Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN RESIDENSI

ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PASIEN


DAN KELUARGA COVID-19 DI IRINA F ISOLASI
RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

Pembimbing Akademik:
Prof.Dr.dr. Starry
H.Rampengan,Sp.JP(K),MARS,FIHA,FICA,FACC,FAHA,FECS,FAPSIC

Pembimbing Lapangan:
dr. Jehezkiel Panjaitan ( Direktur Medik,Keperawatan dan Penunjang)

Oleh:
SYENI OLVIANA WUATEN
20202111056

PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wabah Covid-19 menjadi pandemi global setelah diumumkan oleh WHO atau

Badan Kesehatan Dunia dan dengan penyebarannya yang begitu cepat membuat Covid-

19 menjadi topik utama di penjuru dunia. Tidak terkecuali di Indonesia karena jumlah

masyarakat yang terinfeksi virus Covid-19 atau Corona mengalami peningkatan hari

demi hari. Pemerintah selalu memperbarui data Covid-19 di Indonesia, dapat dilihat pada

table bahwa terjadi penambahan kasus setiap harinya. Dan dari penambahan kasus

tersebut membuat jumlah pasien Covid-19 semakin meningkat. Berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah untuk menangani penyebaran virus Covid-19, salah satunya yaitu

Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB). Secara bertahap di wilayah-wilayah yang

terindikasi mempercepat penyebaran Covid-19.

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru,

‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit

ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019-nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus

baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (WHO, 2020). Coronavirus 2019

(Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut

coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Penyakit ini pertama kali ditemukan pada Desember 2019

di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan sejak itu menyebar secara global diseluruh

dunia, mengakibatkan pandemi coronavirus 2019-2020. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) mendeklarasikan wabah koronavirus 2019- 2020 sebagai Kesehatan Masyarakat

Darurat Internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret

2020. Wabah
penyakit ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia, hingga hampir 200 negara di

dunia terjangkit oleh virus ini termasuk Indonesia. Berbagai upaya pencegahan

penyebaran virus Covid-19 pun dilakukan oleh pemerintah di negara-negara di dunia

guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini, yang disebut dengan istilah

lockdown dan social distancing (Supriatna, 2020).

Gejala-gejala penyakit COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah,

dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung

tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami biasanya

bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi mungkin

tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat (WHO, 2020). COVID-19

menjadi permasalahan yang semakin serius dimana tingkat penyebaran virus begitu pesat

dan tidak menunjukkan gejala yang signifikan. WHO secara resmi menyatakan COVID-

19 sebagai pandemi pada Rabu, 11 Maret 2020, hal tersebut terjadi setelah penyakit

tersebut menjangkit semakin banyak orang. Menurut WHO, pandemi adalah skala

penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia. Pandemi ini sudah

menjangkit banyak negara, termasuk Indonesia. Presiden Indonesia ke 7, Ir. H. Joko

Widodo mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020

(Permana, 2020). Sejak pemberitaan pertama yang diumumkan di Indonesia, setiap

harinya terdapat kasus pasien positif COVID-19, setidaknya sejak kasus pertama hingga

24 Maret 2020 tercatat bahwa terdapat 686 orang positif COVID-19 (Idhom, 2020).

Meningkatnya kasus COVID-19 menarik perhatian masyarakat Indonesia, bahwasannya

penyakit ini memerlukan penanganan khusus oleh profesional sebagai garda terdepan

dalam menangani COVID-

19. Mereka orang-orang profesional yang dapat menghadapi pandemi ini sebagai garda

terdepan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau


keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU Tentang Tenaga

Kesehatan Pasal 1 ayat 1 Tahun 2014). Sebagai tenaga kesehatan, mereka dituntut untuk

bekerja melawan pandemi, tetapi sejak pemberitaan kasus pertama COVID-19 masuk di

Indonesia, alat-alat kesehatan dan pelindung diri menjadi langka dan sulit untuk

digunakan oleh tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

yang memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan

tersebut meliputi tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan

masyarakat, tenaga gizi, tenaga terapi fisik dan tenaga teknisi medis. Tenaga kesehatan

memegang peranan sebagai garda terdepan dalam pemenuhan kebutuhan akan jasa

pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga harus mampu memberikan pelayanan yang

ramah, menggunakan peralatan yang tersedia secara maksimal dan mampu

menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta terpercaya dalam mewujudkan patient safety

sebagai komitmen organisasi. Dengan posisinya yang berada di garda terdepan dan

berhadapan langsung dengan pasien, tenaga kesesehatan tentunya berhadapan langsung

pula dengan risiko tertular COVID-19. Risiko ini harus dihadapi oleh seluruh tenaga

yang bertugas langsung dalam pelayanan COVID-19. Pada masa pandemi ini pemerintah

terus berusahan memenuhi segala kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan, tenaga

kesehatan terus bahu membahu melakukan rangkaian 3T, Tracing, Testing , dan

Treatment dengan masif serta terus mengedukasi masyarakat agar selalu mematuhi

protokol kesehatan untuk melindungi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa dari

pandemi COVID-19. Saat ini masyarakat sedang berjuang menghadapi pandemi Covid-

19. Tenaga kesehatan termasuk juga perawat memiliki peran penting dalam menghadapi

situasi dan kondisi saat ini. Dalam segi


pelayanan kesehatan di rumah sakit, tenaga kesehatan menjadi garda terdepan,

sedangkan di masyarakat tenaga kesehatan memiliki peran dalam peningkatan ketahanan

masyarakat untuk berjuang dan tentunya menang melawan Covid-19. Peran tenaga

kesehatan diperlukan sebagai upaya membangun masyarakat Indonesia untuk memiliki

ketahanan melawan pandemi Covid-19.

Situasi pandemik Covid-19 yang masih tergolong baru dalam pemahaman

masyarakat luas, berdampak juga pada implementasi tindakan dan sejumnlah aktifitas

pelayanan di rumah sakit. Misalkan tentang penerapan standar SOP yang ketat pada

pasien dan keluarga, penentuan standar diagnostik, intervensi dan tindakan medis oleh

tenaga kesehatan bahkan sampai pada prosedural penanganan pasien meninggal.

Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman antara pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

yang melayani, sehingga sering ditemukan kasus amuk massa akibat tidak menerima

diagnosa penyakit Covid-19. Dalam berbagai kasus telah diterapkan prosedur konseling

dan penyuluhan serta edukasi yang cukup ketat tetapi masih saja ditemukan adanya

miskomunikasi antara pasien, keluarga dan masyarakat dengan pihak rumah sakit yang

merawat.

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang merupakan salah satu Rumah Sakit

Pendidikan di Indonesia, dalam memberikan pelayanannya mempunyai visi, misi, dan

motto yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat baik pasien, maupun

orang sehat. Upaya RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado membentuk suatu wadah yang

mengkoordinir memberikan pelayanan pendidikan kesehatan baik dalam bentuk edukasi,

konseling, diskusi kelompok, seminar ataupun dengan menggunakan media baik media

elektronik ataupun media cetak.


RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, gawat darurat dan tindakan medis. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

merupakan satuan kerja Kementrian Kesehatan yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat, dan mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan

pemulihan secara paripurna, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan, menyelenggarakan upaya

peningkatan kesehatan lainnya, dan melaksanakan rujukan.

Penanganan kasus Covid-19 telah diupayakan oleh pihak RSUP

Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dengan membuat satu instalasi khusus yaitu Instalasi Rawat

Inap F Isolasi, yang semula merupakan instalasi rawat inap F yang merawat pasien neuro,

jantung dan mata, pasien kulit dan kelamin, pasien THT serta isolasi penyakit khusus.

Berbagai pertimbangan pimpinan RSUP Kandou, menetapkan Irina F Isolasi menjadi

instalasi utama yang merawat penderita Covid 19 dengan mengemban tata nilai ; team

work, inovatif, transparan dan akuntabel, integritas yang tinggi serta bertindak cepat dan

tepat. Pelaksanaan tindakan perawatan pasien khusus dilakukan dengan sejumlah tahapan

prosuderal yang selalu dipantau dengan mengikuti kebijakan oleh pihak-pihak terkait baik

secara terpadu dan nasional juga secara internal rumah sakit.

Sejak menerima pasien perdana pada awal thn 2020 tepatnya ditanggal 15 Maret

Thn 2020, secara menyeluruh prosedur tindakan perawatan telah diupayakan secara

maksimal. Namun tak dapat dihindari juga terjadi beberapa kasus yang melibatkan

ketidakpahaman dan kurangnya informasi penderita dan keluarga sehubungan dengan

komunikasi petuags kesehatan yang belum sesuai standar. Misalnya; informasi yang
diberikan masih dianggap belum memadai, efektifitas waktu, kondisi psikologis

komunikan dan komunikator, media yang digunakan, proses pendekatan yang belum

adekuat dan lain sebagainya. Tak jarang juga wawasan dan pemahaman penderita dan

keluarga yang terpengaruh oleh hoaks mengenai Covid 19, informasi dangkal yang

didapat melalui media social, kesalahan penafsiran, kondisi psikologis serta masih banyak

faktor penyerta sehingga seringkali proses edukasi dan komunikasi belum terjadi secara

efektif dan memadai.

Keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan

program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan, maka rumah sakit perlu

melaksanakan sasaran keselamatan pasien (SKP). Sasaran keselamatan pasien tersebut

meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien

operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko

pasien jatuh. Dari enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan

asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.

Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat ke

pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan. Mencegah terjadinya risiko

kesalahan pemberian asuhan keperawatan maka perawat harus melaksanakan sasaran

keselamatan pasien diantaranya: komunikasi efektif di Instalasi Rawat Inap. Komunikasi

efektif dapat dilakukan antar teman sejawat (dokter dengan dokter/ perawat dengan

perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter) serta yang terutama antara petugas

kesehatan dengan pasien dan keluarga.


B. TUJUAN

1. Mendapatkan pemahaman dan keterampilan dasar dalam pengelolaan rumah sakit

khususnya komunikasi efektif yamg diterapkan pada pasien dan keluarga penderita

Covid-19 yang dirawat di Irina F Isolasi

2. Mengaplikasikan teori dan konsep manajemen yang diperoleh saat kuliah dalam

mengidentifikasi permasalahan penerapan komunikasi efektif di Irina F Isolasi.

3. Mengaplikasikan teori dan konsep manajemen penyusunan solusi permasalahan

penerapan komunikasi efektif di Irina F Isolasi.

C. MANFAAT

1. Bagi mahasiswa

Melalui residensi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam bidang

manajemen rumah sakit khususnya pelaksanaan penerapan komunikasi efektif pada pasien

dan keluarga penderita Covi-19. Selain itu juga menambah pengetahuan mengenai

identifikasi masalah hingga mencari solusi pemecahan masalah.

2. Bagi pihak RS

Pelaksanaan komunikasi yang efektif akan menunjang kelancaran pelaksanan

pelayanan yang diberikan.. Hasil residensi ini kiranya dapat menjadi masukan bagi pihak

manajemen di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dalam rangka memberikan

pelayanan kesehatan yang aman, nyaman dan bermutu tinggi pada pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN DASAR PENYAKIT COVID-19

1. Konsep Dasar Penyakit

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2).

SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi

sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui

menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda

dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti

demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi

terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID- 19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada tanggal 31 Desember

2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China

mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari

2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern

(PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai

pandemi. - 6 - Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular,

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit

Menular, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah

Penyakit Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010

tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu


Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Untuk itu dalam rangka

upaya penanggulangan dini wabah COVID-19, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan

Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat

Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh

pertimbangan bahwa Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan

WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Selain itu

meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke

Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk, memerlukan upaya penanggulangan

terhadap penyakit tersebut. Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan

menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,

WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia

(Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2

Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia.

Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus

konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%). Dilihat dari situasi

penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh wilayah provinsi di

Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin meningkat dan

berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta

kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden tersebut

menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia yang - 7

- wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran

COVID19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,

meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial

ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12

Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease

2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Penanggulangan KKM dilakukan melalui

penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan baik di pintu masuk maupun di wilayah. Dalam

penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di wilayah, setelah dilakukan kajian yang

cukup komprehensif Indonesia mengambil kebijakan untuk melaksanakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pada prinsipnya dilaksanakan untuk menekan

penyebaran COVID-19 semakin meluas, didasarkan pada pertimbangan epidemiologis,

besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Pengaturan PSBB ditetapkan

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala

Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),

dan secara teknis dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020

tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

2. Epidemiologi Penyakit

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019

(Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga

berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah

China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis
baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan

MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular

dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan

yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada

tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan

tergantung pada populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara,

dan ketersediaan pemeriksaan laboratorium.

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.

Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid),

glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung).

Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu

alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum

adanya COVID19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-

229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63

(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARSCoV (betacoronavirus), dan

MERS-CoV (betacoronavirus). Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk

dalam genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik,

dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini

masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS

pada 2002- 2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on

Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-

CoV-2. Sumber: CDC (2020) Gambar 1. 3. Gambaran mikroskopis SARS-CoV-2 Belum


dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan, tetapi

perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus

bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan,

suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020) menunjukkan

bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless

steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus

corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat

dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol,

disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali

khlorheksidin).

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke

manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber

penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6

hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan

tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada

sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai

dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah

onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan

penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena

memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala

(asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada

kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi

saat ini membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala

(simptomatik) ke orang lain


yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan

diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat

(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau

bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva

(mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi

droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat

terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung

dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,

stetoskop atau termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat

dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang

menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,

pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke

posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif,

trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai transmisi melalui udara.

3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.

Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.

Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.

Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri

kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau

ruam kulit. Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%

kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk

pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami

kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada

kasus
berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok

septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat

kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada

sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker

berisiko lebih besar mengalami keparahan.

4. Survelains Covid-19

1. Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:

a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) DAN pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah

Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum

timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah

sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

2. Kasus Probable

Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang

meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR. 3.

Kasus Konfirmasi Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang

dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi

menjadi 2 ;

a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-

19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:

a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam

radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.

b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti

bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).

c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau

konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.

d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko

lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan

sebagaimana terlampir). Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala

(simptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari

sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada

kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat

periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan

spesimen kasus konfirmasi.

5. Pelaku Perjalanan

Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar

negeri pada 14 hari terakhir.

5. Discarded

Hal ini apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:

a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali

negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam. b. Seseorang

dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.

7. Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:

a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan

follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan

spesimen diagnosis konfirmasi.

b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan

pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah

minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan

pernapasan.

c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan

hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari

setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

B. KOMUNIKASI EFEKTIF

Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran dan mencapai

tujuan. Komunikasi dikatakan efektif jika, informasi, ide atau pesan yang

disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga terbentuk kesamaan

persepsi, perubahan perilaku atau saling mendapatkan informasi atau menjadi paham.

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan

sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Proses

komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar

informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang

hasilnya sesuai dengan harapan. Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan

sasaran yang kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien.

Komunikasi yang efektif ini akan membuat para Profesional Pemberi Asuhan

(PPA) yang bekerjasama akan mampu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal,

meningkatkan akurasi diagnosis, mencegah krisis medis dan intervensi yang mahal,
serta menghindari long stay perawatan. Selain itu juga dapat meningkatkan

pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatannya, juga meningkatkan kepatuhan

pasien terhadap proses terapi dan pencegahan penyakit.

Komunikasi yang efektif antar profesi pemberi asuhan, akan sangat membantu

peran integrasi dan coordinative care pada para pasien. Pada akhirnya, hal ini akan

meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan sumber dana kesehatan yang cost

effective, mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu

pelayanan, meningkatkan image pelayanan dan menurunkan kemungkinan tuduhan

pelayanan yang kurang baik.

Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah

sakit menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan

dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan

perbaikan keselamatan pasien. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan

berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu,

akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan

meningkatkan keselamatan pasien.

1. Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif :

a. Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena

merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan

b. Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.

c. Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.

2. Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif :

a. Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

tidak efektif,

b. Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,


c. Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,

d. Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan

pendidikan kesehatan.

3. Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah3 :

a. Kejelasan

Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah

diterima dan dipahami oleh komunikan

b. Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan

kebenaran informasi yang disampaikan.

c. Konteks

Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai

dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

d. Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau

sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat

tanggap.

e. Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan

dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus

menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam

penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan

kesalahan persepsi.

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah

komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation),


metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke

pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang

disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi

penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi

terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR

juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara

shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan

semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi

pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan

untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah :

1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham

akan kondisi pasien.

3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,

Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan

oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka

dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan

perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain

dapat mengetahui perkembangan pasien.

1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/

dilaporkan? a . Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.

b . Diagnosa medis
c . Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan

dengan situasi?

a . Obat saat ini dan alergi

b . Tanda-tanda vital terbaru

c . Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes

sebelumnya untuk perbandingan

d . Riwayat medis

e . Temuan klinis terbaru

3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat

a . Apa temuan klinis?

b . Apa analisis dan pertimbangan perawat

c . Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

a .Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki

masalah?

b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?

c. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi

pasien?

d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan

dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.


3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah

keperawatan yang harus dilanjutkan.

4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil

pengkajian perawat shift sebelumnya.

5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat

harian.

Strategi dari WHO yang dapat diterapkan oleh rumah sakit adalah memastikan bahwa

pelayanan kesehatan menekankan tanggung jawab utama dari tenaga kesehatan untuk

memeriksa identitas pasien, lalu identitas pasien dicocokkan dengan perawatan yang

tepat (pemeriksaan laboratorium, spesimen atau prosedur). Mendorong tenaga

kesehatan agar setidaknya melakukan dua proses identifikasi (misalnya nama dan

tanggal lahir atau nama dan nomor rekam medis) untuk verifikasi pasien.

Pengidentifikasian menggunakan nomor kamar pasien harus dihindari.

a. Peningkatan komunikasi yang efektif

Gangguan dalam komunikasi merupakan akar penyebab utama terjadinya kejadian

sentinel yang dilaporkan ke Joint Commission di Amerika Serikat antara tahun 1995

dan 2006 . Komunikasi efektif, tepat waktu, akurat, lengkap dan mudah dipahami

akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Sebagai upaya meningkatkan komunikasi yang efektif, rumah sakit dapat

mengembangkan kebijakan atau prosedur untuk proses komunikasi (lisan, tertulis dan

elektronik). Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan adalah melakukan read-back

untuk perintah yang diberikan lisan melalui telepon. Hal ini penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya kesalahan pelaksanaan tindakan karena perintah yang diberikan

melalui telepon kurang jelas dan tidak dikonfirmasi ulang oleh penerima perintah

kepada pemberi perintah.


b. Peningkatan keamanan obat yang diwaspadai (High Alert Medications)

Keberadaan nama obat yang membingungkan adalah salah satu alasan paling umum

yang menyebabkan kesalahan pengobatan dan menjadi perhatian di seluruh dunia.

Beberapa nama obat terlihat atau terdengar seperti nama obat lainnya.

Cairan elektrolit konsentrat, berbeda dengan jenis obat-obatan, memiliki bahaya yang

cukup tinggi. Laporan kematian dan cedera atau kecacatan serius berkaitan dengan

kesalahan pemberian cairan elektrolit konsentrat masih terus terjadi dan dramatis.

Selain itu, cairan elektrolit konsentrat ini tidak dapat dikembalikan seperti semula

secara klinis apabila terjadi kesalahan dalam proses pengenceran atau pencampuran,

sehingga karenanya hasil yang dapat diamati adalah kematian atau cedera pada

pasien. Singkatnya, cairan elektrolit konsentrat ini dapat mematikan apabila tidak

dipersiapkan dan dikelola dengan tepat.

c. Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

Salah lokasi, prosedur atau salah pasien pada operasi adalah salah satu hal yang

mengkhawatirkan dalam proses pelayanan kesehatan dan tidak jarang terjadi di rumah

sakit. Kesalahan ini dapat terjadi akibat komunikasi yang kurang efektif atau tidak

adekuat antara anggota tim bedah atau ruangan lain, tidak terlibatnya pasien dalam

proses penandaan lokasi atau lebih parahnya tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi

operasi.

d. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah tantangan terbesar dalam pelayanan

kesehatan. Infeksi pada umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan

termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections)

dan pneumonia (seringkali berhubungan dengan ventilasi mekanis).


Langkah yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi infeksi ini atau infeksi lain

adalah dengan mencuci tangan (hand hygiene) yang tepat dan mencanangkannya

sebagai prioritas dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit dapat

mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan petunjuk hand

hygiene yang dapat diterima dan diimplementasikan di rumah sakit.

e. Pengurangan risiko jatuh

Langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh pasien di rumah sakit

adalah dengan melakukan pengkajian risiko jatu sejak awal proses perawatan pasien.

Pengkajian tersebut dilakukan kembali pada pasien saat terjadi perubahan kondisi atau

medikasi. Selain itu, untuk meningkatkan pencapaian sasaran ini, perlu dilakukan

evaluasi terhadap penggunaan alat ukur untuk asesmen risiko pasien jatuh.

C. KOMUNIKASI EFEKTIF DI MASA PANDEMI

Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat (KRPM) merupakan

komponen penting yang tidak terpisahkan dalam penanggulangan tanggap darurat

kesehatan masyarakat, baik secara lokal, nasional, maupun internasional. KRPM

dapat membantu mencegah infodemik (penyebaran informasi yang salah/hoaks),

membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan respon pemerintah

sehingga masyarakat dapat menerima informasi dengan baik dan mengikuti anjuran

pemerintah. Dengan demikian, hal-hal tersebut dapat meminimalkan kesalahpahaman

dan mengelola isu/hoaks terhadap kondisi maupun risiko kesehatan yang sedang

terjadi. Yang tidak kalah pentingnya, KRPM bertujuan untuk dapat mengubah

perilaku hidup masyarakat. KRPM menggunakan strategi yang melibatkan

masyarakat dalam kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan intervensi yang

dapat diterima dan efektif untuk menghentikan penyebaran wabah yang semakin

meluas serta dapat


melindungi individu dan komunitas. Di sisi lain, upaya ini juga sangat penting untuk

pengawasan, pelaporan kasus, pelacakan kontak, perawatan orang sakit dan perawatan

klinis, serta pengumpulan dukungan masyarakat lokal untuk kebutuhan logistik dan

operasional. KRPM yang diadaptasi dari panduan dan pelatihan Risk Communication

and Community Engagement, WHO, bertujuan untuk:

1. Menyiapkan strategi komunikasi dengan informasi dan ketidakpastian yang belum

diketahui (pemantauan berita/isu di media massa dan media sosial, talking

point/standby statement pimpinan/juru bicara, siaran pers, temu media, media KIE

untuk informasi dan Frequently Asked Question/FAQ, dan lain-lain).

2. Mengkaji kapasitas komunikasi nasional dan sub-nasional (individu dan

sumberdaya).

3. Mengidentifikasi aktor utama dan membentuk kemitraan dengan organisasi

masyarakat, komunitas, perguruan tinggi, dunia usaha dan pelaku media.

4. Merencanakan aktivasi dan implementasi rencana kegiatan KRPM

5. Melatih anggota Tim Komunikasi Risiko (yang terdiri dari Humas/Kominfo dan

Promosi Kesehatan) sebagai bagian TGC dan staf potensial lainnya tentang rencana

dan prosedur KRPM. Keberhasilan KRPM di masyarakat dalam bentuk penyampaian

komunikasi, informasi dan edukasi untuk membentuk perilaku masyarakat yang

benar, tentu juga harus didukung dengan upaya lainnya. Dua upaya lainnya yakni

enforcement atau penegakkan hukum/disiplin terhadap pengaturan atau ketentuan

yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam hal ini, apabila ada individu atau

sekelompok masyarakat yang tidak patuh menjalankan protokol kesehatan, maka

dapat dikenakan sanksi (denda atau hukuman sosial). Dengan demikian akan

diperoleh pembelajaran dan efek jera bagi masyarakat yang melanggar aturan. Selain

itu, perubahan perilaku yang diharapkan dengan KRPM, dibutuhkan juga tindakan

engineering atau rekayasa.


Dalam konteks pencegahan dan pengendalian penyakit COVID-19 saat ini, rekayasa

dapat berbentuk modifikasi atau pengaturan tertentu agar masyarakat tidak

berkerumun, tetap menjaga jarak atau tetap di rumah saja, sebagaimana yang

dilakukan dengan cara PSBB yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.

Dengan kombinasi ketiga teknik perubahan perilaku tadi (3E: Education,

Enforcement, Engineering), diharapkan setiap individu dapat menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga dapat menjaga diri dan keluarganya dari

ancaman penyakit menular khususnya COVID-19. KRPM digunakan untuk mengatasi

hambatan menuju perubahan norma dan sosial. Perubahan perilaku akan lebih

berkelanjutan bila didukung oleh empat unsur ini:

1. Kebijakan

Yaitu adanya protokol, sumberdaya, regulasi, kepemimpinan dan sebagainya yang

menjadi panduan dalam melaksanakan perubahan sosial.

2. Sistem dan produk layanan kesehatan

Dalam situasi pandemi COVID-19, diperlukan standar dan ketersediaan layanan,

sistem rujukan serta suplai barang yang terjamin ketersediaannya.

3. Norma masyarakat

Norma yang berlaku di kalangan keluarga, teman sebaya, pasangan seringkali

menjadi faktor utama pertimbangan individu dalam mengadopsi pengetahuan dan

atau perilaku baru

4. Individu

Pada tingkat individu, mereka membutuhkan pengetahuan memadai, perhitungan

untung rugi, keterampilan dan kemampuan untuk mengukur diri apakah sanggup

atau tidak melakukan perilaku baru yang disarankan. Secara umum tujuan

kampanye adalah meningkatkan pemahaman, persepsi, sikap atas risiko,

penyebab,
gejala, pencegahan penularan COVID-19 bagi setiap pemangku kepentingan yang

terlibat.

Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak

mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi, yang bertujuan

mengurangi kesalahan (bahasa, singkatan, tulisan) dan meningkatkan keselamatan

pasien).Hal ini dapat diimplementasikan dengan cara;

• Catat informasi penting

• Proses hand over

• SBAR: situation, background, Assessment, Recommendation

• Konsultasi dan sistem rujukan

Selanjutnya penerapan Komunikasi Efektif PPA (Profesional Pemberi Asuhan)

dengan Pasien harus mengamalkan beberapa prinsip dasar antara lain;

• Informasi yg penting

• Informasi untuk Pasien dan Keluarga

• Bahasa yang mudah dimengerti

• Regulasi tentang tata cara berkomunikasi

• Meningkatkan partisipasi pasien

• Pemberi informasi

• Suasana lingkungan

Implementasi pemberian asuhan berupa komunikasi yang efektif pada pasien dan

keluarga harus akurat dan mengenai hal-hal utama berupa pemahaman dasar

secara ilmiah tentang virus penyebab, penularan, epidemiologi, patofisiologi,

gejala dan tanda, pemeriksaan penunjang, kriteria penggolongan “pasien”, uji

diagnostik, sebab kematian, hubungan dengan komorbiditas, pemulasaraan

jenazah,
penanganan (alur, sistem, pakaian (APD), kemungkinan, rujukan) serta anjuran

perilaku pasca covid-19.

Komunikasi yang efektif ini akan membuat para Profesional Pemberi Asuhan

(PPA) yang bekerjasama akan mampu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal,

meningkatkan akurasi diagnosis, mencegah krisis medis dan intervensi yang

mahal, serta menghindari long stay perawatan. Selain itu juga dapat meningkatkan

pengetahuan pasien terhadap masalah kesehatannya, juga meningkatkan

kepatuhan pasien terhadap proses terapi dan pencegahan penyakit.

Komunikasi yang efektif antar profesi pemberi asuhan, akan sangat membantu

peran integrasi dan coordinative care pada para pasien. Pada akhirnya, hal ini akan

meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan sumber dana kesehatan yang cost

effective, mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu

pelayanan, meningkatkan image pelayanan dan menurunkan kemungkinan

tuduhan pelayanan yang kurang baik.


BAB III

PROFIL RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

A. GAMBARAN UMU RUMAH SAKIT

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, gawat darurat dan tindakan medis. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

merupakan satuan kerja Kementrian Kesehatan yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat, dan mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan

pemulihan secara paripurna, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan, menyelenggarakan upaya

peningkatan kesehatan lainnya, dan melaksanakan rujukan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado mempunyai fungsi Pelayanan Medis, Pelayanan asuhan keperawatan, Penunjang

medis dan non medis, Pengelolaan sumber daya manusia, Pendidikan dan penelitian

secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran

berkelanjutan, Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya, Penelitian dan

Pengembangan, Pelayanan rujukan, Administrasi umum dan keuangan.

Struktur organisasi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 248/Menkes/PER/III/2008 tentang organisasi dan tata kerja

Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado diatur dan ditetapkan sebagai

berikut Direktur Utama, Direktur Medik dan Keperawatan, Direktur SDM dan

Pendidikan, dan Direktur Keuangan dan Administrasi Umum, berada di bawah dan

bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. Dimana Direktur Medik dan

Keperawatan membawahi Bidang Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan Keperawatan,

Bidang Pelayanan Penunjang; Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

membawahi Bagian Sumber Daya Manusia dan Bagian Pendidikan dan Penelitian; dan

Direktur Keuangan dan Administrasi Umum membawahi Bagian Program dan Anggaran,

Perbendaharaan dan Akuntansi dan Bagian Administrasi Umum.

Unit-Unit Non Struktural terdiri atas Komite yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Utamaterdiri atas Komite Medik, Komite

Keperawatan, Komite Etik dan Hukum, Kepala Satuan Pengawasan Intern, dan Komite

Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien, Dewan Pengawas; Instalasi, berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Para Direktur. Instalasi yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan adalah Instalasi Rawat

Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Khusus, Instalasi Rawat Intensif, Bedah

Sentral, Instalasi Jantung, Instalasi Farmasi, Rehabilitasi Medik, Instalasi Radio

Diagnostik, Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi Forensik,

Instalasi Radiotherapi, Instalasi Heperbarik, Instalasi Mikrobiologi, Instalasi Kedokteran

Komplementer dan Alternatif, Instalasi Hemodialisa dan Endoskopi. Instalasi yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Sumber Daya Manusia dan

Pendidikan adalah Instalasi Pendidikan, Pelatihan dan Perpustakaan, Instalasi Penelitian

dan Pengembangan, Instalasi K3, Pelayanan Gizi dan Dapur Rumah Sakit. Instalasi yang

berada di bawah dan bertanggung kepada Direktur Keuangan dan Administrasi Umum

adalah Administrasi Pasien, Instalasi Verifikasi Asuransi Kesehatan, Instalasi Sanitasi,

Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Gizi, Instalasi Rekam Medik,

Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi Sentral, Instalasi Pemulasaran Jenazah, Pelayanan

Pemulasaran Jenazah, dan Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit.


RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang merupakan salah satu Rumah Sakit

Pendidikan di Indonesia, dalam memberikan pelayanannya mempunyai visi, misi, dan

motto yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup kesehatan masyarakat. Oleh karena

itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat baik pasien, maupun

orang sehat. Upaya RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado membentuk suatu wadah yang

mengkoordinir memberikan pelayanan pendidikan kesehatan baik dalam bentuk edukasi,

konseling, diskusi kelompok, seminar ataupun dengan menggunakan media baik media

elektronik ataupun media cetak

A. Visi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Visi merupakan suatu keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan

yang didalamnya berisi suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan,

cita dan citra yang ingin di wujudkan, serta memperhitungkan faktor strategis dan potensi

seluruh komponen stakeholders, maka dicanangkan visi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado sebagai berikut :

“MENJADI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DAN PELAYANAN RUJUKAN

NASIONAL YANG UNGGUL DI INDONESIA TIMUR TAHUN 2019”

B. Misi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Misi merupakan rumusan mengenai upaya – upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi. Adapun misi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah sebagai

berikut :

1. HIGH QUALITY OF MEDICAL, NURSING, AND SUPPORT CARE

(Memberikan Pelayanan Medik, Keperawatan & Penunjang yang Berkualitas)

2. HIGH QUALITY OF EDUCATION, TRAINING AND RESEARCH

(Meningkatkan pendidikan, pelatihan dan penelitian )

3. HIGH ACCOUNTABILITY OF FINANCE


(Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan)

4. HIGH QUALITY OF EMPLOYEE PROSPERITY

(Meningkatkan kesejahteraan karyawan)

5. HIGH QUALITY OF FACILITIES

(Mengembangkan sarana dan prasana rumah sakit)

C. Tata Nilai RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

1. Team Work

Kebersamaan disadari bahwa semua kegiatan dapat dilaksanakan dan diselesaikan

oleh sekelompok orang maka perlu suatu kerjasama tim (team work). Melalui

kebersamaan dalam kegiatan pelayanan mengutamakan pelanggan sesuai motto

Rumah Sakit ”Kepuasan pelanggan diatas segala-galanya”. Kebersamaan juga

berarti megutamakan kepentingan organisasi / Institusi / Lembaga daripada

kepentingan pribadi atau kelompok.

2. Inovatif

Kompleksnya permasalahan yang dihadapi rumah sakit saat ini, diikuti tuntutan

masyarakat pengguna jasa rumah sakit yang semakin tinggi guna mendapatkan

pelayanan yang terbaik, maka dalam mengatasi hal tersebut management dan seluruh

komponen rumah sakit harus mampu memahami dan merespon dengan memberikan

ide-ide yang kreatif dan konstruktif melalui penampilan yang proaktif, dalam

merespon permasalahan internal dan eksternal secara cepat dan tepat melalui

pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

3. Transparan dan akuntabel

Dalam menghadapi masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap serta dalam era

demokrasi, maka rumah sakit dituntut untuk lebih transparan dan akuntabel dalam
menyajikan informasi yang jelas mengenai seluruh pelaksanaan kegiatan baik

pelayanan, keuangan serta informasi lainnya.

4. Integritas yang tinggi

Dalam upaya rumah sakit memberikan pelayanan prima kepada pasien, serta dapat

mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka seluruh jajaran manajemen serta

staf harus memiliki komitmen yang tinggi , dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab yang harus diemban serta harus memiliki hati yang tulus, kejujuran,

kepribadian yang baik dan bermoral tinggi.

5. Bertindak cepat dan tepat

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap masyarakat

diharapkan seluruh karyawan RSUP Kandou melaksanakan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan secar cepat dan tepat.

D. Tujuan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Tujuan Umum :

Terselenggaranya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang paripurna, merata,

bermutu, dan berkeadilan.

Tujuan Khusus :

1. Meningkatkan mutu pelayanan medik, keperawatan, dan penunjang.

2. Memberdayakan SDM berdasarkan kompetensi yang berkualitas dan profesional,

meningkatkan produktivitas kinerja yang bermutu dan tepat sasaran, meningkatkan

kualitas pendidikan dan pelatihan bagi tenaga medis, keperawatan dan non medis,

melakukan penelitian ilmiah maupun operasional dan pemanfaatan hasil penelitian.

3. Meningkatkan mutu fasilitas peralatan melalui belanja modal dan kerja sama

operasional, melakukan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan


akuntabel, melakukan penyusunan program anggaran, evaluasi dan pelaporan yang

berbasis data, melakukan pengeloaan administrasi yang tertib dan benar.

E. Struktur Rumah Sakit

Struktur organisasi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 248/Menkes/PER/III/2008 tentang organisasi

dan tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou Manado diatur dan

ditetapkan sebagai berikut Direktur, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yakni Direktur Medik dan Keperawatan

membawahi Bidang Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan Keperawatan, Bidang

Pelayanan Penunjang, Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan membawahi

Bagian Sumber Daya Manusia dan Bagian Pendidikan dan Penelitian, Direktur

Keuangan dan Administrasi Umum membawahi Bagian Program dan Anggaran,

Perbendaharaan dan Akuntansi dan Bagian Administrasi Umum.

Unit-Unit Non Struktural terdiri atas Komite yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direkturterdiri atas Komite Keperawatan, Komite Etik dan

Hukum, Kepala Satuan Pengawasan Intern, Dewan Pengawas; Instalasi, berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Para Direktur. Instalasi yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan adalah Instalasi

Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Khusus, Instalasi Rawat Intensif,

Bedah Sentral, Instalasi Jantung, Instalasi Farmasi, Rehabilitasi Medik, Instalasi

Radio Diagnostik, Instalasi Patologi Anatomi, Instalasi Patologi Klinik, Instalasi

Forensik, Instalasi Radiotherapi, Instalasi Heperbarik, Instalasi Mikrobiologi, Instalasi

Kedokteran Komplementer dan Alternatif, Instalasi Hemodialisa dan Endoskopi.

Instalasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Sumber Daya

Manusia dan Pendidikan adalah Instalasi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat RS,


Instalasi Pendidikan, Pelatihan dan Perpustakaan, Instalasi Penelitian dan

Pengembangan, Instalasi K3, Pelayanan Gizi dan Dapur Rumah Sakit. Instalasi yang

berada di bawah dan bertanggung kepada Direktur Keuangan dan Administrasi Umum

adalah Administrasi Pasien, Instalasi Verifikasi Asuransi Kesehatan, Instalasi

Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Gizi, Instalasi Rekam

Medik, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi Sentral, Instalasi Pemulasaran Jenazah,

Pelayanan Pemulasaran Jenazah; Satuan Pengawas Internal (SPI) berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur; Kelompok Jabatan Fungsional.


STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 1. Struktur organisasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado


BAB IV

INSTALASI RAWAT INAP F

A. INSTALASI RAWAT INAP F RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado

Irina F Isolasi merupakan pengembangan dari Irina F yang semula adalah unit yang

merawat pasien neurologi, THT dan KulKel ( F Atas ) dan pasien jantung, mata dan

isolasi tekanan negative serta pasien rabies ( F Bawah ). Terletak di bagian selatan rumah

sakit, berbatasan dengan Irina E, Irina Anggrek dan Irina Nyiur Melambai. Gedung

perawatan terdiri dari gedung utama yang terbagi atas 3 bagian besar yaitu ;

a. F Atas yang merawat pasien bayi, anak dan dewasa mandiri yang berstatus suspek,

probable dan terkonfirmasi Covid 19

Jumlah tempat tidur 52 bed.

b. F Bawah yang merawat pasien anak dan dewasa dengan kebutuhan total care dan

partial care serta minimal care yang berstatus suspek, probable dan terkonfirmasi

Covid 19

Jumlah tempat tidur 24 bed

c. F ITN (Isolasi Tekanan Negatif) yang merawat pasien dengan kondisi intensive care

yang berstatus suspek, probable dan terkonfirmasi Covid 19.

Jumlah tempat tidur 10 bed


Struktur Organisasi Irina F Isolasi

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA

RUANGAN RUANGAN RUANGAN RUANGAN

PPJA PPJA PPJA

PPJA

STAF STAF STAF STAF

ADMINISTRASI
Sehubungan dengan kebutuhan infrastruktur yang harus lebih memadai berhubungan

dengan ketersediaan penanganan Covid-19 dimana RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou sebagai

rumah sakit rujukan utama, maka di bangunlah Gedung Palma, di mana dalam gedung ini

terdiri atas 43 bed dan spesifikasi merawat pasien Covid-19 yang memerlukan

penanganan Intensive Care Unit.

B. SUMBER DAYA MANUSIA

Personalia Irina F Isolasi mulai dari pimpinan, dokter, perawat dan personalia

harus memenuhi kualifikasi tertentu sehingga mampu memberikan pelayanan yang

optimal untuk pasien teridentifikasi Covid-19 . Untuk maksud diatas maka diatur

beberapa hal sebagai berikut :

1. Jumlah dan kualitas personalia harus memenuhi syarat

a. Tenaga dokter yang termasuk dalam gugus Covid-19 RSUP R.D.Kandou

b. Terdiri dari beberapa divisi/bagian Ilmu Penyakit Dalam, Anak, Saraf, Obsgin, Kardio,

Bedah dan PPA lainnya

c. Staf perawat/bidan ditetapkan oleh keputusan dari Bidang Perawatan dan manajerial

rumah sakit.

d. Unsur penunjang medis diatur sesuai kebutuhan ruangan

e. Dilengkapi dengan sekuriti bekerja sama dengan kepolisian serta satgas Covid-19

daerah.

2. Pertemuan staf yang reguler untuk menjaga komunikasi antar petugas dan kebiasaan-

kebiasaan yang baik.

3. Harus ada program cara menilai mutu petugas sebagai feedback.


Untuk mewujudkan pelayanan Irina F Isolasi yang komprehensif dan

berkesinambungan, sebaran tenaga dilakukan secara merata sesuai dengan kapasitas

masing-masing ruangan mengingat masing-masing ruangan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Irina F Isolasi RSUP R.D. Kandou menerapkan sistem kombinasi, yakni

penempatan tenaga di masing-masing ruangan didasarkan kepada kecenderungan

kompetensi masing-masing staf, terutama untuk FITN. Pada saat yang sama, penempatan

staf di ruangan juga dilakukan rolling dalam periode tertentu sebagai bentuk

pembelajaran dan upaya peningkatan kompetensi staf. Hal ini ditujukan untuk

tercapainya pemerataan kompetensi staf, sehingga seluruh staf mampu ditempatkan di

ruangan manapun di Irina F Isolasi.

C. PENGATURAN JAGA/DINAS

Mengingat Irina F Isolasi RSUP RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou memberikan

pelayanan selama 24 jam secara terus-menerus, maka dibuat sistem pengaturan jaga

petugas sebagai berikut :

1. Manajemen (Kepala Instalasi, MPP, Kepala Ruangan, PPJA) dan Administrasi

bertugas dalam jam kerja, hari Senin s/d Sabtu pukul 07.00-14.00 WITA

2. Dokter, Perawat, Pekarya dan Cleaning Service bertugas dalam 3 shift jaga sesuai

jadwal, yakni :

a.Shift Pagi ; pukul 07.00 – 14.00 WITA

b.Shift Sore ; pukul 14.00 – 21.00 WITA

c.Shift Malam ; pukul 21.00 – 07.00 WITA

3. Pengemudi Ambulan dan Satpam bertugas dalam 3 shift sesuai pengaturan.


Tabel ketenagaan di Irina F Isolasi

No Klasifikasi Jumlah

1 Kepala Instalasi 1

2 MPP 1

3 Kepala Ruangan 4

4 PPJA 4

5 PJ Logistik 1

6 Perawat Pelaksana 100

7 Administrasi 1

D. Analisis Ruangan

NO Uraian Kegiatan Kelengkapan Keterangan


Ada Tidak
1. Visi,Misi,Motto √
2. Tata Nilai √
3. Uraian Tugas √
4. Perhitungan Kebutuhan Tenaga √ Belum maksimal
5. Analisa Beban Kerja √
6. Dokter DPJP √
7. Perawat dan dokter tersertifikasi √
8. Overan antar Shift √
9. Visite Dokter ( 08-14.00) √
10 SPO √
11 SAK √
12 Alur Pasien √
13 Ketersedian Gelang Identifikasi √
14 Identifikasi Pasien √
15 Pedoman Identifikasi Pasien √ Belum maksimal
pelaksanaan
16 Ketersediaan cap SBAR dan √ Tidak
TBAK didokumentasikan
17 Alat Komunikasi Internal √
BAB V

IDENTIFIKASI MASALAH

1.1 Metode Identifikasi Masalah.

Metode yang sering dipakai untuk mengidentifikasi masalah adalah


menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA). Menurut World Health Organization
RCA adalah proses yang didefinisikan yang berusaha untuk mengeksplorasi semua
faktor yang mungkin terkait dengan suatu insiden dengan menanyakan apa yang
terjadi, mengapa terjadi, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya terjadi
kembali.
3 pendekatan yang bisa gunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama
masalah di Rumah Sakit dengan metode Root Cause Analysis :
1. Solusi berhubungan dengan akar permasalahan
Ketika menemukan adanya berbagai masalah dalam suatu Rumah Sakit,
respon yang biasanya paling cepat adalah bagaimana menemukan solusinya
2. Terapkan Teknik 5 why untuk menemukan akar penyebab masalah
Pertanyaan “mengapa” merupakan sebuah proses paling dasar dari
penalaran fundamental dalam diri seseorang, yang juga menganggap
problem solving sebagai bagian paling kompleks dari semua fungsi
intelektual.
3. Gunakan Cause dan Effect diagram
The Cause & Effect diagram atau biasa juga disebut Fishbone atau Ishikawa
diagram bertujuan untuk memecahkan akar penyebab masalah secara tim.

Teknik RCA dengan Fishbone Diagram

Fishbone diagram atau diagram tulang ikan, digunakan dalam mencari root
cause dengan menggunakan logika sebab akibat. Fishbone diagram membantu
menampilkan secara visual sumber-sumber penyebab masalah sehingga
memudahkan tim mengidentifikasi akar penyebab permasalahan.
Secara umum, ada beberapa sumber penyebab timbulnya masalah dalam
organisasi atau perusahaan, antara lain:
1. Man (Tenaga Kerja) : hal ini berkaitan dengan kekurangan pengetahuan dan
keterampilan dari sumber daya manusia
2. Mesin/peralatan : tidak adanya sistem perawatan preventif terhadap mesin, dan
beberapa hal lainnya
3. Metode Kerja : berkaitan dengan prosedur dan metode kerja yang tidak benar,
tidak jelas, tidak diketahui, tidak transaparan, tidak cocok, dan lain sebagainya
4. Material : ketiadaan spesifikasi kualitas bahan baku yang digunakan
5. Tempat dan Lingkungan Kerja : tidak memerhatikan kebersihan, lingkungan
kerja tidak kondusif, dan lain sebagainya
6. Motivasi : sikap kerja yang benar dan professional, misalnya sulit bekerja sama.

Permasalahan yang di angkat dalam residensi ini yaitu Penerapan Komunikasi


Efektif pada pasien Covid-19 di Irina F Isolasi RSUP Kandou dimana sebagai akibat
dari timbulnya masa pandemic secara meluas di seluruh dunia secara tiba-tiba,
sehingga berakibat pada berbagai system pelayanan kesehatan termasuk penerapan
asuhan pada penderita Covid-19. Dalam penerapannya sering dijumpai masalah terjadi
kesalahan dalam komunikasi yang efektif baik antara petugas kesehatan juga terutama
petugas kesehatan terhadap pasien dan keluarga penderita Covid-19.

5.2. Analisis Diagnosa Organisasi Rumah sakit

Sejak tahun 2007 RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado menjadi instansi


pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum.

RSUP Prof.R,D.Kandou Manado pada tahun 2015 sesuai dengan keputusan


menteri kesehatan RI nomor HK.02.03/1/0824/2015 RSUP Prof.R.D.Kandou manado
resmi beroperasi sebagai rumah sakit umum kelas tipe A.

RSUP.Prof.R.D.Kandou Manado juga adalah merupakan institusi pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
dengan mengutamkan pengobatan dan pemulihan melalui penyediaaan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, gawat darurat dan tindakan medis. RSUP Prof.R.D.Kandou
Manado merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional di Indonesia, dan
dalam memberikan pelayanannya mempunyai visi dan misi serta motto yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup kesehatan masyarakat.

Adapun layanan unggulan dan layanan lainnya yang ada di RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou


Manado meliputi :

1. Layanan bedah orthopedic


2. Layanan bedah vaskuler
3. Layanan neonatal intensive care unit
4. Layanan endoscopic ultrasound
5. Layanan kanker terpadu
6. Layanan jantung terpadu
7. Layanan insentif (ICU,PICU,HCU,IMC,ICCU)
8. Gawat darurat ( IGD Medik, IGD obstetric,Darurat bedah,IGD anak)
9. RawatJalan/Poliklinik
10. Rawat inap (irina A,irina B,Irina C,irina C IMC,irina D,irina E,irina F,irina irina
anggrek,irina Nyiur melambai,ICCU,ICCU anak,ICU,CVBC,HCU,irins edelweis)

5.3 Analisis Hasil Observasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ada beberapa hal
yang ditemukan pada penerapan Komunikasi Efektif pada pasien dan keluarga
penderita Covid-19 di Irina F Isolasi RSUP Kandou Manado;

1. Komunikasi efektif petugas/tenaga kesehatan termasuk perawat,


seringkali dilakukan tidak maksimal karena dilakukan terlalu berhati-hati
bahkan disertai kekhawatiran takut tertular dan terkontaminasi.
2. Penyampaian sering tidak dilakukan dengan kesiapan baik fisik maupun
psikis oleh petugas sehingga informasi yang diberikan kadang tidak
lengkap, terlalul singkat dan sering tidak disertai respon balik yang positif
dari pasien dan keluarga penderita Covid-19.
3. Protokol kesehatan yang ketat termasuk penggunaan APD yang wajib
dan cukup rumit seringkali berakibat pada isi informasi yang diberikan
tidak terdengar jelas, ditangkap salah oleh pasien dan keluarga serta
salah dipahami baik isi dan maksud informasi yang diberikan.
4. Petugas kesehatan tak jarang juga sering belum/tidak menguasai tahapan
prosedural tindakan yang akan dilakukan pada pasien sehingga muncul
keragu-raguan, tidak yakin dan tidak lengkap dalam penyampaian
informasi dan teknik komunikasi efektif.
5. Prosedural SOP penanganan Covid-19 yang sering berubah-ubah sesuai
keputusan pihak yang berwenang, seringkali berpengaruh pada informasi
yang diberikan pada pasien dan keluarga mengalami perubahan baik dari
segi isi, cara dan metode komunikasi.

5.4 Analisis Sistem

 Input
a. Kebijakan
SOP untuk tindakan asuhan pada pasien Covid-19 sudah ada tetapi
seringkali belum optimal dijalankan karena beberapa kali mengalami
perubahan
b. Sumber daya manusia
Petugas kesehatan dan pemberi asuhan pada pasien Covid-19 sudah
cukup memadai dalam tingkat pendidikan. Untuk perawat yang
bertugas memiliki pendidikan dasar D3 Keperawatan dan tenaga
perawat lainnya memiliki tingkat pendididkan S1 Keperawatan Ners.
Untuk staf perawatan berijazah S2 Keperawatan masih sedikit yaitu 1
orang.
c. Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana pada awalnya ditetapkan Irina F
sebagai Irina F Isolasi, masih tergolong belum memadai. Hal tersebut
ditandai dengan ketersediaan tempat tidur pasien, ruangan yang
spesifik baik untuk pasien dan petugas semula masih terbatas namun
mengalami penambahan dan pembenahan sehubungan dengan
pertimbangan yang semakin tertata.
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi belum berjalan secara maksimal

 Proses

Pelaksanaan Komunikasi Efektif masih belum maksimal sejak awal masa


pandemi. Hal tersebut kemudian mengalami berbagai pembenahan
walaupun belum optimal dan sesuai yang diharapkan baik dari segi
petugas kesehatan (perawat) juga berupa feed back dari pasien dan
keluarga pasien.

 Output
Hasil dari analisis ini berhubungan dengan penerapan komunikasi efektif
pada pasien dan keluarga Covid-19 di Irina F Isolasi RSUP Kandou
Manado.
5.5 Metode Penetapan

.
MAN METHOD
BELUM TERLALU
TERLALU DIPAHAMI
WASPAD TERHALANG APD
A SELALU
BERUBAH
TINGKAT
PENGETAHUA KURANG DI ARAHKAN
N
FEEDBACK KURANG
KESIAPAN DIRI KURANG MONEV
DAN
MOTIVASII
TIDAK MENGUASAI TEKNIK
SPO KOMUNIKAS
I BELUM
SEMPURNA PENERAPAN
KOMUNIKASI
EFEKTIF
PANDUAN BELUM LENGKAP BELUM ADA TOOLS
PENGUKURAN
EFEKTIFITAS
TIDAK SISTEMATIS
RS PUSAT RUJUKAN
SISTEM EVALUASI
KURANG/TIDAK ADA
HARUS ADA CHECKLIST
RS TERAKREDITASI
FEEDBACK DARI
SPO TERORGANISIR PASIEN
MEASUREMENT

TERSOSIALISASI MERATA
STAF MASIH DIBATASI
MOTIVATION SUASANA PANDEMI

PELAYANAN PRIMA
ASUMSI KOMUNIKASI
MATERIAL EFEKTIF HANYA
PELENGKAP SAJA

INISIATIF PENERAPAN MASIH KURANG


KOMUNIKASI SBG BUDAYA KERJA

MOTHERNATURE
MAN
PANDEMI GLOBAL-RISET TINGKAT
ILMIAH-HARUS JAGA JARAK TERLALU
PENGETAHUA
WASPAD

TIDAK
MENGUAS
AI SPO
KESIAPAN DIRI DAN
MOTIVASII

PENERAPAN
KOMUNIKASI
EFEKTIF
RS PUSAT RUJUKAN

PELAYANAN PRIMA WAJIB

RS TERAKREDITASI
KOMUNIKASI SBG BUDAYA KERJA

MOTHERNATURE
RESPON KURANG KARENA PASIEN
TIDAK PAHAM APA YG
FEEDBACK KURANG
DISAMPAIKAN
TERHALANG APD

METHOD
BELUM TERLALU
DIPAHAMI SELALU
BERUBA
H

KURANG DI ARAHKAN

TEKNIK
KOMUNIKAS
I BELUM
SEMPURNA

PENERAPAN
KOMUNIKASI
EFEKTIF
PANDUAN BELUM LENGKAP
TIDAK SISTEMATIS

HARUS ADA CHECKLIST

BELUM TERSOSIALISASI
MERATA

SPO SEHARUSNYA TERORGANISIR

MATERIAL
BELUM ADA

MEASUREMENT

FEEDBACK DARI PASIEN


TIDAKTERPANTAU

SISTEM EVALUASI
KURANG/TIDAK ADA

PENERAPAN
KOMUNIKASI
EFEKTIF

ASUMSI KOMUNIKASI
EFEKTIF HANYA
PELENGKAP SAJA STAF MASIH DIBATASI OLEH SUASANA PANDEMI

INISIATIF UNTUK MENERAPKAN MASIH TERBATAS


MOTIVATION
5.6 Prioritas Masalah

Dalam Menentukan prioritas masalah, dilakukan diskusi brainstorming fishbone


diagram yang sudah dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Possible Root Cause Discussion Root Cause


?
MAN
Petugas kesehatan / perawat Sebagian besar khawatir Y
terlalu waspada dan takut terjadi transmisi virus dengan
tertular jika terlalu banyak kontak berdekatan dengan pasien

Tingkat pengetahuan Bukan menjadi akar masalah N


jika keadaan tersebut masih
bisa dapat diubah dengan
update ilmu dan wawasan
ilmiah
Kesiapan diri dan motivasi Harus dimotivasi berulang- N
menjadi garda terdepan yang ulang tentang kekhususan ini
merawat langsung pasien Covid- tapi dapat diubah dengan
19 pemberian stimulasi
Tidak menguasai SPO tindakan Dapat menjadi akar masalah Y
jika tidak disesuaikan dengan
perkembangan penelitian
tentang Covid-19
METHODE
Sistematika komunikasi efektif Harus dikuasai karena Y
belum dikuasai, sering menjadi salah satu standar
mengalami perubahan parameter pelayanan prima
Kurangnya monitoring and Terkendala ada area terbatas N
evaluation yang tidak dapat diawasi
langsung
Teknik komunikasi efektif belum Terkendala petugas Y
sempurna, terhalang APD kesehatan/perawat yang
berinteraksi langsung harus
memakai APD lengkap yang
sering menghalangi gerak
bebas dan gesture serta
intonasi suara
MATERIAL
Panduan komunikasi efektif Ketersediaan dapat disiasati Y
belum/tidak tersedia, formulir dengan konsultasi dan role
check list play sebelum kontak dengan
pasien serta keluarga Covid-
19, pengadaan check list
Tidak sistematis Tahapan komunikasi efektif Y
seringkali tidak lengkap, acak
dan tidak rapih
SPO tindakan dan asuhan belum Pedoman tindakan dan Y
terorganisir asuhan berupa SPO menjadi
patokan pelayanan harus
selalu tersedia dan dipahami
petugas

MEASUREMENT
Belum ada tools yang dapat Perangkat pengukur dapat Y
digunakan untuk mengukur menjadi salah satu parameter
efektifitas komunikasi penentu apakah komunikasi
efektif sudah memenuhi
standar atau belum
Umpan balik/feed back dari Kondisi pandemic Y
pasien tidak terpantau. menyebabkan kontak
terbatas, harus singkat
menyebabkan umpan balik
dari pasien tidak terpantau
Sistem evaluasi masih kurang Pemantauan dan evaluasi N
dimaksudkan agar dapat
dilakukan perbaikan atau
revisi jika komunikasi belum
maksimal
MOTIVATION
Inisiatif untuk menerapkan Pembatasan interaksi N
komunikasi efektif masih memang masih menjadi
terbatas protokol wajib namun
seringkali juga karena
memang faktor intrinsik lain
tapi dapat diubah dengan
stimuluis dari atasan.
Asumsi bahwa komunikasi efektif Anggapan ini sering menjadi Y
hanya sebagai pelengkap saja. dominan jika komunikasi
efektif dianggap tidak terlalu
penting dan bermanfaat
dalam pemberian asuhan.
Status pandemic masih Kondisi riil mengharuskan N
mengharuskan ada pembatasan kontak dengan pasien
interaksi menjadi terbatas.
MOTHERNATURE
RSUP Kandou sebagai rumah Seluruh elemen RS wajib N
sakit rujukan daan terakreditasi menerapkan pelayanan
internasional harus asuhan ytang sesuai standar
menyediakan pelayanan yang termasuk penerapan
berkualitas komunikasi efektif
Komunikasi efektif sebagai Staf tenaga kesehatan Y
budaya kerja dan sebagai bagian pemberi asuhan terkadang
dari pelayanan prima mengabaikan penerapan
komunikasi efektif karena
faktor lupa, lalai, kelelahan,
tidak konsentrasi ataupun
juga belum terlalu paham

5.7 Analisis Penyebab Masalah

Permasalahan yang di angkat dalam residensi perumahsakitan ini mengenai


penerapan komunikasi efektif pada pasien dan keluarga Covid-19.
Berdasarkan data-data dan observasi yang dilakukan maka hasil analisisnya adalah
sebagai berikut:

1. Man
Petugas kesehatan/perawat dalam merawat pasien Covid-19 sebagian besar
masih waspada dan sangat berhati-hati dalam mengadakan kontak dengan
pasien dan keluarga sehubungan dengan penelitian ilmiah mengenai
penyakit ini bahwa penularan bisa terjadi dengan sangat cepat. Hal tersebut
berdampak pada timbulnya perasaan was-was, over waspada dan motivasi
merawat pasien Covid-19 yang kurang karena evidence base penyakit Covid-
19 yang masih mengkhawatirkan. Selain itu, faktor terbatasnya tingkat
pengetahuan petugas kesehatan/perawat tentang tinjauan ilmiah penyakit ini
menyebabkan
inisiatif berkomunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga menjadi
terbatas/kurang.

2. Material
Dalam penerapannya, ketersediaan panduan/pedoman pelaksanaan
komunikasi efektif juga seringkali menjadi masalah karena petugas tidak
memahami tahapan-tahapan yang pasti mengenai metode penerapan
komunikasi efektif. Selain itu SOP penanganan Covid-19 yang selalu
berubah dan mengalami pembaharuan sering membingungkan dan salah
diterapkan oleh petugas kesehatan/perawat.

3. Methode
Dalam penerapannya, banyak staf tenaga kesehatan yang belum
menerapkan tahapan komunikasi efektif secara baik dan benar. Beberapa hal
yang dapat menjadi penyebab adalah seringkali mengalami perubahan-
perubahan yang menyesuaikan dengan perkembangan terbaru pandemic
Covid-19. Selain itu cara penerapan juga sering belum optimal karena
dibatasi oleh APD dan seragam khusus yang dipakai petugas, juga tidak
dapat diawasi maksimal karena kontak petugas dengan pasien terbatas
hanya di area/ruangan tertentu sehingga fungsi pengawasan dari pimpinan,
Penanggung Jawab asuhan serta sejawat senior sangat terbatas. Penerapan
di lapangan juga sering dijumpai adalah umpan balik dari pasien tidak dapat
direspon atau ditindaklanjuti karena kontak yang dibatasi, pasien hanya pura-
pura paham dengan penjelasan, sehingga seringkali informasi yang
disampaikan dalam komunikasi tidak berjalan dua arah dengan baik.

4. Motivation
Pada sector ini ditemukan di lapangan bahwa sering staf tenaga kesehatan
tidak dilaksanakan secara utuh karena adanya anggapan bahwa komunikasi
efektif hanya merupakan pelengkap saja dan belum bersifat wajib. Selain itu
mereka juga masih diliputi perasaan was-was untuk berinteraksi lama
dengan
pasien Covid-19 karena khawatir tertular dan memilih untuk meminimalisir
kontak antara petugas dengan pasien.

5. Measurement
Belum adanya perangkat pengukuran efektifitas komunikasi ini menyebabkan
evaluasi hanya dilakukan terbatas pada apakah asuhan yang dilakukan juga
tindakan medik dipahami atau tidak oleh pasien. Tak jarang umpan balik dari
pasien tidak sempat ditindaklanjuti akibat keterbatasan baik keadaan maupun
respon petugas dan pasien. Dalam hal ini, perlu diadakan lembar check list
yang berisi kerangka/poin utama yang akan disampapaikan pada pasien dan
evaluasi umpan balik dari pasien sehingga kualitas asuhan dan tindakan
perawatan dapat maksimal.

6. Mothernature
RSUP Kandou merupakan rumah sakit rujukan utama serta telah
terakreditasi baik nasional dan internasional. Sehubungan dengan penerapan
komunikasi efektif menjadi hal yang wajib dipahami dan diterapkan oleh
seluruh tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien
termasuk pada kelompok pasien Covid-19. Komunikasi efektif juga
seharusnya menjadi budaya kerja yang merupakan bagian dari pelayanan
prima bagi masyarakata. Beberapa kendala yang dijumpai dalam observasi
langsung di lapangan adalah sering penerapan komunikasi efektif belum
optimal karena petugas mengaku lupa dan lalai, kurang paham serta
mengaku mengalami kondisi kelelahan dan tidak konsentrasi.
BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Pemecahan Masalah Berdasarkan Pohon Keputusan

Decision Tree merupakan representasi sederhana dari teknik klasifikasi yang


merupakan proses pembelajaran suatu fungsi tujuan yang memetakan tiap
himpunan atribut ke satu dari kelas yang didefenisikan sebelumnya. Dengan
menggunakan metode pohon keputusan dapat menghindari munculnya
permasalahan dengan menggunakan kriteria yang jumlahnya lebih sedikit pada
setiap node internal tanpa banyak mengurangi kualitas keputusan yang dihasilkan.
(Azmi, 2013)
Metode ini merupakan salah satu metode yang ada pada teknik klasifikasi
dalam data mining. Metode pohon keputusan mengubah fakta yang sangat besar
menjadi pohon keputusan yang merepresentasikan aturan. Pohon keputusan juga
berguna untuk mengekplorasi data, menemukan hubungan tersembunyi antara
sejumlah calon variabel input dengan sebuah variabel target. (Achmad, 2012)
Pemecahan masalah terkait dengan belum maksimalnya penerapan
komunikasi efektif pada pasien dan keluaga penderita Covid-19 di
RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou menurut pohon keputusan (Decision Tree) sebagai
berikut;
M
e
Wajib Kualitas pelayanan meningkat
t Sosialisasi secara kontinyu
Sistematika diterap
h komunikasi k an
efektif
o belum tidak Kualitas Pelayanan menurun

Teknik Modifika
si cara Terapkan rutin dan terkontrol Kualitas pelayanan meningkat
komunikasi
efektif belum dan
metode
sempurna, tidak
terhalang APD Kualitas Pelayanan menurun

Motivasi meningkat Kualitas pelayanan lebih


Petugas terlalu Ada optimal
waspada dan
Mantapkan
takut tertular SOP APD,
motivasi Tidak Resistensi perilaku Kualitas Pelayanan Menurun
Penerapan
M
komunikasi
a
efektif Ada Mutu Pelayanan
n Update ilmu dan informasi
Tidak terjaga/meningkat
menguasai Mini workshop
SOP Wawasan tidak
Tidak Aplikasi Kualitas Pelayanan
berkembang
kurang Menurun

Belum ada
panduan dan Pengadaan formulir check list Ada Memudahkan Pelayanan berjalan baik
formulir pengontrolan pelaksanaan
M check list
a tindakan
komunikasi Tidak Tidak terkontrol Kualitas Pelayanan Menurun
t efektif dgn baik
e
Tersebar dan dapat
r SPO tindakan Ada Penyediaan butuh digunakan secara kontinyu
i Pengadaan berupa buku/aplikasi digital biaya
dan asuhan
a
belum
tersedia
Tidak
Tidak ada budget Indikator tidak
khusus / biaya tercapai
MEASUREMENT Pengada aan formulir check list
Terkontrol dan terpantau Kualitas pelayanan meningkat
secara sistematis
Perangkat pengukur belum tersedia

tidak
Kualitas Pelayanan menurun

Diinventarisir secara tertata


Umpan balik dari pasien tidak terpantau
Komunikasi dua arah saling
melengkapi Kualitas Pelayanan meningkat

tidak Hambatan komunikasi, umpan Kualitas Pelayanan menurun


balik tidak terpantau
Penerapan
komunikas M
i efektif O
T Asumsi bahwa Konsolid
Wawasan berubah merubah Penerapan komunikasi efektif
I komunikasi asi dan penguat an motivasi
perilaku dan kebiasaan lebih optimal
V efektif hanya
A pelengkap
T
I
O tidak Resistensi cara pandang dan
Penerapan tidak efektif
N perilaku

M O T H E R N A T Komunik
U R E asi efektif menjadi budaya kerja
Mutu rumah sakit meningkat,tingkat kepercayaan masyarak
RSUP Kandou sbg rs rujukan utama, terakreditasi, wajib memberikan
Optimalisasi kualitas pelayanan pelayanan prima dan optimal

tidak dijadikan keharusan Komunikasi efektif tidak


Penilaian public terhadap mutu
maksimal dan terarah dan tertata
rumah sakit lemah
Pemantapan Membangun motivasi staf untuk merawat pasien
motivasi Covid-19 di masa pandemic, stimulus berupa
pelayanan asuhan penghargaan dan insentif

MAN
Menjadikan
Membiasakan penerapan komunikasi efektif
komunikasi efektif
dalam tugas sehari-hari
sebagai budaya
MATERIAL kerja

Pengadaan
Sebagai panduan dan alat pengecekan yang
sesuai standar baik dalam bentuk
formulir check list
manual/buku/formulir ataupun secara digital
METHOD
Pemantauan dan
evaluasi
Pengontrolan secara tertata dan terarah
Penerapan terhadap informasi yang diberikan juga
komunikasi Meningkatka
n mutu Inventarisir umpan umpan balik dari pasien menjamin nilai positif
Efektif pada MOTIVATION komunikasi efektif dalam pelaksanaan
pasien Covid- pelayanan balik dari pasien
tindakan dan pemberian asuhan.
19 dan asuhan

Mini workshop dan Cara sederhana dalam penyegaran metode


MEASUREMENT dan cara yang terarah untuk penerapan
role play
komunikasi efektif misalnya mini workshop
ataupun juga bermain peran

MOTHERNATURE Hal ini berkaitan dengan penekanan


Pemberian tugas khusus merawat pasien Covid-
19 di masa pandemi dengan tetap
stimulus dan mengacu pada peraturan dan protocol
penghargaan resmi. Staf akan merasa lebih
diapresiasi dan bersemangat dalam
bertugas

Berkaitan dengan tanggung jawab dan


tanggung gugat rumah sakit yang
Sosialisasi dan penguatan motivasi
terakreditasi dasn merupakan rumah
kerja dalam sakit rujukan utama.
memberikan asuhan Staf tenaga kesehatan wajib
pada pasien Covid-19 di masa mengaplikasi ilmu dan pengetahuan
pandemi sebagai bagian dari tanggung jawab dan
tanggung gugat profesi
6.2 Prioritas Alternatif pemecahan Masalah

Dari masalah yang ada didapatkan alternatif pemecahan masalah dari pohon
keputusan berkaitan dengan penerapan komunikasi efektif pada pasien dan
keluarga Covid-19 maka didapatkan alternative pemecahan masalah yang diambil
dari analisa fishbone dan dibuat dalam pohon keputusan yaitu dengan melakukan
pembenahan dalam motivasi staf tenaga kesehatan/perawat dalam melaksanakan
tindakan dan pemberian asuhan untuk pasien Covid-19. Karakteristik masa pandemi
yang terjadi diseluruh belahan dunia termasuk Indonesia sangat berpengaruh
terhadap efektifitas komunikasi yang terjadi antara petugas kesehatan dengan
pasien Covid-19. Beredarnya rumor dan hoaks tentang penyakit ini sangat
mempengaruhi cara pandang dan persepsi petugas dan pasien. Selain itu hasil riset
ilmiah bahwa harus dilakukan kontak terbatas dan harus menggunakan APD yang
terstandarisasi secara internasional menyebabkan komunikasi berlangsung tidak
efektif bahkan tidak jarang terjadi miskomunikasi karena faktor-faktor tersebut.
Kenyataan di lapangan juga bahwa rasa khawatir, takut dan was-was jangan sampai
tertular, turut berkontribusi terhadap penerapan komunikasi efektif.

Alternatif pemecahan masalah selanjutnya adalah pengadaan formulir ataupun


perangkat yang akan menjadi pedoman pelaksanaan serta pengecekan umpan balik
terhadap komunikasi efektif yang dilakukan. Hal ini memang membutuhkan
perencanaan yang terstruktur mengingat pengadaan membutuhkan biaya dan kajian
khusus misalnya berupa formulir check list baik secara manual ataupun digital.
Selain itu dapat dipertimbangkan untuk mengadakan kegiatan konsolidasi dan
pemantapan penerapan komunikasi efektif berupa mini workshop (durasi waktu,
tempat, narasumber dll yang terjangkau dan tidak melanggar protocol kesehatan),
presentasi kasus dengan pendekatan ilmiah juga dapat dilakukan role play atau
bermain peran yang memberi ilustrasi atau gambaran penerapan langsung dalam
bentuk simulasi.

Hal lain yang harus menjadi alternative pemecahan masalah adalah dengan
adanya monitoring dan evaluasi berkala terhadap penerapan komunikasi efektif
misalnya dengan adanya pemantauan dari penanggung jawab, kepala ruangan dsb.
Ini dimaksudkan menjadi stimulus bagi staf tenaga kesehatan untuk menerapkan
komunikasi efektif sebagai bagian dari budaya kerja dimana hal tersebut juga

63
merupakan perwujudan dari tanggung jawab RSUP Kandou sebagai rumah sakit
rujukan utama dan telah terakreditasi secara nasional dan internasional, dan juga
merupakan aplikasi tanggung jawab dan tanggung gugat profesi sebagai tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat terlebih
khusus lagi untuk merawat pasien Covid-19 di masa pandemi yang belum berakhir
ini.

Pelaksanaan tugas dalam merawat pasien Covid-19 memiliki karakteristik


khusus baik secara prosedur dan mekanisme pelaksanaan. Hal tersebut terasa sulit
di awal penerapan tapi berangsur-angsur menjadi pola kebiasaan yang harus dan
wajib dilakukan di Irina F Isolasi. Hal tersebut juga mengharuskan para staf tenaga
kesehatan melakukan penyesuaian termasuk juga dalam menerapkan komunikasi
efektif yang lebih optimal. Komunikasi efektif jika dilakukan dengan motivasi, cara
dan metode yang baik serta terarah dan dimonitor secara sistematis akan
berkontribusi positif dalam pemberian layanan perawatan dan asuhan bagi pasien
Covid-19.
64
BAB VII

RENCANA PEMECAHAN MASALAH

7.1. Manajemen SDM

Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan


aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen,
termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian.
(Sumual, 2017).

Pembenahan sumber daya manusia dalam hal penerapan komunikasi efektif


pada pasien dan keluarga Covid-19 adalaha dengan melakukan penguatan
motivasi merawat pasien di masa pandemi, melakukan pemantapan SOP
tindakan dan diterapkan secara sistematis, melakukan pengaturan tahapan
komunikasi efektif secara dinamis sehingga menjadi pola yang terbiasa serta
melakukan monitoring dan evaluasi terpantau terhadap penerapan
komunikasi efektif yang optimal.

7.2. Manajemen Mutu

Mutu pelayanan kesehatan penting dalam tingkat pelayanan kesehatan dalam


menimbulkan rasa puas pada setiap pasien. Terdapat komponen dasar yang
perlu diperhatikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu :

1. Proses, :

Dalam tahapan proses dilakukan pembenahan implementasi komunikasi


efektif yang sesuai tahapan dan prosedur yang seharusnya sehingga tujuan
komunikasi dan tindakan lebih terarah dan sesuai. Keunikan melakukan
komunikasi efektif pada pasien Covid-19 di masa pandemic harus diimbangi
dengan motivasi petugas kesehatan/perawat yang mengemban nilai
kemanusiaan yang positif

2. Input:

65
Mengarah kepada sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan manajemen
yaitu kelengkapan fasilitas dan perangkat pendukung pelaksanaan
komunikasi efektif pada pasien dan keluarga Covid-19.

7.4. Manajemen Keperawatan

Tenaga perawatan merupakan perangkat yang akan paling sering


berhadapan dengan pasien dan keluarga. Perawat yang merawat pasien
Covid-19 harus dibekali dengan keilmuan dan pendekatan insting khusus
dalam memfasilitasi kebutuhan pasien khusus tersebut. Secara manajerial,
perawat yang bertugas di Irina F Isolasi harus yang memiliki motivasi yang kuat
untuk merawat pasien akibat masa pandemic serta memiliki kesiapan bertugas
dengan prosedur serta SOP tindakan khusus termasuk kelengkapan APD
khusus secara berkelanjutan sehingga hambatan pelaksanaan komunikasi
efektif dapat diminimalisir.

7.9. Manajemen Strategik

Manajemen Strategis menurut Fred R David adalah seni dan pengetahuan


untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.
Manajemen strategis menurut Hunger dan Wheelen adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang. Manajemen strategik selalu berkaitan dengan visi dan
misi dari rumah sakit, Dalam memberikan pelayanan yang holistic kepada
pasien dan keluarga Covid-19, RSUP Kandou membenahi pelayanan yang
dilaksanakan di Irina F Isolasi dengan melakukan pemantapan ketenagaan
pemberi asuhan, penataan SOP dan prosedural serta menstimulasi motivasi
serta kemampuan untuk menerapkan komunikasi efektif yang bermutu serta
terawasi secara berkelanjutan sehingga terhindar dari kesalahpahaman dan
kesalahan prosedur tindakan.

66
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pelaksanaan residensi perumahsakitan ini dapat diambil beberapa


kesimpulan dan saran sebagai berikut;

01. Kesimpulan
 Komunikasi efektif merupakan metode yang sistematis dan terarah
dalam menunjang pelaksanaan asuhan yang bermutu dan
meningkatkan efisiensi pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan
 Komunikasi efektif jika dilakukan dengan motivasi dan prosedur
yang benar akan mempengaruhi pencapaian hasil yang optimal
bagi layanan asuhan yang diberikan.
 Pelaksanaan komunikasi efektif petugas kesehatan/perawat di Irina
F Isolasi sudah cukup baik namun sering juga terkendala dengan
faktor-faktor internal dan eksternal misalnya motivasi petugas
pemberi asuhan, tingkat pengetahuan, realita SOP dan prosedural
Covid-19 yang sering berubah-ubah sesuai tinjauan baik dalam
RSUP Kandou dan tingkatan di atas, pemakaian APD yang wajib
dan ketat serta pembatasan kontak dan jarak petugas dengan
pasien Cpvid-19 dan hal-hal lain. Akibatnya sering terjadi
miskomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi serta efektifitas
pelayanan yang diberikan petugas.

02. Saran
 Petugas kesehatan/perawat hendaknya memiliki kesiapan mental
dan motivasi yang maksimal dalam merawat serta memberi asuhan
yang optimal pada pasien dan keluarga Covid-19. Pelayanan yang
diberikan di masa pandemi akan sangat dipengaruhi dengan
keadaan psikologis secara umum dan adanya realita
berkembangnya issue, pendapat serta tanggapan yang positif
maupun negatif tentang penyakit ini sehingga petugas

67
kesehatan/perawat pemberi asuhan harus menambah wawasan
dan pengetahuan yang dinamis untuk mengantisipasi hambatan
dalam berkomunikasi dan pelaksanaan tindakan.
 SOP dan prosedur penanganan penyakit di masa pandemi Covid-
19 harus ditelaah dan disosialisasikan secara cepat dan tepat
sehingga petugas kesehatan dapat melakukan adaptasi yang
maksimal.
 Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terpadu dan terpantau
untuk implementasi komunikasi efektif sehingga dapat segera
dilakukan identifikasi masalah jika terjadi miskomunikasi dan
kesalahan tindakan.
 Secara manajerial, mutu SDM dan pemantapan visi dan misi RSUP
Kandou akan terimplementasi dalam pembenahan dan pengaturan
tata layanan yang ada di Irina F Isolasi.

68
DAFTAR PUSTAKA

DepKes. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit. Jakarta.

. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/Menkes/Per/VIII/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta.

Joint Commision. 2006. 2006 National Patient Safety Goals. Oakbrook Terrace, IL.
http://www.jcipatientsafety.org/show.asp?durki=10293&site=164&return=10289

Joint Commission International. 2011. International Patient Safety Goals. Edisi ke-4.

KKP-RS. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta:


DepKes.
Materi komunikasi efektif. Diakses
http://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-komunikasi-efektif.html

. 2011. Laporan Insiden Keselamatan Pasien: Periode Januari – April 2011


(Triwulan I). Jakarta: DepKes RI.

RSUP Prof. R. D. Kandou, 2015. Panduan Pelayanan Gawat Darurat.

World Health Organization. 2007. Nine Life-Saving Patient Safety.


https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19

https://covid19.go.id/p/berita/peran-penting-perawat-indonesia-dalam-menangani-pandemi

https://fk.ugm.ac.id/membangun-ketahanan-masyarakat-dalam-pandemi-covid-19/

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201114/0035693/apresiasi-fktp-berjuang-
di-garda-terdepan-kemenkes-adakan-jambore-virtual-bagi-tenaga-kesehatan-di-fktp-dalam-
rangkaian-hkn/

https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1392

http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/index.php/JKPN/article/view/402

http://medanppni.org/mengapa-komunikasi-perawat-kepada-pasien-kurang

https://krakataumedika.com/info-media/artikel/penerapan-komunikasi-efektif-di-rumah-sakit

69
70

Anda mungkin juga menyukai