mengurangi efek yang tidak diinginkan pada
penawaran tenaga kerja yang dapat timbul dari tingginya nilai transfer.
D. Mempromosikan kesetaraan jender. Mengatasi masalah bias jender dalam program
perlindungan sosial membawa dampak yang penting dalam kesejahteraan rumah tangga.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa memberikan transfer kepada perempuan memiliki efek
pengurangan kemiskinan yang lebih besar dibandingkan memberikannya kepada pria.
Tiga cara untuk mempromosikan kesetaraan jender adalah melalui bantuan keluarga
untuk ibu rumah tangga, terutama kepada rumah tangga dengan orang tua tunggal;
mensyaratkan pemberian bantuan dengan diikuti kesediaan remaja perempuan untuk
sekolah; dan menawarkan pensiun sosial kepada yang telah berusia lanjut.
E. Mendapatkan dan mempertahankan dukungan politis. Dimengertinya tujuan-tujuan dan
dianggap efektifnya program sosial secara luas adalah penting dalam menjaga keyakinan
pemilih dan menumbuhkan dukungan politis. Program-program yang tidak konsisten
dalam pelaksanaanya dapat mengurangi keyakinan pemilih. Untuk membangun
konstituen yang meluas dan mendukung program transfer tunai, bantuan sebaiknya juga
disediakan untuk beberapa rumah tangga mampu, selain kepada yang kurang mampu.
F. Membangun kemampuan adminitratif. Beberapa pendekatan yang diterapkan dalam
beberapa tahun terakhir dan diarahkan untuk memperbaiki pengelolaan transfer tunai
diantaranya adalah, otomatisasi, penggunaan teknologi mesin uang tunai, pencatatan yang
lebih baik, mengkonsolidasikan tanggung jawab pengelolaan program, dan mengontrak
sektor swasta untuk menjalankan fungsi-fungsi yang lebih cocok dijalankan oleh mereka.
Di negara-negara industri, pemerintah mereka telah membangun kemampuan
kelembagaan yang dibutuhkan untuk menerapkan program transfer tunai dengan
memisahkan perancangan dan pelaksanaan program, memperkenalkan perjanjian kinerja
program, memperbaiki pengawasan program, berkonsultasi dengan para pihak terkait
secara aktif, memerangi penipuan di dalam program, dan menggunakan penelitian untuk
mengarahkan perubahan di dalam program.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian RI, 2013, Pedoman Umum Program Keluarga Harapan, Direktorat Jaminan
Sosial
Leo Agustino, 2012, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Alpabeta :Bandung
Nugroho Riant, 2009, Publik Policy, Jakarta : Kelompok Gramedia
Suharto Edi, 2008, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Alpabeta : Bandung
https://covid19.tangerangkab.go.id/file
https://puspensos.kemsos.go.id/program-jaring-pengaman-sosial-di-tengah-pandemi
https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/3324

Anda mungkin juga menyukai