Anda di halaman 1dari 20

A.

DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN

Visi Kabupaten Tangerang dalam Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 adalah “Kabupaten
Tangerang Berdaya Saing Menuju Masyarakat Madani”. Dengan
terpilihnya Bupati Tangerang dan Wakil Bupati Tangerang untuk masa
bakti Tahun 2018-2023, maka Kabupaten Tangerang saat ini telah
memasuki RPJMD tahapan ke-3 (2015-2020) yang mana merupakan
Tahap Pemantapan, yakni kemampuan sumber daya Kabupaten
Tangerang, telah mampu untuk ditingkatkan lebih tinggi dalam rangka
mewujudkan daya saing daerah serta menuju RPJMD tahapan ke-4
(2020-2025) yang merupakan Tahap Usaha Peningkatan
Berkelanjutan dengan kemampuan sumber daya Kabupaten
Tangerang secara terfokus ketingkat yang lebih tinggi dalam rangka
mewujudkan daya saing daerah yang berkelanjutan.
Penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah dengan
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program
Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lintas Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Selanjutnya ditegaskan pula bahwa RPJMD adalah dokumen
Perencanaan Pembangunan Daerah untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun, dimana Perencanaan pembangunan daerah ini adalah suatu
proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada, dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan
wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu yang meliputi : Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

1
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Mengingat bahwa RPJMD memuat tentang arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum,
dan program Perangkat daerah, lintas Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan, maka RPJMD memiliki nilai strategis sebagai
pedoman bagi dokumen perencanaan di Kabupaten Tangerang dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun. Dengan demikian, Rencana Strategis
(Renstra) Perangkat Daerah Tahun 2019-2023 harus disusun sesuai
dengan tugas dan fungsi Perangkat Daerah serta berpedoman
kepada RPJMD dan bersifat indikatif. Selain itu, RKPD sebagai
rencana kerja tahunan juga wajib mengacu dan berpedoman pada
RPJMD Kabupaten Tangerang Tahun 2019-2023.
Adapun maksud disusunnya RPJMD Kabupaten Tangerang
Tahun 2019-2023 adalah untuk :
a. Memberikan arah pembangunan jangka menengah Kabupaten
Tangerang Tahun 2019-2023;
b. Menjadi pedoman dalam penyusunan RKPD Kabupaten
Tangerang Tahun 2019-2023 yang selanjutnya menjadi dasar
dalam penyusunan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD);
c. Menjadi landasan penyusunan Renstra PD;
d. Sebagai pedoman bagi seluruh komponen daerah (pemerintah,
masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya)
dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Tangerang
sesuai dengan dengan visi, misi, dan program pembangunan
Bupati/Wakil Bupati Tangerang terpilih masa bakti 2019-2023,
sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku
pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling
melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap
dan pola tindak.

2
Sedangkan tujuan disusunnya RPJMD KabupatenTangerang
2019-2023 adalah :
a. Menjabarkan visi dan misi dalam agenda-agenda
pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun ke depan,
sehingga rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan
dapat terwujud, sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran,
dan arah kebijakan yang telah ditetapkan dan merumuskan
dalam Renstra SKPD periode 2019-2023;
b. Mewujudkan konsistensi antara perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan;
c. Menetapkan berbagai program prioritas, dan arah kebijakan
tahunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2019-2023;
d. Menetapkan indikator kinerja Utama (IKU) dan Indikator kinerja
Kepala Daerah sebagai dasar penilaian keberhasilan
pembangunan Pemerintah Kabupaten Tangerang periode
2019-2023.
Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang masa bakti 2018-
2023 mempunyai Visi yaitu “Mewujudkan Masyarakat Kabupaten
Tangerang Yang Religius, Cerdas, Sehat Dan Sejahtera”, dengan
beberapa misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan Nilai-Nilai Agama Dalam Kehidupan
Bermasyarakat;
b. Meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Pendidikan;
c. Meningkatkan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan;
d. Mengembangkan Ekonomi Daerah Yang Berbasis Usaha Mikro
Kecil, Koperasi dan Industri;
e. Meningkatkan Tata Kelola, Akses dan Kualitas Pelayanan
Publik;
f. Meningkatkan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur;
g. Mengembangkan Inovasi dan Daya Saing Daerah.

3
Bupati Tangerang mempunyai 15 program unggulan yaitu
antara lain Tangerang Religius, Sanitasi Berbasis Pondok Pesantren
(Sanitren), Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Gerakan
Tangerang Sehat, Sayang Barudak (Sabar), Masyarakat Bugar,
Tangerang Mandiri Pangan, Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan), Aksesibilitas Bantuan Permodalan Bagi
Koprasi Dan Usaha Mikro, Optima (Optimalisasi Tata Kelola
Pemerintahan Dan Manajemen Aset). Juga ada Gebrak Pakumis
Plus, Peduli Permasalahan Sampah (Kipprah), Tangerang Bebas
Macet, Pengelolaan Sumber Air Baku dan Pengendalian Banjir,
Produk Inovatif dan Kreatif (Proaktif).
Dengan berpandangan kepada hal tersebut diatas, Kecamatan
Cisauk sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di
Kabupaten Tangerang, mempunyai wilayah kerja di Kecamatan.
sebagai kepanjangan tangan daripada unsur pelaksana bidang
Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Kecamatan
Cisauk dipimpin oleh Camat yang berkedudukan sebagai koordinator
yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Kecamatan Cisauk mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan Bupati dan tugas
pemerintahan lainnya. Adapun tugas pokok dan fungsi Kecamatan
Cisauk, mengacu pada Peraturan Bupati Tangerang Nomor 113
Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Dan
Fungsi, Serta Tata Kerja Kecamatan Dan Kelurahan Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tangerang.

4
Struktur organisasi Kecamatan Cisauk berdasarkan Peraturan
Bupati Tangerang Nomor 113 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Kecamatan
Dan Kelurahan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang
terdiri dari :
a. Camat;
b. Sekretariat Kecamatan, terdiri atas:
 Sub Bagian Umum dan Kepegawian; dan
 Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan;
c. Seksi Pemerintahan;
d. Seksi Pemberdayaan Masyarakat;
e. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat;
f. Seksi Perekonomian dan Pembangunan;
g. Seksi Pelayanan;
h. Kelurahan; dan,
i. Kelompok Jabatan Fungsional.

STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN CISAUK


KABUPATEN TANGERANG

5
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kecamatan Cisauk

Camat sebagai pelaksana Pemerintah Daerah di Tingkat


Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintah
yang dilimpahkan Bupati dan tugas pemerintahan lainnya.
Sekretariat Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi pembinaan daan
pengendalian kegiatan pelayanan administrasi umum, kepegawaian,
perencanaan program kerja, keuangan, serta pengkoordinasian tugas
satuan organisasi di lingkungan kecamatan.
Subbagian Perencanaan Dan Keuangan mempunyai tugas
melakukan kegiatan penyusunan rencana dan program kerja
kecamatan, serta pengelolaan administrasi dan pengelolaan
keuangan Kecamatan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas
Sekretaris Kecamatan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :
a. Merencanakan kegiatan Perencanaan dan keuangan;
b. Membimbing pelaksanaan kegiatan perencanaan yang meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Strategis, Rencana Kerja, Indikator Kinerja Utama, Perjanjian
Kinerja, Penyusunan Dokumen RKA/DPA, RRKA/DPPA, Forum
SKPD, Monitoring dan Evaluasi, pelaksanaan pengembangan
e-goverment, serta Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
melakukan pengoordinasian penyusunan rencana program dan

6
kegiatan kecamatan meliputi Rencana Strategis (Renstra),
Rencana Kerja (Renja), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana
Kegiatan dan Anggaran (RKA), dan Penetapan Kinerja (PK);
c. Membimbing pelaksanaan kegiatan administrasi keuangan
yang meliputi: Pengajuan Surat Membayar Uang Persediaan,
Ganti Uang, Tambahan Uang, LS Bendahara, LS Pihak Ketiga
dan Ganti Uang Nihil, Pencairan, Pencatatan, Pembukuan,
serta Pelaporan Pertanggungjawaban Anggaran;

d. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan administrasi


perencanaan yang meliputi: Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Rencana Strategis,
Rencana Kerja, Indikator Kinerja Utama, Perjanjian
Kinerja, Penyusunan Dokumen RKA/DPA, RRKA/DPPA,
Fasilitasi Perencanaan SKPD, Monitoring dan Evaluasi, e-
reporting, Reviu Penyerapan Anggaran, Data Pembangunan
SKPD serta Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
e. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan administrasi keuangan
yang meliputi: Pengajuan Surat Membayar Uang Persediaan,
Ganti Uang, Tambahan Uang, LS Bendahara, LS Pihak Ketiga
dan Ganti Uang Nihil, Pencairan, Pencatatan, Pembukuan,
serta Pelaporan Pertanggungjawaban Anggaran;
f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan
perencanaan dan keuangan dan menginventarisasi
permasalahan di lingkup tugasnya;
g. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan perencanaan dan
keuangan yang meliputi : Neraca, Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE) dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), dan
RPJMD, Rencana Strategis, Rencana Kerja, Indikator Kinerja
Utama, Perjanjian Kinerja, Penyusunan Dokumen RKA/DPA,
RRKA/DPPA, Fasilitasi Perencanaan SKPD, Monitoring dan

7
Evaluasi, e-reporting, Reviu Penyerapan Anggaran, Data
Pembangunan SKPD, pelaksanaan pengembangan e-
goverment serta Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; dan
h. Melaksanakan tugas kedinasana lain yang diberikan oleh
atasan terkait dengan tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas perencanaan dan keuangan


mempunyai tugas yang berkaitan dengan rancangan aksi perubahan
yaitu :
a) Pelaksanaan pengembangan E-Government;
b) Melaksanakan tugas lainnya.
Dengan adanya program IGA 2021 perencanaan keuangan
telah menyatakan perjanjian kinerja pada Kecamatan Cisauk tahun
2021 , menargetkan pengembangan inovasi perangkat daerah di
Kecamatan Cisauk sebagaimana terlampir

8
Gambar 1.2 Indikator Kinerja Individu

Dalam membentuk kepemimpinan Transformasional,


Kecamatan Cisauk telah melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Membangun Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi


Integritas merupakan suatu bagian dari pandangan yang
bisa dipercayai dan sikap jujur seseorang dalam menjelaskan
kepercayaan ́ pada konteks berorganisasi. Integritas juga
merupakan bagian dari inti utama dalam etika, namun disisi lain
integritas tidak selalu menyangkut perihal otonomi setiap individu
dan kebersamaan seseorang, tetapi lebih menyangkut loyalitas,
kerjasama, dapat dipercaya serta keserasian. Integritas adalah
sebuah konstruk psikologis yang dinamis, melekat pada setiap
kehidupan manusia. Objektivisme integritas dalam etika sering
dianggap seperti loyalitas kepada prinsip dan nilai yang sangat
rasional.

Peran kepemimpinan dalam membangun integritas kinerja


organisasi dapat ditopang oleh lima hal pokok, yaitu:

a. Etika Kepemimpinan. yang terdiri dari : memimpin dengan


contoh, menetapkan harapan yang jelas, mengaplikasikan
nilai-nilai organisasi, membuat keputusan yang dipercaya,
komunikasi yang baik dengan bawahan, menilai bawahan,
dan mengembangkan keterampilan dalam memimpin.

9
b. Manajemen dan pengawasan aktif : Menggunakan alat
manajemen yang tersedia, melakukan proses pengawalan
kerja bawahan, evaluasi kinerja bawahan, memeriksa
pengaduan. Mengidentifikasi potensi masalah, menumbuhkan
perkembangan pembelajaran yang berkelanjutan, siap sedia
untuk mengarahkan bawahan.

c. Pemilihan orang yang tepat : mempromosikan kode etik,


menerapkan nilai-nilai organisasi, mengayom bawahan
tentang tanggung jawab etika, praktik pengambilan keputusan
etis, mengidentifikasi role model, belajar dari kesalahan,
bertindak preventif, dan memberikan penghargaan atas
kinerja bawahan.

d. Proses yang efektif : Konsultasi bersama bawahan,


penilaianrisiko perilaku, memonitor kecenderungan,
memperkuat kebijakan, monitor kepatuhan, melakukan audit,
melibatkan dukungan, menyertakan etika dan integritas,
penggunaan scenario.Pelaporan yang professional: Berbagi
tanggung jawab, mendorong pelaporan yang professional,
mengaktifkan pelaporan, mengetahui tanggung jawab,
menciptakan budaya pelaporan yang aman, memantau
Kesehatan dan keselamatan,dukungan bawahan, mencari
umpan balik, dan melakukan review penanganan pengaduan.

Akuntabilitas merupakan sebuah konsep yang tidak asing


di dalam organisasi pelayanan publik, di mana selalu menjadi
sorotan publik dalam pelaksanaannya. Akuntabilitas sendiri
banyak memilkii istilah mengaudit, melaksanakan tanggung
jawab, memberikan pertanggungjawaban atas laporan kinerja,
menjawab permasalahan publik dari perilaku ataupun suatu
kegiatan yang dijalankan, terbuka bagi pemeriksaan peradilan,
bagian dari sanksi dan juga sebagai bagian dari penghargaan.

10
Pada sektor publik, para pakar administrator membagi
akuntabilitas menjadi beberapa tipe, diantaranya :

a. Managerial accountability, akuntabilitas yang ditunjukkan


kepada pemimpin yang lebih tinggi dalam suatu organisasi.
Managerial Accountability memiliki beberapa acuan dalam
pelaksanaannya yang dijadikan model dalam
pelaksanaannya, diantaranya ketepatan waktu, peningkatan
produktivitas, pengendalian biaya, dan kepastian pelaksaan
program dilaksanakan berdasar integritas pelaksana sesuai
dengan peraturan-peraturan pemerintah yang terkait.

b. Financial accountability, akuntabilitas kepada institusi yang


menyediakan atau memberikan anggaran kepada institusi
yang bersangkutan. Akuntabilitas keuangan dilihat dari
beberapa faktor untuk menjalankan pelaksanaannya, antara
lain memuat hal seperti bernilai ekonomis, efisien dalam
penganggaran, efektif dalam membuat kebijakan terkait
keuangan dan tidak ada kebocoran dana atau korupsi.

c. Public accountability, akuntabilitas yang ditunjukkan kepada


warga Negara atau masyarakat. Prinsip akuntabilitas publik
terdiri dari dua komponen, yaitu (a) kemampuan menjawab
permasalahan yang timbul didalam masyarakat sekitar, (b)
Konsekuensi yang mungkin timbul akibat suhu perpolitikan
yang ada. Sub indikator kemampuan menjawab merupakan
hal-hal yang menyangkut pada unsur responsibilitas atau
respon aparatur, yaitu kejelasan tuntutan bagi aparaturguna
menjawab hal-hal apapun secara periodik dari pertanyaan
terkait dengan bagaimana mereka (para aparatur)
menggunakan kapasitas wewenangnya, dan juga kemana
sumber apapun telah didapat digunakan, serta capaian dari
sumber daya tersebut.

2. Pengelolaan Budaya Kerja

11
Suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai yang
dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai yang
menjadi kebiasaan disebut dengan budaya,dan apabila dikaitkan
dengan mutu/kualitas kerja maka dinamakan budaya kerja.
Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami
masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama.
Budaya, dalam arti antropologi dan sejarah, adalah inti dari
kelompok atau masyarakat tertentu, apa yang berbeda mengenai
cara para anggotanya saling berinteraksi dengan orang dari luar
lingkungan dan bagaimana mereka menyelesaikan apa yang
dikerjakannya. pada prinsipnya budaya organisasi yang kuat,
diakui secara luas sering kali disebutkan sebagai alasan
suksesnya organisasi. Sejumlah organisasi menanamkan budaya
tertentu seperti upacara, penghargaan, gaya dekoratif, dan
berbagai bentuk simbolislain dari komunikasi yang merupakan
sifat budaya perusahaan yang menjadi pedoman tindakan
anggota organisasi.
Hal-hal yang seyogyanya dilakukan seorang pemimpin
adalah mengubah budaya untuk mendorong perubahan
organisasi. Namun demikian, guna merubah budaya bukanlah
perkara yang mudah karena memerlukan pengukuran budaya
organisasi dalam hubungannya dengan perubahan organisasi.
Tahapan proses pembentukan budaya organisasi
dimulai dari penyusunan nilai-nilai yang berlaku dalam
organisasi. Kemudian diinternalisasikan melalui sosialisasi
yang meliputi komunikasi, internalisasi dan implementasi setiap
anggota organisasi melalui pembentukan change agent. Serta
penyusunan sistem dan prosedur untuk menjaga dan memelihara
kesinambungan. Oleh karenanya, untuk membangun budaya
organisasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menetapkan Visi dan Misi Organisasi. Visi dan misi
organisasi ini akan mengarahkan organisasi dalam

12
menjalankan bisnisnya, sehingga dibutuhkan analisis yang
mendalam agar dapat menjadi branding organisasi.
b. Mensosialisasikan Visi dan Misi.
c. Setelah visi dan misi ditetapkan langkah selanjutnya adalah
sosialisasi kepadaseluruh elemen organisasi agar
mengetahui, memahami, menginternalisasi dan
mengimplementasikan mengenai visi dan misi organisasi.
d. Menetapkan Budaya Kerja. Budaya kerja sebagai suatu
falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-
nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuasaan
pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu
organisasi. Kemudian tercermin dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang
terwujud sebagai kerja atau bekerja. Oleh karena itu,
memahami dan mengimplementasikan budaya kerja
merupakan tugas berat yang harus dilakukan secara utuh
dan menyeluruh karena menyangkut proses pembangunan
karakter, sikap, dan perilaku manusia.
e. Mengimplementasikan Budaya Kerja secara Konsisten.
Setiap budaya kerja yang sudah ditetapkan wajib
diimplementasikan dalam praktik kerja sehari-hari di dalam
maupun di luar organisasi. Fungsinya adalah agar
masing-masing anggota organisasi terlatih untuk
menjalankan budaya kerja yang sudah ditetapkan.
f. Mengukur Implementasi Budaya Kerja. Pengukuran
implementasi budaya kerja ini untuk mengetahui hasil
yang sudah dicapai dari penerapan budaya kerja secara
periodik. Sehingga akan terbentuk sebuah proses
sistimkerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan
dan berjangka waktu.
g. Memberikan Reward dan Punishment.Pemberian reward
dan punishment terhadap anggota organisasi yang sudah

13
ataupun belum menjalankan budaya kerja sangat
dibutuhkan agar anggota organisasi tetap bersemangat
mengimplementasikan budaya kerja.
Budaya kerja pada Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang pada dasarnya sudah diterapkan dari mulai adanya
komitmen pimpinan dalam bertanggung jawab akan keberhasilan
pelaksanaan program, melaksanakan komunikasi dua arah untuk
menciptakan lingkungan dan pelayanan publik yang kondusif dan
optimal, memberikan motivasi pada bawahannya dalam meraih
suatu keberhasilan proses kerja, meningkatkan semangat dan
kemampuan kerja, kerjasama melalui kelompok serta
menerapkan sikap dan perilaku disiplin pada pegawainya yaitu
jujur pada diri sendiri, tidak menunda-nunda tugas dan
kewajibannya dan memberikan yang terbaik bagi Unit Kerja
maupun masyarakat.
3. Membangun Jejaring dan Kolaborasi
Jejaring dan kolaborasi kinerja diperlukan dalam setiap
manajemen Kinerja. Hal ini diperlukan mengingat suatu program
kerja tidak akan dapat diselesaikan hanya oleh satu
sektor/institusi atau pun unit organisasi, akan tetapi harus
diselesaikan dengan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang
sinergis.
Menurut Wayne E. Baker (1994) jejaring kerja adalah
proses aktif membangun dan mengelola hubungan-hubungan
yang produktif baik personal maupun organisasi. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa jejaring kerja merupakan suatu sistem
informasi yang terdiri dari manusia, data, perangkat lunak
(software), perangkat keras (hardware) dan jaringan itu sendiri
(O’Brien, 1999).
Stakeholders adalah siapa saja (orang, organisasi,
Komunitas) yang dipengaruhi oleh atau mempengaruhi suatu
upaya perubahan organisasi. Mereka yang memiliki kepentingan

14
kuat terhadap upaya itu, baik alasan akademik, filosofis atau
politis. Stakeholders yang mempunyai kepentingan sekaligus
pengaruh terhadap tercapainya tujuan aksi perubahan ini dapat
dibedakan menjadi stakeholders internal dan stakeholders
eksternal bisa individu maupun institusi lain yang berpengaruh
dan berkepentingan terhadap capaian aksi perubahan ini.
Jejaring kerja dalam pelaksanaan Aksi Perubahan ini
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.3. Peta Jejaring Kerja Pelayanan Publik Drive Thru


a. Analisis Stakeholderj

Dalam analisis stakeholder diperlukan adanya suatu


analisis pengaruh dan kepentingan stakeholder yang dinilai
dengan membandingkan antara pengaruh (influence) dengan
kepentingan (interest), sehingga dapat diketahui stakeholder
mana yang sudah berperan positif dan stakeholder mana
yang masih perlu ditingkatkan peran maupun pengaruhnya
untuk keberhasilan Aksi perubahan. Pelaksanaan aksi
perubahan ini melibatkan banyak stakehoder internal maupun
eksternal.

15
Stakeholder-stakeholder tersebut dibagi dalam 4
(empat) bagian yang dikelompokkan sebagai berikut :

Gambar 1.4. Kelompok Bagian Stakeholder

Berdasarkan peta jejaring kerja dan juga analisis


stakeholder yang telah disajikan, pada akhirnya menjadikan
gagasan kegiatan Pelayanan Publik Drive Thru Di Kecamatan
Cisauk Kabupaten Tangerang ini sebagai bagian dari rencana
pelaksanaan Aksi Perubahan kali ini.
Adapun tujuan daripada dilaksanakannya kegiatan
Pelayanan Publik dengan Metode Drive Thru ini dapat
memberikan kembali kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan publik di Kecamatan, pelayanan Drive Thru ini
mempermudah masyarakat dalam mengajukan permohonan
dengan tidak tidak turun dari kendaraan sehingga dapat
menghindari antrean pada loket pelayanan serta menghindari
kerumunan pemohon apalagi kondisi dengan adanya
pandemi Covid-19 dengan menjaga jarak sehingga dapat
terhindar dari penularan Virus Corona yang sedang merebak
pada saat ini.

16
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi dalam membangun Jejaring Kerja (kemitraan) yaitu
sebagai berikut :
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat : Salah satu
tujuan membangun Jejaring Kerja adalah membangun
kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organisasi
tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan oranisasi.
Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya
pelanggan tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau
departemen terkait, organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan
industry (dudi), tokoh masyarakat dan stakeholder
lainnya.
2) Peningkatan mutu dan relevans : dinamika
perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi.
Sebagai contoh, lembaga/ Organisasi profesi jika ingin
tetap eksis harus mampu bersaing dengan kompetitor
lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan
inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program yang
dibuatnya sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu,
membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna
merancang program yang inovatif, meningkatkan mutu
layanan dan relevansi program dengan kebutuhan pasar.
Langkah-langkah membangun jejaring kerja dan
kolaborasi dalam organisasi dapat dilakukan dengan
mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pemetaan. Setiap organisasi perlu melakukan
pemetaan tentang lembaga/organisasi yang sekiranya
bisa diajak bekerjasama baik di wilayah sekitarnya
maupun jangkauan yang lebih luas. Adapun pemetaan
didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap

17
organisasi. Stakeholders dapat melibatkan Lembaga
pemerintah, swasta dan masyarakat.
2) Menggali dan mengumpulkan informasi. Setelah
dilakukan pemetaan maka langkah selanjutnya adalah
menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang
lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi misi dan lain
sebagainya. Informasi ini berguna untuk menjajagi
kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan.
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan
pendekatan personal, informal dan formal.
3) Menganalisis informasi Berdasarkan data dan informasi
yang terkumpul selanjutnya kita menganalisis dan
menetapkan mana pihak-pihak yang perlu
ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang
relevan dengan permasalahan dan kebutuhan yang
dihadapi.
4) Penjajagan kerjasama. Menindak lanjuti hasil analisis
data dan informasi, perlu dilakukanpenjajagan lebih
mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang
memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat
dilakukan dengan cara melakukan audiensi atau
presentasi tentang profil perusahaan/organisasi dan
penawaran programprogram yang bisa dikerjasamakan
baik secara formal maupun non formal.
5) Penyusunan rencana kerjasama. Jika beberapa pihak
sepakat untuk bekerjasama maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam
perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang akan
bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan
setiap pihak dapat terwakili.
6) Membuat kesepakatan Pihak-pihak yang ingin bermitra
perlu untuk merumuskan peran dan tanggungjawab

18
masing-masing pihak pada kegiatan yang akan
dilakukan bersama yang dituangkan dalam nota
kesepahaman atau sering disebut Memorandum Of
Understanding (MOU).
7) Penandatanganan akad kerjasama MOU. Nota
kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bermitra.
Pelaksanaan kegiatan tahap ini adalah merupakan
tahap implementasi dari rencana kerjasama yang
sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tanggungjawab dan peran masing-masing
pihak yang bermitra.
8) Monitoring dan evaluasi. Selama pelaksanaan
kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan
pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicegah
terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang
ingin dicapai. Di samping itu juga segala permasalahan
yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat
dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat dijadikan
dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu dilakukan
evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk
mengetahui kegiatan mana yang belum bisa berjalan
sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana
yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah/
kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan
dan penyebabnya.
9) Perbaikan hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra
akan dipakai sebagai dasar dalam melakukan
perbaikan dan pengambilan keputusan selanjutnya

19
apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun
berikutnya atau tidak.
10) Pengembangan kemitraan berkelanjutan, Jika pihak-
pihak yang bermitra memandang penting untuk
melanjutkan kerjasama dalam rangka Penguatan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, maka dalam
rangka pengembangan inovasi Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat melalui sektor ketahanan pangan
ini, dirasa perlu merencanakan kembali kegiatan yang
akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
Perencanaan selanjutnya perlu mempertimbangkan
hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya.

20

Anda mungkin juga menyukai