Proposal
Diajukan sebagai persyaratan melakukan penelitian
Oleh
Novi Yuliani
NIM. 1801035
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Covid-19 (coronavirus disease 2019) adalah nama yang diberikan untuk
penyakit ini oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Infeksi pertama terjadi di China dan
menyebar dengan sangat cepat dan luas sehingga mengakibatkan pandemi global yang
berlanjut hingga saat ini. Diketahui bahwa virus ini awalnya berasal dari kelelawar
yang akhirnya menular ke manusia dan antar manusia (Burhan et al., 2020) Senin, 2
Maret 2020, dua kasus pertama virus corona di Indonesia (Ihsanuddin, 2020) Sejak itu,
jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Indonesia terus bertambah setiap harinya.
Dalam PP Nomor 21 Pasal 4 Ayat 1 Tahun 2020 disebutkan bahwa bentuk PSBB
meliputi hari libur sekolah dan kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan
kegiatan di tempat dan fasilitas umum. Munculnya PP ini merupakan awal dari
perubahan perilaku setiap warga negara di berbagai bidang, termasuk pendidikan.
Perubahan pendidikan dapat dilihat secara detail dalam pendapat yang disampaikan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud, 2020)
Kasus Covid-19 sejauh ini telah menyebar ke 226 negara di seluruh dunia. Di
seluruh dunia, per 2 Desember 2021, ada 262.866.050 kasus positif terkonfirmasi dan
5.224.519 kematian akibat Covid-19 (WHO, 2021). Indonesia merupakan salah satu
negara yang terkena virus Covid-19 dan menempati peringkat ke-20 dunia. Pada 2
Desember 2021,(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021) mencatat 4.256.998
kasus positif Covid-19 di Indonesia, sembuh 4.105.352 dan meninggal 143.850. Di
Jawa Tengah terdapat 486.405 kasus terkonfirmasi Covid-19, 454.833 kasus sembuh,
dan 30.224 meninggal dunia. 4, 2021 (Dinkes, 2021)
Wabah penyakit coronavirus (COVID-19) telah dinyatakan sebagai darurat
kesehatan masyarakat yang telah melanda dunia, dan virus tersebut kini menyebar ke
berbagai negara dan wilayah (WHO, 2021). Covid-19 dapat mempengaruhi kesehatan
mental seseorang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Muyasaroh, 2020) tentang
jenis-jenis kecemasan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 menunjukkan
bahwa orang mengalami kecemasan umum, panik, sosial dan obsesi. Covid-19 tidak
hanya berdampak pada kesehatan Anda. Namun juga berdampak pada sektor ekonomi,
sosial kemasyarakatan dan lingkungan, serta berbagai sektor mulai dari budaya dan
3
Pembelajaran online adalah pembelajaran tanpa tatap muka antara dosen dan
mahasiswa, melainkan pembelajaran online. Pembelajaran dilakukan melalui
konferensi video, e-learning, atau pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran online
merupakan hal baru baik bagi mahasiswa maupun dosen, sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk beradaptasi. Proses belajar online selama kurang lebih satu
tahun biasanya dari SD dan SMP, SMA dan perguruan tinggi. Dosen perlu melakukan
inovasi dalam perkuliahan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi untuk
perkuliahan. Beberapa dosen sudah melakukan perkuliahan melalui media online
seperti Whatsapp, Google Meet, Google Forms, dan Zoom sejak pembelajaran
dilakukan di rumah. Inovasi pendidikan juga mencakup berbagai cara dosen dapat
menyampaikan pengetahuan kepada mahasiswanya. Salah satunya menggunakan grup
Whatsapp. Dalam kelompok ini, dosen membuat power poin pembelajaran terlebih
dahulu dan mengirimkannya ke kelompok untuk diamati mahasiswa (Hakiman, 2020).
Pandemi Covid-19 belum berakhir, tetapi kehidupan harus terus berlanjut.
Tentunya kita ingin kembali bekerja, belajar dan beribadah serta
bersosialisasi/bertindak agar bisa produktif di era pandemi ini. Kegagalan untuk
melakukan ini cepat atau lambat akan mempengaruhi berbagai sektor, termasuk
pertumbuhan sosial, budaya dan ekonomi yang melambat, industri yang tidak berfungsi
dan hilangnya pendapatan masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus mulai beradaptasi
dengan gaya hidup baru, atau yang dikenal dengan “new normal life”. New normal
adalah perubahan perilaku untuk melanjutkan aktivitas normal dengan menambahkan
protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Kenormalan baru ini hanya
melanjutkan kebiasaan yang dilakukan selama karantina wilayah atau pembatasan
sosial besar (PSBB). Dengan berlakunya New Normal, dengan tetap mematuhi
undang-undang kesehatan yang ditetapkan pemerintah, kita menggunakan masker saat
keluar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun, dan memulai aktivitas di luar
rumah dengan tetap menjaga jarak. Hindari kerumunan untuk mencegah infeksi virus
corona. Sejak merebaknya Covid-19, sebagian besar kegiatan dilakukan secara online
untuk mencegah penularan. Misalnya, kegiatan konferensi yang diadakan bersama
dalam satu ruangan dan saat ini menggunakan aplikasi Zoom, serta kegiatan
pendidikan dan pembelajaran. Suka atau tidak suka, penerapan reguler yang baru akan
membawa Anda kembali ke sekolah menggunakan protokol kesehatan dan keselamatan
yang menjamin infeksi virus, serta mahasiswa (Ramidah, 2020)
5
Wabah Covid-19 memaksa siswa untuk berani belajar (Azzahra, 2020), ketika
melakukan pembelajaran selama pandemi COVID-19, termasuk kurangnya akses
internet dan keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Dijelaskan
banyak kendala. Memprediksi kemunduran pendidikan di Indonesia sangat-sangat
diperlukan untuk inovasi pembelajaran baru. Setelah tinggal di pandemi Covid-19
selama dua tahun, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mengubah proses
pembelajaran menjadi proses pembelajaran yang menarik pada tahun 2021. SKB yang
disepakati keempat menteri di atas memiliki pedoman pelaksanaan pembelajaran
offline. Kegiatan off-line yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran offline adalah
pembelajaran “di luar jaringan” tanpa menggunakan jaringan internet atau dengan
melaksanakan pembelajaran tatap muka langsung antara guru dan siswa sesuai dengan
protokol kesehatan (Malyana, 2020)
Luring merupakan singkatan dari “Luar Jaringan” yang sedang trending
digunakan untuk kata offline. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “luring adalah
kegiatan yang dilakukan tanpa menggunakan Internet adalah jaringan privasi yang
terhubung menggunakan protokol internet TPC / IP dengan tujuan untuk” Untuk
memutus rantai penularan Covid-19, penyelenggaraan pembelajaran luring harus
menerapkan protokol kesehatan seperti menerapkan physical distancing, menggunakan
masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handsanitizer.
Kesiapan atau readiness diartikan sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang
untuk berbuat sesuatu (Sahara, 2018). Menurut Muryati (2021) kesiapan merupakan
kemampuan fisik atau mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki
dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Belajar adalah proses perubahan
perilaku melalui latihan atau praktek (Rusman, 2017). Kesiapan belajar merupakan
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau
jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi. Penyesuian kondisi pada suatu saat
akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Faktor-faktor
kesiapan belajar merupakan hal yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil
belajar. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran luring di masa yang akan datang,
faktor-faktor kesiapan tersebut perlu diperhatikan untuk tercapainya keberhasilan
pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar antara lain yaitu
kesiapan fisik, kesiapan psikis, dan kesiapan materiil. Berbagai faktor kesiapan bisa
6
berasal dari murid atau peserta didik, pengajar, serta institusi pendidikan yang
digunakan sebagai tempat belajar (Djamarah dalam Juwita, 2018).
Kersiapan fisik adalah kemampuan fisik untuk menerima reaksi atau jawaban
dalam belajar. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, mahasiswa dalam keadaan
segar untuk belajar. Persiapan fisik erat kaitannya dengan kesehatan dan
mempengaruhi hasil belajar dan adaptasi sosial. Mahasiswa dalam kesehatan yang
buruk tidak memiliki energi yang cukup untuk belajar. Persiapan fisik tubuh memang
sehat, namun terlepas dari gangguan, kondisi tubuh tidak lesu. Jika mahasiswa
memiliki tubuh yang tidak sakit maka akan lebih mudah untuk belajar. Kesiapan
psikologis mahasiswa dalam pembelajaran menunjukkan bagaimana kesiapan mental
mahasiswa dalam melakukan kegiatan perkuliahan. Kesiapan psikologis berarti
mahasiswa memiliki kemampuan psikologis untuk menerima jawaban atau tanggapan
dalam perkuliahan, seperti motivasi belajar, konsentrasi, kepuasan, keinginan belajar,
perhatian, dan kesadaran belajar. Kersiapan psikologis memberikan kontribusi penting
bagi mahasiswa ketika belajar di kampus dan memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari mata kuliah yang disajikan dengan mudah dan efektif (Jumasrin, 2019).
Kesiapan materi berarti mahasiswa memiliki kemampuan materi dalam perkuliahan.
Kesiapan materi meliputi materi yang sedang anda pelajari atau kerjakan berupa buku
bacaan, catatan, dan perlengkapan yang di perlukan saat pembelajaran berlangsung.
Didukung dengan berbagai perangkat yang membantu mahasiswa dalam proses
perkuliahan (Jumasrin, 2019).
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap berbagai kejadian dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan salah satu sistem peringatan dini yang
harus disiapkan oleh manusia terhadap bahaya dan ancaman yang datang (respons
terhadap ancaman tersebut berupa musuh (pertarungan), terbang (flying), atau diam
(freezing). Selain itu, ia menjelaskan bahwa kecemasan yang menjadi berlebihan di
luar kendali dan tiba-tiba muncul menyebabkan gangguan kecemasan (Canadian
Mental Helath Association., 2015) Penyebab kecemasan adalah usia, jenis kelamin,
pendidikan, Coping, status kesehatan, yang dapat juga disebabkan oleh lima faktor
dalam mekanismenya. Setiap tingkat Isaacin (Fadila, 2018), kecemasan, memiliki
karakteristik atau gejala yang berbeda. Gejala yang terjadi tergantung pada kedewasaan
individu, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping
yang digunakan (Stuart, 2017)
7
penurunan kasusnya belum stabil. Di samping itu juga saat ini mulai munculnya virus
covid varian baru. Jadi membuat mahasiswa semakin cemas, karena takut tertular.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang
hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan tingkat kecemasan
mahasiswa yang berlangsung di prodi ilmu keperawatan stikes muhammadiyah klaten.
B. Rumusan Masalah
Kesiapan belajar harus selalu ada dalam setiap pelajaran, Kesiapan
pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang konvesional, yang
berupaya untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik yang
mempertemukan Dosen dengan Mahasiswa dalam suatu ruangan untuk belajar yang
memiliki karakteristik yang terencana yang berorientasi pada tempat (place-based) dan
interaksi social. Setelah pandemic covid-19 ini hilang pemerintah memutuskan akan
melakukan pembelajaran tatap muka. Namun kemungkinan ada mahasiswa yang
mengalami kecemasan karena akan menghadapi pembelajaran tatap muka sedangkan
selama ini sudah terbyasa pembelajaran secara online, Gangguan kecemasan ini
merupakan salah satu gangguan mental yang akan berdampak besar pada kehidupan
penderitanya. Orang dengan gangguan ini menyatakan bahwa kecemasan mereka tidak
didasarkan pada sesuatu yang nyata, tetapi mereka merasa "terjebak" oleh pikiran dan
perasaan mereka.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan pertanyaan peneliti
“apakah ada hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan tingkat
kecemasan mahasiswa stikes muhammadiyah klaten ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah hubungan kesiapan menghadapi
pembelajaran luring dengan tingkat kecemasan mahasiswa stikes muhammadiyah
klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin.
b. Untuk mendeskripsikan kesiapan menghadapi pembelajaran luring
c. Untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan mahasiswa
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
upaya pengembangan ilmu keperawatan dengan meningkatkan pelayanan khusus
pada mahasiswa yang mengalami kecemasan, menambah pengetahuan dan
wawasan tingkat kecemasan mahasiswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini di harapkan mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tentang cara mengelola kecemasan, agar tidak
mengalami cemas yang berlebihan.
b. Bagi Perawat
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan untuk meningkatkan upaya dalam promosi kesehatan dengan metode
penyuluhan kesehatan yang menarik dan menambah wawasan bagi mahasiswa
dalam mengelola kecemasan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya tentang pembelajaran luring dengan
tingkat kecemasan mahasiswa.
d. Bagi Stikes Muhammadiyah Klaten
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi
perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang tingkat tingkat kecemasan
dalam menghadapi pembelajaran luring.
E. Keaslian Penelitian
1. Shaleh & Anhusadar (2021) “Kesiapan Lembaga PAUD dalam Pembelajaran Tatap
Muka pada New Normal”
Penelitian ini bersifat analitik dan deskriptif dengan menggunakan data
kualitatif. Semua data dari survei ini diperoleh melalui serangkaian wawancara
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Mahasiswa.
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu atau
belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk pendidikan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah menengah atas, institut dan universitas (Hartaji,
2012)Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa diartikan sebagai orang
yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (Kamus Online Bahasa Indonesia,
kbbi.web.id). Seorang mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan yang
berusia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat diklasifikasikan dari masa remaja
akhir hingga masa dewasa awal dan dari segi perkembangan, tugas perkembangan
pada usia siswa ini adalah untuk membentuk kemapanan kehidupan (Yusuf, 2012)
2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa.
Perguruan tinggi dapat menjadi saat penemuan intelektual dan pertumbuhan
kepribadian. Mahasiswa berubah dalam menanggapi kurikulum yang menawarkan
wawasan dan cara berpikir baru seperti; kepada mahasiswa lain yang memiliki
pandangan dan nilai yang berbeda, kepada budaya mahasiswa yang berbeda dengan
budaya pada umumnya, dan kepada dosen yang memberikan model-model baru.
Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran hasrat yang penuh gairah atau
awal dari karir masa depan (Papalia, Diane & Feldman, 2018)
Ciri-ciri perkembangan remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun) dapat dilihat
pada tugas-tugas perkembangan, yaitu (Gunarsa, S. D., & Gunarsa, 2011):
a. Bisa menerima keadaan fisiknya; Perubahan fisiologis dan organik yang begitu
intens pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir lebih tenang.
Struktur dan penampilan fisik adalah tetap dan harus diterima apa adanya.
Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan lambat
laun mulai menerima keadaan.
b. Dapatkan kebebasan emosional; Masa remaja akhir sedang dalam proses
melepaskan diri dari ketergantungan emosional pada orang-orang yang dekat
dengan kehidupan (orang tua). Kehidupan emosional yang sebelumnya
mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi
13
14
yang meluas, mengetahui lawan jenis, dan prestasi/pelajaran yang tidak stabil di
sekolah. Penyebab masalah remaja adalah:
1) Perubahan biologis dan psikologis yang sangat cepat.
2) Belum siap memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu.
3) Perbaikan gizi yang menyebabkan timbulnya menstruasi dini dan kejadian
menstruasi dini masih tinggi.
lesuh. Jika peserta didik memiliki badan yang tidak sakit, maka akan
memudahkan untuk belajar.
b. Kesiapan psikis siswa dalam pembelajaran menunjukkan bagaimana
kesiapan siswa secara mental dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kesiapan psikis adalah siswa memiliki kemampuan psikis dalam menerima
jawaban atau respon dalam belajar yang meliputi adanya hasrat untuk
belajar, dapat berkonsentrasi, kepuasan, keinginan atau motivasi belajar,
perhatian, dan adanya kesadaran dalam belajar. Kesiapan psikis
memberikan andil yang cukup penting bagi peserta didik dalam menjalani
pembelajaran di sekolah sehingga memudahkan siswa dalam menguasai
bahan pelajaran yang disajikan secara mudah dan efektif.
c. Kesiapan materiil adalah siswa memiliki kemampuan materiil dalam
belajar. Kesiapan materiil meliputi adanya bahan yang dipelajari atau
dikerjakan baik berupa buku bacaan, catatan, buku paket, serta adanya
peralatan atau perlengkapan yang diperlukan saat pembelajaran
berlangsung. Dengan didukung berbagai perlengkapan akan membantu
siswa dalam proses pembelajaran.
4. Kategori Penilaian Kesiapan.
Kategori penilaian kesiapan pembelajaran luring dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Siap jika skore yang diperoleh ≥ 60 %
b) Tidak Siap, jika skore yang diperoleh < 60 %
C. Konsep Kecemasan.
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan sadar (efektif) yang ditandai dengan perasaan
takut atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian
masih utuh (tidak ada splitting of personality) perilaku dapat terganggu namun
masih dalam batas normal (Hawari., 2012). Sedangkan definisi kcemasan menurut
Darajat ( th 2017) adalahKecemasan (anxiety) merupakan manifestasi dari berbagai
proses emosional yang bercampur dan terjadi ketika mengalami stres emosional
(frustrasi) dan konflik batin (Darajat, 2017).
19
Kecemasan adalah situasi yang mengancam, dan merupakan hal normal yang
terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau belum pernah
terjadi sebelumnya, serta dalam menemukan identitas diri dan makna dalam hidup
(Fitri Fauziah, 2015)
2. Factor Penyebab Kecemasan.
Menurut (Hawari., 2012) mekanisme kecemasan adalah
psikoneuroimunologi atau neuroendokrinologi. Stresor psikologis yang
menyebabkan kecemasan adalah pekerjaan, lingkungan, ekonomi, hukum,
penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Namun, tidak semua orang yang
mengalami stres psikososial mengalami gangguan kecemasan. Itu tergantung pada
struktur perkembangan kepribadian, seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman,
jenis kelamin, keluarga, teman, dan dukungan sosial dari masyarakat.
a. Usia.
(Hawari., 2012), menjelaskan bahwa usia merupakan ukuran waktu
pertumbuhan dan perkembangan individu. Usia berkorelasi dengan
pengalaman, yang membentuk persepsi dan sikap karena berkorelasi dengan
pengetahuan, pemahaman, dan pandangan tentang penyakit dan peristiwa.
Kematangan proses berpikir orang dewasa yang cenderung menggunakan
mekanisme koping yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok usia anak,
sebagian besar kelompok usia anak yang pernah mengalami kecelakaan patah
tulang mengalami kecemasan berat dibandingkan dengan usia dewasa. untuk
mengalami reaksi.
b. Pengalaman.
Pengalaman penyakit masa lalu, baik positif maupun negatif, dapat
mempengaruhi perkembangan keterampilan koping. Keberhasilan seseorang
dapat membantu individu mengembangkan kekuatan koping. Jika tidak,
kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan
koping maladaptif dengan stresor tertentu.(Friedmen, 2013)
c. Dukungan.
Dukungan psikososial keluarga merupakan mekanisme interpersonal
yang dapat melindungi orang dari efek negatif stres. Secara umum, sistem
pendukung yang kuat membuat Anda kurang rentan terhadap penyakit
mental.
20
d. Jenis kelamin.
Mengenai kecemasan pria dan wanita, dia mengatakan dia lebih khawatir
tentang ketidakmampuannya daripada pria, pria lebih aktif dan eksplorasi, dan
wanita lebih sensitif. Studi lain menunjukkan bahwa pria lebih santai daripada
wanita.
Sunaryo, 2014, menulis dalam bukunya bahwa pria dewasa memiliki
semangat yang kuat untuk sesuatu yang umumnya dianggap mengancam
dirinya dibandingkan dengan wanita. Laki-laki memiliki tingkat pengetahuan
dan wawasan yang lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki lebih
banyak berinteraksi dengan lingkungan eksternal dan sebagian besar
perempuan tinggal di rumah dan bertindak sebagai ibu rumah tangga, tingkat
pengetahuan dan komunikasi yang dapat mereka peroleh tentang pencegahan
penyakit menjadi terbatas.
e. Pendidikan
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang
berpendidikan lebih tinggi dapat lebih memanfaatkan pemahamannya dalam
beradaptasi dengan patah tulang dibandingkan dengan kelompok responden
yang berpendidikan lebih rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden
yang berpendidikan rendah cenderung merespon kecemasan yang serius
karena memiliki pemahaman yang buruk tentang kejadian patah tulang dan
membentuk persepsi yang menakutkan.
3. Tanda dan Gejala kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan menurut (Hawari, 2012) sebagai berikut :
a. Saya mudah tersinggung oleh kecemasan, kekhawatiran, perasaan sakit, dan
ketakutan hati saya.
b. Ketegangan, gelisah, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, dari keramaian, dan banyak orang.
d. Pola tidur yang tidak teratur, mimpi yang membuat stres.
e. Konsentrasi dan kehilangan memori.
f. Keluhan fisik seperti nyeri otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinnitus), jantung berdebar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
saluran kemih, dan sakit kepala.
21
4. Tingkat kecemasan.
Setiap tingkat kecemasan memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda.
Gejala yang terjadi tergantung pada kedewasaan individu, pemahaman dalam
menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart,
2017). Tingkat kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan ringan dikaitkan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
mengingatkan orang dan memperluas wilayah persepsi mereka. Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menciptakan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk fokus pada apa yang
penting dan membiarkan segalanya berlalu. Akibatnya, seseorang mengalami
perhatian selektif, tetapi mampu melakukan hal-hal yang lebih fokus.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi area persepsi seseorang. Orang cenderung
fokus pada detail dan hal-hal konkret, dan tidak memikirkan hal lain. Semua
tindakan telah terbukti meredakan ketegangan.
d. Panik dikaitkan dengan ketakutan dan kesalahan yang berlebihan. Detailnya di
luar kendali dan keseimbangannya hilang. Orang yang panik tidak bisa
melakukan apa-apa ketika diperintahkan untuk melakukannya. Panik disertai
dengan kebingungan kepribadian. Panik meliputi aktivitas motorik,
berkurangnya hubungan dengan orang lain, persepsi yang terdistorsi, dan
hilangnya pemikiran rasional.
5. Mekanisme koping kecemasan
Setiap kali ada stressor yang membuat individu merasa tidak nyaman,
upaya untuk mengatasi berbagai mekanisme koping secara otomatis akan muncul.
Penggunaan mekanisme koping efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan
pemangku kepentingan percaya bahwa mekanisme yang digunakan dapat
mengatasi kecemasan mereka. Untuk mencapai homeostasis pribadi secara
fisiologis dan psikologis, kecemasan harus segera diatasi. Menurut (Asmadi,
2013), mekanisme koping kecemasan terbagi dalam dua kategori.
a. Strategi pemecahan masalah (problem-solving strategy)
Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengatasi atau
mengatasi masalah/ancaman yang ada dengan keterampilan observasi yang
realistis. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, gunakan metode
sumber, coba-coba, dan metode bermain dan kesabaran lainnya (STOP).
22
D. Kerangka Teori.
Pandemi Covid-19
Pembelajaran Daring
Kecemasan
E. Hipotesis.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau antara variable yang satu dengan variable
yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo, 2018)
Variabel Pengganggu
1. Usia
2. Pengalaman
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Dukungan
Keterangan:
: variabel diteliti
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasi yaitu mencari
hubungan antara variabel bebas (Kesiapan menghadapi pembelajaran luring) dan variabel
terikat (tingkat kecemasan dengan pendekatan cross sectional. Cross Sectional Study yaitu
penelitian melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Dalam hal ini penelitian
yang dilakukan adalah mencari hubungan kesiapan menghadapi pembelajaran luring dengan
tingkat kecemasan pada mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Klaten.
pengambilan sampel, subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 3 Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Klaten yang memenuhi kriteria
eksklusi. Kriteria eksklusi ditetapkan sebagai berikut:
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut atau nilai seseorang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditentukan oleh penelitian yang akan diteliti sehingga
diperoleh informasi yang berkenaan dengan hal tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan
(Sugiyono, 2015).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (variabel bebas).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau merupakan penyebab
berubahnya atau munculnya variabel terikat (Sugiyono, 2015). Variabel bebas penelitian
ini adalah persiapan menghadapi pembelajaran offline.
2. Variabel dependent (variabel terikat).
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah tingkat kecemasan pada mahasiswa.
3. Variabel pengganggu.
Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan – hubungan variabel
sedemikian rupa sehingga hasilnya bisa berlawanan dari hipotesis.variabel pengganggu
pada penelitian ini adalah :
a. Usia dikendalikan dengan membatasi usia mahasiswa dari usia 20-21 tahun.
31
G. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku untuk semua kegiatan penelitian
yang melibatkan peneliti, yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan
menerima dampak dari hasil penelitian (Notoadmojo, 2018). Etika penelitian yang peneliti
perhatikan menurut (Notoadmojo, 2018) adalah:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for human dignity).
Responden harus mendapatkan hak dan informasi tentang tujuan penelitian yang
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. Untuk menghormati harkat dan
martabat responden, peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan (informed
consent). Sebelum diberikan lembar informed consent, peneliti menjelaskan terlebih
dahulu tentang tujuan dan prosedur penelitian. Setelah itu peneliti memberikan lembar
informed consent menggunakan google form kepada responden dan apabila mahasiswa
33
tidak bersedia mengisi, maka peneliti harus menghormati hak responden dan tidak
memaksa semua responden bersedia menandatangani informed consent.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliian (respect for privacy and
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak – hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiiaan reponden.
Peneliti akan menggunakan inisial sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusi/keterbukaan (menghormati keadilan dan inklusi)
Peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan keadilan, yaitu menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan ini memastikan bahwa responden menerima perlakuan dan
manfaat yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, dll.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefits}
Dalam sebuah penelitian sebisa mungkin memperoleh manfat semaksimal
mungkin bagi masyarakat dan khusunya responden. Peneliti harus meminimalisasi
dampak kerugian untuk responden.
H. Instrumen Penelitian.
Alat pengumpulan data (instrument) dalam penelitian ini adalah dengan kuisioner.
Alat pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun social yang diamati (Sugiyono, 2015) Penelitian ini menggunakan instrument
diantaranya :
1. Kuisioner A
Kuisioner ini berisi tentang data demografi responden, diantaranya yaitu nama inisial,
alamat, usia, dan jenis kelamin.
2. Kuisioner B
Kuisioner ini berisi tentang kesiapan pembelajaran luring. Kuisioner yang digunakan
dimodifikasi dari penelitian Siska (2021) dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua Dengan Kesiapan Pembelajaran Online Siswa di SD IT Yayasan Pendidikan
Prima Mandiri Desa Kolam TP.2020/2021”. Kuisioner kesiapan pembelajaran luring ini
terdiri dari 20 pernyataan yaitu 10 pernyataan favorable dan 10 pernyataan unfavorable
34
mengkorelasikan skor butir (X) terhadap skor total instrument (Y) dengan menggunakan
korelasi Product-Moment. Adapun rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi product moment
N = jumlah sample
∑ XY = jumlah perkalian skor butir dengan skor total
∑ X = jumlah skor butir
∑ Y = jumlah skor total
Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid apabila koefisien (rxy) berharga
positif dan lebih besar dari harga table rtabel pada taraf signifikansi 5% (0,05). Diketahui
rtabel dengan 20 responden pada taraf signfikasi 5% adalah 0,468. Butir pertanyaan
dinyatakan valid apabila nilai korelasi hasil perhitungan (rhitung) lebih besar dari rtabel
(0,468) dan bila (rhitung) lebih kecil dari rtabel maka butir instrument dinyatakan tidak valid
(Saputra, 2019). Uji validitas akan dilakukan pada mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
Tingkat 4 di Universitas Muhammadiyah Klaten dengan jumlah 20 responden dan akan
dilakukan pada bulan April 2022.
2. Uji Reliabilitas.
(Sugiyono 2017) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Uji relibilitas dilakukan secara bersama – sama terhadap seluruh pernyataan. Uji
relibilitas merupakan cara untuk mengukur konsistensi sebuah instrument penelitian.
Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur yang digunakan tersebut menunjukan hasil
yang konsisten.
Pada Instrumen C sudah baku, sedangkan intrumen B belum baku dan harus di uji
reliabilitas terlebih dahulu. Dalam penelitian ini digunakan pengujian reliabilitas
instrumen secara internal dengan rumus Alpha Cronbach. Adapun rumus Alpha
Cronbach sebagai berikut:
36
Keterangan:
r11 = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σ –σ i2 = jumlah varians
σ t2 = varians total
Batasan Skor Reliabilitas Alpha Cronbach jika skor <0,50 = rendah, 0,50-0,60 =
cukup dan 0,70 – 0,80 = Tinggi. Jika Alpha Cronbach suatu variabel lebih kecil dari rhitung
< rtabel maka instrument penelitian tidak reliabel. Dan sebaliknya jika Alpha Cronbach
suatu variabel lebih besar dari rhitung > rtabel maka instrumen penelitian dikatakan reliabel.
Diketahui rtabel dengan 20 responden pada taraf signfikasi 5% adalah 0,468. Pada biasanya
untuk skor reliabilitas yang diterima dalam banyak penelitian yaitu berjumlah 0,7 sampai
0,8. Uji reliabilitas instrument penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan
program dari komputer. Uji reliabilitas akan dilakukan pada mahasiswa S1 Ilmu
Keperawatan Tingkat 4 di Universitas Muhammadiyah Klaten dengan jumlah 20
responden dan akan dilakukan pada bulan April 2022.
J. Jalannya penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan penyusunan laporan hasil penelitian yang diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Mengidentifikasi masalah dan menentukan topik penelitian yang diajukan kepada
pembimbing skripsi.
b. Peneliti mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi dan koordinator skripsi,
kemudian mengajukan surat permohonan izin pada tanggal 9 Desember 2021 untuk
melakukan studi pendahuluan kepada ketua Stikes Muhammadiyah Klaten.
c. Peneliti melakukan studi pendahuluan di Stikes Muhammadiyah Klaten
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 17 Desember 2021 di Stikes
37
Setelah melakukan ijin penelitian, peneliti membentuk grup whatsapp yang berisi 53
responden. Di dalam grup whatsapp peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan
penelitian, serta cara pengisian kuesioner.
d. Peneliti memberikan Informed Concent
Peneliti memberikan surat permohonan dan persetujuan menjadi responden kepada 53
responden yang telah dipilih peneliti. Kemudian responden mengisi permohonan dan
persetujuan menjadi responden.
e. Peneliti membagikan kuesioner pembelajaran luring.
Peneliti memberikan link google form yang dibagikan melalui grup whatsapp dan
diberikan petunjuk pengisian. Kuesioner pembelajaran luring 20 pernyataan.
f. Peneliti membagikan kuesioner kecemasan ZSAS
Peneliti memberikan link google form yang dibagikan melalui grup whatsapp dan
diberikan petunjuk pengisian. Kuesioner kecemasan ZSAS dengan 20 pernyataan.
g. Pengumpulan kembali kuesioner
Responden mengumpulkan kuisioner yang telah diisi kepada peneliti, kemudian
peneliti mengecek kembali kelengkapan pengisian. Data yang didapatkan dari
responden harus dijaga privasinya karena responden memiliki hak dijaga
kerahasiaannya (respect for privacy and confidentiality).
3. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti melakukan pengolahan data
Setelah proses penelitian atau pengambilan data selesai dilakukan, peneliti melakukan
analisa data secara komputerisasi.
b. Peneliti menyusun laporan penelitian.
Hasil analisa data kemudian dilakukan pembahasan dan disajikan dalam bentuk
laporan selanjutnya dilakukan seminar hasil.
c. Peneliti melakukan seminar hasil
Setelah menyelesaikan keseluruhan proses penelitian, maka dilanjutkan seminar hasil.
d. Peneliti memperbaiki hasil penelitian dan melakukan penjilidan.
e. Peneliti mengumpulkan hasil penelitian.
1. Pengolahan data.
Pengolahan daya yang dilakukan dengan tahap sebagai berikut :
a. Editing.
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi dari formulir
atau kuesioner. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban
pada intrumen. Pastikan instrumen yang diberikan oleh peneliti dapat dimengerti
secara mudah oleh responden. Setelah itu lakukan pengecekan data dan pastikan
bahwa responden mengisi semua data yang telah diberikan oleh peneliti melalui
googleform.
b. Coding.
Coding yaitu membentuk data menjadi sebuah kode bilangan atau angka.
Variable yang diberi coding yaitu :
Tingkat Kecemasan
3 mahasiswa Ringan 1
Sedang 2
c. Entry data adalah kegiatan masukkan data yang sudah dilakukan coding ke dalam
system computer. Sebelum melakukan entry pastikan peneliti memberi kode
disetiap data, kemudian dapat dimasukkan kedalam computer untuk proses
dianalisis data.
d. Clening adalah kegiatan pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan –
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya kemudian
dilakukan koreksi.
2. Analisa Data.
40
a. Analisa univariat.
Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi varibel bebas dan variable terikat (Sugiyono,
2015). Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel. 3.3 Uji Univariat
Variabel Data Uji Univariat
Usia Numerik Mean, min-max, SD
Jenis kelamin Kategori Presentase
Kesiapan Pembelajaran Kategori Presentase
Luring
Tingkat kecemasan Kategori Presentase
b. Analisis bivariate.
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat (Notoadmojo 2018). Skala data variabel terikat
adalah ordinal dan skala data variabel bebas adalah ordinal. Dua variabel yang
diuji adalah variabel bebas (kesiapan menghadapi pembelajaran offline) dan
variabel terikat (tingkat kecemasan). Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah
data kategorik ordinal, sehingga data tersebut diuji dengan Kendall Tau yang
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dengan skala
ordinal dan sebaran data tidak harus normal. Jika P hitung < 0,5 maka Ho ditolak
dan jika P hitung > 0,05 maka Ho diterima.
Tabel. 3.4 Analisa Bivariat
Variabel bebas Skala data Variabel Skala data Uji statistik
terikat
Kesiapan Ordinal Tingkat Ordinal Kendall Tau
menghadapi Kecemasan
pembelajaran
luring