Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ANALISIS KEPATUHAN SOCIAL DISTANCING DI MASA PANDEMI

CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Sosiologi Hukum Kelas C

Dosen Pengampu : Dr. Ade Mahmud,S.H.,M.H

Disusun oleh :
Iis Ade Lia 10040018230
Aisha Millennia La Risya 10040018151
Malsal Jajuli Hermawan 10040018257
Adela Berliana Nugraha 10040018285
Fadzlan Abshar 10040019013
Muhammad Fachry Fadillah Ghifari 10040019171

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) melanda Indonesia pada awal tahun 2019.
Seseorang yang terpapar virus ini mengalami gejala-gejala yang hampir sama dengan flu pada
umumnya seperti, batuk, demam, kelelahan dan beberapa orang akan merasa sesak nafas serta
gangguan gastrointestinal1. Hingga saat ini sudah berbagai macam kebijakan dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia guna menangani Pandemi Covid-19 agar masyarakat yang terinfeksi
virus ini dapat berkurang setiap harinya.

Untuk mengatasi wabah yang melanda Indonesia ini perlu adanya strategi yang disusun
secara matang oleh pemerintah agar penanganannya efektif dan tepat sasaran. Dalam rangka
penanganan wabah virus corona masyarakat juga diharapkan untuk berpartisipasi dengan cara
mematuhi himbauan yang telah pemerintah buat. Keikutsertaan dalam upaya bela Negara
sangat penting ini di implementasikan baik dalam bentuk fisik maupun non fisik yang tertulis
ada Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.2

Social Distancing atau jaga jarak sosial merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan
Presiden Joko Widodo untuk membantu mengurangi penambahan angka pasien yang
terserang virus corona. Praktik jaga jarak sosial, social distance atau sosial distancing,
merupakan praktik kesehatan masyarakat dalam mencegah orang sakit melakukan kontak
dengan orang sehat guna mengurangi peluang penularan penyakit (Pearce,2020;
Reluga,2010). Menurut Center for Disease Control (CDC) atau Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, social distancing adalah menjauhi perkumpulan,
menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak antar fisik individu manusia (Maharaj &
Kleczkowski,2012;Tiffany,2020).

Inti dari efektifitas jaga jarak salah satunya tergantung pada individu dan masyarakat
untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih bersih dan mengurangi kontak fisik dengan
oranglain. Hal ini tentu menyebabkan perubahan dalam interaksi dan kebiasaan di
masyarakat, dampak sosial ekonomi seperti menurunnya pendapatan, namun memang itulah
harga yang harus dibayar untuk sebuah kesehatan bersama (Lewnard&Lo,2020; Maharaj &
Kleczkowski,2012)
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk membahas Kepatuhan
Kebijakan Social Distancing di Indonesia ditinjau dari aspek Sosiologi Hukum.
1
Wiranti, W., Sriatmi, A., & Kusumastuti, W. (2020). Determinan kepatuhan masyarakat Kota Depok terhadap
kebijakan pembatasan sosial berskala besar dalam pencegahan Covid-19. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 9(03), 117-124.
2
Mahardika, M. N., Trisiana, A., Widyastuti, A., Juhaena, J. S., & Kirani, R. M. A. (2020). Strategi Pemerintah Dan
Kepatuhan Masyarakat Dalam Mengatasi Wabah Covid-19 Berbasis Semangat Gotong Royong. Jurnal Global
Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 9(1), 39-50.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Social Distancing atau Pembatasan Interaksi Sosial?
2. Kebijakan apa yang dikeluarkan pemerintah sebagai sarana implementasi Social
Distancing?
3. Bagaimana ke-efektifan dari kebijakan tersebut ditinjau dari aspek Sosiologi Hukum?
4. Apa dampak negatif dan postif dari adanya kebijakan tersebut?

Sumber : ERWINSYAH, R. G., & AS’ADHANAYADI, B. I. L. A. L. SIKAP DAN


PERSEPSI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TERHADAP IMBAUAN
JAGA JARAK.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui pentingnya Social Distancing atau Pembatasan Interaksi Sosial terhadap
bahayanya Covid-19.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang Covid-19 dan kepatuhan memakai
masker dan pentingnya menjaga kebersihan.
3. Mengetahui dan mencontohkan prilaku yang positif agar terhindar dari Covid-19.
4. Mengetahui dan dapat dijadikan informasi dan bahan pertimbangan kepada pemerintah,
pemangku kepentingan, dan petugas kesehatan dalam melakukan edukasi, penyuluhan,
dan promosi kesehatan.

1.4 Manfaat Pembahasan


1. Semoga hasil pembahasan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan
tambahan mengenai hubungan pengetahuan tentang COVID-19 dengan kepatuhan
upaya pencegahan pada masyarakat.
2. Hasil pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
masyarakat bagaimana pentingnya social distancing.

PEMBAHASAN
Dalam rangka mengatasi wabah virus corona di Indonesia tidak terlepas dari peran
rakyat, pemerintah serta semua kelompok masyarakat.Jika dibandingkan dengan flu musiman
covid-19 lebih berbahaya beberapa kali lipat sehingga harus adanya penanganan mitigasi
secara khusus. Centers for Disease Control and Prevention and Other (CDC) menyebutkan
bahwa setiap orang memiliki peluang sekitar 60%-80% untuk terkontak dengan COVID-19
dan virus ini berpotensi membunuh jutaan jiwa.(https://www.umy.ac.id/benarkah-kebijakan-
social-distancing-berdampak-pada-perekonomian-masyarakat.html)Kondisi covid-19 yang
semakin meningkat menuntut pemerintah indonesia, khususnya lembaga yang berperan aktif
dalam mencegah dan menanggulangi virus ini melakukan berbagai upaya dalam mencegah
penyebaran virus corona, kebijakan Pemerintah Indonesia telah digulirkan diantaranya
lockdown, work from home,physical distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB)atau Social distancing.Social distancing merupakan salah satu pencegahan virus
covid-19 dengan cara menganjurkan warga indonesia untuk membatasi kunjungan ditempat
ramai dan tidak kontak langsung dengan orang lain.

Kedispilinan masyarakat dalam menjalankan Social distancing akan sangat berpengaruh


dalam langkah meredam penyebaran virus corona. Sayangnya, masih banyak masyarakat
yang belum disiplin menerapkan pembatasan interaksi sosial tersebut. Beberapa orang
menolak larangan tersebut dengan berdalih bahwa kekuasaan Tuhan dan takdir Tuhan akan
mampu melindungi dari pandemik, meskipun tidak dilakukan usaha yang memadai.  

Mengenai aturan bagaimana social distancing (pembatasan sosial) dilaksanakan


termasuk sanksi bagi yang melanggar sudah jelas diatur dalam UU 6/2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan dan UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu di
Pasal 9 ayat (1) Pasal 49 ayat (1), Pasal 59 ayat (3) dan Pasal 93:

Pasal 9 Ayat (1): 

Setiap Orang wajib mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.

Pasal 49 ayat (1):

Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilakukan Karantina Rumah, Karantina Wilayah,
Karantina Rumah Sakit, atau pembatasan Sosial Berskala Besar oleh pejabat Karantina
Kesehatan.

Pasal 59 ayat (3): 

Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi:
a. peliburan sekolah dan tempat kerja;

b. pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau

c. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

Pasal 93:

Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-halangi penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Selain itu, tampak masih kurangnya keefektifan kebijakan yang telah dikeluarkan
karena peran serta masyarakat dan dunia usaha untuk menjaga dirinya sendiri, lingkungan dan
orang lain hingga hari ini tidak cukup menggembirakan, karena dari faktanya, setelah
pemerintah Pusat dan juga beberapa Pemerintah Propinsi mengumumkan untuk dapat
dilakukan bekerja di rumah dan/atau membatasi jam kerja serta mematuhi untuk
melakukan social distance, namun kemudian terdapat antrian yang cukup panjang di halte Bus
Trans Jakarta dan beberapa stasiun kereta, artinya dunia usaha belum sepenuhnya mendukung
Pemerintah untuk pembatasan jam kerja dan bekerja dari rumah (Work From Home).

Sementara tingkat kepatuhan masyarakat untuk melakukan social distance masih terlihat
rendah, karena masih terlihat warga beraktivitas keluar rumah untuk tujuan rekreasi, duduk
bergerombol, berkumpul tanpa menggunakan masker ataupun menjaga jarak, sehingga
kemungkinan penyebaran masih menjadi PR besar. 

Dalam kondisi pandemi pemerintah mengkategorikan kondisi pandemi sebagai darurat


kesehatan, sehingga secara utilitis atau sosiologis kebijakan tersebut diharapkan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang dibuat
seyogyanya mempunyai tujuan untuk menciptakan perdamaian, ketentraman dan ketertiban
dalam masyarakat serta memberikan kepastian hukum.

Terlaksananya ketertiban dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh beberapa


faktor yaitu pertama struktur, kedua subtansi dan yang ketiga adalah budaya hukum,
semuanya berorientasi bagaimana hukum diterapkan dalam masyarakat serta kesadaran
masyarakat akan suatu aturan perlu di tingkatkan. Ketaatan serta kesadaran masyarakat
terhadap hukum banyak ditentukan dengan berfungsinya suatu hukum.

Dalam perspektif sosiologi hukum COVID-19 telah manjadi tragedi masyarakat dunia,
tidak terkecuali Indonesia. Hal ini dapat dilihat dimana banyak negara yang menerapkan
kebijakan hukum dan tanggap darurat yang berlangsung lama selama Covid-19. Wabah ini
juga telah membuat masyarakat memaksimalkan teknologi digital untuk mendukung aktivitas
mereka sehari-hari. Di Indonesia sendiri disebabkan rendahnya pengetahuan akan virus
tersebut membuat banyak masyarakat yang acuh dan tidak peduli terhadap kebijakan yang
telah pemerintah rumuskan untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut.

Terkait kebijakan social distancing, akan ada dampak yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif. Dampak positif dari social distancing adalah pemerintah dapat mengurangi
jumlah masyarakat yang terinfeksi COVID-19 karena pengurangan aktivitas di luar rumah
sehingga risiko penularan kecil. Namun tidak terlepas juga dari dampak negatif yang timbul
akibat adanya kebijakan social distancing. Kementerian Keuangan RI menyebutkan
perubahan yang cepat dan dinamis yang merupakan dampak dari pandemi COVID-19 ini
akan berpengaruh pada perekonomian di Indonesia yaitu dapat mengalami resesi atau
penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Secara umum dengan adanya kebijakan social distancing masyarakat mengalami


penurunan pemasukan bulanan sebesar 46,2% namun juga mengalami penurunan pengeluaran
bulanan sebesar 3,0%. Jenis pengeluaran yang dominan selama menjalani social
distancing adalah pembelian bahan makanan/makanan jadi, paket data, listrik dan produk
kesehatan. Secara umum masyarakat merasa kesulitan memenuhi kebutuhan paket data,
cicilan/kredit dan gaji karyawan.

Berdasarkan kebijakan diatas yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam memutus


rantai Covid-19 menjadi permasalahan baru terjadap masyarakat. Seperti yang iduraikan
diatas terjadinya penurunan pemasukan secara ekonomi baik bagi karyawan atau bagi
perusahaan. Dengan begitu muncul pengangguran karena banyak karywan di PHK perusahaan
imbas dari lemahnya kondisi perekonomian nasional dan tidak seimbangnya antara
permintaan dan pendistribusian.

Kesimpulan

Setelah pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwaSocial distancing / Pembatasan


sosial merupakan salah satu pencegahan virus covid-19 dengan cara menganjurkan warga
indonesia untuk membatasi kunjungan ditempat ramai dan tidak kontak langsung dengan orang
lain. Di Indonesia kebijakan social distancingsendiri sudah diatur dalam UU 6/2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan dan UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu di
Pasal 9 ayat (1) Pasal 49 ayat (1), Pasal 59 ayat (3) dan Pasal 93. Untuk kefektifan dari social
distancing sendiri tampak masih kurang karena begitu banyak waarga yang belum membiasakan
diri dalam aktivitas work from home.

DAFTAR PUSTAKA
Erwinsyah, Rudy G., & AS’ADHANAYADI, B. I. L. A. L.2020. SIKAP DAN PERSEPSI
MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TERHADAP IMBAUAN JAGA JARAK,
Jakarta, PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA.
Wiranti, W., Sriatmi, A., & Kusumastuti, W. (2020). Determinan kepatuhan masyarakat Kota
Depok terhadap kebijakan pembatasan sosial berskala besar dalam pencegahan Covid-19.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 9(3), 117-124.
Mahardika, M. N., Trisiana, A., Widyastuti, A., Juhaena, J. S., & Kirani, R. M. A. (2020).
Strategi Pemerintah Dan Kepatuhan Masyarakat Dalam Mengatasi Wabah Covid-19
Berbasis Semangat Gotong Royong. Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan
Kewarganegaraan, 9(1), 39-50.
2020. “Benarkah Kebijakan Social Distancing Berdampak Pada Perekonomian
Masyarakat?”. https://www.umy.ac.id/benarkah-kebijakan-social-distancing-berdampak-
pada-perekonomian-masyarakat.html. 23 april 2021.

Anda mungkin juga menyukai