Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN


MOTIVASI MASYARAKAT DENGAN TINGKAT KEPATUHAN
BERMASKER DI LUAR RUMAH PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI RT 14 RW 01, KEL.
PONDOK LABU, KEC. CILANDAK
JAKARTA SELATAN

OLEH:
NURASIAH
11212121

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Coronavirus (Covid-19) merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) (Kemendagri, 2020). Gejala yang dapat ditimbulkan akibat
infeksi SAR-COV2 pada manusia adalah gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk,
dan sesak napas. Bahkan pada kasus berat, COVID-19 menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan hingga kematian. Gejala muncul dalam 2-14
hari setelah terpapar virus corona. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Penularan virus corona terjadi sangat cepat. Saat ini penyebaran SARSCoV-2 dari
manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih
agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simtomatik terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk dan bersin. Selain itu telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel
pada aerosol (Susilo et al., 2020). Untuk mencegah terjadinya penularan ini pemerintah
menghimbau masyarakat menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker.
mungkin sebagian orang tidak mengetahui pentingnya menjaga jarak, dikarenakan
penularan covid-19 terjadi melalui droplet. Droplet tersebut dapat menyebar secara
langsung pada jarak 2 meter, dan dapat menyebar melalui kontak seperti jabat tangan,
berpelukan, berciuman, dan lainnya.

World Health Organization juga menetapkan bahwa COVID-19 pada 30 Januari 2020
dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Nathavitharana et al., 2020).
COVID-19 Dinyatakan sebagai pandemi global dikarenakan dengan peningkaatan 13 kali
lipat dalam jumlah kaus yang dilaporkan di luar China, dengan peningkatan tiga kali lipat
untuk jumlah negara yang terinfeksi. Tercatat data Covid-19 di seluruh Dunia pertanggal
25 Januari 2021 terkonfirmasi sebanyak 99.727.941 kasus, Dari jumlah tersebut, sebanyak
71.705.935 pasien telah sembuh, dan 2.137.827 orang meninggal dunia (WHO, 2021).
Sedangkan angka kejadian covid-19 di Indonesia pertama kali melaporkan 2 kasus positif
pada 2 Maret 2020 dan kasus positif terus meningkat (Susilawati, R. Falefi, 2020). Jumlah
total positif sampai dengan bulan Oktober 2022 yaitu 6,502 juta jiwa dan yang meninggal
dunia 158 ribu jiwa. Provinsi jawa barat di dapatkan prevensi kejadian covid yaitu 1.19 0
juta jiwa (Pikobar, 2022), sedangkan di kota depok angka kejadian covid-19 sampai
tanggal 10 Oktober 2022 di dapatkan yang terkonfirmasi sebanyak 180.286 jiwa (Dinkes,
2022).

Terkait pencegahan Covid-19 perilaku setiap individu memiliki peranan yang sangat
penting. Setiap perilaku individu ditentukan oleh seberapa baik tingkat pengetahuannya,
yang mana akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya dalam mempersepsikan
kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku
terhadap objek tertentu sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
(Wachida dkk, 2014). Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan
akan terbentuk dalam sikap maupun perilaku (Prihantana dan Wahyuningsih, 2016)

Sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru yang mengharuskan masyarakat untuk menerapkan
perilaku 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari
kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi, dengan banyaknya spanduk dan tulisan
terkait perilaku 5M di sepanjang jalan perkantoran dan tempat umum lainnya (Kemenkes
RI, 2021). Perilaku 5M merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah
pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus
saluran pernapasan tertentu, termasuk Covid-19. (Asnawati dkk, 2020). Mengingat
penyebaran virus corona tiap harinya semakin ganas penyebarannya, jadi penerapan 3M
tidak akan cukup sehingga munculah 5M sebagai pelengkap dalam proses penghentian
penyebaran virus corona yang semakin meledak (Kemenkes RI, 2021).

Memakai masker sangat penting sebagai upaya mencegah terjadinya penularan COVID-
19, terutama ketika berada di kerumunan atau berdekatan seperti di pasar, stasiun,
transportasi umum (misalnya bus) dan tempat-tempat umum lainnya. Masker dapat
menghalau percikan air liur yang keluar saat berbicara, menghela napas, ataupun batuk
dan bersin sehingga dapat mengurangi penyebaran virus tersebut (Penanganan & Virus,
2020)

Kepatuhan merupakan perilaku individu atau seseoraang dengan melakukan perubahan


gaya hidup sesuai anjuran terapi dan kesehatan (Kozier 2010). Tingkat kepatuhan dimulai
dari tindak mengidahkan dan mematuhi setiap aspek anjuran yang telah direncanakan.
Pada konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepada keadaan dimana perilaku
seseorang sepadan dengan tindakan sesuai anjuran atau nasehat yang diusulkan oleh
seorang tenaga kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi
seperti nasehat yang diberikan dalam bentuk promosi kesehatan melalui media cetak dan
media sosial (Ian and Marcus 2011). Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
masyarakat beberapa diantaranya pengetahuan, motivasi, persepsi dan keyakinan terhadap
upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit, variabel lingkungan, kualitas intruksi
kesehatan, dan kemampuan mengakses sumber yang ada (Sinuraya et al., 2018). Tingkat
Pengetahuan seseorang yang sangat rendah akan menunjukkan ketidakpatuhan seseorang
karena kurangnya informasi yang didapatkan (Octavienty et al., 2019). Kepatuhan
seseorang juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana responden yang
pendidikannya tinggi lebih patuh dibandingkan pendidikan rendah (Anasari, 2017).

Selain tingkat pendidikan, Pengetahuan juga merupakan salah satu yang mempengaruhi
kepatuhan, semakin cukup umur kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih
matang untuk berfikir dan melakukan tindakan. Semakin bertambahnya usia seseorang
maka orang tersebut semakin mampu untuk berpikir dan mempersepsikan informasi yang
dia dapatkan, sehingga seseorang tersebut dapat berusaha untuk mematuhi segala sesuatu
yang telah disampaikan untuk dilakukannya. Adapun pendapat dari Nursalam (2012)
dalam Fauzia, Sari, & Artini (2015) semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki
seseorang maka orang tersebut semakin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang antara lain


motivasi dalam tingkat perubahan gaya yang dibutuhkan, presepsi keparahan masalah
kesehatan, pengetahuan, dampak dari perunahan, budaya dan tingkat kepuasan serta
kualitas pelayanan kesehatan yang diterima, faktor yang mempengaruhi seseorang antara
lain pengetahuan, motivasi serta dukungan keluarga.” Dampak dari kurangnya motivasi
dan kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan ini bisa
mengakibatkan bertambahnya kasus terkonfirmasi COVID-19 (Kozier, 2010). “Dalam
mendukung pernyataan yang telah ditetapkan oleh WHO mengenai pandemi global,
pemerintahh Indonesia menyatakan pendemi dampak virus COVID-19 ini sebagai bencana
nasional non alam.” “Oleh karena itu pemerintah telah melakukan upaya pencegahan
penyebaran COVID-19 di masyarakat, mulai dari tingkat Menteri sampai kepala daerah
Provinsi, Kabupaten dan kota Madya (Zahrotunnimah, 2020).

Tingkat kepatuhan seseorang dalam melaksanakan anjuran menentukan keefektifan


memutus rantai penyebaran virus corona. Patuh atau tidaknya sesorang dapat
mempengaruhi keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 yang telah
ditetapkan pemerintah untuk dilaksanakan seluruh warga di Indonesia. Tindakan
pencegahan dan pengendalian Covid-19 dengan protokol kesehatan tidak hanya dilakukan
satu individu melainkan seluruh individu untuk meningkatkan drajat kesehatan bersama.
Protokol kesehatan hendaknya dilakukan secara keseluruhan dan tidak meninggalkan salah
satu tindakan karena semua harus dilaksanakan secara bersama untuk mendapatkan
manfaatnya Kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap penyebaran COVID-19
masih terbilang rendah. Rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat untuk melakukan social
distance, dapat dilihat dengan masih banyak individu yang beraktifitas diluar rumah
dengan berkumpul tanpa menggunakan masker ataupun menjaga jarak aman hanya untuk
tujuan rekreasi, saling bergerombol, sehingga memungkinkan penyebaran masih menjadi
tugas besar (Sagala, 2020)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Duwi Pratiwi tahun 2021 dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Dengan Kepatuhan
Melakukan Protokol Kesehatan: Menggunakan Masker di Era Kebiasaan Baru covid-19
dengan hasil ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Masyarakat
Dengan Kepatuhan Melakukan Protokol Kesehatan: Menggunakan Masker di Era
Kebiasaan Baru covid-19.

Sejalan dengan penelitian Tiwi Mariska pada tahun 2022 dengan judul Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Covid-19 Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Pada Masyarakat
Pengunjung Pasar Sei Sikambing Medan dengan hasil karakteristik masyarakat didominasi
perempuan 172 orang (75,8%), berusia 26-45 tahun 167 orang (73,6%), tingkat pendidikan
SMA 146 orang (64,3%) dan berstatus ibu rumah tangga 97 orang (42,7%). Masyarakat
berpengetahuan baik 172 orang (74,9%) dan responden dengan kepatuhan tinggi 141
orang (62,1%). Uji statistik chi-square nilai p 0,045 < 0,05 (OR 11,799, CI 95% 15,701-
24,417), artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan COVID-19 dengan kepatuhan
penggunaan masker. Disimpulkan tingkat pengetahuan COVID-19 berkorelasi dengan
kepatuhan penggunaan masker.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu,
Kec. Cilandak Jakarta Selatan, dari 10 orang dilakukan wawancara. Hasil yang didaptkan
untuk penggunaan masker 60% mengatakan bahwa meraka tidak memakai masker jika
hanya di wilayah Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan, 30%
warga mengatakan kadang-kadang menggunakan masker keluar luar rumah. Dan 10%
warga mengatakan selalu menggunakan masker.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan seperti tidak
memakai masker jika keluar rumah, tidak mencuci tangan pakai sabun atau cuci tangan
menggunakan handsanitizer, masih banyak masyarakat yang bergerombol dan tidak
menjaga jarak 1 meter satu sama lain. Masyarakat masih meremehkan dan acuh terhadap
COVID-19 sehingga tidak mematuhi protokol kesehatan (Satgas, 2020). Satuan Tugas
COVID-19 menilai masyarakat belum sepenuhnya mematuhi protokol kesehatan dalam
memutus mata rantai penularan wabah virus corona (COVID-19). Menurut Fajar (2020)
Di Kota Semarang kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan di masa pandemi
COVID-19 terbilang rendah dan 70 persen yang tidak mematuhi protokol kesehatan
adalah anak muda. Dampak dari ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan
tersebut menyebabkan masyarakat rentan dan berisiko tertular viruscorona dan dapat
menambah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia . Jika terus berlanjut dapat
memperluas penyebaran COVID-19 dan menyebabkan klaster baru penularan virus
corona. Dengan bertambahnya kasus positif, masyarakat akan dibatasi untuk melakukan
aktifitas sosial ekonomi secara bebas, aman dan terkendali (Satgas, 2020). Berdasarkan
hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan Dan Motivasi Masyarakat Dengan Tingkat Kepatuhan Bermasker Di Luar
Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak
Jakarta Selatan

B. Rumusan Masalah

Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh SAR-COV2 dan menimbulkan


infeksi pada manusia dan hewan. Penularan virus corona diperkirakan sama dengan
penularan MERS dan SARS yaitu penularan melalui droplet dari manusia ke manusia dan
kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi. Penularan virus corona terjadi sangat
cepat. Saat ini penyebaran SARSCoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber
transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Angka kejadian covid-19 di
Indonesia sampai dengan oktober 2022 6,44 juta jiwa dan yang meninggal dunia 158 ribu
jiwa, sedangkan di kota depok angka kejadian covid-19 sampai tanggal 10 Oktober 2022
di dapatkan yang terkonfirmasi sebanyak 180.286 jiwa (Dinkes, 2022). Untuk mencegah
terjadinya penularan ini pemerintah menghimbau masyarakat menjaga jarak, mencuci
tangan dan menggunakan masker. Tetapi masih banyak masyarakat yang belum mematuhi
himbauan dari pemerintah, dengan adanya latar belakang di atas maka peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian “apakah ada Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan dan Motivasi Masyarakat Dengan Tingkat Kepatuhan Bermasker Di Luar
Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak
Jakarta Selatan”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Motivasi Masyarakat
Dengan Tingkat Kepatuhan Bermasker Di Luar Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuendi tingkat pendidikan, Pengetahuan dan motivasi
masyarakat Di RT 14 RW 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan.
b. Mengetahui distribusi kepatuhan bermasker di luar rumah pada masa pandemi
covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan.
c. Mengetahui hubungan tingkat pendidkan, Pengetahuan dan Motivasi masyarakat
dengan tingkat kepuasan bermasker di luar rumah pada masa pademi covid-19 Di
Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan masukan dalam mengetahui
pencegahan penyakit Covid-19 bagi masyarakat, pemerintah, dan instansi
kesehatan.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi
peneliti selanjutnya sekaligus sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan masyarakat mengenai penggunaan masker sebagai upaya pencegahan
Covid-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Terkiat
1. Konsep Covid-19
a. Pengertian Covid-19
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2)
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini
disebut Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory
syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona
adalah jenis baru dari corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang
siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui
(Handayani, 2020). Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan(Kemenkes, 2020).
b. Manifestasi Klinis
Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid-19, diantaranya yaitu demam, batuk
kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala (Lapostolle dkk, 2020).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk (2020), gejala klinis yang
paling sering terjadi pada pasien Covid-19 yaitu demam (98%), batuk (76%), dan
myalgia atau kelemahan (44%). Gejala lain yang terdapat pada pasien, namun tidak
begitu sering ditemukan yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk darah
5%, dan diare 3%, sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami dispnea (Huang,
2020).
Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh Kumar dkk
(2020). Sakit abdominal merupakan indikator keparahan pasien dengan infeksi Covid-
19. Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit abdominal, 7,8% pasien mengalami diare,
5,6% pasien mengalami mual dan/atau muntah. Computerised Tomographytoraks (CT
taraks) pada pasien dengan Covid-19 pada umumnya memperlihatkan opasifikasi
ground-glass dengan atau tanpa gabungan abnormalitas. CT toraks mengalami
abnormalitas bilateral, distribusi perifer, dan melibatkan lobus bawah. Penebalan
pleural, efusi pleura, dan limfadenopati merupakan penemuan yang jarang didapatkan
(Gennaro dkk, 2020).
Individu yang terinfeksi namun tanpa gejala dapat menjadi sumber penularan SARS-
CoV-2 dan beberapa diantaranya mengalami progres yang cepat, bahkan dapat berakhir
pada ARDS dengan case fatality rate tinggi (Meng dkk, 2020). Penelitian yang
dilakukan oleh Meng dkk tahun 2020 menunjukkan bahwa dari 58 pasien tanpa gejala
yang dites positif Covid-19 pada saat masuk RS, seluruhnya memiliki gambaran CT-
Scan toraks abnormal. Penemuan tersebut berupa gambaran opasitas ground-glass
dengan distribusi perifer, lokasi unilateral, dan paling sering mengenai dua lobus paru.
Setelah follow up dalam jangka waktu singkat, 27,6% pasien yang sebelumnya
asimptomatik mulai menunjukkan gejala berupa demam, batuk, dan fatigue.
c. Etiologi
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Terdapat dua jenis corona virus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus
corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia
dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan
Covid-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes RI, 2020).
d. Pencegahan
Menurut (Perry, 2012)pencegahan dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer memiliki perlindungan khusus terhadap penyakit untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit. Pencegahan primer merupakan usaha agar
masyarakat yang berada dalam stage of optimum health tidak jatuh pada stage yang
lebih buruk. Pencegahan primer melibatkan tindakan yang diambil sebelum
terjadinya masalahkesehatan dan mencakup aspek promosi kesehatan. Dalam aspek
promosi kesehatan pencegahan primer berfokus pada peningkatan kesehatan secara
keseluruhan baik individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berkaitan dengan upaya pendidikan atau edukasi yang
terorganisir dan digunakan untuk mempromosikan kesimpulan kasus individu yang
menderita penyakit sehingga intervensi dapat segera dilakukan. Pada pencegahan
sekunder menekankan upaya penemuan kasus secara dini dan pengobatan yang
tepat. Pencegahan sekunder dilakukan mulai pada fase patogenesis (masa inkubasi)
yang dimulai saat bibit penyakit masuk kedalam tubuh sampai saat timbulnya gejala
penyakit dan gangguan kesehatan. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat dapat
menghambat proses perjalanan penyakit sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan penyakit.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier diarahkan untuk meminimalisir operasi residual dari penyakit
dan membantu klien belajar hidup secara produktif dengan keterbatasan.
Pencegahan tersier merupakan usaha pencegahan terhadap masn yarakat yang telah
sembuh dari sakit serta mengalami kecacatan seperti pendidikan kesehatan lanjutan,
terapi kerja (work therapy), penyadaran masyarakat, lembaga rehabilitasi dan
partisipasi masyarakat. Kegiatan rehabilitasi untuk mengurangi ketidakmampuan
dan meningkatkan efisiensi hidup penderita.
Pencegahan covid-19 dapat dilakukan dengan melakukan beberapa langkah pencegahan
sebagai berikut :
1) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, atau cairan antiseptik
berbahan dasar alkohol dapat membunuh virus.
2) Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang batuk atau bersin agar terhindar
dari percikan yang keluar dari mulut atau hidung orang yang terkena covid-19.
3) Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut karena tangan yang menyentuh
berbagai permukaan benda dan virus penyakit ini dapat menempel pada tangan.
Tangan yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung atau mulut
yang dapat menjadi titik masuknya virus ini ke tubuh sehingga menjadi sakit.
4) Melakukan etika batuk dan bersin dengan cara mneutup mulut dan hidung dengan
siku terlipat atau tisu saat batuk atau bersin dan segera buang tisu bekas tersebut.
Dengan mengikuti etika batuk dan bersin dapat melindungi orang-orang disekitar
dari virus-virus seperti batuk pilek, flu, dan covid-19.
5) Tetap tinggal di rumah jika merasa kurang sehat. Jika merasa demam, batuk, dan
kesulitan bernapas, segera cari pertolongan medis dan tetap memberitahukan
kondisi anda terlebih dahulu. Ikuti arahan dinas kesehatan setempat. Kementrian
kesehatan dan dinas kesehatan daerah akan memiliki informasi terbaru tentang
situasi di wilayah tersebut. Dengan memberitahukan kondisi anda terlebih dahulu
petugas kesehatan yang akan merawat dapat segera mengarahkan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang tepat. Langkah ini juga melindungi anda dan membantu
mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya.
6) Tetap ikuti informasi terbaru tentang covid-19. Jika memungkinkan hindari
berpergian ke tempat-tempat tersebut terutama jika anda sudah berusia lanjut,
memiliki penyakit diabetes, penyakit jantung atau paru-paru karena memiliki resiko
penularan lebih tinggi
e. Penularan
Penyebaran Covid-19 atau Corona virus disease bisa melalui dua cara yaitu melalui
kontak dan droplet serta melalui transmisi formit atau permukaan benda yang
terkontaminasi virus:
1) Melalui Kontak dan Droplet
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung maupun kontak
tidak langsung. Kontak langsung bisa terjadi jika kita melakukan kontak erat
dengan orang yang terinfeksi, bisa melalui sekresi seperti air liur, sekresi saluran
pernapasan seperti batuk, bersin, dan berbicara. Sedangkan kontak tidak langsung
dapat terjadi jika kita tidak sengaja menyentuh benda disekitar yang telah
terkontaminasi virus. Transmisi droplet dapat terjadi jika kita berada dalam jarak
kurang dari 1meter dengan orang yang terinfeksi atau orang yang memiliki gejala
batuk dan bersin, droplet ini dapat mencapai mulut, hidung, dan mata orang yang
rentan dan terinfeksi (WHO, 2020).
2) Transmisi Formit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi
dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan
yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS- CoV-2 yang hidup dan terdeteksi
melalui RTPCR dapat ditemui di permukaan-permukaan tersebut selama berjam-
jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan sekitarnya (termasuk suhu dan
kelembapan) dan jenis permukaan (WHO, 2020).

2. Konsep Kepatuhan
a. Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah.
Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2015). Menurut Notoatmodjo (2013)
kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati
peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan(Notoatmodjo,2013).
Menurut Kozier (2012) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat,
mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan
kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek
anjuran hingga mematuhi rencana. Menurut Safarino (dalam Tritiadi, 2012)
mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan (compliance atau adherence) sebagai:
“tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokternya atau oleh orang lain”.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Notoadmodjo (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:
1) Faktor Internal
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi karena proses
penginderaan yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2012)
b) Sikap
Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek merupakan manifestasi dan dapat
mendeskripsikan perasaan seseorang terhadap objek tersebut. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama maupun pengaruh faktor emosional
(Notoatmodjo, 2012)
c) Kemampuan
Kemampuan merupakan bakat seseorang untuk melakukan tugas fisik maupun
mental. Kemampuan seseorang pada umumnya bersifat stabil kemampuan
individu berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan, perilaku, tanggung
jawab, pendidikan dan memiliki hubungan erat dengan kinerja pekejaan
(Notoatmodjo, 2012).
d) Motivasi
Motivasi merupakan karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk kedalam faktor
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menyebabkan, menyalurkan, dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Dengan
demikian motivasi mempunyai 3 aspek, yaitu keadaan terdorong dalam diri
organisme yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, perilaku timbul dan
terarah karena keadaan ini, goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut
(Nursalam, 2016).
e) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan, karena
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh pada pola
pikir dan daya serap saat menerima informasi (Nursalam, 2016)
2) Faktor Eksternal
a) Karakteristik Organisasi
Kedaan dari organisasi dan struktur organisasi ditentukan oleh filosofi dari
manajer organisasi tersebut. Keadaan organisasi dan struktur organisasi dapat
memotivasi perawat untuk berpartisipasi pada tingkatan yang konsisten sesuai
dengan tujuan (Swansburg, 2012).
Ivanceivich (2014), berpendapat bahwa karakteristik organisasi meliputi
komitmen organisasi dan hubungan kerja antara pekerja dengan supervisor
yang akan mempengaruhi kepuasan terhadap individu.
b) Karakteristik Kelompok
Kelompok merupakan unit komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang memiliki suatau kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar
anggota yang tinggi (Rusmana, 2012). Karakteristik kelompok adalah: adanya
interaksi, adanya struktur, kebersamaan, adanya tujuan, ada suasana
kelompok, dan adanya dinamika interdependensi. Anggota kelompok
melakukan peran tugas, peran pembentukan, pemeliharaan kelompok, dan
peran individu. Anggota melaksanakan hal-hal ini melalui hubungan
interpersonal. Tekanan dari kelompok sangat berpengaruh terhadap hubungan
interpersonal dan tingkat kepatuhan individu karena individu terpaksa
mangalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya
individu tersebut tidak menyetujuinya (Rusmana, 2012).
c) Karakteristik Pekerjaan
Menurut Swansburg (2012), karakteristik pekerjaan akan memberikan
motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih giat dan menumbuhkan semangat
kerja yang lebih produktif karena karakteristik pekerjaan merupakan proses
membuat akan lebih berarti, menarik dan menantang sehingga dapat mencegah
seseorang dari kebosanan. Karakteristik pekerjaan memiliki sifat yang berbeda
antara pekerjaan satu dengan pekerjaan yang lainnya yang brsifat khusus dan
merupakan inti pekerjaan yang berisikan sifat- sifat tugas yang ada
didalamnya.
d) Karakteristik Lingkungan
Perawat harus mampu bekerja dalam lingkungan yang terbatas dan
berinteraksi secara langsung dengan staf lain, pengunjung, dan tenaga
kesehatan lain. Kondisi ini yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan
motivasi terhadap pekerjaannya, menyebabkan stress, dan kepenatan
(Swansburg, 2012).
3. Konsep Pendidikan
a. Pengertian
Menurut Melmambessy Moses pendidikan adalah proses pengalihan pengetahuan
secara sistematis dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang telah
ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer pengetahuan tersebut diharapkan
dapat merubah sikap tingkah laku, kedewasaan berpikir dan kedewasaan kepribadian
ke dalam pendidikan formal dan pendidikan informal (Moses, 2012)
Menurut Teguh Triwiyanto, pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam
manusia sebagai upaya memberikan pengalaman- pengalaman belajar terprogram
dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar
sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-
kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara
tepat (Triyanto, 2014).
b. Fungsi Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di
kemukakan bahwa fungsi pendidikan yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi:
1) Menyiapkan sebagai manusia
2) Menyiapkan tenaga kerja, dan
3) Menyiapkan warga negara yang baik
Dituliskan dalam fungsi pendidikan adalah menyiapkan tenaga kerja. Hal ini dapat
dimengerti, bahwasanya melalui pendidikan dapat mengembangkan kemampuan
karyawan, sehingga dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mengemban
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk mencapai fungsi tersebut,
pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan
jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal).
c. Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan dari pendidikan menurut Triyanti (2014) adalah :
1) Tujuan umun pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia pancasila
2) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan
tertentu untuk mencapainya
3) Tujuan kurikuler yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran
4) Tujuan instruksional yaitu tujuan materi kurikulum yang berupa bidang
studi terdiri dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan, terdiri atas tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
d. Jalur Pendidikan
alur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Menurut Teguh Triwiyanto (2012) jalur pendidikan yaitu:
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan
kepribadian professional. Pendidikan nonformal meliputi meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikannya diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
4. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior
(Donsu, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca
indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan persepsi terhadap
objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran
dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besarnyadibagi 6 tingkat, yakni : (Notoatmodjo, 2014)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehensif)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2014). Menurut Nurhasim (2013) Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan
untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif,
misalnya pertanyaan pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan
menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk
jawaban salah. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang
diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase kemudian
digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup
(56-75%) dan kurang (<55%). (Arikunto, 2013).

5. Konsep Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Menurut Herjulianti (2012) Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau
rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan atau aktivitas (Herjulianti, 2012)
Menurut Uno (2016) Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat
diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkat laku tertentu. Motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam motivasi terdapat
dua unsur utama yaitu kebutuhan dan unsur tujuan yang saling berinteraksi didalam
tubuh manusia. Proses interaksi kedua unsur tersebut dapat dipengaruhi oleh hal-hal
lain yang berada diluar manusia. Secara umum motivasi dibedakan atas 2 macam yaitu:
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu yaitu
semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri tanpa harus menunggu
rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang
bersifat konstan dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau
dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bermacam-macam
sesuai dengan karateristik seseorang. Pendidikan dan latar belakang orang
bersangkutan kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh
lingkungan, fasilitas dan orang yang mengawasi karena kesadaran dari
dalam diri individu belum tumbuh (Bachtiar, 2012)
Motivasi mempunyai sub variable yaitu motif, harapan dan insentif. Terdapat tiga unsur
yang merupakan kunci dari motivasi yaitu (1) motif, (2) harapan, (3) insentif.
1) Motif Motif (motif)
Adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja
seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai 2) Harapan
Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena
perilaku untuk tercapainya tujuan
2) Insentif
Insentif (insentve) yaitu memotivasi dengan memberikan hadiah kepada mereka
yang berprestasi diatas prestasi standar. Semangat kerja akan meningkat karena
umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. Atas dasar terbentuknya
motif terdapat dua motif yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif
bawaan misalnya makan, minum, dan seksual. Motif yang dipelajari adalah motif
yang timbul karena kedudukan atau jabatan. Berdasarkan sumber yang
menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua yakni motif intrinsik dan ekstrinsik.
Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang
telah ada dalam diri individu sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motif
ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya timbul
karena melihat manfaat (Uno, 2016)
3) Asas Motivasi
Dari berbagai teori motivasi yang dikemukakan oleh parah ahli, terdapat berbagai
teori motivasi yang bertitik tolak pada dorongan yang berbeda satu sama lain. Ada
teori yang bertitik tolak pada asas kebutuhan. Menurut asas kebutuhan saat ini
banyak diminati (Uno, 2016)
Motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need) yang menyebabkan seseorang
berusaha untuk dapat memenuhinya. Ini merupakan proses psikologi yang dapat
menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada suatu
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur.
Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1) keinginan yang hendak
dipenuhinya: (2) tingkah laku; (3) tujuan; (4) umpan balik.
b. Fungsi Motivasi
Nurhasim (2013) mengatakan mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah:
1) Sebagai motor penggerak bagi manusia
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita
3) Mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan,
dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus
ditempuh
4) Menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan mana yang harus
dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
c. Pengukuran Motivasi
Motivasi adalah sebuah konsep psikologis yang intangible atau tidak kasat mata.
Artinya tidak dapat melihat motivasi secara langsung. Hanya dapat diketahuai dengan
menyimpulkan perilaku, perasaan dan perkataan seseorang ketika ingin mencapai
tujuan.
Adapun cara untuk mengukur motivasi yaitu:
1) Tes proyeksi
Apa yang dikatakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri. Untuk
memahami apa yang dipikrkan, maka perlu diberi stimulus yang harus
diinterpretasikan. Dalam tes tersebut klien diberi gambaran dan diminta untuk
membuat cerita dari gambar tersebut.
2) Kuesioner
Melalui kuesioner dengan cara meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Pertanyaan atau
pernyataan berisi hal positif dan hal negatif. Pertanyaan atau pernyataan positif
(favorable) berisikan pertanyaan atau pernyataan yang mendukung atau memihak
pada objek. Sedangkan pertayaan atau pernyataan negatif (unfavorable) berisikan
pertanyaan atau pernyataan yang tidak mendukung atau tidak memihak
pada objek.
Secara teknis pertanyaan atau pernyataan motivasi diberi skor sebagai berikut :
1) Peryataan favorable
a) Sangat setuju diberi skor 5
b) Setuju diberi skor 4
c) Tidak tahu diberi skor 3
d) Kurang setuju diberi skor 2
e) angat tidak setuju diberi skor 1
2) Pernyataan unfavorable
a) Sangat setuju diberi skor 1
b) Setuju diberi skor 2
c) Tidak tahu diberi skor 3
d) Kurang setuju diberi skor 4
e) Sangat tidak setuju diberi skor 5
3) Observasi
Membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan
motivasinya. Perilaku yang diobservasi adalah apakah klien menggunakan umpan
balik yang diberikan, mengambil keputusan yang beresiko dan mementingkan
kualitas dari pada kuantitas kerja.

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian Sutriyawan dkk (2022) dengan judul Memakai Masker, Mencuci Tangan
Dan Menjaga Jarak Sebagai Pencegahan Penularan Covid-19, hasil yang didapatkan
Faktor yang berperngaruh adalah pengetahuan (0,000), sikap (0,000), motivasi
(0,004), peran tokoh masyarakat (0,040), dan ketersediaan tempat cuci tangan (0,030).
2. Penelitian Willytama dkk (2021) dengan judul Hubungan Motivasi Dengan
Kepatuhan Masyarakat Dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Di Era Pandemi
Covid-19 Di Dusun Tambakrejo Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten
Mojokerto, hasil yang didapatka uji Spearman Rho menunjukkan nilai pvalue=0,000
dengan coefficient correlation 0,614 dengan sehingga ada hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di era pandemi
COVID-19 siswa di Dusun Tambakrejo Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar
Kabupaten Mojokerto dimana semakin tinggi motivasi maka semakin rendah
kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di era pandemi COVID-
19.
3. Mariska dkk (2022) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19
Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Pada Masyarakat Pengunjung Pasar Sei
Sikambing Medan, dengan hasil Uji statistik chi-square nilai p 0,045 < 0,05 (OR
11,799, CI 95% 15,701-24,417), artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan
COVID-19 dengan kepatuhan penggunaan maske.
4. Penelitian Suhartiningsih dkk (2021) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Perilaku Penggunaan Masker Dalam Usaha Pencegahan Covid-19 Pada
Masyarakat Kecamatan Gunung Putri, dengan hasil uji bivariat dari variabel bebas
dan terikat yakni variabel sikap masyarakat (p = 0,004) memiliki hubungan dengan
perilaku penggunaan masker sedangkan pengetahuan (p = 0,340) tidak memiliki
hubungan dengan perilaku penggunaan masker. Hasil analisis bivariat penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
penggunaan masker dalam usaha pencegahan COVID-19 pada masyarakat Kecamatan
Gunung Putri tahun 2020.
5. Penelitian Opeska dkk (2021) dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Budaya Hukum Terhadap Kepatuhan Hukum Warga Jambi Dalam Menerapkan
Protokol kesehatan Covid-19, dengan hasil dilihat dari dasar pengambilan keputusan
dari nilai p-value<sig alpha (α = 5%) yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti variabel
independen memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
C. Kerangka Konsep

Covid-19 Kepatuhan

Penularan : Pencegahan: Faktor-faktor


a. Melalui kontak dan a. Memakai masker kepatuhan:
dorplet b. Menjaga jarak
b. Transmisi Formit c. Mencuci tangan
d. Menghindari
kerumunan

Faktor internal: Faktor ekternal:


Sikap karakteristik kelompok
Pengetahuan karakteristik organisasi
Pendidikan karakteristik
Kemampuan lingkungan
motivasi karakteristik pekerjaan

Skema 2.1
Kerangka Teori

Sumber: (WHO (2020), Kemenkes (2020), Notoadmodjo (2012))


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi yang berbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang
khusus. Oleh, karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur. Konsep hanya dapat di amati melalui konstruk atau yang lebih
dikenal dengan nama variabel. Variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan
nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi
(Notoatmodjo,2018).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahuai hubungan Hubungan Tingkat Pendidikan,


Pengetahuan Dan Motivasi Masyarakat Dengan Tingkat Kepatuhah Bermasker di Luar
Rumah Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec.
Cilandak Jakarta Selatan. Adapun variabel independenya adalah tingkat pendidikan,
pengetahuan dan motivasi sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan bermasker di
luar rumah. Digambarkan dengan kerangka konsep dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pendidikan

Kepatuhan Bermasker
Pengetahuan di Luar Rumah

Motivasi

Skema 3.1
Kerangka Konsep

B. Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan
melalui penelitian. Hipotesa ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehubungan
dengan maslah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Variabel dalam penelitian ini yaitu
variabel independen tingkat pendidikan, pengetahuan dan motivasi dan variabel
dependen kepatuhan bermasker diluar rumah.

Hipotesi terbagi menjadi 2 yaitu:


1. Hipotesis Kerja (Ha) adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat
ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala mencul (Notoadmodjo,
2018)
2. Hopotesis Nol atau hipotesis Statistik
Hipotesis nol yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistik Fisher, dirumuskan
untuk ditolak sesudah pengujian, dengan kata lain hipotesis nol dibuat untuk
menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna
antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang dipermasalahkan
(Notoadmodjo, 2018)
Hopotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Motivasi Masyarakat


Dengan Tingkat Kepatuhah Bermasker di Luar Rumah Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta Selatan
H0 : Tidak ada Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Motivasi
Masyarakat Dengan Tingkat Kepatuhah Bermasker di Luar Rumah Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Rt 14 Rw 01, Kel. Pondok Labu, Kec. Cilandak Jakarta
Selatan
C. Defenisi Opersional
N Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skal
o opersional a
ukur
1 Indenpende pembelajaran Responden Kuesioner Hasil Nominal
. n pengetahuan, mengisi yang terdiri dikategorikan
Tingkat keterampilan, kuesioner dari 1 menjadi:
1= SD
Pendidikan dan tingkat pertanyaan
2= SMP
kebiasaan pendidikan dengan 3= SMA
sekelompok metode 4= Perguruan
orang yang ceklis Tinggi
diturunkan
dari satu
generasi ke
generasi
berikutnya
. Pengetahuan Informasi Responden Kuesioner hasil skor Ordinal
atau mengisi pengisian
maklumat kuesioner Terdiri dari kusioner
yang pengetahua 6
diketahui atau n pernyataan
disadari oleh dengan
seseorang. skala likert

Motivasi proses yang Responden Kuesinoer Hasil pengisian Ordinal


menjelaskan mengisi terdiri dari kusioner
intensitas, kuesioner 17
arah, dan motivasi pertanyaan
ketekunan dengan skla
seorang likert
individu
dalam
mencapai
tujuannya
2 Variabel Mengikuti Responden Kuesioner Hasil pengisisn Ordinal
Dependen suatu standar mengisi terdiri dari kuesioner
Kepatuhan dan hukum kueisoner 15
yang sudah kepatuhan pertanyaan
di atur dengan
dengan jelas skala likert
DAFTAR PUSTAKA

Adityo Susilo, C, dkk (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia. Vol.7 No.1 Maret 2020.

Andrews, J. L., Foulkes, L., & Blakemore, S. J. (2020). Peer Influence in Adolescence:
Public-Health Implications for COVID-19. Trends in Cognitive Sciences, 24(8), 585–
587.

Barbara, Kozier dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Situasi Terkini Perkembangan Corona


virus Disease 19. Diakses tanggal 09 Oktober 2022. Pada
https://www.kemkes.go.id/index.php

Mariska Tiwi, Yussria anna. 2022. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19
Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Pada Masyarakat Pengunjung Pasar Sei
Sikambing Medan. Medan: FK Ibnu Nafis. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2022 di
https://jurnal.fk.uisu.ac.id/index.php/ibnunafis

Pratiwi Duwi. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Masyarakat
Dengan Kepatuhan Melakukan Protokol Kesehatan: Menggunakan Masker di Era
Kebiasaan Baru covid-19. Madura: STIKes Ngudia Husada. Diakses pada tanggal 09
Oktober 2022 di

http://repository.stikesnhm.ac.id
Smithsonian Science For Global Goals. Covid-19 (Bagaimana Saya Melindungi Diri Saya
Sendiri Dari Orang Lain?). Smithsonian Science Education Center. 2020.

World Health Organization (2020) ‘Advice on the use of masks in the context of COVID-19’,
Who, (April), pp. 1–5. Available at: https://www.who.int/publications-.

World Health Organization (2020) ‘WHO updated guidance on the use of masks’, (30).

Anda mungkin juga menyukai