Anda di halaman 1dari 16

Perbandingan Kebijakan Pembatasan Sosial Saat Pandemi Covid-19 antara Negara

Indonesia dengan Negara China

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERBANDINGAN


ADMINISTRASI NEGARA

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Dyah Lituhayu, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 6
Anindita Putri Natasha 14020121120022
Haykal Muhamad Jihafan 14020121130055
Faizal Achmad 14020121130057
Annisa Shelma Kaylaputri 14020121130060
Ahmad Dhani 14020121140122
Atika Tria Ningrum 14020121140211

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7
Januari 2020, China mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal tahun 2020 novel coronavirus
mulai menjadi pendemi global dan menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di luar
China. Berdasarkan World Health Organization (WHO) kasus kluster pneumonia dengan
etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh
dunia. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus-kasus baru
di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO
resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus
Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam
keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya
berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%)
lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-
19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas
dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS. Penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara
lain (Kemendagri, 2020).
Masih banyak yang belum diketahui tentang virus penyebab COVID-19, tetapi kita
tahu bahwa virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dari saluran napas
orang yang terinfeksi (yang keluar melalui batuk dan bersin). Orang juga dapat terinfeksi
karena menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus ini lalu menyentuh wajah ( mata,
hidung, mulut). Meskipun COVID-19 terus menyebar, masyarakat harus mengambil tindakan
untuk mencegah penularan lebih jauh, mengurangi dampak wabah ini dan mendukung
langkah-langkah untuk mengendalikan penyakit ini.
Dampak virus COVID-19 terjadi diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, pariwisata dan
pendidikan. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam menyikapi wabah ini adalah dengan
memberlakukan prinsip social distancing pada seluruh lapisan masyarakat, bahkan
dibeberapa kota besar di Indonesia diberlakukan pula PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) guna memutus rantai penyebaran virus ini. Kebijakan tersebut memberikan dampak
pada pendidikan di Indonesia khususnya pada proses pembelajaran bagi siswa sekolah.
Penerapan social distancing pada jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi terus
dilaksanakan hingga kondisi dinyatakan kondusif. Selama pandemi berlangsung, sekolah
memang diliburkan tetapi proses pembelajaran harus tetap berlangsung. Seiring dengan
berkembangnya revolusi industri 4.0 atau digitalisasi sistem saat ini, maka solusi yang
ditawarkan untuk tetap menjalankan proses pembelajaran di masa pandemi ini adalah dengan
melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara daring (dalam jaringan) dari kediaman masing-
masing. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang mengeliminasi jarak dan waktu
dengan bantuan platform digital berbasis internet sehingga mendukung proses pembelajaran
dilakukan tanpa adanya interaksi secara fisik. Sehingga, pada pembelajaran daring ini, semua
elemen pendidikan dituntut untuk tetap mampu memfasilitasi pembelajaran agar tetap aktif
meskipun tanpa tatap muka secara langsung.
Penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran
pendemi COVID-19 di seluruh dunia berdampak pada jutaan pelajar, tidak kecuali di
Indonesia. Perlindungan bagi anak-anak dan fasilitas-fasilitas pendidikan sangatlah penting.
Diperlukan kewaspadaan untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-19 di sekolah.
Langkah-langkah yang diambil oleh sekolah-sekolah dapat mencegah masuknya serta
menyebarnya COVID-19 melalui pelajar dan staf.
Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19, dalam Surat Edaran tersebut
dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring/jarak
jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Belajar
di rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi
COVID-19. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas mengenai bagaimana pembelajaran jarak
jauh di masa pandemi COVID-19 pada guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sekolah
menengah pertama di beberapa sekolah DKI Jakarta, kendala maupun dampaknya.

2. Kajian Teori
1. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai, dan sikap (Nurhikmayati, 2019). Dalam oxford advance learners
dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect”, (penerapan
sesuatu yang memberikan dampak atau efek).
Implementasi kebijakan merupakan tahapan pembuatan keputusan, seperti halnya
pasal-pasal sebuah undang-undang legislatif, keluarnya sebuah peraturan eksekutif, dan
keluarnya keputusan pengadilan, atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari
kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupannya (Yefani et al.,
2021). Walaupun sebuah kebijakan diambil secara tepat, tetapi kemungkinan kegagalanpun
masih bisa terjadi, jika proses implementasinya tidak tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang
handal sekalipun jika diimplementasikan secara tidak baik dan optimal, maka kebijakan
tersebut gagal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para pembuatnya.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa implemetasi kebijakan pada substansinya adalah
cara yang tepat untuk melaksanakan agar sebuah kebijakan yang baik dapat mencapai tujuan
sebagimana yang telah ditetapkan oleh para pembuat kebijakan. Untuk lebih
mengimplementasikan kebijakan publik menawarkan dua pilihan langkah, yaitu: “Langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program-program, dan melalui formulasi kebijakan
derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut”. Dari dua pilihan tersebut, agar setiap
kebijakan dapat diimplementasikan, maka seharusnya pula memperhatikan apa dan
bagaimana bentuk program yang realistis, sehingga dapat memenuhi kepentingan publik.
Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam
bentuk undangundang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif atau keputusan badan peradilan, dan keputusan tersebut
mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, serta menyebutkan secara tegas tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstruktur atau mengatur proses
implementasinya (Cristianingsih, 2020).

2. Konsep kebijakan publik


a) Pengertian kebijakan
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlumengkaji
terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar
dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb);
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran. Kebijakan publik merupakan kewenangan pemerintah menjalankan tugas
dan fungsinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan dunia usaha. Pada dasarnya
kebijakan pemerintah dalam menata kehidupan masyarakat diberbagai aspek merupakan
kebijakan yang berorientasi pada kepentingan public. Pengertian kebijakan adalah prinsip
atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pemilihan keputusan. Carl J Federick
sebagaimana dikutip (Agustino, 2008) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan
kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan
perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi
kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya
dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.
b) Pengertian kebijakan publik
Dalam setiap penyusunan kebijakan public diawali oleh perumusan masalah yang
telah diidentifikasi bahwa kebijakan tersebut ditujukan untuk mengatasi masalah yang terjadi
dalam masyarakat (Mustari & IP, n.d.). Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas
karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat
nasional, regional maupun lokal seperti undangundang, peraturan pemerintah, peraturan
presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur,
peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota. Secara terminologi
pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut
mana kita mengartikannya.Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the
authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan
kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and practice atau sesuatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah.
Kebijakan publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya
(Agustino, 2008). Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk
dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
Ada dua karakteristik dari kebijakan publik, yaitu: 1) kebijakan publik merupakan sesuatu
yang mudah untuk dipahami, karena maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk
mencapai tujuan nasional 2) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena
ukurannya jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh apapaun
yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan (Wahab, 2021),

BAB II
PEMBAHASAN

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi seluruh negara di dunia. Terdapat
berbagai macam cobaan dan rintangan yang menerpa di tahun 2020 dan seterusnya hingga
saat ini. Salah satu rintangan terbesar yang dialami oleh dunia merupakan Pandemi Covid-19.
Covid-19 merupakan sebuah penyakit menular yang termasuk kedalam kelompok virus, virus
tersebut merupakan jenis virus SARS-Cov-2. Penyakit ini akan menginfeksi saluran
pernapasan. Gejala yang ditimbulkan jika seseorang terkena virus ini antara lain demam,
kesulitas bernapas, batuk kering, pilek, sakit tenggorokan, terkadang ada pasien yang tidak
menimbulkan gejala apapun.

Menurut informasi yang ada, awal mula munculnya virus ini pertama kali berasal
dari negara China. Pemerintah China telah mengonfirmasi bahwa ditemukannya kasus
pertama covid-19 di negara China terjadi pada akhir bulan November tahun 2019. Para ahli
telah menemukan banyak bukti bahwa virus covid-19 berasal dari hewan hidup di Pasar
Makanan Laut Huanan di kota Wuhan, China. Hewan anjing atau rakun menularkan kepada
mamalia lain yang menjadi perantara sebelum virus menyebar ke tubuh manusia.

Seluruh negara di dunia terkena dampak dari pandemi virus Covid-19 ini, tak
terkecuali negara Indonesia. Terhitung hingga saat ini, pandemi covid-19 telah melanda
Indonesia selama 2 tahun terakhir. Indonesia mulai dilanda oleh pandemi ini sejak kasus
pasien covid-19 pertama diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 yang lalu. Kasus pertama di
Indonesia dialami oleh dua warga Depok, Jawa Barat yang setelah dikonfirmasi telah
melakukan kontak langsung dengan warga negara Jepang yang ternyata juga telah terinfeksi
virus covid-19 dari China. Setelah kasus pertama diumumkan, mulai semakin banyak
masyarakat Indonesia yang terkena virus covid-19. Selama periode Maret 2020 hingga
Januari 2021 kasus positif virus covid-19 mengalami tren peningkatan. Pada bulan Juli
hingga Agustus 2020 kasus covid-19 sempat mengalami penurunan dibanding pada bulan
bulan sebelumnya, namun mulai September hingga libur akhir tahun kasus covid mengalami
peningkatan drastic sebesar 42,3% atau sebanyak 45.895 kasus yang tersebar di seluruh
wilayan Indonesia khususnya Pulau Jawa. Menurut data yang ada, hingga saat ini kasus
positif terbanyak terjadi di daerah Jakarta dan Jawa Tengah.

Sejak awal naiknya angka covid di seluruh dunia, pemerintah di tiap-tiap negara
mulai mengambil tindakan drastis mengenai bagaimana cara untuk menanggulangi masalah
pandemi ini agar cepat usai serta menjamin kesiapan negara dalam menyediakan keamanan
serta kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia serta China telah membuat kebijakan
negaranya sendiri-sendiri untuk berfokus dalam menangani permasalah pandemi global ini.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo bersama instansi pemerintah lain telah


menetapkan beberapa kebijakan untuk menekan laju perkembangan virus covid-19.
Kebijakan tersebut berupa “lockdown” bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
diadakannya lockdown di tiap-tiap daerah yang mewajibkan masyarakat untuk selalu dirumah
dan membatasi kegiatan di luar rumah, diharapkan akan mengurangi kasus positif covid-19 di
Indonesia. Kebijakan ini cukup efektif di pertengahan tahun 2020, namun setelah itu kasus
positif covid-19 di Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan
kebijakan baru untuk membatasi pergerakan masyarakat Indonesia. Kebijakna tersebut kerap
berganti nama dan format antara lain PSBB, PSBB Transimi, PPKM Darurat, hingga PPKM
Level 1 sampai Level 4. Selain itu, pemerintah juga telah mempersiapkan berbagai fasilitas
kesehatan untuk menunjang pencegahan penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Pemerintah
telah menyediakan wisma-wisma untuk mengisolasi pasien-pasien yang positif covid di tiap-
tiap daerah sehingga akan mempermudah para tenaga medis untuk mengawasinya.
Pemerintah juga menyediakan rumah sakit rujukan untuk pasien covid-19 yang memiliki
gejala berat dan membutuhkan penanganan khusus.

Sedangkan terkait perkembangan kasus covid-19 di Negara China, pemerintahnya


menekan laju peningkatan covid dengan cara menerapkan kebijakan lockdown juga selama
beberapa bulan. Masyarakat di China sampai melakukan tindakan meng-bor pintu rumah
mereka supaya tidak tergoda untuk keluar rumah sehingga kasus peningkatan covid-19 di
China sempat cukup terkendali. Polisi serta oknum relawan lainnya yang menggunakan Alat
Perlindungan Diri (APD) juga sampai berjaga di depan tiap blok-blok rumah untuk
mengawasi penerapan lockdown di setiap daerah di negara tersebut. Setelah menerapkan
karantina lockdown, pemerintah China juga mengontrol penduduknya melalui telepon
genggam untuk mengawasi pergerakan warganya lewat lokasi dari telepon genggam tersebut
dan memaksakan jam malam. Jika orang tersebut berada di tempat yang rawan terkena virus
atau berada di kerumunan atau beresiko menularkan virus maka akan terkirim sebuah pesan
teks dari aplikasi untuk memperingati orang tersebut akan resiko terkena virus covid-19.

Di seluruh dunia termasuk Indonesia dan China, terdapat beberapa kebijakan umum
yang wajib diterapkan oleh seluruh warganya agar dapat mengurangi penyebaran covid-19.
Diantaranya adalah selalu menggunakan masker, menerapkan jaga jarak antar warga minimal
2 meter, selalu mencuci tangan, mengenakan APD bagi warga-warga tertentu, memasak
daging atau telur secara matang, serta menghindari kontak fisik dengan orang yang sedang
sakit.

Sejak pandemi Covid-19, terdapat berbagai kebijakan pemerintah untuk menekan


penyebaran Virus Covid-19 di Indonesia. kebijakan untuk membatasi mobilitas sosial ini
telah banyak berganti-ganti mulai dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM Darurat, hingga PPKM
empat level.
Presiden Indonesia, Joko Widodo memilih langkah melakukan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) daripada karantina wilayah. Kebijakan PSBB memunculkan
peraturan pemerintah yang mengatur pembatasan jarak fisik, wajib mencuci tangan, memakai
masker yang tegas, disiplin, dan efektif. Penerapan kebijakan PSBB dimulai di Jakarta pada
10 April hingga 23 April 2020 yang diterapkan selama 14 hari dan diperpanjang hingga 4
Juni 2020. PSBB ini meliputi liburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat umum seperti mall yang hanya boleh beroperasi
hingga jam-jam tertentu, dan pembatasan moda transportasi dengan diadakan nya ganjil
genap.
Sedangkan, sektor yang masih beroperasi ialah instansi pemerintahan, layanan kesehatan,
serta pelayanan dasar.
Pada 5 Juni hingga 10 September 2020 Pemerintah Indonesia mengganti periode PSBB
dengan PSBB Transisi, periode ini menjadi masa new normal masyarakat Indonesia dengan
pelonggaran aktivitas ekonomi di tempat usaha dan gedung, rumah ibadah, serta perkantoran
dengan syarat mematuhi protokol kesehatan.PSBB Transisi ini juga mengizinkan buka seperti
biasa untuk tempat umum seperti taman rekreasi, salon, dan kebun binatang.
Ketentuan PSBB Transisi meliputi :
1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menggunakan masker, dan menjaga jarak.
2. Perkantoran, tempat umum, dan tempat ibadah buka dengan maksimal kapasitas 50%.
3. Transportasi umum bisa beroperasi dengan kapasitas 50% dan pembatasan jarak
(social distancing).
Namun, ternyata angka Covid-19 kembali melonjak dan akhirnya pemerintah kembali
melakukan penerapan kebijakan PSBB Ketat mulai 14 September- 11 Oktober 2020.Selama
PSBB ketat berlangsung hanya boleh 11 sektor yang beroperasi yakni sektor kesehatan,
bahan pangan, makanan dan minuman, energi, komunikasi, teknologi informasi, keuangan,
logistik, perhotelan, konstruksi, utilitas publik, dl dengan kapasitas 25%l. Usaha rumah
makan diperbolehkan tapi hanya untuk dibawa pulang/take away. untuk wilayah dengan
kasus tinggi tidak diperbolehkan untuk beribadah di tempat ibadah dan dilakukan dirumah
saja.
12 Oktober 2020-11 Januari 2021 pemerintah Indonesia mulai menerapkan kembali
kebijakan PSBB Transisi. 11 Januari- 25 Januari 2021 Jakarta masih menerapkan PSBB.
Sedangkan daerah Jawa-Bali mulai menerapkan PPKM atau pelaksanaan pemberlakuan
kegiatan masyarakat. Pada 26 Januari-8 Februari 2021 PPKM dilakukan serentak di sebagian
besar daerah Jawa-Bali. Dengan Ketentuan :
1. sistem kerja work from home (WFH) bagi 75% pekerja
2. obyek vital nasional beroperasi 100% dengan menerapkan protokol kesehatan.
3. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring
4. tempat makan hanya boleh dengan kapasitas maksimal 25% pengunjung.
5. pusat perbelanjaan dan mall hanya beroperasi hingga pukul 19.00
6. diterapkannya sanksi pada masyarakat yang tidak menerapkan prokes.
Pada 3 Juli-25 Juli 2021 Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah
memberlakukan PPKM Darurat di Jawa dan Bali PPKM ini dilakukan lebih ketat dari PPKM
semula, dengan meliputi :
1. sektor non-esensial bekerja 100% dari rumah
2. pusat perbelanjaan/mal/dan pusat perdagangan ditutup
3. tempat makan hanya untuk dibawa pulang
4. tempat ibadah ditutup
5. fasilitas area publik ditutup
6. acara seperti pernikahan hanya dihadiri maksimal 30 orang dan tidak menyediakan
makan di tempat.
7. transportasi umum diberlakukan dengan maksimal kapasitas 70%
8. pelaku perjalanan domestik dengan kendaraan umum harus melakukan vaksin dosis I
dan PCR serta antigen)
Pada 26 Juli-2 Agustus 2021 Pemerintah Indonesia memperpanjang PPKM dengan PPKM
level 3 dan 4 sesuai kasus di wilayah masing-masing.

PPKM Level 3 :
1. kegiatan makan dan minum di warung/tempat makan diizinkan dengan kapasitas 25%
dan jam operasional hingga 20.00
2. pusat perbelanjaan dan mall diperbolehkan untuk beroperasi dengan kapasitas
maksimal 25% dan jam operasional hingga 17.00
3. tempat ibadah dan kegiatan keagamaan diperbolehkan dengan kapasitas 25% dan
menerapkan prokes ketat.
PPKM Level 4 :
1. 100% kegiatan belajar-mengajar secara daring
2. 25% bekerja dari rumah
3. sektor non-esensial diperbolehkan beroperasi 100%
4. pusat perbelanjaan maksimal 75% dan jam operasional hingga 17.00
5. angkutan umum hanya boleh kapasitas maksimal 75%
6. untuk kegiatan bepergian jarak jauh harus menunjukkan kartu vaksin dan tes PCR seta
tes pcr dan antigen
Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan sosialisasi pembatasan kegiatan
masyarakat untuk mengurangi penularan guna memerangi penyebaran Covid-19 yang
semakin meluas. Karantina wilayah ditolak dan dipilih opsi pembatasan sosial secara luas
(PSBB), menurut Presiden Joko Widodo. berdasarkan pengalaman negara-negara tertentu,
opsi karantina wilayah ditolak karena akan menimbulkan masalah baru.
Kebijakan PSBB melahirkan peraturan pemerintah yang lebih ketat, tertib, dan praktis
yang mengatur pembatasan jarak fisik. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2020, daerah harus meminta penetapan dari Kementerian Kesehatan untuk pembatasan
daerah akibat wabah penyakit. Tingkat provinsi dan kabupaten/kota menjadi fokus dari
pembatasan sosial ini.
Untuk dapat menetapkan bahwa suatu daerah harus melakukan Pembatasan Sosial
Skala Besar, suatu daerah harus memenuhi beberapa kriteria sesuai Permenkes Nomor 9
Tahun 2020, yaitu: Kasus penyakit dan/atau kematian meningkat jumlahnya dan
meluas.signifikan dan cepat di beberapa daerah, dan ada hubungan epidemiologis dengan
kejadian yang sebanding di daerah atau negara lain.
PSBB membatasi kegiatan yang boleh masyarakat lakukan, yaitu terbatas pada enam
kegiatan yang tercantum dalam Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020:
a) penghentian sementara kegiatan pekerjaan WFO dan sekolah. b) Pembatasan dalam
menjalankan kegiatan ibadah. d) pembatasan apa yang dapat dilakukan di tempat atau
fasilitas umum. d). pembatasan partisipan dalam kegiatan sosial dan budaya. e) pembatasan
jumlah moda transportasi. f). Pembatasan pada kegiatan lain yang secara khusus relevan
dengan masalah pertahanan dan keamanan. Sementara berbagai kegiatan di luar yang telah
dibatasi sebagaimana tersebut di atas dapat dilakukan dengan tetap berpedoman pada prinsip-
prinsip kendala sosial yang dikendalikan, para pemangku kepentingan dan masyarakat harus
mematuhi apa yang telah diputuskan berdasarkan jenis kegiatan tersebut di atas.
Uraian di atas menyatakan bahwa setiap pengertian, praktik, atau tindakan tertentu
yang termasuk dalam lingkup PSBB memiliki penjelasan yang jelas dalam pelaksanaan
PSBB. Mengingat informasi di atas, penerapan PSBB akan menjadi penting bagi
keberhasilan penghentian penyebaran COVID-19 di beberapa daerah.
Pemerintah Indonesia masih berupaya untuk menghentikan penyebaran COVID-19
setelah PSBB. Awal Januari 2021, pasca PSBB, pemerintah mengumumkan rencana
pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali. Langkah ini diharapkan dapat menjadi
katalisator pengembangan upaya terkoordinasi untuk menghentikan penyebaran Covid-19
antara pusat dan daerah serta antar daerah itu sendiri.
Di sebagian besar wilayah di Jawa dan Bali, pembatasan aktivitas masyarakat
dilakukan secara bersamaan. Langkah ini diharapkan dapat menjadi katalisator
pengembangan upaya terkoordinasi untuk menghentikan penyebaran Covid-19 antara pusat
dan daerah serta antar daerah itu sendiri.
Dengan ketentuan, antara lain, bisnis mengembangkan program kerja dari rumah
untuk 75% karyawan di semua lokasi yang harus menerapkan PPKM. Dengan mengikuti
protokol kesehatan, sektor-sektor ekonomi utama seperti energi, teknologi komunikasi dan
informasi, keuangan, dan barang-barang penting nasional dapat beroperasi dengan kapasitas
penuh. daerah yang harus melakukan PPKM masih melakukan kegiatan belajar mengajar
secara online.
Selain itu, tempat makan hanya dapat menampung 25% pelanggan, mal dan pusat
perbelanjaan buka hingga pukul 19.00, sedangkan tempat ibadah hanya boleh kapasitas
maksimal 50% penuh. Kegiatan di masyarakat yang berlangsung dari pukul 19:00 hingga
05:00 dibatasi.
Jika warga yang tidak menggunakan masker dikenakan sanksi seperti melakukan
bakti sosial selama 60 menit membersihkan ruang publik sambil mengenakan rompi atau
membayar retribusi sebesar Rp 250.000. Jika kesalahan dilakukan lagi, hukuman yang
diberikan akan bertambah, atau kelipatannya.
Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat 3 dan 4 diperpanjang
hingga 2 Agustus 2021 oleh Presiden Joko Widodo. Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito
Karnavian mengeluarkan tiga arahan kepada Mendagri sebagai tanggapan atas perintah
presiden tersebut, yaitu inmendagri Nomor 24 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4 dan Level
3 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali; Inmendagri Nomor 25 Tahun 2021 tentang PPKM
Level 4 Covid-19 di Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua; serta Inmendagri Nomor 26 Tahun 2021 tentang PPKM Level 3, Level 2 Dan Level 1,
serta Mengoptimalkan Posko Penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19.
Berikut beberapa perbedaan PPKM Level 4 hingga 1:
PPKM Level 4:
● Pemerintah memperbolehkan makan di tempat, namun waktunya dibatasi hanya
sampai maksimal 20 menit.
● Pedagang di luar makanan seperti kelontong, agen, binatu, pangkas rambut, cuci
mobil, vocher pulsa, asongan, dan sebagainya diizinkan buka sampai pukul 20.00.
● Pasar rakyat kebutuhan pokok beroperasi 100 persen. Untuk pasar rakyat non
kebutuhan pokok kapasitas maksimum 50 persen dengan jam buka terbatas sampai
pukul 15.00 WIB.
● Pemerintah melarang operasional pusat perbelanjaan atau mal.
● Pemerintah memperbolehkan akses untuk pembelian delivery atau take away di
restoran serta supermarket untuk melayani hal kritikal.
● Kegiatan belajar mengajar masih dilakukan tetapi dilakukan secara daring.
● Tidak mengadakan peribadatan atau keagamaan berjamaah
● Angkutan umum termasuk taksi dan angkutan masal hanya boleh 50 persen dari
kapasitas.
● Pemerintah melarang adanya kegiatan resepsi pernikahan.
PPKM Level 3:
● Kegiatan makan atau minum di warung, kafe, pedagang kaki lima diizinkan
dengan kapasitas 25 persen dan jam opersional maksimal pukul 20.00.
● Pusat perbelanjaan atau mal juga diperbolehkan dengan kapasitas maksimal 25
persen dan jam opersional maksimal pukul 17.00.
● Kegiatan resepsi pernikahan hanya boleh dihadiri 20 tamu dan tidak makan di
tempat.
● Dapat mengadakan peribadatan atau keagamaan berjamaah dengan maksimal 25%
atau 20 orang dengan protokol kesehatan ketat.
PPKM Level 1–2:
● 100 persen kegiatan belajar-mengajar secara daring.
● 25 persen bekerja dari rumah (WFH).
● Sektor non-esensial beroperasi 100 persen.
● Kegiatan makan atau minum di warung, kafe, pedagang kaki lima diizinkan
dengan kapasitas 25 persen.
● Pusat perbelanjaan atau mal juga diperbolehkan dengan kapasitas maksimal 75
persen dan jam opersional maksimal pukul 17.00.
● Resepsi pernikahan dan hajatan diperbolehkan dengan kapasitas pengunjung 25
persen dan tidak boleh ada hidangan yang dimakan di tempat.
● Angkutan umum termasuk taksi dan angkutan massal hanya boleh 75 persen dari
kapasitas.

Dibandingkan dengan negara China, pembatasan sosial yang dilakukan oleh Indonesia
Sudah pasti berbeda, China menerapkan pembatasan sosial secara total dengan karantina
wilayah atau lockdown, Wuhan, kota berpenduduk 11 juta orang, di lockdown ketika
pemerintah China dengan cepat dan tegas mengeluarkan perintah. Lockdown ini merupakan
lockdown terbesar dalam sejarah. Selanjutnya seluruh provinsi Hubei, tempat tinggal bagi 45
juta orang, ditutup dua hari kemudian. dalam upaya menghentikan penyebaran virus selama
tiga bulan. lockdown yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya mengharuskan setiap
masyarakat tetap berada di dalam rumah. mobilisasi massa merupakan langkah kedua dari
strategi wabah. Di kota Wuhan dan daerah prioritas tinggi lainnya di provinsi Hubei, ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat keparahan Pandemi dan memperlambat peningkatan
jumlah kasus. Perawatan pasien secara aktif, pengurangan angka kematian, dan pencegahan
virus merupakan prioritas utama. China melakukan pengawasan warga di wilayah lockdown
dengan Menggunakan penanda warna dan ponsel, untuk memantau masyarakat. Data lokasi
telepon digunakan untuk memantau pergerakan orang dan memberlakukan jam malam di
tempat-tempat yang di lockdown. Petunjuk geolokasi di ponsel pasien akan memberi tahu
pihak berwenang jika pasien perlu karantina jika tidak. Lokasi yang sering dikunjungi
seseorang dalam dua minggu sebelum diagnosis mereka juga dapat ditunjukkan dengan
menggunakan data lokasi telepon. Siapa yang mungkin terinfeksi oleh mereka dapat
ditentukan dengan menggunakan komputer dan analisis. Sebuah aplikasi juga digunakan oleh
pemerintah China akan mengirim pesan teks untuk memperingatkan bahaya penularan jika
pasien ini naik kereta api dan berpotensi menulari orang lain.
Setiap orang diberi kode QR berwarna, tergantung risiko yang mereka miliki
warna hijau artinya tanpa risiko, Oranye artinya mereka sempat memasuki daerah berpotensi
penyebaran virus. Merah artinya mereka dites denganhasil positif dan berisiko menularka

Dampak penerapan PSBB yang sepenuhnya kurang mendapat respon dari masyarakat
sangat berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Para pekerja formal di
pemerintahan, lembaga pendidikan, masih bisa bekerja di rumah sesuai anjuran pemerintah.
Akan tetapi bagi para pekerja informal dan pekerja yang menopangkan hidup pada
pendapatan atau upah harian, tidak memungkinkan bagi mereka untuk bekerja di rumah.
Banyak pekerja informal yang mengalami penurunan pendapatan dan bahkan banyak yang
kehilangan pekerjaan.

Dalam suatu negara, kebijakan publik idealnya adalah strategi yang berupa keputusan
politik yang dihasilkan dari diskusi intensif antara para aktor pembuat kebijakan dalam
mencari solusi pemecahan terhadap sebuah masalah publik yang terkadang tidak berlangsung
dengan optimal. Dampak penerapan PSBB kurang mendapat respon baik dari masyarakat
karena kebijakan tersebut sangat berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Ada dua pertimbangan utama pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020, tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Pertama, menyelamatkan warga
negara dari wabah Covid-19. Kemudian yang kedua, pemerintah mempertimbangkan
karakteristik seluruh lapisan masyarakat di penjuru Nusantara. Selain itu juga menyangkut
soal jumlah penduduk, kondisi demografi dan pertimbangan pemenuhan ekonomi
masyarakat. Kebijakan yang diambil dalam kondisi seperti ini, tingkat keberhasilannya sangat
sulit untuk diprediksi. Karena dalam proses implementasinya akan berhadapan dengan
berbagai realita di lapangan baik dari aspek politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Dalam kebijakan PSBB, masalah mendasar yang dihadapi tim gugus tugas Covid-19
dalam mengimplementasikan kebijakan PSBB adalah masalah disiplin masyarakat dalam
menjalankan protokol kesehatan. Fenomena dimana masyarakat masih banyak melakukan
aktivitas di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah salah satu contoh
masalah kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan. Dengan demikian, nilai
ekonomi cenderung lebih dominan mempengaruhi sikap masyarakat daripada nilai kesehatan,
sehingga kepatuhan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan terutama untuk tetap
berada di rumah sulit diterapkan. Dapat diketahui bahwa secara sosio-kultural nilai atau
tujuan kebijakan PSBB antara pemerintah dan masyarakat tidak selaras. Dari sisi pemerintah,
kebijakan PSBB telah dianggap realistis namun sebaliknya dari sisi masyarakat atau publik
tidak seperti itu yang berarti terdapat perbedaan nilai antara pemerintah dan masyarakat.

Realita yang dihadapi kebanyakan negara di dunia semasa pandemi Covid-19 adalah
negara tidak siap dengan manajemen bencana yang terencana dan bersifat pandemi.
Keterbatasan sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dan sarana prasana
terkait kesehatan serta dukungan anggaran yang kurang memadai menjadi persoalan utama
dalam penanganan penyebaran Covid-19.

Kebijakan lockdown sudah diatur dalam UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan. Dalam pasal 9 UU No. 6 tahun 2018 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
karantina bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit dan atau faktor resiko
Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, meningkatkan ketahanan
nasional di bidang kesehatan masyarakat, memberikan pelindungan dan kepastian hukum
bagi masyarakat dan petugas kesehatan. Dampak positif dari kebijakan lockdown adalah
pemerintah dapat mengurangi jumlah masyarakat yang terdampak virus Covid-19, karena
mengurangi aktifitas diluar dapat menjaga resiko penularan yang tinggi, dan juga secara tidak
langsung sudah mengurangi polusi udara, mengingat jumlah pengendara di Indonesia cukup
tinggi.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kebijakan Penanganan Covid-19 Pemerintah Indonesia antara lain dengan Penetapan
PSBB, Penerbitan Perpu Covid-19, pembentukan Panitia Penanganan Covid-19, serta
Pelaksanaan PPKM, berbeda dengan negara China yang terkesan statis terkait pembatasan
sosial, pemerintah Indonesia terkesan lebih dinamis dengan beberapa kali dilakukan
pelonggaran dan evaluasi kebijakan pembatasan sosial, mulai dari pelonggaran PSBB,
melakukan pembatasan hanya pada daerah dengan kasus tinggi dan yang terakhir melakukan
PPKM dengan 4 Level tergantung kasus keparahan. Kebijakan Penanganan Covid-19 oleh
China. Untuk menjaga karantina, polisi dan relawan secara fisik berpatroli di setiap pintu
masuk dan keluar gedung apartemen selain itu pemerintah China menerapkan pembatasan
sosial secara total dengan karantina wilayah atau lockdown, Wuhan, kota berpenduduk 11
juta orang, di lockdown ketika pemerintah China dengan cepat dan tegas mengeluarkan
perintah. Lockdown ini merupakan lockdown terbesar dalam sejarah. Selanjutnya seluruh
provinsi Hubei, tempat tinggal bagi 45 juta orang, ditutup dua hari kemudian. dalam upaya
menghentikan penyebaran virus selama tiga bulan. lockdown yang dilakukan oleh pemerintah
pada dasarnya mengharuskan setiap masyarakat tetap berada di dalam rumah. mobilisasi
massa merupakan langkah kedua dari strategi wabah.

DAFTAR PUSTAKA

Al Faruk, M., & Pujiyanti, Y. R. (2021, September). Perbandingan Kebijakan


Penanganan Covid-19 Antara Pemerintah Indonesia, Cina Dan Italia. In NiCMa: National
Conference Multidisplinary (Vol. 1, No. 1, pp. 298-310).

Ristyawati, A. (2020). Efektifitas kebijakan pembatasan sosial berskala besar


dalam masa pandemi Corona Virus 2019 oleh pemerintah sesuai amanat UUD NRI Tahun
1945. Administrative Law & Governance Journal, 3(2), 240-249.

Sari, V. Y. (2020). Analisis Respons Pemerintah Tiongkok dalam Upaya


Penanganan Covid-19. Jurnal Sentris, 1(2), 173-186.

Anda mungkin juga menyukai