Anda di halaman 1dari 40

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN KESIAPAN MENGHADAPI PEMBELAJARAN LURING


DENGAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KLATEN

Proposal
Diajukan sebagai persyaratan melakukan penelitian

Oleh

Novi Yuliani
NIM. 1801035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2022

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Covid-19 (coronavirus disease 2019) adalah nama yang diberikan untuk
penyakit ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Infeksi pertama terjadi di China dan
menyebar dengan sangat cepat dan luas sehingga mengakibatkan pandemi global yang
berlanjut hingga saat ini. Diketahui bahwa virus ini awalnya berasal dari kelelawar
yang akhirnya menular ke manusia dan antar manusia (Burhan et al., 2020) Senin, 2
Maret 2020, dua kasus pertama virus corona di Indonesia (Ihsanuddin, 2020) Sejak itu,
jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Indonesia terus bertambah setiap harinya.
Dalam PP Nomor 21 Pasal 4 Ayat 1 Tahun 2020 disebutkan bahwa bentuk PSBB
meliputi hari libur sekolah dan kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan
kegiatan di tempat dan fasilitas umum. Munculnya PP ini merupakan awal dari
perubahan perilaku setiap warga negara di berbagai bidang, termasuk pendidikan.
Perubahan pendidikan dapat dilihat secara detail dalam pendapat yang disampaikan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud, 2020)
Kasus Covid-19 sejauh ini telah menyebar ke 226 negara di seluruh dunia. Di
seluruh dunia, per 2 Desember 2021, ada 262.866.050 kasus positif terkonfirmasi dan
5.224.519 kematian akibat Covid-19 (WHO, 2021). Indonesia merupakan salah satu
negara yang terkena virus Covid-19 dan menempati peringkat ke-20 dunia. Pada 2
Desember 2021,(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021) mencatat 4.256.998
kasus positif Covid-19 di Indonesia, sembuh 4.105.352 dan meninggal 143.850. Di
Jawa Tengah terdapat 486.405 kasus terkonfirmasi Covid-19, 454.833 kasus sembuh,
dan 30.224 meninggal dunia. 4, 2021 (Dinkes, 2021)
Wabah penyakit coronavirus (COVID-19) telah dinyatakan sebagai darurat
kesehatan masyarakat yang telah melanda dunia, dan virus tersebut kini menyebar ke
berbagai negara dan wilayah (WHO, 2021). Covid-19 dapat mempengaruhi kesehatan
mental seseorang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Muyasaroh, 2020) tentang
jenis-jenis kecemasan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 menunjukkan
bahwa orang mengalami kecemasan umum, panik, sosial dan obsesi. Covid-19 tidak
hanya berdampak pada kesehatan Anda. Namun juga berdampak pada sektor ekonomi,
sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta berbagai sektor mulai dari budaya dan
3

pendidikan. Covid-19 berdampak besar pada sektor ekonomi Indonesia, mengurangi


pendapatan ekonomi negara, dan efek virus covid-19 telah menutup banyak
perusahaan, PT, CV bahkan pabrik. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya
pengangguran akibat pemecatan karyawan dari perusahaan yang tutup (Muyasaroh,
2020).
Dampak pada bidang sosial adalah berkurangnya aktivitas masyarakat yang
pulang-pergi setiap hari dan membicarakan masalah pekerjaan dengan teman. Dengan
adanya virus covid-19 ini, kamu harus berada di rumah untuk mencegah terpapar virus
covid-19. Dampak dari bidang kesehatan adalah adanya banyak rumah. Orang sakit
yang gagal merawat pasien yang terpapar virus covid-19, pasien yang terinfeksi
menjadi cemas, takut, bahkan depresi. Hal ini dikarenakan belum ada obat yang jelas
atau kesepian akibat isolasi, tidak ada kontak langsung dengan anggota keluarga,
banyak petugas kesehatan yang tertular, banyak yang meninggal, dan takut terkena
virus. Rumah Sakit. Dampak terhadap dunia pendidikan dimulai dari jenjang
pendidikan. Mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Di
Indonesia sendiri, pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk mengatasi
mewabahnya virus ini dan menerapkannya secara efektif dan efisien (Muyasaroh,
2020)
Meluasnya penyebaran covid-19 memaksa para mahasiswa untuk melakukan
pembelajaran secara online. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang paling
terdampak dari pandemi Covid-19. Per 17 April 2020, UNESCO (2020) menyatakan
bahwa pandemi Covid-19 telah menghalangi 91,3% atau sekitar 1,5 miliar siswa di
seluruh dunia untuk bersekolah. Dalam jumlah ini, Indonesia memiliki 45 juta siswa,
atau 3% dari total. Populasi siswa yang terpengaruh. Dampak Global (Kantor Pusat
Statistik, 2020). Pemerintah telah menutup sekolah dan memaksa siswa untuk
mendorong pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran online di rumah. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan tersebut pada 17 Maret 2020.
Singkatnya, Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 berisi kebijakan
pembelajaran online dan kebijakan baru terkait Work From Home (BDR). Cegah
penyebaran Covid-19. Perguruan tinggi didorong untuk menyelenggarakan
telecommuting (WfH) dan mahasiswa didorong untuk bekerja dari rumah (work from
home (SfH).
4

Pembelajaran online adalah pembelajaran tanpa tatap muka antara dosen dan
mahasiswa, melainkan pembelajaran online. Pembelajaran dilakukan melalui
konferensi video, e-learning, atau pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran online
merupakan hal baru baik bagi mahasiswa maupun dosen, sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk beradaptasi. Proses belajar online selama kurang lebih satu
tahun biasanya dari SD dan SMP, SMA dan perguruan tinggi. Dosen perlu melakukan
inovasi dalam perkuliahan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi untuk
perkuliahan. Beberapa dosen sudah melakukan perkuliahan melalui media online
seperti Whatsapp, Google Meet, Google Forms, dan Zoom sejak pembelajaran
dilakukan di rumah. Inovasi pendidikan juga mencakup berbagai cara dosen dapat
menyampaikan pengetahuan kepada mahasiswanya. Salah satunya menggunakan grup
Whatsapp. Dalam kelompok ini, dosen membuat power poin pembelajaran terlebih
dahulu dan mengirimkannya ke kelompok untuk diamati mahasiswa (Hakiman, 2020).
Pandemi Covid-19 belum berakhir, tetapi kehidupan harus terus berlanjut.
Tentunya kita ingin kembali bekerja, belajar dan beribadah serta
bersosialisasi/bertindak agar bisa produktif di era pandemi ini. Kegagalan untuk
melakukan ini cepat atau lambat akan mempengaruhi berbagai sektor, termasuk
pertumbuhan sosial, budaya dan ekonomi yang melambat, industri yang tidak berfungsi
dan hilangnya pendapatan masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus mulai beradaptasi
dengan gaya hidup baru, atau yang dikenal dengan “new normal life”. New normal
adalah perubahan perilaku untuk melanjutkan aktivitas normal dengan menambahkan
protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Kenormalan baru ini hanya
melanjutkan kebiasaan yang dilakukan selama karantina wilayah atau pembatasan
sosial besar (PSBB). Dengan berlakunya New Normal, dengan tetap mematuhi
undang-undang kesehatan yang ditetapkan pemerintah, kita menggunakan masker saat
keluar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan memulai aktivitas di luar
rumah dengan tetap menjaga jarak. Hindari kerumunan untuk mencegah infeksi virus
corona. Sejak merebaknya Covid-19, sebagian besar kegiatan dilakukan secara online
untuk mencegah penularan. Misalnya, kegiatan konferensi yang diadakan bersama
dalam satu ruangan dan saat ini menggunakan aplikasi Zoom, serta kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Suka atau tidak suka, penerapan reguler yang baru akan
membawa Anda kembali ke sekolah menggunakan protokol kesehatan dan keselamatan
yang menjamin infeksi virus, serta mahasiswa (Ramidah, 2020)
5

Wabah Covid-19 memaksa siswa untuk berani belajar (Azzahra, 2020), ketika
melakukan pembelajaran selama pandemi COVID-19, termasuk kurangnya akses
internet dan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Dijelaskan
banyak kendala. Memprediksi kemunduran pendidikan di Indonesia sangat-sangat
diperlukan untuk inovasi pembelajaran baru. Setelah tinggal di pandemi Covid-19
selama dua tahun, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengubah proses
pembelajaran menjadi proses pembelajaran yang menarik pada tahun 2021. SKB yang
disepakati keempat menteri di atas memiliki pedoman pelaksanaan pembelajaran
offline. Kegiatan off-line yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran offline adalah
pembelajaran “di luar jaringan” tanpa menggunakan jaringan internet atau dengan
melaksanakan pembelajaran tatap muka langsung antara guru dan siswa sesuai dengan
protokol kesehatan (Malyana, 2020)
Luring merupakan singkatan dari “Luar Jaringan” yang sedang trending
digunakan untuk kata offline. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “luring adalah
kegiatan yang dilakukan tanpa menggunakan Internet adalah jaringan privasi yang
terhubung menggunakan protokol internet TPC / IP dengan tujuan untuk” Untuk
memutus rantai penularan Covid-19, penyelenggaraan pembelajaran luring harus
menerapkan protokol kesehatan seperti menerapkan physical distancing, menggunakan
masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer.
Kesiapan atau readiness diartikan sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang
untuk berbuat sesuatu (Sahara, 2018). Menurut Muryati (2021) kesiapan merupakan
kemampuan fisik atau mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki
dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Belajar adalah proses perubahan
perilaku melalui latihan atau praktek (Rusman, 2017). Kesiapan belajar merupakan
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau
jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi. Penyesuian kondisi pada suatu saat
akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Faktor-faktor
kesiapan belajar merupakan hal yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil
belajar. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran luring di masa yang akan datang,
faktor-faktor kesiapan tersebut perlu diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan
pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar antara lain yaitu
kesiapan fisik, kesiapan psikis, dan kesiapan materiil. Berbagai faktor kesiapan bisa
6

berasal dari murid atau peserta didik, pengajar, serta institusi pendidikan yang
digunakan sebagai tempat belajar (Djamarah dalam Juwita, 2018).
Kersiapan fisik adalah kemampuan fisik untuk menerima reaksi atau jawaban
dalam belajar. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, mahasiswa dalam keadaan
segar untuk belajar. Persiapan fisik erat kaitannya dengan kesehatan dan
mempengaruhi hasil belajar dan adaptasi sosial. Mahasiswa dalam kesehatan yang
buruk tidak memiliki energi yang cukup untuk belajar. Persiapan fisik tubuh memang
sehat, namun terlepas dari gangguan, kondisi tubuh tidak lesu. Jika mahasiswa
memiliki tubuh yang tidak sakit maka akan lebih mudah untuk belajar. Kesiapan
psikologis mahasiswa dalam pembelajaran menunjukkan bagaimana kesiapan mental
mahasiswa dalam melakukan kegiatan perkuliahan. Kesiapan psikologis berarti
mahasiswa memiliki kemampuan psikologis untuk menerima jawaban atau tanggapan
dalam perkuliahan, seperti motivasi belajar, konsentrasi, kepuasan, keinginan belajar,
perhatian, dan kesadaran belajar. Kersiapan psikologis memberikan kontribusi penting
bagi mahasiswa ketika belajar di kampus dan memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari mata kuliah yang disajikan dengan mudah dan efektif (Jumasrin, 2019).
Kesiapan materi berarti mahasiswa memiliki kemampuan materi dalam perkuliahan.
Kesiapan materi meliputi materi yang sedang anda pelajari atau kerjakan berupa buku
bacaan, catatan, dan perlengkapan yang di perlukan saat pembelajaran berlangsung.
Didukung dengan berbagai perangkat yang membantu mahasiswa dalam proses
perkuliahan (Jumasrin, 2019).
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap berbagai kejadian dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan salah satu sistem peringatan dini yang
harus disiapkan oleh manusia terhadap bahaya dan ancaman yang datang (respons
terhadap ancaman tersebut berupa musuh (pertarungan), terbang (flying), atau diam
(freezing). Selain itu, ia menjelaskan bahwa kecemasan yang menjadi berlebihan di
luar kendali dan tiba-tiba muncul menyebabkan gangguan kecemasan (Canadian
Mental Helath Association., 2015) Penyebab kecemasan adalah usia, jenis kelamin,
pendidikan, Coping, status kesehatan, yang dapat juga disebabkan oleh lima faktor
dalam mekanismenya. Setiap tingkat Isaacin (Fadila, 2018), kecemasan, memiliki
karakteristik atau gejala yang berbeda. Gejala yang terjadi tergantung pada kedewasaan
individu, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping
yang digunakan (Stuart, 2017)
7

Kecemasna merupakan fenomena yang banyak dibahas dalam berbagai


literatur. Data (Nechita, D., Nechita, F. & Motorga, 2018) menunjukkan bahwa
prevalensi kecemasan di Eropa adalah 13,6%. Data lebih lanjut menunjukkan bahwa
perempuan lebih terpengaruh daripada laki-laki. Data tersebut juga menunjukkan
bahwa penduduk yang paling terkena dampak adalah kelompok usia 18-24 tahun. Data
ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berusia antara 18 dan 24 tahun termasuk
dalam kelompok yang umumnya rentan terhadap kecemasan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kecemasan berhubungan dengan kinerja siswa (Erzen, 2017) Hal
ini menunjukkan bahwa kecemasan menjadi terkait ketika kinerja siswa adalah ukuran
kualitas pendidikan dan kualitas bakat. Penelitian ekstensif tentang kecemasan siswa
telah menyebabkan semakin banyak bukti bahwa kecemasan dikaitkan dengan banyak
komponen penting lainnya yang dimiliki siswa, seperti koordinasi (Seskoadi, K. &
Ediati, 2018)
Beberapa kondisi psikologis yang dialami masyarakat adalah kecemasan saat
terinfeksi (Fitria, 2020). Menurut American Psychological Association (APA),
kecemasan adalah suatu kondisi emosional yang terjadi ketika seorang individu merasa
stres: ketegangan, pikiran cemas, dan reaksi fisik (Beaudreau, S. A., & O’Hara, 2016)
Kecemasan merupakan bentuk kecemasan akan kurangnya keberanian dan
ketidakpastian (Annisa, L. M., Suryani, & Mirwanti, 2018). Senada dengan itu, Sarrito
menjelaskan bahwa kecemasan adalah sebuah emosi. Perasaan takut tanpa tujuan yang
jelas dan alasan yang tidak jelas (Sarwono, 2012) Kecemasan ini juga dialami oleh
remaja (Gozali et al., 2018), karena pubertas masih merupakan usia yang labil. Dalam
menghadapi situasi yang tidak terduga (Tjukup et al., 2020)Emosi remaja dapat dengan
mudah terguncang, seperti kecemasan berlebihan dan ketakutan akan terinfeksi virus
ini (Dani & Mediantara, 2020)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25
Desember 2021 dari beberapa mahasiswa yang diwawancarai pengalaman belajar
sebelumnya, mereka mengatakan bahwa mengalami kesulitan dan takut dalam
menghadapi pembelajaran luring yang akan datang, karena mereka sudah terbiasa
dengan pembelajaran serba online, dari pengumpulan tugas dan praktikum pun juga
online. Selama pandemic ini mereka hanya mendapat teori saja, tanpa ada praktikum.
Jadi kemampuan dan ketrampilan dalam menghadapi pratikum secara langsung pun
masih kurang. Mereka juga merasa cemas karena pandemic covid belum berakhir dan
8

penurunan kasusnya belum stabil. Di samping itu juga saat ini mulai munculnya virus
covid varian baru. Jadi membuat mahasiswa semakin cemas, karena takut tertular.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan tingkat kecemasan
mahasiswa yang berlangsung di prodi ilmu keperawatan stikes muhammadiyah klaten.

B. Rumusan Masalah
Kesiapan belajar harus selalu ada dalam setiap pelajaran, Kesiapan
pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang konvesional, yang
berupaya untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik yang
mempertemukan Dosen dengan Mahasiswa dalam suatu ruangan untuk belajar yang
memiliki karakteristik yang terencana yang berorientasi pada tempat (place-based) dan
interaksi social. Setelah pandemic covid-19 ini hilang pemerintah memutuskan akan
melakukan pembelajaran tatap muka. Namun kemungkinan ada mahasiswa yang
mengalami kecemasan karena akan menghadapi pembelajaran tatap muka sedangkan
selama ini sudah terbyasa pembelajaran secara online, Gangguan kecemasan ini
merupakan salah satu gangguan mental yang akan berdampak besar pada kehidupan
penderitanya. Orang dengan gangguan ini menyatakan bahwa kecemasan mereka tidak
didasarkan pada sesuatu yang nyata, tetapi mereka merasa "terjebak" oleh pikiran dan
perasaan mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan pertanyaan peneliti
“apakah ada hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan tingkat
kecemasan mahasiswa stikes muhammadiyah klaten ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah hubungan kesiapan menghadapi
pembelajaran luring dengan tingkat kecemasan mahasiswa stikes muhammadiyah
klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin.
b. Untuk mendeskripsikan kesiapan menghadapi pembelajaran luring
c. Untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan mahasiswa
9

d. Untuk menganalisis hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring


dengan tingkat kecemasan mahasiswa

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
upaya pengembangan ilmu keperawatan dengan meningkatkan pelayanan khusus
pada mahasiswa yang mengalami kecemasan, menambah pengetahuan dan
wawasan tingkat kecemasan mahasiswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini di harapkan mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tentang cara mengelola kecemasan, agar tidak
mengalami cemas yang berlebihan.
b. Bagi Perawat
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan untuk meningkatkan upaya dalam promosi kesehatan dengan metode
penyuluhan kesehatan yang menarik dan menambah wawasan bagi mahasiswa
dalam mengelola kecemasan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya tentang pembelajaran luring dengan
tingkat kecemasan mahasiswa.
d. Bagi Stikes Muhammadiyah Klaten
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi
perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang tingkat tingkat kecemasan
dalam menghadapi pembelajaran luring.

E. Keaslian Penelitian
1. Shaleh & Anhusadar (2021) “Kesiapan Lembaga PAUD dalam Pembelajaran Tatap
Muka pada New Normal”
Penelitian ini bersifat analitik dan deskriptif dengan menggunakan data
kualitatif. Semua data dari survei ini diperoleh melalui serangkaian wawancara
10

mendalam dengan banyak informan. Untuk mengintegrasikan dan memperkaya


data yang diperoleh melalui wawancara, penulis juga melakukan observasi
langsung dan menelaah banyak dokumen yang berkaitan dengan inti masalah.
Informan dalam survei ini adalah kepala sekolah, guru dan orang tua KB Sultan
Qaimuddin Kendari dan KB Nurul Maghfirah Kendari. Informan untuk survei ini
diidentifikasi secara snowball sampling dan dilakukan dari November 2020 hingga
Januari 2021. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(Sugiyono, 2007).
Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang Hubungan Kesiapan
Menghadapi Pembelajaran Luring dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Klaten dengan Desain penelitian deskriptif korelasi, Teknik
pengambilan Sampel dengan metode total sampling dan teknik analisa data
menggunakan Analisis univariat dan Analisis bivariate dengan uji statistik Kendal
Tau
Perbedaan penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu terletak pada metode penelitian. Metode yang akan di lakukan pada
penelitian ini yaitu menggunakan metode kuantitatif sedangkan penelitian
sebelumnya kualitatif.
2. Manik (2021) “Kesiapan penerapan pembelajaran tatap muka (ptm) di masa new
normal pandemi covid-19”
Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat, dan dilaksanakan pada semester pertama tahun
2020/2021 dari bulan Februari hingga Maret 2021. Metode penelitian kualitatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus ini bertujuan
untuk memberikan gambaran secara rinci dan rinci tentang suatu lokasi, objek, atau
peristiwa tertentu (Sugiyono, 2013). Langkah-langkah analisis data dan metode
hasil penelitian ini dilakukan sebagai berikut: (B) Tampilan / tampilan data. (C)
Menarik kesimpulan/verifikasi (Arikunto, 2006). Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif terkait informan, informan, lokasi, kesiapan
sekolah dalam aplikasi pembelajaran tatap muka (PTM) dari acara, dan dokumen
dan arsip dari sekolah.
11

Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang Hubungan Kesiapan


Menghadapi Pembelajaran Luring dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa STIKES
Muhammadiyah Klaten dengan Desain penelitian deskriptif korelasi, Teknik
pengambilan Sampel dengan metode total sampling dan teknik analisa data
menggunakan Analisis univariat dan Analisis bivariate dengan uji statistik Kendal
Tau

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan


yaitu terletak pada metodenya. Penelitian sebelumnya menggunakan metode
kualitatif sedangkan yang akan dilakukan kuantitatif
3. Kurniawan (2021) “ Hubungan Sistem Pembelajaran Online dengan Tingkat
Kecemasan pada Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Klaten”
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekaten
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa ilmu keperawatan tingkat
IV STIKes Muhammadiyah Klaten. Responden penelitian sebanyak 40 responden
yang diperoleh dengan teknik total sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi
dalam penelitian. Instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa
data bivariat menggunakan uji kendall tau. Hasil penelitian responden terbanyak
berjenis kelamin perempuan (65.0%) dan rata-rata usia responden adalah 21.80
tahun. Hasil penelitian menunjukkan Mahasiswa mengalami belajar online sangat
baik (2.5%), belajar online baik (67.5%) dan cukup baik (30.0%), sedangkan
mahasiswa mengalami tingkat kecemasan ringan (92.5%) dan tingkat kecemasan
sedang (7.5%). Hasil uji kendall tau menunjukkan ada hubungan antara system
pembelajaran online dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa (p=0,008; r =
0,418). Kesimpulan system pembelajaran online memiliki hubungan dengan tingkat
kecemasan pada mahasiswa prodi ilmu keperawatan di Stikes Muhammadiyah
Klaten.
Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang Hubungan Kesiapan
Menghadapi Pembelajaran Luring dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Klaten dengan Desain penelitian deskriptif korelasi,
Teknik pengambilan Sampel dengan metode total sampling dan teknik analisa data
menggunakan Analisis univariat dan Analisis bivariate dengan uji statistik Kendal
Tau
12

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan


yaitu terletak pada variabel penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini system
pembelajaran daring dedangkan variabel bebas yang akan di lakukan kesiapan
menghadapi pembeljaran luring.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Mahasiswa.
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu atau
belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk pendidikan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah menengah atas, institut dan universitas (Hartaji,
2012)Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa diartikan sebagai orang
yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (Kamus Online Bahasa Indonesia,
kbbi.web.id). Seorang mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan yang
berusia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat diklasifikasikan dari masa remaja
akhir hingga masa dewasa awal dan dari segi perkembangan, tugas perkembangan
pada usia siswa ini adalah untuk membentuk kemapanan kehidupan (Yusuf, 2012)
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa.
Perguruan tinggi dapat menjadi saat penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Mahasiswa berubah dalam menanggapi kurikulum yang menawarkan
wawasan dan cara berpikir baru seperti; kepada mahasiswa lain yang memiliki
pandangan dan nilai yang berbeda, kepada budaya mahasiswa yang berbeda dengan
budaya pada umumnya, dan kepada dosen yang memberikan model-model baru.
Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran hasrat yang penuh gairah atau
awal dari karir masa depan (Papalia, Diane & Feldman, 2018)
Ciri-ciri perkembangan remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun) dapat dilihat
pada tugas-tugas perkembangan, yaitu (Gunarsa, S. D., & Gunarsa, 2011):
a. Bisa menerima keadaan fisiknya; Perubahan fisiologis dan organik yang begitu
intens pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir lebih tenang.
Struktur dan penampilan fisik adalah tetap dan harus diterima apa adanya.
Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan lambat
laun mulai menerima keadaan.
b. Dapatkan kebebasan emosional; Masa remaja akhir sedang dalam proses
melepaskan diri dari ketergantungan emosional pada orang-orang yang dekat
dengan kehidupan (orang tua). Kehidupan emosional yang sebelumnya
mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi

13
14

lain sehingga lebih stabil dan terkendali. Ia mampu mengungkapkan pendapat


dan perasaannya dalam sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan
emosinya.
c. Ramah; ia mulai mengembangkan kemampuan untuk mengadakan hubungan
sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain dengan tingkat
kematangan sosial yang berbeda. Ia mampu menyesuaikan dan menunjukkan
keterampilan sosial dalam tingkat kedewasaan sesuai dengan norma sosial
yang ada.
d. Menemukan model untuk identifikasi; Dalam proses menuju kedewasaan
pribadi, figur identitas seringkali menjadi faktor penting, tanpa adanya figur
identitas, terjadi kebingungan tentang model yang akan ditiru dan memberikan
pedoman bagaimana bersikap dan berperilaku dengan sebaik-baiknya.
e. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri; pemahaman objektif dan
penilaian situasi sendiri mulai dipupuk. Kelemahan dan kegagalan yang
bersumber dari keadaan kemampuan tidak lagi mengganggu berfungsinya
kepribadian dan menghambat pencapaian yang ingin dicapai.
f. Memperkuat pengendalian diri berdasarkan skala nilai dan norma; Nilai-nilai
pribadi yang sebelumnya menjadi norma dalam melakukan sesuatu bergeser ke
arah penyesuaian dengan norma-norma di luar dirinya. Baik yang berkaitan
dengan nilai sosial atau nilai moral. Nilai-nilai pribadi terkadang harus
disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif) yang berlaku di lingkungannya.
g. Meninggalkan reaksi kekanak-kanakan dan cara penyesuaian; Dunia anak
muda mulai ditinggalkan dan di depannya terbentang dunia orang dewasa
untuk dimasuki. Ketergantungan psikologis mulai ditinggalkan dan ia mampu
menjaga dan menentukan dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa masa ini
merupakan masa persiapan untuk tahap perkembangan selanjutnya yaitu masa
dewasa muda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa
ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai
memiliki intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk
masa depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan
menentukan kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi
dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan
15

tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di


lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat dimana dia berada.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja.


a. Perubahan fisik.
Herawati (2009), dikutip (lismiati, 2018) menjelaskan tentang
perubahan fisik pada remaja yaitu terjadinya perubahan biologis yang ditandai
dengan pematangan organ seks primer dan sekunder yang dipengaruhi oleh
kematangan hormon seksual.
1) Karakteristik remaja
a) Ciri-ciri perubahan fisik pada wanita
Ciri-ciri perubahan fisik pada wanita ditandai dengan tumbuhnya
payudara, tumbuhnya rambut kemaluan, tumbuhnya badan/tubuh,
menarche, tumbuhnya bulu ketiak.
b) Ciri-ciri perubahan fisik pada laki-laki
Ciri-ciri perubahan fisik pada pria ditandai dengan pertumbuhan
testis, pertumbuhan kantong skrotum, pertumbuhan rambut kemaluan,
pertumbuhan tubuh, pertumbuhan penis, ejakulasi pertama dengan
mengeluarkan air mani, pertumbuhan rambut wajah dan rambut ketiak,
pertumbuhan jakun.
2) Perubahan hormon remaja
Perubahan hormonal merupakan awal pubertas remaja yang terjadi
sekitar usia 11-12 tahun. Perkembangan ini erat kaitannya dengan
perubahan pada otak yaitu hipotalamus, bagian dari organ otak yang
bertugas untuk mengkoordinasikan atau mengatur fungsi seluruh sistem
jaringan tubuh.
3) Tanda-tanda kematangan fungsi seksual
Kematangan fungsi seksual pada remaja laki-laki ditunjukkan
dengan keluarnya mani atau mimpi basah pada malam hari, sedangkan pada
remaja perempuan ditandai dengan menstruasi pertama.
b. Perubahan psikologis
Wanita dan pria memiliki perasaan yang hampir sama. Artinya, saya
sering merasakan kecemasan, kegelisahan, konflik batin dengan orang tua, minat
16

yang meluas, mengetahui lawan jenis, dan prestasi/pelajaran yang tidak stabil di
sekolah. Penyebab masalah remaja adalah:
1) Perubahan biologis dan psikologis yang sangat cepat.
2) Belum siap memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu.
3) Perbaikan gizi yang menyebabkan timbulnya menstruasi dini dan kejadian
menstruasi dini masih tinggi.

B. Konsep Kesiapan Pembelajaran


1. Definisi Kesiapan Pembelajaran Luring.
Dalyono (2012) menjelaskan kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik,
fisik, mental, dan perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga dan
kesehatan yang cukup, sedangkan kesiapan mental berarti memiliki minat dan
motivasi yang cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar. Individu yang telah
matang berarti memiliki kesiapan dalam proses belajar. Dapat disimpulkan bahwa
kesiapan belajar merupakan kondisi awal siswa dalam kegiatan belajar agar
terhindar dari kesulitan dan dapat mengikuti proses pembelajaran tanpa adanya
gangguan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam belajar, hal ini dapat dilihat
dari hasil belajar siswa.
Luring merupakan singkatan dari “Luar Jaringan” yang sedang trending
digunakan untuk menggantikan kata offline. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa luring adalah kegiatan yang dilakukan tanpa menggunakan akses internet.
Internet merupakan jaringan komunikasi yang menghubungkan suatu media
elektronik dengan media lainnya. Internet adalah jaringan privasi yang terhubung
menggunakan protokol internet TPC/IP dengan tujuan untuk berkomunikasi dan
mengirim rahasia hanya dalam lingkup terbatas seperti sekolah atau perusahaan
(susilana, R.,& Riyan, 2010)
2. Macam – Macam Kesiapan Pembelajaran Luring.
Berikut macam-macam kesiapan (dalam Kuswahyuni, 2009:27-28) :
a. Kesiapan mental.
Persiapan mental bukan hanya keadaan jiwa seseorang, tetapi
keadaan kepribadian secara keseluruhan. Keadaan kesiapan mental adalah
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan seumur hidup seseorang dan
ditingkatkan oleh pengalaman sehari-hari dari mereka yang terlibat.
17

Arikunto (2001:56) menjelaskan bahwa persiapan mental dipengaruhi oleh:


1) Besarnya kecemasan mempengaruhi apakah hasil belajar murni
2) Siswa dengan kecerdasan rendah lebih cemas daripada siswa
berkemampuan tinggi
3) Kiat ujian dan kebiasaan pengelolaannya mengurangi munculnya
kecemasan dalam ujian
4) Jika kecemasan tinggi, siswa akan mencapai hasil yang baik
b. Kesiapan diri
Persiapan diri merupakan perpaduan antara kekuatan dan keberanian
fisik agar siswa yang memiliki akal sehat dapat dengan berani menghadapi
segala hal.
c. Kesiapan belajar
Mempersiapkan diri untuk belajar adalah perubahan tingkah laku
atau penampilan, seperti rangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati,
mendengarkan, dan meniru.
d. Kesiapan Kecerdasan.
Persiapan kecerdasan adalah persiapan untuk bertindak, dan
kemampuan memahami dapat tumbuh dari berbagai kualitas. Kecerdasan,
otak, dan ketajaman pikiran dapat menjadikan seorang siswa lebih aktif
daripada siswa yang tidak memiliki kecerdasan. Hal ini memungkinkan
siswa untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan mereka dan
mengendalikan situasi.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Pembelajaran Luring.


Faktor -faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar ada 3 menurut Jumasrin
(2019) yaitu:
a. Kesiapan fisik adalah siswa memiliki kemampuan fisik dalam menerima
respon atau jawaban dalam belajar. Sebelum melakukan aktivitas belajar,
peserta didik dalam kondisi fresh(segar) untuk belajar. Kesiapan fisik erat
kaitannya dengan kesehatan, yang mempengaruhi hasil belajar dan
penyesuaian sosial. Peserta didik dengan kualitas kesehatan yang buruk
tidak akan memiliki energi yang cukup untuk belajar. Kesiapan fisik
meliputi tubuh sehat, jauh dari gangguan mengantuk, keadaan tubuh tidak
18

lesuh. Jika peserta didik memiliki badan yang tidak sakit, maka akan
memudahkan untuk belajar.
b. Kesiapan psikis siswa dalam pembelajaran menunjukkan bagaimana
kesiapan siswa secara mental dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kesiapan psikis adalah siswa memiliki kemampuan psikis dalam menerima
jawaban atau respon dalam belajar yang meliputi adanya hasrat untuk
belajar, dapat berkonsentrasi, kepuasan, keinginan atau motivasi belajar,
perhatian, dan adanya kesadaran dalam belajar. Kesiapan psikis
memberikan andil yang cukup penting bagi peserta didik dalam menjalani
pembelajaran di sekolah sehingga memudahkan siswa dalam menguasai
bahan pelajaran yang disajikan secara mudah dan efektif.
c. Kesiapan materiil adalah siswa memiliki kemampuan materiil dalam
belajar. Kesiapan materiil meliputi adanya bahan yang dipelajari atau
dikerjakan baik berupa buku bacaan, catatan, buku paket, serta adanya
peralatan atau perlengkapan yang diperlukan saat pembelajaran
berlangsung. Dengan didukung berbagai perlengkapan akan membantu
siswa dalam proses pembelajaran.
4. Kategori Penilaian Kesiapan.
Kategori penilaian kesiapan pembelajaran luring dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Siap jika skore yang diperoleh ≥ 60 %
b) Tidak Siap, jika skore yang diperoleh < 60 %

C. Konsep Kecemasan.
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan sadar (efektif) yang ditandai dengan perasaan
takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian
masih utuh (tidak ada splitting of personality) perilaku dapat terganggu namun
masih dalam batas normal (Hawari., 2012). Sedangkan definisi kcemasan menurut
Darajat ( th 2017) adalahKecemasan (anxiety) merupakan manifestasi dari berbagai
proses emosional yang bercampur dan terjadi ketika mengalami stres emosional
(frustrasi) dan konflik batin (Darajat, 2017).
19

Kecemasan adalah situasi yang mengancam, dan merupakan hal normal yang
terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau belum pernah
terjadi sebelumnya, serta dalam menemukan identitas diri dan makna dalam hidup
(Fitri Fauziah, 2015)
2. Factor Penyebab Kecemasan.
Menurut (Hawari., 2012) mekanisme kecemasan adalah
psikoneuroimunologi atau neuroendokrinologi. Stresor psikologis yang
menyebabkan kecemasan adalah pekerjaan, lingkungan, ekonomi, hukum,
penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Namun, tidak semua orang yang
mengalami stres psikososial mengalami gangguan kecemasan. Itu tergantung pada
struktur perkembangan kepribadian, seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman,
jenis kelamin, keluarga, teman, dan dukungan sosial dari masyarakat.
a. Usia.
(Hawari., 2012), menjelaskan bahwa usia merupakan ukuran waktu
pertumbuhan dan perkembangan individu. Usia berkorelasi dengan
pengalaman, yang membentuk persepsi dan sikap karena berkorelasi dengan
pengetahuan, pemahaman, dan pandangan tentang penyakit dan peristiwa.
Kematangan proses berpikir orang dewasa yang cenderung menggunakan
mekanisme koping yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia anak,
sebagian besar kelompok usia anak yang pernah mengalami kecelakaan patah
tulang mengalami kecemasan berat dibandingkan dengan usia dewasa. untuk
mengalami reaksi.
b. Pengalaman.
Pengalaman penyakit masa lalu, baik positif maupun negatif, dapat
mempengaruhi perkembangan keterampilan koping. Keberhasilan seseorang
dapat membantu individu mengembangkan kekuatan koping. Jika tidak,
kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan
koping maladaptif dengan stresor tertentu.(Friedmen, 2013)
c. Dukungan.
Dukungan psikososial keluarga merupakan mekanisme interpersonal
yang dapat melindungi orang dari efek negatif stres. Secara umum, sistem
pendukung yang kuat membuat Anda kurang rentan terhadap penyakit
mental.
20

d. Jenis kelamin.
Mengenai kecemasan pria dan wanita, dia mengatakan dia lebih khawatir
tentang ketidakmampuannya daripada pria, pria lebih aktif dan eksplorasi, dan
wanita lebih sensitif. Studi lain menunjukkan bahwa pria lebih santai daripada
wanita.
Sunaryo, 2014, menulis dalam bukunya bahwa pria dewasa memiliki
semangat yang kuat untuk sesuatu yang umumnya dianggap mengancam
dirinya dibandingkan dengan wanita. Laki-laki memiliki tingkat pengetahuan
dan wawasan yang lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki lebih
banyak berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan sebagian besar
perempuan tinggal di rumah dan bertindak sebagai ibu rumah tangga, tingkat
pengetahuan dan komunikasi yang dapat mereka peroleh tentang pencegahan
penyakit menjadi terbatas.
e. Pendidikan
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang
berpendidikan lebih tinggi dapat lebih memanfaatkan pemahamannya dalam
beradaptasi dengan patah tulang dibandingkan dengan kelompok responden
yang berpendidikan lebih rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden
yang berpendidikan rendah cenderung merespon kecemasan yang serius
karena memiliki pemahaman yang buruk tentang kejadian patah tulang dan
membentuk persepsi yang menakutkan.
3. Tanda dan Gejala kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan menurut (Hawari, 2012) sebagai berikut :
a. Saya mudah tersinggung oleh kecemasan, kekhawatiran, perasaan sakit, dan
ketakutan hati saya.
b. Ketegangan, gelisah, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, dari keramaian, dan banyak orang.
d. Pola tidur yang tidak teratur, mimpi yang membuat stres.
e. Konsentrasi dan kehilangan memori.
f. Keluhan fisik seperti nyeri otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinnitus), jantung berdebar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
saluran kemih, dan sakit kepala.
21

4. Tingkat kecemasan.
Setiap tingkat kecemasan memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda.
Gejala yang terjadi tergantung pada kedewasaan individu, pemahaman dalam
menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart,
2017). Tingkat kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan ringan dikaitkan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
mengingatkan orang dan memperluas wilayah persepsi mereka. Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menciptakan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk fokus pada apa yang
penting dan membiarkan segalanya berlalu. Akibatnya, seseorang mengalami
perhatian selektif, tetapi mampu melakukan hal-hal yang lebih fokus.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi area persepsi seseorang. Orang cenderung
fokus pada detail dan hal-hal konkret, dan tidak memikirkan hal lain. Semua
tindakan telah terbukti meredakan ketegangan.
d. Panik dikaitkan dengan ketakutan dan kesalahan yang berlebihan. Detailnya di
luar kendali dan keseimbangannya hilang. Orang yang panik tidak bisa
melakukan apa-apa ketika diperintahkan untuk melakukannya. Panik disertai
dengan kebingungan kepribadian. Panik meliputi aktivitas motorik,
berkurangnya hubungan dengan orang lain, persepsi yang terdistorsi, dan
hilangnya pemikiran rasional.
5. Mekanisme koping kecemasan
Setiap kali ada stressor yang membuat individu merasa tidak nyaman,
upaya untuk mengatasi berbagai mekanisme koping secara otomatis akan muncul.
Penggunaan mekanisme koping efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan
pemangku kepentingan percaya bahwa mekanisme yang digunakan dapat
mengatasi kecemasan mereka. Untuk mencapai homeostasis pribadi secara
fisiologis dan psikologis, kecemasan harus segera diatasi. Menurut (Asmadi,
2013), mekanisme koping kecemasan terbagi dalam dua kategori.
a. Strategi pemecahan masalah (problem-solving strategy)
Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengatasi atau
mengatasi masalah/ancaman yang ada dengan keterampilan observasi yang
realistis. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, gunakan metode
sumber, coba-coba, dan metode bermain dan kesabaran lainnya (STOP).
22

b. Mekanisme pertahanan diri.


Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme penyesuaian
ego yang berusaha melindungi diri dari emosi yang tidak sesuai.
Beberapa fitur dari mekanisme pertahanan diri adalah:
1) Berfungsi hanya untuk melindungi atau melindungi dari hal-hal yang
tidak menyenangkan dan hanya bersifat sementara karena secara tidak
langsung memperbaiki masalah.
2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran dan individu tidak
menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri sedang terjadi.
3) Dalam kebanyakan kasus itu tidak berorientasi pada kenyataan.
4) Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan untuk mengatasi
kecemasan (Stuart, 2017) antara lain:
a) Rasionalisasi : Upaya menghindari konflik mental dengan
memberikan alasan yang rasional.
b) Perpindahan: Perpindahan suatu tindakan ke bentuk atau tindakan lain
dari suatu objek.
c) Identifikasi: Cara yang digunakan individu untuk berinteraksi dengan
orang lain dan menjadikannya bagian dari kepribadiannya. Mereka
ingin menjadi seperti orang lain, dan mereka seperti orang itu.
d) Overcompensation/Reactive Fermentation: Perilaku yang gagal
mencapai tujuan dan tidak mengenali tujuan pertama, melupakan dan
melebih-lebihkan tujuan kedua, yang biasanya bertentangan dengan
yang pertama.
e) Introspeksi: Mencakup sifat-sifat orang lain dalam diri seseorang.
f) Rasionalisasi: Upaya menghindari konflik mental dengan memberikan
alasan yang rasional.
g) Perpindahan: Perpindahan suatu tindakan ke bentuk atau tindakan lain
dari suatu objek.
h) Identifikasi: Metode yang digunakan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menjadikannya bagian dari kepribadiannya.
Mereka ingin menjadi seperti orang lain, dan mereka seperti orang itu.
i) Kompensasi Berlebihan/ Fermentasi Reaktif: Perilaku yang tidak
mencapai tujuan dan tidak mengakui tujuan pertama melupakan dan
23

melebih-lebihkan tujuan kedua, yang biasanya bertentangan dengan


tujuan pertama.
j) Introspeksi: Mencakup sifat-sifat orang lain dalam diri seseorang.
k) Rasionalisasi: Upaya menghindari konflik mental dengan memberikan
alasan yang rasional.
l) Perpindahan: Perpindahan suatu tindakan ke bentuk lain atau tindakan
suatu objek.
m) Identifikasi: Metode yang digunakan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menjadikannya bagian dari kepribadiannya.
Mereka ingin menjadi seperti orang lain, dan mereka seperti orang itu.
n) Overcompensation/Reactive Fermentation: Perilaku yang gagal
mencapai tujuan dan tidak mengenali tujuan pertama, melupakan dan
melebih-lebihkan tujuan kedua, yang biasanya bertentangan dengan
yang pertama.
o) Introspeksi: Mencakup kualitas orang lain dalam diri seseorang.
p) Represi: Konflik mental dan dorongan yang tidak dapat diterima
dengan paksaan secara tidak sadar ditekan dan sengaja dilupakan.
q) Supression: Menekan konflik dan impuls yang secara sadar tidak
dapat diterima. Individu tidak ingin memikirkan hal-hal yang sangat
tidak menyenangkan bagi mereka.
r) Denial: Mekanisme perilaku yang menolak sesuatu yang tidak Anda
sukai.
s) Fantasi: Ketika seseorang menghadapi konflik frustrasi, ia menarik
diri dengan fantasi atau fantasi dan fantasi.
t) Perilaku negatif: Perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau
menentang otoritas orang lain yang berperilaku tidak semestinya.
u) Regresi: Kemerosotan karakteristik perilaku dari tahap awal
perkembangan karena stres.
v) Sublimasi: Penerimaan tujuan alternatif yang dapat diterima secara
sosial karena dorongan, yang merupakan saluran ekspresi normal,
ditekan.
w) Undo: Tindakan atau komunikasi yang sebagian menyangkal hal-hal
yang ada adalah mekanisme pertahanan primitif.
24

6. Kategori Penilaian Kecemasan.


Penilaian Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) di bagi menjadi 4 yaitu :
a) Kecemasan ringan 20-44.
b) Kecemasan sedang 45-59.
c) Kecemasan berat 60-74.
d) Kecemasan panic 75-80.
25

D. Kerangka Teori.

Pandemi Covid-19

Dampak Covid-19 Dampak bagi pendidikan :


1. Bagi sektor ekonomi 1. Belajar dari rumah
2. Bagi sektor sosial 2. Kesenjangan sumber daya
3. Bagi sektor kesehatan 3. Proses belajar terasa lebih berat
4. Bagi sektor pendidikan

Pembelajaran Daring

Perkembangan Covid – New


normal

Pembelajaran Luring Kesiapan

Mekanisme Faktor – faktor kesiapan


1. Strategi pemecahan 1. Kesiapan fisik.
masalah 2. Kesiapan psikis.
2. Mekanisme pertahanan 3. Kesiapan materi.
diri

Kecemasan

Faktor yang mempengaruhi


kecemasan:
1. Usia
2. Pengalaman
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Dukungan
26

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Referensi: (Keliat, 2018)(Anon, 2020) (Muyasaroh, 2020) (Ramidah, 2020)
(Darmalaksana, W., Hambali, R.Y.A., Masrur,A, 2020) (Fitri Fauziah, 2015) (Hawari.,
2012)

E. Hipotesis.

Hipotesis adalah langkah ketiga penyelidikan setelah mendasarkan kerangka


teoritis. Hipotesis juga merupakan tanggapan sementara terhadap masalah yang akan
diteliti. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada
teori-teori yang relevan, bukan pada fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2015).Mengenai hasil penelitian, hipotesis yang diterima
adalah:
1) Ho : tidak ada hubungan antara persiapan menghadapi pembelajaran offline
dengan tingkat kecemasan siswa.
2) Ha : ada hubungan antara persiapan menghadapi pembelajaran offline dengan
kecemasan siswa.Hipotesis adalah langkah ketiga penelitian setelah landasan
teori kerangka. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara dari masalah yang
akan diteliti. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan hanya
berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2015) Adapun hasil penelitian, hipotesis
yang diterima adalah:
1. Ho: tidak ada hubungan antara kesiapan menghadapi pembelajaran offline dengan
tingkat kecemasan siswa.
2. Ha : ada hubungan antara kesiapan menghadapi pembelajaran offline dengan
kecemasan siswa.
27
28

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau antara variable yang satu dengan variable
yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2018)

Variabel bebas Variabel terikat


Kesiapan menghadapi Tingkat kecemasan pada
pembelajaran luring mahasiswa

Variabel Pengganggu
1. Usia
2. Pengalaman
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Dukungan

Keterangan:

: variabel diteliti

: variabel tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


29

B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasi yaitu mencari
hubungan antara variabel bebas (Kesiapan menghadapi pembelajaran luring) dan variabel
terikat (tingkat kecemasan dengan pendekatan cross sectional. Cross Sectional Study yaitu
penelitian melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Dalam hal ini penelitian
yang dilakukan adalah mencari hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan
tingkat kecemasan pada mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Klaten.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya . Populasi dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
mahasiswa prodi Sarjana Ilmu Keperawatan tingkat 3 Universitas Muhammadiyah Klaten
dengan jumlah 53 Mahasiswa. Populasi di ambil dari 3 tingkat yaitu ; tingkat 1, tingkat 2,
tingkat 3 dan tingkat 4. Disini saya mengambil ppulasi mahasiswa tingkat 3 prodi Ilmu
Keperawatan karena sudah merasakan pembelajaran luring dan daring, sehingga mereka
bisa mengungkapkan apa yang mereka cemaskan ketika mengikuti pembelajaran luring
dan daring.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi (Sugiyono, 2017).
Sampel penelitian yang akan digunakan adalah mahasiswa tingkat III Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Klaten yang berjumlah 53 mahasiswa.
3. Teknik Sampling.
Teknik pengambilan sampel adalah teknik yang digunakan untuk menentukan
sampel yang digunakan dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Menurut (Sugiyono, 2017), total sampling adalah
teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel. Dalam
30

pengambilan sampel, subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 3 Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Klaten yang memenuhi kriteria
eksklusi. Kriteria eksklusi ditetapkan sebagai berikut:

a) Mahasiswa dalam masa cuti.


b) Mahasiswa yang tidak kooperatif mengikuti jalannya penelitian dari awal sampai
akhir.
c) Mahasiswa yang tidak menjawab kuisioner dengan lengkap.
d) Mahasiswa yang mengalami kecemasan berat.
e) Mahasiswa yang mengalami kecemasan panik.

D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut atau nilai seseorang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditentukan oleh penelitian yang akan diteliti sehingga
diperoleh informasi yang berkenaan dengan hal tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan
(Sugiyono, 2015).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (variabel bebas).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau merupakan penyebab
berubahnya atau munculnya variabel terikat (Sugiyono, 2015). Variabel bebas penelitian
ini adalah persiapan menghadapi pembelajaran offline.
2. Variabel dependent (variabel terikat).
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah tingkat kecemasan pada mahasiswa.
3. Variabel pengganggu.
Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan – hubungan variabel
sedemikian rupa sehingga hasilnya bisa berlawanan dari hipotesis.variabel pengganggu
pada penelitian ini adalah :
a. Usia dikendalikan dengan membatasi usia mahasiswa dari usia 20-21 tahun.
31

b. Pengalaman di kendalikan dengan memilih mahasiswa yang sudah mengalami


pembelajaran daring dan luring.
c. Dukungan tidak dikendalikan.
d. Jenis kelamin tidak dikendalikan.
e. Pendidikan dikendalikan dengan memilh mahasiswa tingkat 3 Universitas
Muhammadiyah klaten.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penentu konstruk atau sifat yang akan dipelajari sehingga
menjadi variabel yang terukur. Definisi operasional menggambarkan metode tertentu yang
digunakan untuk menyelidiki dan mengoperasikan konstruk, yang memungkinkan peneliti
lain untuk mereplikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara yang
lebih baik untuk mengukur konstruk (Sugiyono, 2014).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
1 Kesiapan Kondisi Kuesioner 1. Siap , jika Ordinal
Pembelajaran kemampuan yang kesiapan skore ≥
Luring cukup baik, fisik, pembelajaran 60%
mental, dan luring dengan 2. Tidak Siap,
20 pernyataan.
perlengkapan jika skore <
Pernyataan
belajar 60 %
unfavaurabel
mahasiswa tk 3 10 dan
Sarjana Prodi pernyataan
Ilmu favaurabel 10.
Keperawatan
dalam
pelaksanaan
perkuliahan yang
dilakukan dengan
tatap muka.
32

2 Tingkat Kekhawatiran Zung Self- 1. Kecemasan Ordinal


Kecemasan mahasiswa tk 3 rating Anxiety ringan : 20-44
Sarjana Prodi Scale (ZSAS) 2. Kecemasan
Ilmu sedang : 45-
59
Keperawatan
yang tidak
jelas dan
menyebar
dengan indikator
fisiologis,
perilaku,
kognitif, dan
afektif dalam
menghadapi
belajar luring.

F. Tempat dan Waktu Penelitian.


1. Tempat
Penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Klaten.
2. Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan Nopember 2021 - Juli 2022.

G. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku untuk semua kegiatan penelitian
yang melibatkan peneliti, yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan
menerima dampak dari hasil penelitian (Notoadmojo, 2018). Etika penelitian yang peneliti
perhatikan menurut (Notoadmojo, 2018) adalah:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for human dignity).
Responden harus mendapatkan hak dan informasi tentang tujuan penelitian yang
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. Untuk menghormati harkat dan
martabat responden, peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan (informed
consent). Sebelum diberikan lembar informed consent, peneliti menjelaskan terlebih
dahulu tentang tujuan dan prosedur penelitian. Setelah itu peneliti memberikan lembar
informed consent menggunakan google form kepada responden dan apabila mahasiswa
33

tidak bersedia mengisi, maka peneliti harus menghormati hak responden dan tidak
memaksa semua responden bersedia menandatangani informed consent.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiiaan reponden.
Peneliti akan menggunakan inisial sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusi/keterbukaan (menghormati keadilan dan inklusi)
Peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan keadilan, yaitu menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan ini memastikan bahwa responden menerima perlakuan dan
manfaat yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, dll.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefits}
Dalam sebuah penelitian sebisa mungkin memperoleh manfat semaksimal
mungkin bagi masyarakat dan khusunya responden. Peneliti harus meminimalisasi
dampak kerugian untuk responden.

H. Instrumen Penelitian.
Alat pengumpulan data (instrument) dalam penelitian ini adalah dengan kuisioner.
Alat pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun social yang diamati (Sugiyono, 2015) Penelitian ini menggunakan instrument
diantaranya :

1. Kuisioner A
Kuisioner ini berisi tentang data demografi responden, diantaranya yaitu nama inisial,
alamat, usia, dan jenis kelamin.
2. Kuisioner B
Kuisioner ini berisi tentang kesiapan pembelajaran luring. Kuisioner yang digunakan
dimodifikasi dari penelitian Siska (2021) dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua Dengan Kesiapan Pembelajaran Online Siswa di SD IT Yayasan Pendidikan
Prima Mandiri Desa Kolam TP.2020/2021”. Kuisioner kesiapan pembelajaran luring ini
terdiri dari 20 pernyataan yaitu 10 pernyataan favorable dan 10 pernyataan unfavorable
34

yang bertentangan dengan tema penelitian. Untuk melihat intepretasi kesiapan


pembelajaran luring siap dan tidak siap dengan menggunakan metode Cut Off Point.
Jawaban kuesioner dengan Skala Gutman dengan alternatif jawaban “YA” dan
“TIDAK”. Pernyataan favorable Jawaban Ya diberi nilai 1= ya dan jawaban tidak
diberikn nilai 0. Sedangkan untuk pernyataan unfavourable jawaban ya diberikan nilai 0,
dan jawaban tidak diberikan nilai 1. Intrepetasi hasil dikatakan siap apabila skor ≥ 60 %
dan tidak siap apabila < 60 %.
3. Kuesioner C.
Kuesioner ini berisi tentang kecemasan mahasiswa, yang digunakan untuk mencatat
adanya kecemasan dan menilai kuantitas tingkat kecemasan. Zung telah mengevaluasi
validitas dan realibitasnya dan hasilnya baik. Penelitian menunjukkan bahwa konsistensi
internalnya pada sampel psiiatrik dan non-psikiatrik adekuat dengan korelasi keseluruhan
butir-butir pertanyaan yang baik dan realibitas uji yang baik. Zung Self Rating Anxiety
Scale (ZSRAS) yang mengandung 20 pertanyaan: 5 pertanyaan positif dan 15 pertanyaan
negative yang menggambarkan gejala – gejala kecemasan. Setiap butir pertanyaan dinilai
berdasarkan frekuensi dan durasi gejala yang timbul :
a. Tidak pernah 1
b. Kadang – kadang 2
c. Sering 3
d. Selalu 4
Skor masing – masing pertanyaan dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan
kisaran nilai 20 – 80. Kecemasan ringan : 20 – 44, Kecemasan sedang : 45-59, kecemasan
berat : 60-74, kecemasan panic : 75 – 80.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Hasil uji validitas tiap pertanyaan kuesioner dengan nilai terendah 0,663 dan tertinggi
adalah 0,918 (Nursalam, 2013). Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau 0,05
sehingga kuesioner dikatakan valid (Hidayat, 2007). Instrumen C sudah baku, sedangkan
intrumen B belum baku dan harus di uji validitas terlebih dahulu dengan cara
berikut :Dalam uji validitas ini menggunakan teknik analisis butir yaitu dengan jalan
35

mengkorelasikan skor butir (X) terhadap skor total instrument (Y) dengan menggunakan
korelasi Product-Moment. Adapun rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi product moment
N = jumlah sample
∑ XY = jumlah perkalian skor butir dengan skor total
∑ X = jumlah skor butir
∑ Y = jumlah skor total
Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid apabila koefisien (rxy) berharga
positif dan lebih besar dari harga table rtabel pada taraf signifikansi 5% (0,05). Diketahui
rtabel dengan 20 responden pada taraf signfikasi 5% adalah 0,468. Butir pertanyaan
dinyatakan valid apabila nilai korelasi hasil perhitungan (rhitung) lebih besar dari rtabel
(0,468) dan bila (rhitung) lebih kecil dari rtabel maka butir instrument dinyatakan tidak valid
(Saputra, 2019). Uji validitas akan dilakukan pada mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
Tingkat 4 di Universitas Muhammadiyah Klaten dengan jumlah 20 responden dan akan
dilakukan pada bulan April 2022.
2. Uji Reliabilitas.

(Sugiyono 2017) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Uji relibilitas dilakukan secara bersama – sama terhadap seluruh pernyataan. Uji
relibilitas merupakan cara untuk mengukur konsistensi sebuah instrument penelitian.
Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur yang digunakan tersebut menunjukan hasil
yang konsisten.
Pada Instrumen C sudah baku, sedangkan intrumen B belum baku dan harus di uji
reliabilitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini digunakan pengujian reliabilitas
instrumen secara internal dengan rumus Alpha Cronbach. Adapun rumus Alpha
Cronbach sebagai berikut:
36

Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σ –σ i2 = jumlah varians
σ t2 = varians total
Batasan Skor Reliabilitas Alpha Cronbach jika skor <0,50 = rendah, 0,50-0,60 =
cukup dan 0,70 – 0,80 = Tinggi. Jika Alpha Cronbach suatu variabel lebih kecil dari rhitung
< rtabel maka instrument penelitian tidak reliabel. Dan sebaliknya jika Alpha Cronbach
suatu variabel lebih besar dari rhitung > rtabel maka instrumen penelitian dikatakan reliabel.
Diketahui rtabel dengan 20 responden pada taraf signfikasi 5% adalah 0,468. Pada biasanya
untuk skor reliabilitas yang diterima dalam banyak penelitian yaitu berjumlah 0,7 sampai
0,8. Uji reliabilitas instrument penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan
program dari komputer. Uji reliabilitas akan dilakukan pada mahasiswa S1 Ilmu
Keperawatan Tingkat 4 di Universitas Muhammadiyah Klaten dengan jumlah 20
responden dan akan dilakukan pada bulan April 2022.

J. Jalannya penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan penyusunan laporan hasil penelitian yang diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah dan menentukan topik penelitian yang diajukan kepada
pembimbing skripsi.
b. Peneliti mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi dan koordinator skripsi,
kemudian mengajukan surat permohonan izin pada tanggal 9 Desember 2021 untuk
melakukan studi pendahuluan kepada ketua Stikes Muhammadiyah Klaten.
c. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Stikes Muhammadiyah Klaten
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 17 Desember 2021 di Stikes
37

Muhammadiyah Klaten. Study Pendahuluan di lakukan dengan wawancara kepada


beberapa mahasiswa dengan cara memberikan beberapa pertanyaan mengenai
kesiapan pembelajaran luring.
d. Peneliti menyusun Bab I sampai dengan Bab III
Peneliti menyusun proposal Bab I sampai dengan Bab III dan melakukan konsultasi
kepada pembimbing skripsi.
e. Peneliti mengajukan surat permohonan dan melengkapi persyaratan untuk melakukan
ujian proposal
Setelah Bab I sampai dengan Bab III telah disetujui oleh pembimbing satu dan
pembimbing dua, peneliti melengkapi persyaratan yang ditentukan untuk mengikuti
pelaksanaan seminar proposal.
f. Mengurus surat izin penelitian
Proposal penelitian yang sudah diajukan dan disetujui oleh Pembimbing serta
Penguji Skripsi melalui seminar proposal kemudian digunakan untuk mengurus surat
izin penelitian.
g. Melakukan uji validitas dan reliabilitas di Universitas Muhammadiyah Klaten
Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas dengan mengambil responden
sebanyak 20 mahasiswa tingkat IV Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Klaten dan melakukan pengambilan data dengan cara membagikan
kuisioner kepada responden.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilakukan terhadap tahap ini adalah :
a. Peneliti mengajukan ijin penelitian.
Setelah pelaksanaan seminar proposal dan melakukan uji validitas dan reliabilitas
peneliti mengajukan ijin penelitian ke Universitas Muhammadiyah Klaten. Penelitian
di lakukakn secara online dengan membentuk grub whatsap.
b. Peneliti menentukan responden penelitian.
Peneliti menentukan responden dengan teknik total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi sesuai dengan
kriteria eklusi.
c. Peneliti membentuk grup whatsapp dan melakukan sosialisasi
38

Setelah melakukan ijin penelitian, peneliti membentuk grup whatsapp yang berisi 53
responden. Di dalam grup whatsapp peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan
penelitian, serta cara pengisian kuesioner.
d. Peneliti memberikan Informed Concent
Peneliti memberikan surat permohonan dan persetujuan menjadi responden kepada 53
responden yang telah dipilih peneliti. Kemudian responden mengisi permohonan dan
persetujuan menjadi responden.
e. Peneliti membagikan kuesioner pembelajaran luring.
Peneliti memberikan link google form yang dibagikan melalui grup whatsapp dan
diberikan petunjuk pengisian. Kuesioner pembelajaran luring 20 pernyataan.
f. Peneliti membagikan kuesioner kecemasan ZSAS
Peneliti memberikan link google form yang dibagikan melalui grup whatsapp dan
diberikan petunjuk pengisian. Kuesioner kecemasan ZSAS dengan 20 pernyataan.
g. Pengumpulan kembali kuesioner
Responden mengumpulkan kuisioner yang telah diisi kepada peneliti, kemudian
peneliti mengecek kembali kelengkapan pengisian. Data yang didapatkan dari
responden harus dijaga privasinya karena responden memiliki hak dijaga
kerahasiaannya (respect for privacy and confidentiality).
3. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti melakukan pengolahan data
Setelah proses penelitian atau pengambilan data selesai dilakukan, peneliti melakukan
analisa data secara komputerisasi.
b. Peneliti menyusun laporan penelitian.
Hasil analisa data kemudian dilakukan pembahasan dan disajikan dalam bentuk
laporan selanjutnya dilakukan seminar hasil.
c. Peneliti melakukan seminar hasil
Setelah menyelesaikan keseluruhan proses penelitian, maka dilanjutkan seminar hasil.
d. Peneliti memperbaiki hasil penelitian dan melakukan penjilidan.
e. Peneliti mengumpulkan hasil penelitian.

K. Metode Pengolahan dan Analisis Data


39

1. Pengolahan data.
Pengolahan daya yang dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
a. Editing.
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi dari formulir
atau kuesioner. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban
pada intrumen. Pastikan instrumen yang diberikan oleh peneliti dapat dimengerti
secara mudah oleh responden. Setelah itu lakukan pengecekan data dan pastikan
bahwa responden mengisi semua data yang telah diberikan oleh peneliti melalui
googleform.
b. Coding.
Coding yaitu membentuk data menjadi sebuah kode bilangan atau angka.
Variable yang diberi coding yaitu :

Tabel 3.2 Pemberian Coding


No. Variabel Kategori Coding
2 1 Jenis Kelamin Laki-Laki 1
Perempuan 2
Kesiapan Pembelajaran
2 Luring. Siap 1
Tidak siap 2

Tingkat Kecemasan
3 mahasiswa Ringan 1
Sedang 2

c. Entry data adalah kegiatan masukkan data yang sudah dilakukan coding ke dalam
system computer. Sebelum melakukan entry pastikan peneliti memberi kode
disetiap data, kemudian dapat dimasukkan kedalam computer untuk proses
dianalisis data.
d. Clening adalah kegiatan pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan –
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya kemudian
dilakukan koreksi.

2. Analisa Data.
40

a. Analisa univariat.
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi varibel bebas dan variable terikat (Sugiyono,
2015). Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel. 3.3 Uji Univariat
Variabel Data Uji Univariat
Usia Numerik Mean, min-max, SD
Jenis kelamin Kategori Presentase
Kesiapan Pembelajaran Kategori Presentase
Luring
Tingkat kecemasan Kategori Presentase

b. Analisis bivariate.
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat (Notoadmojo 2018). Skala data variabel terikat
adalah ordinal dan skala data variabel bebas adalah ordinal. Dua variabel yang
diuji adalah variabel bebas (kesiapan menghadapi pembelajaran offline) dan
variabel terikat (tingkat kecemasan). Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah
data kategorik ordinal, sehingga data tersebut diuji dengan Kendall Tau yang
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dengan skala
ordinal dan sebaran data tidak harus normal. Jika P hitung < 0,5 maka Ho ditolak
dan jika P hitung > 0,05 maka Ho diterima.
Tabel. 3.4 Analisa Bivariat
Variabel bebas Skala data Variabel Skala data Uji statistik
terikat
Kesiapan Ordinal Tingkat Ordinal Kendall Tau
menghadapi Kecemasan
pembelajaran
luring

Anda mungkin juga menyukai