Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PEMBERIAN PROMOSI KESEHATAN DENGAN MOBILE

HEALTH TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DALAM


PENCEGAHAN COVID-19 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIDOMULYO

PROPOSAL

Nurul Hidayah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini maraknya penyakit menular yang sangat meresahkan seluruh
dunia yang dikenal dengan penyakit coronavirus disease 2019 (Covid19),
dimana penyakit menular ini pada tahun 2019 dikenal dengan Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini berukuran
sangat kecil (120-160 nm) yang utamanya menginfeksi hewan termasuk
diantaranya adalah kelelawar dan unta. Saat ini penyebaran dari manusia ke
manusia sudah menjadi sumber penularan utama sehingga peneybaran virus
ini terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi dari pasien positif
covid19 melalui droplet yang keluar saat batuk dan bersin. (Han Y, 2020)
akan tetapi diperkirakan juga bahwa virus ini menyebar dari orang yang tidak
bergejala namun hasil pemeriksaan menunjukkan positif covid-19. Selain itu
telah diteliti bahwa virus ini dapat hidup pada media aeroso ( yang dihasilkan
melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. ( Susilo dkk, 2020).
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
atau Coronavirus Disease 2019 (Covid19 ) jumlah kasusnya terus bertambah
seiring dengan waktu. Terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah
satu pasien, salah satu pasien tersebut di curigai kasus “Super Spreader”
akhirnya dikonfirmasikan transmisi pneumonia ini dapat menular dari
manusia kemanusia ( Realman.2020) sampai saat ini dengan cepat menyebar
masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut,
Menurut data World Health Organization (WHO) hingga Desember
2020 terkonfirmasi covid 19 sebanyak 84.474.195 kasus. (WHO,2020) Virus
ini telah menyebar ke 222 negara dengan akibat kematian mencapai 1.848.704
kasus. Salah satu dari 222 negara yang tersebar virus covid19 yaitu Indonesia.
Gugus tugas covid 19 di Indonesia terus mengkonfirmasi kasus yang
bertamabah hingga Desember 2020 sebanyak 779.548 kasus. Dimana pasien
dalam perawatan sebanyak 110.693 kasus, dinyatakan sembuh sebanyak
645.746 kasus dan angka kematian mencapai sebanyak 23.109 jiwa.
Untuk provinsi Riau sendiri, yang terkonfirmasi sebanyak 24.932
kasus dengan pasien yang isolasi mandiri sebanyak 799 kasus, pasien yang
dalam perawatan di rumah sakit sebanyak 467 kasus, pasien yang dinyatakan
sembuh sebanyak 23.083 kasus dan yang meninggal dunia sebanyak 583 jiwa.
Sedangkan untuk data di Pekanbaru yang terkonfirmasi covid 19 sebanyak 11,
691 kasus. Dengan pasien yang isolasi mandiri 344 kasus, pasien yang dalam
perawatan di rumah sakit sebanyak 243 kasus, pasien yang sudah sembuh
sebanyak 10,835 kasus dan yang meninggal dunia sebanyak 269 jiwa (Profil
Kesehatan Provinsi Riau, 2020).
Dari kasus yang terkonfirmasi positif covid 19 di Pekanbaru terdapat
satu pasien yang dikategorikan dalam usia remaja. Pasien laki-laki yang
berinisial ARM (16) diketahui positif corona setelah menjalani pemeriksaan
swab di poli pinere Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad (RSUD
Arifin Achmad, 2020).
Dari data Dinas Kesehatan Pekanbaru Riau didapatkan data usia
remaja dengan jumlah keseluruhan presentasenya yaitu 92,82%, yang dimana
data jumlah presentase laki-laki yaitu 48,28% dan jumlah presentase
perempuan yaitu 44,54% (DINKES Riau, 2020).
Masa remaja dimana masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak
dengan masa kehidupan dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan biologis dan psikologis. Secara psikologis ditandai dengan
sikap dan perasaan keinginan dan emosi yang labil ataua tidak menentu
sedangkan secara biologis ditandai dengan tumbuh dan kembangnya seks
primer dan seks sekunder. Dengan demikian keterkaitan remaja dengan
penularan virus corona dapat dikatakan saling berkaitan karena jika remaja
tidak memenuhi protokol kesehatan, seperti tidak menggunkan masker saat
berpergian, tetap berkumpul dan membuat kerumunan tanpa menjaga jarak,
jaran mencucui tangan dan tidak mengkonsumsi vitamin, kemungkinan
penularan virus dapat terjadi tanpa dihindari.
Masalah penyebaran COVID-19 pada remaja diakibatkan COVID-19
telah mengancam kesehatan fisik dan psikis, dan cara hidup sehari-hari.
Secara tidak sengaja, setiap hari terus mendengar berbagai berita dan
kemudian memikirkan cara-cara untuk melindungi diri dari virus. Masalahnya
adalah, selama di rumah juga harus tetap fokus untuk belajar. Akibat
pemberitaan COVID- 19, pikiran menjadi tidak fokus dan sulit berkonsentrasi
pada pelajaran (Hanifah, et al., 2020). Hal ini kemungkinan besar disebabkan
karena kurangnya informasi yang diperoleh remaja terkait dengan pandemi
COVID-19 ini. Yang ada pada pikiran remaja adalah virus corona sangat
berbahaya. Kecemasan remaja pada masa pandemi COVID -19 yang apabila
seseorang terinfeksi virus ini sulit untuk sembuh dan kebanyakan meninggal.
Beberapa faktor yang menyebabkan anxiety pada masa pandemi COVID- 19
adalah kurangnya informasi mengenai kondisi ini, pemberitaan yang terlalu
heboh di media masa ataupun media sosial (Aulia, 2018), kurangnya
membaca literasi terkait dengan penyebaran dan mengantisipasi penularan
corona virus (Purwanto et al., 2020).
Dampak COVID-19 itu begitu dashyat. Dampaknya yang nyata adalah
kehilangan nyawa atau kematian, penurunan dan pelambatan ekonomi
(resesi), terganggu aktivitas pendidikan, ekonomi dan sosial, dan yang paling
mengkhawatir dampak psikologis dan perubahan perilaku pada masyarakat.
penyebaran COVID-19 ini juga menyerang sistem psikologis individu begitu
juga dengan remaja, maka perlu dilakukan penanganan secara psikologis,
sehingga mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertindak, dan juga
menentukan bagimana mengatasi stress, menjalani relasi dengan orang lain,
keluarga, teman, sosial, dan lingkungan disekitar, serta membuat pilihan yang
tepat. Penanganan secara psikologis dapat diberikan dengan Dukungan
Psikologis Awal dengan indikator Hubungan Remaja dengan Keluarga,
Hubungan Remaja dengan Satuan Pendidikan, dan Hubungan Remaja dengan
Masyarakat.( Ahmad Hariadi, et,al. 2020).
Pentingnya promosi pencegahan covid dengan media yang disukai dan
dekat dengan remaja solusinya dengan cara memberikan promosi pencegahan
covid dengan media yang disukai oleh remaja yaitu dengan penggunaan
metode Mobile Health atau Smartphone dimana Mobile health adalah suatu
bentuk inovasi dan kemajuan dari teknologi e-health yang dimanfaatkan
dalam dunia kesehatan dimana inovasi ini diharapkan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan piranti online atau system
prabayar dengan menggunakan device media komunikasi yang saat ini sangat
dekat dengan manusia seperti handphone, internet dan lain – lain.
(Nurmi,2013; WHO,2011). Penggunaan mhealth ini ditujukan agar
masyarakat dapat berkomunikasi dengan pakar kesehatan tanpa harus
bertatap muka secara langsung yang sulit untuk akses kepelayanan kesehatan.
Penggunaan Mobile Health berbeda dengan penggunaan media
kesehatan yang lain dalam memberikan informasi kesehatan karena mHealth
merupakan penerapan teknologi komunikasi kesehatan dua arah yang
memungkinkan untuk mengirimkan pesan pribadi langsung kelapisan
masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan, respon langsung dalam
keadaan darurat dan dukungan kesehatan lain yang dapat dilakukan oleh
perawat atau tenaga kesehatan lain sebagai upaya pertolongan pertama (shatz
& ratzan,2011).
Tujuan Mobile Health merupakan World Health Organization (2011).
Ernst & young global technology center (2013) yaitu untuk memberdayakan
individu dan masyarakat dengan informasi terkait kesehatan dan mendorong
perbaikan kualitas layanan kesehatan, membantu pengambilan keputusan
untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan, memantau
kemajuan kesehatan dan mempromosikan kesehatan, memperkuat dasar bukti
untuk kebijakan kesehatan yang efektif dan meningkatkan tata kelola,
memobilisasi sumber daya baru dan memastikan akuntabilitas system yang
digunakan.
Berdasarakan urian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Pemberian Promosi Kesehatan Dengan Mobile Health
Terhadap Pengetahuan Remaja Dalam Pencegahan Covid-19 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sidomulyo”

B. Rumusan Masalah
Masalah penyebaran COVID-19 pada remaja diakibatkan COVID-19
telah mengancam kesehatan fisik dan psikis, dan cara hidup sehari-hari.
Selama di rumah juga harus tetap fokus untuk belajar. Akibat pemberitaan
COVID- 19, pikiran menjadi tidak fokus dan sulit berkonsentrasi pada
pelajaran hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kurangnya informasi
yang diperoleh remaja terkait dengan pandemi COVID-19 ini. Pentingnya
promosi pencegahan covid dengan media yang disukai dan dekat dengan
remaja solusinya dengan cara memberikan promosi pencegahan COVID-19
dengan media yang disukai oleh remaja yaitu dengan penggunaan metode
Mobile Health atau Smartphone dimana Penggunaan Mobile Health berbeda
dengan penggunaan media kesehatan yang lain dalam memberikan informasi
kesehatan karena mHealth merupakan penerapan teknologi komunikasi
kesehatan dua arah yang memungkinkan untuk mengirimkan pesan pribadi
langsung kelapisan masyarakat dalam melakukan promosi kesehatan, respon
langsung dalam keadaan darurat dan dukungan kesehatan lain yang dapat
dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain sebagai upaya pertolongan
pertama.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan
remaja dalam pemberian promosi kesehatan yaitu “Pengaruh Pemberian
Promosi Kesehatan Dengan Mobile Health Terhadap Pengetahuan
Remaja Dalam Pencegahan Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian promosi kesehatan dengan mobile
health terhadap pengetahuan remaja dalam pencegahan Covid-19 tahun
2021.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengetahuan remaja sebelum diberikan promosi kesehatan
dengan Mobile Health dalam pencegahan Covid-19 tahun 2021.
2. Mengetahui Pengetahuan remaja setelah diberikan promosi dengan
Hobile Health dalam pencegahan Covid-19 tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi STIKes Payung Negeri
Sebagai bahan atau informasi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan bagi peserta didik khususnya pada pendidikan S1
Keperawatan tentang pengaruh pemberian promosi kesehatan dengan
mobile health terhadap perilaku remaja dalam pencegahan covid-19 tahun
2021
2. Bagi Responden
Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan remaja terhadap
penggunaan mobile health dalam pencegahan covid-19
3. Bagi Peneliti
Untuk menerapkan ilmu yang telah didapat distudi dan menambah
pengetahuan serta wawasan dalam melakukan penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep COVID-19
1. Defenisi COVID-19
Penyebaran virus corona yang pertama kali terjafi di Wuhan
diumumkan pada bulan Desember 2019 oleh pemerintah China. Kasus
terinfeksi virus ini bertambah dengan cepat dan menyebar keseluruh
dunia, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tanggal 11 Februari 2020 mengumumkan nama penyakit tersebut yaitu
“COVID-19” yaitu “CO” berarti “corona”, “VI” untuk “virus dan “D”
untuk “disease (penyakit” dan “19” untuk tahun ditemukannya. Penyakit
coronavirus 2019, yang disingkat COVID-19 adalah jenis penyakit
menular dari satu orang ke orang lain melalui (droplet) dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 2020) dan 2-14 hari oleh Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC, 2020).
Kasus pertama yang ditemukan di Indonesia dan diumumkan pada
tanggal 2 maret 2020, dan jumlahnya terus meningkat. Pada tanggal 11
Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 pandemi, setelah wabah
asal Wuhan, China itu menyebar kesedikitnya 150 negara (CDC,2020). Di
mana sebanyak delapan negara diantaranya melaporkan kasus infeksi
lebih dari 1.000 orang (WHO, 2020). Negara-negara itu termasuk Italia,
Iran, Korea Selatan, Prancis, Spanyol, Jerman dan Amerika Serikat (AS).
Pandemi adalahepedemi penyakit yang menyebar kebeberapa negara dan
memepengaruhi sejumlah besar orang di seluruh dunia. Pandemi biasanya
juga disebut wabah penyakit global. Angka fatalitas kasus diperkirakan
antara 1-3% kematian tertinggi pada orang dewasa ≥85, mulai dari 10%
hingga 27% diikuti oleh 3% hingga 11% di antara orang dewasa berusia
65-84 tahun. 1% hingga 3% diantara berusia 55-64 tahun. <1% diantara
orang dewasa 20-54 tahun dan tidak kematian diantara orang berusia ≤19
tahun (Keliat, A. Budi, 2020).
2. Penyebab COVID-19
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.
Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
memberikan nama penyebab Covid-19 sebagai SARS-CoV-2. Penelitian
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat
bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang
dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti
virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan
panas ( Kemenkes RI, 2020) Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi Covid-19
rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat
mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari
pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang
tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai
dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan
14 hari setelah onset gejala.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
Covid-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan
partikel berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi
ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin)
sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi.
Oleh karena itu, penularan virus Covid-19 dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan
permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi
(misalnya, stetoskop atau termometer). Dalam konteks Covid-19,
transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam keadaan khusus
dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol
seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian
pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah
pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan
positif noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara
(Anggreni & Safitri, 2020).
3. Tanda dan gejala COVID-19
Gejala awal COVID-19 berupa gejala flu, seperti demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala bisa
memberat, yaitu demam tinggi. batuk berdahak bahkan berdarah, sesak
napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus Corona. Gejala infeksi virus Corona bisa muncul
dalam waktu 2-14 hari setelah terpapar virus Corona, tetapi kebanyakan
klien COVID-19 merasakan gejala setelah 11-12 hari. Penyakit COVID-
19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan sampai
terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok
septik. Klien dengan gejala ringan, rawat inap tidak berlaku kecuali ada
yang cocok untuk perburukan yang cepat sesuai dengan pertimbangan
medis. Semua klien yang pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri
selama 14 hari dan memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan jika
mengalami gejala yang semakin berat

B. Konsep Perilaku
1. Pengertian perilaku
Menurut Notoatmodjo, seperti yang dikutip Priyoto (2016) perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uaraian
ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Perilaku tertutup
Perlaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, presepsi, pengetahuan, kesadra dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik, yang dengan mudah diamati atau dilihat oleh
orang lain.
2. Domain perilaku
Menurut Triwibowo (2016) perilaku manusia sangat kompleks dan
mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku terbagi dalam tiga
domain yaitu :
a. Pengetahuan ( knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
1) Tahu (know), tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajaripada situasi
atau kondisi sebenernya.
4) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam suatu struktur organisasi tesebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (syhthesis), sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-
hari, sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
1) Keperayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi, dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian seseorang terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Suatu usaha untuk menjawab suatu
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan berarti
orang dapat menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkatan yang ketiga. Misalnya :
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
menimbang anaknya ke Posyandu.
4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggu jawab atas segala
sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap
yang paling tinggi.
c. Praktek atau tindakan (practice)
Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan
tindakan tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guided respons), dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
merupakan indicator tindakan tingkat kedua.
3) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai
tindakan tingkat ketiga.
4) Adaptasi (adaptational), adaptasi adalah suatu praktek atau
tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Purwoastuti (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku antara lain :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang mempermudah
terwujudnya praktek, maka sering disebut sebagai faktor pemudah.
Adapun yang termasuk faktor predisposisi, yaitu : kepercayaan,
keyakinan, pendidikan, motivasi, persepsi, pengetahuan.
b. Faktor pendukung
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, teredia atau
tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Fasilitas ini
pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku, sehingga disebut faktor pendukung atau pemungkin.
c. Faktor pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya, yang merukapan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat. Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi
oleh orang-orang penting
Menurut Febriani (2016)), faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku juga dari faktor internal yaitu kegiatan yang sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang dimaksud antara lain jenis
kelamin menurut Hungu (2016), bahwa perbedaan biologis antara
siswa perempuan dan siswa laki-laki, siswa perempuan lebih
menggunakan perasaan sehingga berpengaruh terhadap keterampilan
terutama dalam menyikat gigi, ras/keturunan, sifat fisik, kepribadian,
dan bakat. Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu
kecapakan, pengetahuan dan keterampilan khusus.

C. Konsep Promosi
1. Pengertian promosi
Promosi (promotion) adalah usaha atau upaya untuk memajukan atau
meningkatkan misalnya untuk meningkatkan perdagangan atau
memajukan bidang usaha. Promosi berasal dari kata promote dalam
bahasa Inggris yang diartikan sebagai mengembangkan atau
meningkatkan. Pengertian tersebut jika dihubungkan dengan
bidangpenjualan berarti sebagai alat untuk meningkatkan omzet penjualan.
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individu
-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengandalkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak dari pengertian yang
dirumuskan WHO, Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong diri nya sendiri (mandiri) serta mengembangkan kegiatan
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasana kesehatan Leonita & Jalinus
(2018).
2. Pengertian Mobile Health
Mobile Health (mHealth) merupakan inovasi dalam bidang kesehatan
yang berguna membuat perubahan perilaku dan mempromosikan terkait
manajemen kesehatan diluar perawatan dirumah sakit. Perawat bisa
memanfaatkan mHealth dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Pelayanan yang efisien, efiktif dan berkualitas bisa didapatkan dengan
mHealth. Menggunakan mHealth dapat memberdayakan pasien menjadi
aktif berkontribusi dalam pengobatan dengan meningkatkan kesadaran
perawatan diri dalam mengoptimalkan kesehatan sehingga pembiayaan
kesehatan dapat diminimalkan Arjuna & Sukihananto (2019)
3. Tujuan mobile health
Tujuan utama mobile health (mH) adalah memberikan intervensi
kesehatan yang dipersonalisasi, interaktif dan adaptif dalam konteks
kehidupan sehari-hari individu, mengatasi banyak hambatan tradisional
yang dihadapi oleh praktisi kesehatan seperti kendala waktu dan sumber
daya. Mobile health (mH) pada umumnya digunakan untuk memberikan
informasi kesehatan bagi masyarakat umum serta memfasilitasi
telekomunikasi antara dokter dengan pasien. Upaya yang dilakukan agar
tujuan mH tercapai adalah mengembangkan dan mengevaluasi program-
program dari mH sehingga masyarakat dapat mengakses layanan
kesehatan tanpa bertatap muka secara langsung dengan dokter. Mobile
health (mH) terdiri dari dua bentuk, yaitu aplikasi dan website kesehatan.
Aplikasi Mobile atau Mobile health Application adalah sebuah aplikasi
yang memungkinkan dapat dilakukan secara mobilitas dengan
menggunakan perlengkapan seperti Personal Digital Assistant (PDA) atau
smartphone Milward (2019).

4. Jenis-jenis media promosi mobile health


Menurut Levac & Sullivan (2018) Era digital yang dikenal dengan Web
2.0 atau Health 2.0 atau Medicine 2.0 menjadikan masyarakat sehat dan
pasien lebih mengandalkan Internet daripada dokter sebagai sumber
informasi perawatan kesehatan. Situs web media sosial yang populer
terbukti efektif dan ampuh untuk menyebarluaskan informasi kesehatan,
mendukung upaya promosi kesehatan dan dapat ditelusuri secara online
seperti YouTube, Facebook, MySpace, Twitter, dan Second Life. serta
image sharing, mobile technology dan blog. Dengan topik menunjukkan
bahwa aplikasi mHealth sudah banyak dilakukan namun dalam bentuk
aplikasi yang berbeda-beda dan jenis edukasi serta terapi yang berbeda
pula. Adapun jenis teknologi mobile health yang digunakan dengan
devices yang bervariasi, seperti smartphone, website, social media, web-
based application, Mobile website dan text message, tablet untuk
kunjungan petugas kesehatan dan untuk video Teleconferencing,
Smartphone/tablet device. Sedangkan satu artikel hanya menyatakan
menggunakan mHealth tool saja, tidak secara spesifik menyebutkan dan
ada pula literatur menyatakan jenis-jenis mobile health dengan
menggunakan aplikasi yaitu mHealth, Pain Buddy, Cancer-Tailored
Intervention for Pain and Symptoms (C-TIPS), Move It Now interactive
CBT Internet intervention, WebMAP Mobile, Smartphone-Based Pain,
Management, Pain squad+.

D. Konsep Remaja
1. Pengertian remaja
Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah suatu masa
dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan seksualitasnya,
individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial yang penuh, kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-
anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis
ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks
sekunder sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan,
keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu. Hurlock membagi fase
remaja menjadi masa remaja awal dengan usia antara 13-17 tahun dan
masa remaja akhir usia antara 17-18 tahun. Masa remaja awal dan akhir
menurut Hurlock memiliki karakteristik yang berbeda dikarenakan pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang
lebih mendekati dewasa Hidayati & farid (2016).
2. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Menurut Putro ( 2017) yang dikutip dalam jurnalnya salah satu periode
dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan
masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik,
remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan
baik. Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik,
remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta
akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja
gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat
negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-
tugas perkembangan berikutnya. William Kay, sebagaimana dikutip
Yudrik Jahja14 mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja
sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul
dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan

3. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Menurut Wulandari (2017) Karakteristik Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja sebagai berikut :
a. Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai
puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun)karakteristik
seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja
perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan
rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks sekunder ini
tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-17
tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan
pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang
secara fisik.
b. Kemampuan berpikir Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan
energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman sebaya
yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir,
mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif
dengan identitas intelektual sudah terbentuk.
c. Identitas Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya
ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba
berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri
meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas
harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir
menetap pada remaja di tahap akhir.
d. Hubungan dengan orang tua Keinginan yang kuat untuk tetap
bergantung pada orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh remaja pada
tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik utama terhadap
kontrol orang tua. Remaja pada tahap pertengahan mengalami konflik
utama terhadap kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi
dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan
emosional dan dan fisik dari orangtua dapat dilalui dengan sedikit
konflik ketika remaja akhir.
e. Hubungan dengan sebaya Remaja pada tahap awal dan pertengahan
mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi
ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat;
pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama, namun
mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis.
Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar
perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh
sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir,
kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang
berbentuk pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan
antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan yang
permanen.

E. Penelitian Terkait
1. Penelitian ini dilakukan oleh (Deswinda, et,al. 2019) yang berjudul The
Titeer Game As An Effort To Prevent Teen Pregnancy. Tujuan penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas permainan titeer terhadap
kehamilan remaja. Desaian penelitian dengan menggunaka quasi
experimentdengan pendekatan kelompok kontrol pre-posttest. Analisis
hasil pengetahuan, sikap efikasi diri, pengaruh teman sebaya dan
pencegahan kehamilan meningkat secara signifikan 2 dan 10 minggu
setelah intervensi. Kesimpulan twmuan ini memverifikasi bahwa
kelompok intervensi jelas dibedakan dari kelompok kontrol dalam hal
perilakunya pencegahan kehamilan. Remaja yang terpapar permaianan
titeer jauh lebih terpelajar daripada mereka yang tidakjadi remaja terpapar
dapat menerjemahkan pengetahuan menjadi konkret praktik yang
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagai kosekuensi, perlu
memiliki kebijakan yang mendudkung penggunaan file game Titeer oleh
BKKBN pada umumnya. Secara khusus, pendukung-wakil dari KBKR
yang terkait langsung dengan program kehamilan remaja juga diperlukam.
Pengesahan akan memungkinkan aplikasi ini menjakau banyak sekali
kaum muda penonton diseluruh negeri. Dengan dilaksanakannya program
pemberdayaan remaja ini dapat mempromosikan kemandirian dan
mengembangkan mereka menjadi individu yang positih untuk kehidupan
dimasa depan yang lebih baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Fitria, et,al. 2018) yang berjudul Mobile
Health Intervensi Untuk Peningkatan Perawatan Ibu Hamil Di Kota
Semarang. Desain penelitian deskriptif kualitatif, dengan pendekatan
observasional Lokasi pengambilan sampel meliputi 3 wilayah puskesmas
di kota Semarang (puskesmas Bululor, puskesmas Bandarharjo dan
puskesmas Gayamsari) dengan kriteria puskesmas tersebut mempunyai
jumlah kasus risiko tinggi diatas 100 kasus/bulan. Teknik Sampling secara
purposive dengan jumlah sampel 102 orang. Pengambilan sampel
dilakukan di puskesmas, kunjungan rumah dan pada kelas ibu hamil.
Intervensi dengan dibuat grup whatsapp berjumlah 5-15 orang ibu hamil,
1 orang tenaga survey kesehatan yang berlatar belakang bidan dan 1 orang
bidan pendamping dari puskesmas. Intervensi promosi kesehatan
dilakukan 3-5 hari dengan mengirimkan pesan teks, gambar dan video
tentang perawatan kehamilan. Kuesioner ditanyakan untuk mengetahui
penilaian dan ketertarikan konten promosi termasuk media yang di
gunakan dan kepercayaan keefektifan media promosi. Dari total responden
mempunyai aplikasi whatsapp (102), diketahui responden yang aktif
sebanyak 48 orang (47%), responden inilah yang akan dilakukan observasi
secara kualitatif. Jumlah responden yang mempunyai aplikasi Whatsapp
102 orang dari total 126 orang. Berdasarkan observasi terdapat 48 orang
(47%) responden yang aktif bertanya, memberikan komentar ataupun
berbagi pengalaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi
penelitian ini efektif, terbukti 97% responden menyatakan bahwa
intervensi efektif, 98% responden.

3. Penelitian ini dilakukan oleh (Robiyatul, 2019) yang berjudul Teknologi


Mobile Health Dalam Kasus Obesitas Pada Anak: A Literature Review
Peneliti menggunakan metode literature review untuk mendapatkan
deskripsi evidence dari dampak intervensi penggunaan mobile device
dengan diabetes mellitus pada anak dengan melakukan analisis yang
mendalam. Hasil penelitian turut mendukung pernyataan sebelumnya,
bahwa adanya penurunan yang lebih besar Sweat Sugar Beverage (SSB)
per juice pada anak kelompok Smart Moms dibandingkan dengan hasil di
kelompok kontrol selama 6 bulan, yaitu 9,7 oz/hari dan 1 oz/7 hari (p=
0,01). Selain itu, berat badan Ibu kelompok Smart Moms menurun 2,4 Kg,
sedangkan berat badan ibu kelompok kontrol meningkat 0,9Kg (p<0.01).
Kedua, aktivitas fisik menjadi salah satu yang diukur cenderung efektif
setelah diberikan intervensi mHealth pada anak. Adanya dampak positif
program intervensi pada remaja dengan TeenPower App. Ketiga, mHealth
dinyatakan juga berdampak positif terhadap BMI. Keempat, pada
penelitian lain, dinyatakan pula bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik yang diamati antara kelompok intervensi
MINISTOP dan kontrol untuk nilai FMI (p = 0,57) saat evaluasi 1 tahun
setelah intervensi dan tidak ada efek yang dipertahankan untuk perubahan
skor komposit yang diamati (rata-rata ± standar deviasi untuk intervensi
dan kontrol grup: + 0,53 ± 1,49 unit dan + 0,35 ± 1,27 unit, p = 0,25 antar
kelompok). kelima, Adanya dampak positif program intervensi pada gaya
hidup remaja dengan TeenPower App dan didukung bahwa Ada dampak
positif dan langsung dari SBWMP pada pengetahuan kesehatan siswa dan
dampak psikologis dalam kelompok intervensi. Terakhir, Persepsi ibu
terhadap pencegahan obesitas pada infant dengan aplikasi ProAsk.

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan digunakan (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini subjeknya adalah
remaja, Variabel Independennya adalah Promosi Kesehatan Dengan Mobile
Health dan Variabel Dependen adalah Perilaku Remaja Dalam Pencegahan
Covid-19. yang dibuat dalam bentuk skema dibawah ini :

Skema 2.1
Kerangka Konsep

Input Out put

Pengetahuan remaja Promosi Pengetahuan remaja


sebelum diberikan kesehatan dengan sesudah diberikan
promosi kesehatan Mobile Health promosi kesehatan
dengan Mobile dengan Mobile
Health Health

Independen Dependen

G. Hipotesa penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari pernyataan, yang dirumuskan
dalam bentuk variabel terkait, yang berfungsi untuk menemukan ke arah
pembuktian, arti hipotesa ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan
(Notoatmodjo,2012).
Ha : Ada perbedaan yang signifikan promosi kesehatan dengan Mobile
Health terhadap perilaku remaja dalam pencegahan COVID-19
Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan promosi kesehatan dengan Mobile
Health terhadap perilaku remaja dalam pencegahan COVID-19
.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment dengan
menggunakan pendekatan Pre and Post Test Wihout Control, adalah
penelitian eksperiment yang hanya melakukan intervensi pada suatu
kelompok tanpa pembanding (control) dan membandingkan nilai Pre Test
and Post Test (Notoatmodjo,2012).
Skema 3.1
Bentuk Rancangan Penelitian
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Pengetahuan remaja sebelum diberikan promosi kesehatan dengan
Mobile Health
X = Promosi kesehatan dengan Mobile Health
O2 = Pengetahuan remaja sesudah diberikan promosi kesehatan dengan
Mobile Health
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo, alasan
mengambil tempat penelitian tersebut karena berdasarkan data yang
didapat dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melaporkan bahwa wilayah
tersebut merupakan jumlah kasus remaja tertinggi.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai Juni
2020,seperti yang dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No Uraian Kegiatan
Feb Mar April Mei Juni Juli
1 Pengajuan Judul            
2 Pembuatan Proposal            
3 Ujian Proposal            
4 Pengumpulan Data            
5 Pengolahan Data            
6 Analisa Data            
7 Ujian Hasil            
8 Perbaikan Skripsi            

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang diteliti
di Puskesmas Wilayah Kerja Sidomulyo. Populasi dalam penelitian ini
seluruh remaja yang diambil berdasarkan kriteria inklusi peneliti.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhanobjek yang ditelitidan
dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian dapat menggunakan
seluruh objek atau hanya mengambil sebagian dari keseluruhan populasi.
Sampel yang baik adalah sampel yang representatife/mewakili populasi.
Pengambilan sampel ini dilakukan atas dasar pertimbangan waktu,
keterbatasan biaya, tenaga dan lokasi (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini jumlah sampel dihitung dengan menggunakan
rumus:
keterangan
n : jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
Z : nilai normal untuk a = 0,005 atau (1,96)
P : proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q : 1-p (100 - p)
D : tingkat kesalahan (d = 0,05) sama dengan 95%

Untuk Mengatisipasi Kehilangan Responden, Peneliti Menggunakan


Drop out sebanyak 20%
Drop Out
n
n' =
1−f
3. Teknik pengambilan sampel (teknik sampling)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik proposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada
suatu pertimbanga tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiriberdasarkan
ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan
pada kriteria Inklusi dan Ekslusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inskulsi merupakan insklusi dimana subjek peneliti yang
memenuhi syarat sebagai sampearce, Evelyn, C. 2009, Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta .el
( Notoatmodjo, 2012).
1) Remaja yang memiliki android
2) Remaja yang aktif dalam group

b. Kriteria Eksklusi
1) Remaja yang tidak memakai smartphone.
2) Remaja yang tidak masuk group wattshap.
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah cara atau alat-alat yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau alat ukur penelitian
( Notoadmojo, 2012), Alat yang digunakan dalam peneliatian ini adalah
Smartphone atau Android.

E. Definisi Operasional
Defenisi operasional menurut Notoatmodjo (2012) dibuat untuk
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi
serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam
definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang dapat diukur serta
operasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan definisi operasional,
maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak
terdapat arti dan istilah-istilah ganda apabila tidak dibatasi akan menimbulkan
tafsiran yang berbeda. Definisi operasional hendaknya memuat batasan
tentang Variabel bebas dan variable terikat. Istilah yang dipakai untuk
menghubungkan variabel-variabel.
Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Defenisi Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
. Operasional Ukur Ukur
1. Independen Mobile Health kuesione Nomina Diberikan
Pemberian (mHealth) r l promosi Mobile
promosi merupakan Health
kesehatan inovasi dalam
Mobile bidang
Health kesehatan yang
berguna
membuat
perubahan
perilaku dan
mempromosika
n terkait
manajemen
kesehatan diluar
perawatan
dirumah sakit.
2. Dependen Pengetahuan kuesioner Nomina Pengetahuan
Pengetahua merupakan hasil l remaja
n remaja tahu, dan ini
terjadi setelah Baik jika nilai
seseorang >
melakukan mean/mediam
penginderaan
terhadap suatu
objek tertentu. Kurang Baik
Penginderaan jika nilai
terjadi melalui <mean/media
panca indera
m
manusia

F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan menurut Hidayat
(2010) adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan menjadi lembar responden (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden, agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan tidak memberikan atau mencantum nama responden pada lembar
alat ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan
3. Tidak membahayakan (Non Maleficence)
Non Maleficence adalah prinsip dimana peneliti tidak akan melakukan
tindakan yang menyebabkan bahaya pada responden baik yang bersifat
resiko maupun aktual
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur atau pun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai
tujuan yang diinginkan.Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam
melakukan penelitian ini antara lain:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan proses penyusunan proposal
peneliti, setelah proposal peneliti mendapatkan persetujuan dari dosen
pembimbing. Setelah penelitian dinyatakan dapat melanjutkan maka
peneliti mengurus surat izin peneliti.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah peneliti menyelesaikan urusan
adminitrasi dan melakukan ujian proposal. dalam pengumpulan data,
peneliti akan secara langsung berhadapan dengan klien.
b. Peneliti akan datang ke puskesmas Sodomulyot. Setelah sampai
dipuskesmas penelitian, peneliti akan meminta data dan alamat serta
no telepon pasien remaja.
c. Setelah membuat grup online ( WA) Peneliti akan menjelaskan tujuan
penelitian serta dampak yang akan diperoleh oleh responden.
Responden yang bersedia dalam penelitian menandatangani surat
persetujuan tindakan ( informed consent) sebagai bentuk kesediaan
partisipasi dalam kegiatan penelitian.
d. Melakukan pengumpulan data yang diawali dengan mendata klien
remaja sesudah dan sebelum di lakukan intervensi.
e. Selanjutnya peneliti membagikanpromosi mobile health melalui
online (WA). Yaitu dengan memberitahu cpromosi dan cara
pengisisan kuesioner.
f. Sebelumnya peneliti akan membuat kesepakatan penetuan hari kepada
responden untuk memberiakan promosi kesehatan. Setelah semua
setuju maka pada hari yang telah disepakati peneliti akan memberitahu
di setiap responden bahwa hari tersebut jadwal promosi kesehatan
dengan Mobile Health.
g. Kemudian setelah menyelesaikan intervensi, peneliti akan
menanyakan via online kepeda responden
h. Lembar pengkajian yang sudah diisi akan dibandingkan antara pre test
–post test, selanjutnya dilakukan penelolahan data dan pengumpulan
dokumentasi.
3. Tahap akhir
Pada tahap ini peneliti mengelolah data yang telah dikumpulkan dan
melakukan penyusunan laporan serta penyajian hasil peneliti. Tahap
ini adalah tahap akhir dalam proses pelaksanaan penelitian. Hasil
eksperiment dicatat pada lembar observasi.

H. pengolahan Data
a) Editing
Editing merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memeriksa
kuisioner yang diisi oleh responden penelitian. Pemeriksaan
inimeliputikelengkapan,kejelasan,relevansi dan konsisten dengan
jawaban pertanyaanlainnya(Notoatmojo,2012).
b) Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng”kode”an atau “coding” yaitu mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode
ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry)
(Notoatmojo,2012).
c) Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Yakni jawaban-jawaban dari masing masing responden yang
dalam bentuk “kode” dimasukkan kedalam program atau “software”
komputer, dan dalam proses ini dibutuhkan ketelitian dari peneliti yang
memasukkan data entry ini, apabila tidak maka akan terjadi
kekeliruan dalam memasukan data, meskipun hanya memasukkan data
saja (Notoatmodjo, 2012).

d) Pembersihan Data (Cleaning)


Data yang sudah ada diperiksa kembali kelengkapannya, data
yang sudah dimasukkan ternyata tidak lengkap, maka dianggap gugur
dan diambil sampel baru (Notoatmodjo, 2012). Cleaning dapat
dilakukan setelah keseluruhan data dimasukkan kedalam program
dikomputer selanjutnya diperiksa apakah data yang dimasukkan telah
benar.

I. Analisis Data
1. AnalisisUnivariat
Uji Univariat digunakan untuk membuat gambaran distribusi
frekuensi setiap variable penelitian. Distribusi frekuensi digunakan untuk
menggambarkan atau menunjukkan berapa kali suatu nilai terjadi dalam
seluruh pengukuran sampel. Analisis Univariat digunakan untuk
mendapatkan data frekuensi dan persentase Mobile Health.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian promosi
kesehatan dengan Mobile Health terhadappengetahuan remaja tentang
pencegahan covid 19. Setelah data terkumpul kemudian akan ditabulasi
kedalam table yang sesuai dengan variabel yang diukur. Untuk melihat
frekuensi Mobile Health sebelum dan sesudah diberikan intervensi
digunakan uji t dependent. Derajat kepercayaan (p=0,05), apabila dari uji
statistik didapatkan uji pvalue< 0,05, maka diartikan ada pengaruh Promosi
kesehatan Mobile Healt terhadap Pengetahuan remaja , sehingga Ho
ditolak. Sedangkan apabila p> 0,05 maka dapat diartikan bahwa tidak ada
pengaruh Promosi kesehatan Mobile Healt terhadap Pengetahuan remaja,
maka Ho gagal ditolak
Tabel 3.3
Rancangan penyajian tabel
Variabel N Mean Standar Deviasi (SD) p value
Oles
essensial
oil lavender
Pre Test
Post Test

Keterangan:

N : Responden

Mean : Nilai rata-rata semua data

SD : Standar Deviasi

P value : Nilai terhadap signifika

:Delta

Anda mungkin juga menyukai