Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KEGIATAN

MINI PROJECT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTOKOL KUNJUNGAN KE
PUSKESMAS BERGAS SELAMA PANDEMI COVID-19

Disusun oleh:

dr. Pinda Ayu Widiyani

INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG

PERIODE MARET 2020 – JULI 2020


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat

Laporan Mini Project

Topik :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PELAKSANAAN PROTOKOL KUNJUNGAN KE PUSKESMAS BERGAS
SELAMA PANDEMI COVID-19

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship sekaligus
sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internship dokter Indonesia di
Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Juli 2020

Mengetahui,

Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. Pinda Ayu Widiyani dr. Yetty Rohaety

NIP.197005122005012010

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang kini dinamakan SARS-CoV-2 yang
merupakan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas hingga pada kasus yang berat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan
kematian. Manifestasi klinisnya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah terjadi
pajanan. Hingga saat ini masih diyakini bahwa transmisi penularan COVID-19
adalah melalui droplet dan kontak langsung, kecuali bila ada tindakan medis yang
memicu terjadinya aerosol (misalnya resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi
seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air driven, pemeriksaan hidung
dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan pengambilan swab) dimana dapat
memicu terjadinya resiko penularan melalui airborne.
Penambahan dan penyebaran kasus COVID-19 secara global berlangsung
cukup cepat. Pada tanggal 28 Maret 2020 WHO risk assessment memasukkannya
dalam kategori Very High dimana pada saat itu telah dilaporkan total temuan kasus
infeksi sebesar 571.678 kasus dengan total 26.494 kematian. Kasus konfirmasi
COVID-19 di Indonesia pertama kali ditemukan pada 2 Maret 2020, kasus ini terus
bertambah hingga pada hari ke 62, yaitu tanggal 3 Mei 2020 total kasus positif
sebanyak 11.192 kasus, 1.876 kasus sembuh dan 845 kasus meninggal. COVID-19
telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Secara nasional
melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A
Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan nomor 13 A Tahun 2020 telah
ditetapkan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan eskalasi kasus dan
perluasan wilayah terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19, serta Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun
2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, kemudian

3
diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional.
Angka tersebut memang menunjukkan jumlah kasus penyakit yang tinggi.
Namun jika dibandingkan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang lebih
dari 267 juta jiwa, maka perbandingan jumlah masyarakat yang tidak terinfeksi
masih lebih tinggi. Ini berarti selain penanganan kasus terinfeksi COVID-19, upaya
pelayanan kesehatan lain seperti promotif dan preventif perlu tetap menjadi perhatian
bagi petugas pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas. Sampai dengan tahun
2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di
seluruh Indonesia. Puskesmas merupakan garda terdepan dalam memutus mata rantai
penularan COVID-19 karena berada di setiap kecamatan dan memiliki konsep
wilayah. Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, Puskesmas perlu melakukan
berbagai upaya dalam penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi.
Meskipun saat ini hal tersebut menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat
meninggalkan pelayanan lain yang menjadi fungsi Puskesmas yaitu melaksanakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
tingkat pertama seperti yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Berdasarkan teori H.L BLUM, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor
yang saling terkait yaitu lingkungan (40%), perilaku kesehatan (30%), pelayanan
kesehatan (20%) dan genetik (10%). Dari keempat faktor tersebut, perilaku dan
lingkungan memiliki pengaruh yang besar. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh
perilaku dari masyarakat sendiri, oleh karenanya implementasi Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas) dalam memasyarakatkan budaya hidup sehat serta
keterlibatan lintas sektor perlu didorong. Dorongan ini dilakukan pemerintah daerah
mulai dari tingkat RT/RW sampai nanti ke tingkat pusat. Peran Puskesmas dalam
melakukan prevensi, deteksi dan respon dilaksanakan secara terintegrasi dalam
memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada masa pandemi COVID-19.
Pada awal terjadinya pandemi, penanganan Penyakit Infeksi Emerging (PIE)
COVID-19 lebih terfokus pada rumah sakit. Namun dengan terjadinya peningkatan
atau ekskalasi kasus yang terus menerus. Jumlah RS rujukan COVID-19 terus
mengalami penambahan bahkan sampai didirikan RS darurat. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah tentu akan memiliki keterbatasan dalam pengembangan rumah

4
sakit rujukan COVID-19. Sehingga timbul pertanyaan “sampai seberapa besar
kemampuan RS rujukan mampu menampung dan mengelola kasus COVID-19?”
Hal ini menjadi tantangan bersama dan diperlukan perubahan cara kerja. Fokus
penanganan pandemi COVID-19 tidak hanya bertumbuh pada penanganan kasus,
tetapi perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemutusan rantai
penularan agar secara sukarela dan patuh menjalankan anjuran pemerintah untuk
menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan tetap
diam di rumah. Peran Puskesmas sangat penting dalam mewujudkan kemandirian
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengubah perilaku dan
lingkungan yang sejalan dengan teori H.L Blum, yakni masyarakat didorong untuk
memiliki perilaku hidup sehat yang memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat serta hidup dalam lingkungan sehat.
Berdasarkan kajian yang ada, hanya 20% pasien terinfeksi yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, sedangkan 80% yang karantina mandiri dan isolasi diri di
rumah yang hal ini merupakan tugas Puskesmas bersama lintas sektor yang terlibat
sebagai Tim Satgas COVID-19 Kecamatan/Desa/Kelurahan untuk melakukan
pengawasan.

Gambar 1. Peran Puskesmas dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada


masa Pandemi COVID-19
Pada awal terjadinya pandemi, penanganan Penyakit Infeksi Emerging (PIE)
COVID-19 lebih terfokus pada rumah sakit. Namun dengan terjadinya atau ekskalasi
kasus yang terus menerus. Jumlah RS rujukan COVID-19 mengalami penambahan

5
bahkan sampai didirikan RS darurat. Pemerintah pusat pemerintah daerah tentu akan
memiliki keterbatasan dalam pengembangan rumah sakit rujukan COVID-19.
Sehingga timbul pertanyaan “sampai seberapa besar RS rujukan mampu menampung
dan mengelola kasus COVID-19?” ini menjadi tantangan bersama dan diperlukan
perubahan cara kerja. Fokus penanganan pandemi COVID-19 tidak hanya
bertumbuh pada penanganan kasus, tetapi dilakukan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pemutusan rantai penularan agar secara sukarela dan patuh
menjalankan anjuran pemerintah untuk menggunakan masker, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir dan tetap diam rumah. Peran Puskesmas sangat
penting dalam mewujudkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dalam mengubah perilaku dan lingkungan yang sejalan dengan teori H.L
Blum, yakni masyarakat didorong untuk memiliki perilaku hidup sehat memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta hidup dalam lingkungan
sehat.

Gambar 2. Tatalaksana rujukan PIE Covid-19


Pelayanan terkait kasus COVID-19 di Puskesmas dilaksanakan terintegrasi
dengan pelayanan lainnya. Hal ini mengingat ada pelayanan esensial/primer yang
harus tetap diberikan kepada masyarakat seperti pemeriksaan ibu hamil, pemberian
imunisasi pada balita, pematauan tumbuh kembang anak dan lain sebagainya. Oleh
karena hal yang disebut di atas, perlu disusun petunjuk teknis terkait pelayanan
Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 yang terintegrasi melalui upaya
kesehatan Puskesmas guna pencegahan dan pengendalian COVID-19 di wilayah
kerjanya.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dilakukan peneltian
dengan rumusan masalah :
“Bagaimana tingkat kepatuhan pelaksanaan protokol kunjungan ke Puskesmas pada
masa Pandemi Covid-19 dikaitkan dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan tingkat pengetahuan?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas dalam Pandemi Covid19.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan kepatuhan
protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas.
b. Mengetahui hubungan antara pendidikan dan status pekerjaan dengan
kepatuhan protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas.
c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan protokol
kunjungan ke Puskesmas Bergas
d. Mengetahui hubungan antara sikap pasien dan sikap petugas kesehatan
dengan kepatuhan protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta sebagai
salah satu pembuktian kepatuhan pelaksanaan protokol kunjungan masyarakat
ke Puskesmas Bergas khususnya masyarakat di sekitar Puskesmas Bergas.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi puskesmas
Memberi informasi kepada puskesmas terkait kepatuhan pelaksanaan
protokol kunjungan Puskesmas selama Pandemi Covid-19. Sehingga
diharapkan sebagai salah satu data untuk mendukung salah satu kegiatan
promosi kesehatan terkait Pandemi Covid-19.

7
b. Manfaat bagi pembaca
Menambah ilmu pengetahuan tentang protokol kunjungan ke Puskesmas
selama pandemi Covid19.
c. Manfaat bagi penulis
1) Mengetahui informasi mengenai kepatuhan pelaksanaan protokol
kunjungan ke Puskesmas selama pandemi Covid19.
2) Untuk menyelesaikan tugas mini project program dokter internsip 2019-
2020

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Covid-19
1. Karakteristik Covid-19
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara
orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat
tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2
dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama tiga jam. Virus ini juga
telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020 tidak diketahui apakah
penularan melalui feses mungkin, dan risikony diperkirakan rendah.
Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ, dan δ.
Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah diketahui
menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona menyebabkan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERSr CoV), severe acute respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr
CoV) dan novel coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia
ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus
corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di nonaktifkan
(secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh
karena itu, cairan pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak
direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini.
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronaviru Disease-2019 (COVID-19). COVID-19
termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan
berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari virus SARS-
CoV dan MERS-CoV. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa homologi antara

9
COVID-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS
yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, COVID-19
dapat ditemukandalamsel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam. Sementara
itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel dibutuhkan
waktu sekitar 6 hari.
Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena
virus mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel
alveolar tipe II paru- paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan
khusus, yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang.
Kepadatan ACE2 di setiap jaringan berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit di jaringan itu dan beberapa ahli berpedapat bahwa penurunan aktivitas
ACE2 mungkin bersifat protektif. Dan seiring perkembangan penyakit alveolar,
kegagalan pernapasan mungkin terjadi dan kematian mungkin terjadi.

2. Karakteristik Epidemiologi
Angka fatalitas kasus (CFR) tergantung pada ketersediaan layanan
kesehatan, usia dan masalah kesehatan dalam populasi, dan jumlah kasus yang
tidak terdiagnosis. Penelitian pendahuluan telah menghasilkan angka tingkat
fatalitas kasus antara 2% dan 3%; pada Januari 2020. WHO menyimpulkan
bahwa tingkat fatalitas kasus adalah sekitar 3%, dan 2% pada Februari 2020
hanya di Provinsi Hubei. WHO memperkirakan rasio fatalitas infeksi rata-rata
(IFR, mortalitas di antara yang terinfeksi) berkisar antara 0,8% - 0,9%. Sebuah
penelitian observasional terhadap sembilan orang tidak menemukan penularan
vertikal dari ibu ke bayi yang baru lahir. Juga, sebuah penelitian deskriptif di
Wuhan tidak menemukan bukti penularan virus melalui hubungan seks, tetapi
beberapa ahli mencatat bahwa penularan selama hubungan seks dapat terjadi
melalui rute lain.
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan
melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang
memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu
lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi
sehingga penularan akan semakin mudah.

10
3. Karakteristik klinis
Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa inkubasi COVID-19
berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7
hari. Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis
utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare
relatif jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia
biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk
dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut,
syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan
batuk serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan penyakit parah atau kritis
mungkin mengalami demam sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama
sekali. Kasus ringan hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan
sebagainya tanpa manifestasi pneumonia septik, asidosis metabolik sulit untuk
dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.
Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam sedang
hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan hanya hadir
dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia
Masa inkubasi COVID-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan pada umumnya
terjadi di hari ke tiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan, dan batuk kering
merupakan tanda-tanda umum infeksi corona disertai dengan gejala seperti
hidung tersumbat, pilek, dan diare pada beberapa pasien. Karena beberapa pasien
yang parah tidak mengalami kesulitan bernapas yang jelas dan datang dengan
hipoksemia, sehingga ada perubahan dalam panduan ini menjadi Dalam kasus
yang parah, dispnea dan atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu
setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang
menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok sepsis, asidosis metabolik yang
sulit ditangani, dan perdarahan dan disfungsi koagulasi, dan lain-lain. Edisi ini
menekankan bahwa pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami demam
ringan, kelelahan ringan dan sebagainya, tetap tanpa manifestasi pneumonia.
Dalam hal pemeriksaan laboratorium, edisi terakhir pedoman mengenai
COVID-19 menambahkan penjelasan sebagai berikut: “Peningkatan kadar enzim
hati, LDH, enzim otot dan mioglobin dapat terjadi pada beberapa pasien; dan

11
peningkatan level troponin dapat dilihat pada beberapa pasien kritis” dan “asam
nukleat nCoV-2019 dapat dideteksi dalam spesimen biologis seperti apusan
nasofaringeal, dahak, sekresi saluran pernapasan bagian bawah, darah dan feses”.
Pada tahap awal COVID-19, hasil rontgen menunjukkan bahwa ada
beberapa bayangan polakecil (multiple small patches shadow) dan perubahan
interstitial, terutama di periferal paru. Seiring perkembangan penyakit, hasil
rontgen pasien ini berkembang lebih lanjut menjadi beberapa bayangan tembus
pandang/kaca (multiple ground glassshadow) dan bayangan infiltrasi di kedua
paru. Pada kasus yang parah dapat terjadi konsolidasi paru. Pada pasien dengan
COVID-19, jarang ditemui adanya efusi pleura.

B. Profil Puskesmas
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Bergas terletak di wilayah kabupaten Semarang, propinsi Jawa
Tengah. Kecamatan Bergas secara geografis berbatasan dengan kecamatan
Ungaran Barat dan Ungaran Timur di sebelah Utara, kecamatan Bawen dan
Bandungan disebelah Selatan, kecamatan Pringapus di sebelah Timur, serta
kecamatan Bandungan dan Ungaran Barat di sebelah Barat. Puskesmas Bergas
memiliki wilayah kerja terdiri dari 13 desa/kelurahan. Masing-masing dengan
rincian sebanyak 4 kelurahan yaitu: kelurahan Bergas Lor, kelurahan Wujil,
kelurahan Karangjati, dan kelurahan Ngempon, serta 9 desa yaitu: desa Munding,
desa Pagersari, desa Gebugan, desa Bergas Kidul, desa Randugunting, desa
Jatijajar, desa Diwak, desa Wringinputih, dan desa Gondoriyo.
Luas total wilayah kecamatan Bergas adalah 47,33 km2. Desa Wringinputih
merupakan desa dengan wilayah terluas di kecamatan Bergas yaitu 13,32 Km2,
Sedangkan desa Diwak adalah desa dengan luas terkecil, yaitu 0,66 Km2,
sedangkan alamat Puskesmas Bergas di Jln.Soekarno Hatta No. 68 Telp.( 0298)
522109 Bergas 50552 Email: bergaspuskesmas@gmail.com. Pada bulan Februari
Tahun 2008, Puskesmas Bergas menjadi Puskesmas Rawat Inap dengan kapasitas
TT 8 Bed. Kemudian pada tahun 2015 di tetapkan sebagai Puskesmas Perkotaan
dan Puskesmas Rawat Inap dengan Surat Keputusan Bupati Semarang Kabupaten
Semarang, 26 Maret 2015 Nomor 445/0245/2015 Tentang Katagori Puskesmas Di
Kabupaten Semarang. Berdasarkan Karakteristik Wilayah Kerja Dan Kemampuan

12
Penyelenggaraannya, dengan keputusan Bupati Semarang UPTD Puskesmas
Bergas menjadi Puskesmas 11 BLUD dengan nomor : 445/0616/2016, tanggal 3
November 2016 Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah dengan Status Penuh. Dengan adanya surat Keputusan dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Semarang nomor: 050/3995/2017 tentang Penetapan
jumlah Tempat Tidur pada Unit Pelayanan Teknis Dinas Puskesmas Rawat inap,
Puskesmas Bergas ditetapkan jumlah Bed sebanyak 5 bed.
1. Data Umum
a. Peta Wilayah

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Semarang


b. Kondisi Geografis
Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas Bergas terletak di wilayah
Kecamatan Bergas.Batas administratif wilayah kerja Puskesmas Bergas
adalah sebagai berikut :
1. Batas Utara : Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran Timur
2. Batas Timur : Kecamatan Pringapus
3. Batas Selatan : Kecamatan Bawen dan Kecamatan Bandungan
4. Batas Barat : Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Ungaran Barat

13
c. Data Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Bergas terdiri dari 9 desa dan 4 Kelurahan
antara lain sebagai berikut :
1. Kelurahan Ngempon 8. Desa Pagersari
2. Kelurahan Karangjati 9. Desa Munding
3. Kelurahan Wujil 10. Desa Bergas Kidul
4. Kelurahan Bergas Lor 11. Desa Randugunting
5. Desa Wringin Putih 12. Desa jatijajar
6. Desa Gondoriyo 13. Desa Diwak
7. Desa Gebugan
Dengan jumlah penduduknya pada tahun 2019 adalah 68.435 jiwa,
terdiri dari penduduk laki laki 34.270 dan penduduk perempuan 34.165 lebih
jelasnya lihat tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Bergas 2019
No Desa/Kel L(orang) P (orang) Total
1. Munding 1583 1541 3124
2. Pagersari 2348 2303 4651
3. Gebugan 2820 2853 5673
4. Wujil 2719 2708 5427
5. Bergas Lor 3349 3385 6734
6. Bergas Kidul 3473 3479 6952
7. Randugunting 1276 1248 2524
8. Jatijajar 2280 2241 4521
9. Diwak 579 569 1148
10. Ngempon 2591 2618 5290
11. Karangjati 4703 4724 9427
12. Wringin Putih 3058 3043 6101
13. Gondoriyo 3491 3453 6944
Total 34270 34165 68435

14
2. Data Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Bergas Tahun 2019 sebanyak 53 orang.
Jumlah sumber daya manusia menurut kualifikasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Kebutuhan Tenaga Sesuai Analisis Beban Kerja
Nama Jabatan Kebutuhan Tenaga Yang Ada Kekurangan Keterangan
Kepala Puskesmas 1 1 0
Ka. Subbag TU 1 1 0
Dokter 3 3 0
Dokter Gigi 1 1 0
Perawat Umum 8 6 2
Perawat Gigi 2 1 1
Bidan Desa 13 13 0
Bidan Puskesmas 9 3 6
Pranata Laboratorium 2 2 0
Promkes 1 1 0
Kesling/HS 1 1 0
Tenaga Gizi 2 1 1
Tenaga Kefarmasian 1 1 0
Apoteker 1 2 0 Lebih 1
Tenaga Administrasi 2 3 0 Lebih 1
Tenaga Akuntansi 1 1 0
Pekarya 2 2 0
Rekam Medis 2 0 2
Supir 2 2 0
Penjaga Malam 1 1 0
Admin Kesehatan 7 3 4
Juru Masak 1 0 1
Petugas Kebersihan 4 4 0
Sumber : Data Puskesmas Bergas

15
• Sarana dan Prasarana
1) Puskesmas Bergas memiliki 4 (empat) Puskesmas Pembantu yaitu:
Puskesmas Pembantu Wringin Putih, Pagersari, Munding dan Gondoriyo
2) Di wilayah kerja Puskesmas Bergas terdapat 8 (delapan) PKD antara lain:
a) PKD Bergas Kidul
b) PKD Bergas Lor
c) PKD Karangjati
d) PKD Randugunting
e) PKD Diwak
f) PKD Wujil
g) PKD Wringinputih
h) PKD Jatijajar
3) Puskesmas Bergas memiliki 1 ( satu ) POLINDES yang terletak di Desa
Gebugan.
4) Puskesmas Bergas memiliki 88 posyandu balita, 17 Posyandu Lansia dan
15 Posbindu. Pos Yandu Lansia 20 Lebih jelasnya terlihat pada table di
bawah ini.
Tabel 2.3. Jumlah dan Nama Posyandu Balita UPTD Puskesmas Bergas

16
Tabel 2.4 Jumlah dan Nama Posbindu UPTD Puskesmas Bergas

1. Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai


a. Visi
Menjadikan Puskesmas Bergas professional untuk mewujudkan masyarakat
sehat dan mandiri
b. Misi
1. Melaksanakan pelayanan prima
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional dan berdaya saing
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan
a. Motto
Sehat dan Bergas
Kita semua harus sehat, bugar dan produktif
b. Tata Nilai
BERGAS
Bertanggung Jawab : Menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu

17
Empati : Cepat merespon keluhan pelanggan
Ramah : Melayani dengan santun
Giat : Bekerja cepat tanggap
Aman : Menjunjung tinggi keselamatn dan kenyamanan
Sungguh-sungguh : Bekerja dengan tuntas
2. Program Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan PMK Nomor 75 tahun 2014 maka di Puskesmas Bergas ditetapkan
jenis-jenis pelayanan :
a. UKM Esensial dan Perkesmas :
 Pelayanan promosi kesehatan
 Pelayanan kesehatan lingkungan
 Pelayan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana
 Pelayanan gizi
 Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
 Perkesmas
b. Upaya Kesehatan Perseorangan :
 Pelayanan Rawat Jalan :
1) Pelayanan umum
2) Gigi dan mulut
3) KIA dan KB
4) Laboratorium
5) Farmasi
 UGD
 Persalinan
 Rawat Inap

C. Protokol Kunjungan Puskesmas dalam Pandemi COVID19


Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak
dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko
terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau
yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan
kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah
pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:

18
 melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak
terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;
 menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
 terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan
atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;
 pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker;
 menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernapasan.

1. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Berkaitan dengan


Pelayanan Kesehatan
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di
tempat layanan kesehatan meliputi:
a. Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien
Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman
bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan
standar meliputi:
1) Kebersihan tangan dan pernapasan;
Petugas kesehatan harus menerapkan “5 momen kebersihan
tangan”, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur
kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah
bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan
pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
Kebersihan tangan mencakup:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan antiseptik
berbasis alkohol;
2. Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor;
3. Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama
ketika melepas APD.
Orang dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan
untuk menerapkan kebersihan/etika batuk. Selain itu mendorong

19
kebersihan pernapasan melalui galakkan kebiasaan cuci tangan untuk
pasien dengan gejala pernapasan, pemberian masker kepada pasien
dengan gejala pernapasan, pasien dijauhkan setidaknya 1 meter dari
pasien lain, pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di
semua area.
b. Penggunaan APD sesuai risiko
Penggunaan secara rasional dan konsisten APD, kebersihan tangan
akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Pada perawatan rutin
pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian risiko/antisipasi
kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka. APD
yang digunakan merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian Infeksi sesuai
dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne. Jenis alat pelindung diri
(APD) terkait COVID-19 berdasarkan lokasi, petugas dan jenis aktivitas
terdapat pada lampiran. Cara pemakaian dan pelepasan APD baik
gown/gaun atau coverall terdapat pada lampiran. COVID-19 merupakan
penyakit pernapasan berbeda dengan pneya kit Virus Ebola yang ditularkan
melalui cairan tubuh. Perbedaan ini bisa menjadi pertimbangan saat
memilih penggunaan gown atau coverall.
c. Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik
d. Pengelolaan limbah yang aman Pengelolaan limbah medis sesuai dengan
prosedur rutin
e. Pembersihan lingkungan, dan sterilisasi linen dan peralatan perawatan
pasien.
f. Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan air dan deterjen
serta memakai desinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit 0,5%
atau etanol 70%) merupakan prosedur yang efektif dan memadai.

Penggunaan Masker
Penggunaan masker adalah efektif! Karena tujuan memakai masker
adalah untuk memblokir ‘pembawa’ yang mentransmisikan virus, daripada
secara langsung memblokir virus. Mengenakan masker dengan benar dapat
secara efektif memblokir tetesan pernapasan dan karenanya mencegah virus
masuk langsung ke dalam tubuh.

20
Perlu diingatkan bahwa tidak perlu memakai respirator KN95 atau N95.
Masker bedah biasa dapat menghalangi sebagian besar virus yang membawa
tetesan memasuki saluran pernapasan.

2. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19


a. Manajemen Puskesmas
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan yang dimaksud mencakup aspek-aspek pelayanan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) yang memperhitungkan aspek epidemiologi dan
faktor resiko kejadian dan penyebaran kasus COVID-19 di wilayah kerja
Puskesmas dan skenario capaian program-program pembangunan
kesehatan yang telah ditetapkan pada awal tahun. Dalam hal resiko
penularan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas, perlu dilakukan
asumsi terkait dengan kapasitas pelayanan yang tersedia saat ini.
Pembahasan terkait perencanaan Puskesmas yang telah disusun
sebelumnya pada masing-masing program, diharapkan dapat melakukan
penyesuaian target kegiatan yang telah disusun, yaitu menentukan
kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan, bisa dilaksanakan dengan metode
yang berbeda atau ditunda waktunya. Pembahasan ini dilakukan dalam
lokakarya mini bulanan lintas program. Revisi dilakukan sesuai
kebutuhan pandemi COVID-19 yang mengacu pada juknis/pedoman
yang berlaku melalui pembinaan dan koordinasi dengan dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota.
Untuk memetakan kebutuhan, Puskesmas menentukan target
sasaran kasus terkait COVID-19 dengan angka prevalensi dari dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota.
Gejala ringan mulai setelah hari kelima hingga hari ke-10. Fase
infeksius dimulai dari hari pertama pajanan hingga hari ke-21 pasca
pajanan atau 11 hari setelah penderita memasuki fase imun /kekebalan
atau sembuh Populasi terinfeksi dengan kategori bergejala sedang
terdapat sebanyak 10% dari total populasi. Populasi pada kategori ini
tidak menunjukkan gejala hingga hari kelima pasca pajanan. Gejala

21
sedang dimulai pada hari kelima hingga setelah hari ke delapan sebelum
akhirnya harus dilakukan perawatan di rumah sakit hingga hari ke-20.
Fase infeksius dimulai pada hari pertama pajanan hingga hari ke-25
pasca pajanan atau 5 hari setelah penderita memasuki fase imun /
kekebalan atau sembuh.
Populasi terinfeksi dengan kategori bergejala berat terdapat
sebanyak 5% dari total populasi. Populasi pada kategori ini tidak
menunjukkan gejala hingga hari kelima pasca pajanan. Gejala berat
dimulai setelah hari kelima hingga hari ke-8 sebelum akhirnya harus
dilakukan perawatan di ICU atau di ruang ventilator hingga hari ke- 21.
Fase infeksius dimulai pada hari pertama pajanan hingga hari ke-25 atau
4 hari setelah penderita memasuki fase imun atau dinyatakan meninggal
dunia.
Rata-rata kematian pada populasi dengan kategori bergejala berat
sebesar 50%, bergejala sedang sebesar 15%, bergejala ringan dan tidak
bergejala sebesar 0%. Dari hasil perhitungan estimasi sasaran dapat
diperkirakan kebutuhan logistik Puskesmas seperti rapid test, maupun
BMHP untuk pengambilan spesimen pemeriksaan Reverse Transcription
- Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), media Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) untuk masyarakat dan lintas sektor serta Alat Pelindung
Diri (APD) bagi petugas Puskesmas. Puskesmas dapat menentukan
populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.
Disamping itu, warga yang melakukan isolasi diri dapat membutuhkan
terapi obat simptomatis.
Dalam hal pelayanan untuk pencapaian target program, khususnya
untuk program prioritas seperti penurunan kematian ibu dan anak,
imunisasi, penurunan stunting, pemberantasan tuberkulosis dan
pengendalian penyakit tidak menular, maka perlu diperhitungkan dalam
bentuk asumsi ketidakmampuan pelayanan ataupun ketidaksiapan
masyarakat dalam pelaksanaan program prioritas tersebut.
Puskesmas mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator
program tersebut selain diakibatkan oleh situasi pandemi COVID-19.

22
Selanjutnya Puskesmas merencanakan upaya inovasi yang akan
dilakukan bila masa pandemi COVID-19 telah berakhir sebagai upaya
untuk memperbaiki capaian kinerja. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah memperhatikan kondisi logistik tentang kemungkinan obat/vaksin
kedaluwarsa, ketersediaan obat yang diperlukan tidak terpenuhi atau hal-
hal lain dalam distribusi.
2) Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Penggerakan dan pelaksanaan melalui forum khusus yaitu
lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap
dilakukan. Bila kegiatan Lokmin tersebut memungkinkan untuk
dilakukan melalui pertemuan, maka tetap memperhatikan kaidah-kaidah
pada saat pandemi COVID-19 seperti physical distancing, tetapi bila
tidak memungkinkan dapat memanfaatkan teknologi informasi/daring.
Pada pelaksanaan Lokmin bulanan di situasi saat ini, tidak hanya
membahas terkait kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan,
melainkan Puskesmas perlu membahas bersama pedoman terkait
pelayanan pada masa pandemi COVID-19. Hal ini perlu dilakukan
mengingat banyak pedoman program yang disesuaikan dengan kondisi
pandemi COVID-19 dimana penyusunan/terbitnya juga hampir
bersamaan. Untuk mengantisipasi tersebut dan agar petugas di
Puskesmas dapat dengan cepat mengikuti perkembangan, maka kepala
Puskesmas menugaskan kepada koordinator program untuk mempelajari
pedoman-pedoman tersebut dan selanjutnya petugas tersebut akan
menjelaskan secara bergantian kepada seluruh petugas lainnya dalam
forum Lokmin bulanan. Apabila selanjutnya terjadi perubahan pedoman,
maka dilakukan sosialisasi kembali dalam forum Lokmin ini.
Penggerakan Lokmin triwulanan lintas sektor lebih banyak
dilakukan dalam bentuk koordinasi melalui daring untuk menghindari
berkumpul, maka dapat juga dibentuk grup diskusi seperti grup whatsapp
dalam satu kecamatan agar dapat lebih efektif menggerakan lintas sektor.
Pelaksanaan kegiatan misalnya pemantauan/sweeping orang dengan
riwayat perjalanan dari daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan
harian OTG, ODP dan PDP ringan, tracing jika ditemukan kasus

23
konfirmasi COVID-19 dilakukan bersama-sama lintas sektor di setiap
kecamatan, desa/kelurahan, dusun, RT/RW.
Sebagai alat bantu, Puskesmas dapat mengembangkan sistem
pelaporan/ pendataan guna melakukan pemantauan orang dengan riwayat
perjalanan dari daerah transmisi lokal di wilayah kerjanya. Sesuai prinsip
pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Dalam rangka mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang
sehat, Puskesmas didukung oleh jaringan dan jejaring Puskesmas. Pada
situasi saat ini, diperlukan kerjasama yang baik dari seluruh sumber daya
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas.Jejaring Puskesmas
wajib melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan kesehatan
kepada Puskesmas di wilayah kerjanya sewaktu-waktu dan/atau secara
berkala setiap bulan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)
Puskesmas diharapkan tetap melakukan pemantauan terhadap
pencapaian target-target prioritas pembangunan kesehatan di tingkat
kabupaten/kota. Hal ini dilakukan untuk memastikan pelaksanaan
kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun dan
jika diperlukan dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi ditemui di lapangan.
Dalam rangka upaya pengawasan dan pengendalian, maka
indikator-indikator program dan penanganan COVID-19 tetap dilakukan
penilaian setiap bulannya. Pengawasan terhadap peningkatan kasus
OTG, ODP, ODP, konfirmasi positif oleh Puskesmas berbasis penguatan
desa/kelurahan bahkan dusun dilakukan dengan memperkuat kerjasama
lintas sektor dan koordinasi fungsi Gugus Tugas Kecamatan. Tindak
lanjut hasil pengawasan harus dilakukan bersama melalui Gugus Tugas
Kecamatan untuk memutus mata rantai penularan secara dini dengan
melibatkan Gugus Tugas yang ada di setiap desa/kelurahan.
Jumlah Kasus terkait COVID-19 (OTG, ODP, PDP, Konfirmasi)
yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas selanjutnya direkapitulasi dan di

24
pantau laju perkembangannya dari hari ke hari. Selain dari sisi jumlah,
Puskesmas dapat menguraikan kondisi kasus COVID-19 dari sisi terkait
kondisi biologi (seperti jenis kelamin dan kelompok umur), psikologi,
sosial (seperti tingkat pendidikan, pekerjaan) dan budaya, karena
semakin detail informasi yang dapat kita sajikan, semakin mempermudah
Puskesmas dalam melakukan strategi penanganan pandemi COVID-19 di
wilayah kerjanya. Semua mempunyai masalah yang sama yaitu sama-
sama menghadapi pandemi COVID-19 tetapi strategi penanganannya
bisa saja berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi biologi, psikologi,
sosial dan budaya masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Dalam pelaksanaan Manajemen Puskesmas, selain dilakukan
penyesuaian terkait upaya atau kegiatan yang akan dilakukan serta
pendanaannya, Puskesmas juga melakukan penyesuaian terkait
manajemen sumber daya yang lain terutama terkait sumber daya manusia
(SDM). Jika diperlukan, kepala Puskesmas dapat meninjau ulang
pembagian tugas SDM/petugas Puskesmas yang disesuaikan dengan
situasi Puskesmas terkini serta tetap mempertimbangkan kemampuan
setiap petugas dalam melaksanakan tugasnya. Peninjauan ulang ini
dilakukan antara lain dalam rangka mempertimbangkan resiko akan
tertular COVID-19 seperti status kesehatan petugas saat ini apakah ada
penyakit comorbid atau tidak, usia petugas dan lain sebagainya.
Pada situasi pandemi COVID-19 ini, petugas Puskesmas
mempunyai risiko tertular dari pasien yang tanpa gejala atau yang sudah
positif, oleh sebab itu Puskesmas diharapkan melakukan pelatihan
internal atau alih pengetahuan tentang beberapa hal yang berhubungan
dengan situasi Pandemi COVID-19, antara lain:
 Untuk seluruh staf Puskesmas termasuk cleaning service
diinformasikan tentang situasi pandemi termasuk cara penularan
COVID-19, tentang perubahan alur pelayanan, kebersihan tangan,
physical distancing, pemakaian masker dan APD, etika batuk dan
perlindungan diri.
 Untuk tenaga kesehatan juga diberikan informasi dan simulasi tentang
kewaspadaan standar dalam PPI, pemakaian APD, Pelepasan APD,

25
evakuasi pasien ke fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah daerah
atau yang dikelola masyarakat atau ke RS dan alih keterampilan cara
rapid test serta pengambilan sampel swab Nasofaring.
 Jika petugas kesehatan Puskesmas sudah melaksanakan pelayanan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip PPI maka kecil kemungkinan
petugas menjadi OTG.
 Kesesuaian atau ketaatan pelaksanaan prinsip PPI, termasuk
penggunaan APD harus terus dimonitor atau dilakukan audit internal.

b. Upaya Kesehatan Masyarakat


Pemberdayaan Masyarakat
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat pada masa pandemi
COVID-19, Puskemas perlu melakukan identifikasi status psikologis diri
atau kondisi masyarakat di wilaya kerjanya dalam menghadapi kondisi
pandemi ini. Pembagian zona ini merupakan modifikasi dari teori “The
Comfort Zone”. Pada diagram di bawah ini, situasi masyarakat pada
pandemi COVID-19 dibagi atas 3 zona, yaitu :
a) Zona takut (fear zone)
Zona dimana masyarakat merasa takut, merasa kurang percaya diri dalam
menghadapi pandemi ini. Hal ini terlihat dengan masyarakat
berbondong-bondong menimbun bahan pangan/kebutuhan pokok lainya
untuk kebutuhan berbulan-bulan kedepan, tidak peka terhadap kebutuhan
orang lain dan mudah terganggu, marah atau tidak sabar saat pihak lain
tidak memahaminya.
b) Zona belajar (learning zone)
Zona dimana masyarakat sudah memiliki keyakinan dan kepercayaan diri
untuk dapat mengatasi tantangan ataupun masalah yang akan
dihadapinya pada saat pandemi ini . Hal ini dapat terlihat dengan
masyarakat telah dapat mengontrol diri dari pengaruh perkembangan
berita negative yang diterima bertubi-tubi dari media sosial atau sudah
mulai memahami bahwa sebagian bahan yang ditimbun akhirnya tidak
termanfaatkan yang seharusnya dapat bermanfaat bagi orang lain.

26
c) Zona tumbuh (growth zone)
Zona dimana masyarakat sudah terbentuk pola pikir baru yang berbeda
dari sebelumnya yang motivasi bahwa mereka dapat keluar dari masa
pandemi COVID-19. Hal ini dapat terlihat dengan masyarakat telah
tampak aksi gotong royong saling tolong menolong, telah memiliki
tujuan yang baik dan bersyukur dengan kondisi yang ada untuk
menjalankan kehidupan saat ini. Zona ini merupakan zona ideal yang
ingin dicapai agar dapat lebih cepat keluar dari masa pandemi COVID-
19.

Gambar. Zonasi situasi masyarakat pada masa Pandemi COVID-19

Kesehatan Keluarga
1) Pelayanan bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP, OTG dan kasus konfirmasi
COVID-19
a) Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:
- Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord
Clamping).
- Bayi dikeringkan seperti biasa.
- Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak
menunggu setelah 24 jam
- TIDAK DILAKUKAN IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial
lainnya tetap diberikan.

27
b) Bayi baru lahir dari Ibu dengan HbSAg reaktif dan terkonfirmasi
COVID-19 positif diberikan HbIG. Pemberian vaksin Hepatitis B
diberikan bagi bayi dengan klinis baik. Bagi bayi dengan klinis tidak
baik, pemberian vaksin Hepatitis B ditunda sampai klinis bayi baik.
c) Bayi lahir dari ibu ODP dapat rawat gabung, disusui secara langsung
dari payudara ibunya dengan menerapkan upaya pencegahan COVID-
19 yaitu cuci tangan, membersihkan area payudara dan ibu
menggunakan masker.
d) Bayi yang lahir dari Ibu PDP atau terkonfirmasi COVID-19 positif,
dirawat terpisah, diberikan ASI perah, ibu memompa ASI sendiri, dan
jaga kebersihan
2) KIE Pada Lansia dan pendamping lansia (caregiver lansia) meliputi:
a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), konsumsi makanan bergizi
seimbang, dan risiko terinfeksi COVID-19.
b) Menganjurkan lansia untuk tetap di rumah/panti wreda/senior living
sambil melakukan kegiatan rutin sehari-hari, berjemur di bawah sinar
matahari secukupnya dan menjaga jarak minimal satu meter dengan
yang lainnya.
c) Menjauhi keramaian, perkumpulan atau kegiatan sosial seperti arisan,
rekreasi, reuni, dan lain-lain.
d) Hanya orang yang sehat dan tidak ada riwayat terpapar dengan
lingkungan yang beresiko penularan yang dapat
menemui/mendampingi lansia.
e) Menjaga kesehatan mental lansia dengan meningkatkan kegiatan
ibadah di rumah, tetap bersilahturahmi dengan saudara/kerabat/teman
melalui teknologi komunikasi jarak jauh, mengembangkan hobi tanpa
harus keluar dari rumah/ pantiwreda, serta menghindari berita hoax di
media atau di handphone.
f) Menganjurkan kepada Lansia agar tidak berobat ke Puskesmas atau ke
Rumah Sakit, kecuali mengalami tanda-tanda kegawatdaruratan
sebagai berikut:
- Perubahan kesadaran (bicara meracau, tidak nyambung, lebih
sering mengantuk, tiba-tiba mengompol)

28
- Nyeri dada yang memberat
- Diare, muntah-muntah, tidak mau makan, lemas yang memberat,
demam tinggi ≥ 380 C)
- Jatuh yang menyebabkan nyeri hebat/ kecurigaan patah tulang/
pingsan
- Nyeri yang memberat
- Perdarahan yang sukar berhenti
- Sesak napas yang memberat
- Gangguan saraf mendadak (kelemahan anggota badan, sakit kepala
hebat, bicara pelo, kejang)
3) Tatalaksana kekerasan terhadap perempuan dan anak:
a) Petugas kesehatan harus lebih jeli dalam mendeteksi secara dini
adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga, terutama pada
klien/pasien yang pernah mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga
sebelumnya. Kekerasan dalam rumah tangga pada masa pandemi
COVID-19 sangat mungkin terulang kembali karena masih adanya
stigma negatif terhadap kasus COVID-19, situasi stay at home selama
masa pandemi, penerapan kebijakan PSBB yang menimbulkan
kesulitan ekonomi, keterbatasan bersosialisasi, dan dampak psikologis
lainnya, atau alasan lainnya.
b) Dalam memberikan pelayanan tetap memperhatikan kerahasiaan
identitas klien dan pencegahan penularan COVID-19. Petugas
kesehatan menggunakan APD sesuai pedoman.
c) Pelayanan kesehatan dan layanan Visum et Repertum (VeR)
dilakukan di ruangan terpisah dari pasien sakit ataupun IGD.
d) Untuk kasus yang merupakan rujukan dari jejaring penanganan
(rujukan dari kepolisian, P2TP2A, dll) sebaiknya sudah membuat janji
terlebih dahulu. Dukungan psikososial dan konseling lanjutan dapat
dilakukan secara daring lewat telepon atau media sosial lainnya.
e) Tingkatkan koordinasi dengan jejaring penanganan kasus kekerasan,
seperti P2TP2A/UPTD PPA, Dinas Sosial, Kepolisian dan LSM untuk
dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada korban.

29
c. Upaya Kesehatan Perseorangan
Dalam menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
pada masa pandemi COVID-19, Puskesmas mengimplementasikan Surat
Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Puskesmas menyampaikan
informasi terkait pembatasan atau penundaan pelayanan UKP untuk
mengurangi risiko penularan COVID- 19. Informasi tersebut dapat
disampaikan secara tertulis menggunakan media cetak atau media
komunikasi lainnya. Puskesmas juga dapat memanfaatkan teknologi
informasi seperti pendaftaran daring sebagai bentuk pembatasan pelayanan.
a) Pelayanan Di Dalam Gedung
Pelayanan medik dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur
Operasiona (SPO) pelayanan yang berlaku. Jika diperlukan, pelayanan
medik dapat dimodifikasi untuk mencegah penularan COVID-19, antara
lain dengan menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang
datang, mengubah alur pelayanan, menyediakan ruang pemeriksaan
khusus ISPA, mengubah posisi tempat duduk pasien pada saat pelayanan
(jarak dengan petugas diperlebar), menggunakan kotak khusus bagi
pasien yang mendapatkan tindakan yang berpotensi menimbulkan
aerosol yang dilakukan disinfeksi sesuai pedoman setelah pemakaian,
atau menggunakan sekat pembatas transparan antara petugas kesehatan
dan pasien.

Pelayanan rawat jalan


a. Jadwal pelayanan dimodifikasi berdasarkan sasaran program.
b. Tata laksana kasus mengacu pada standar operasinal pelayanan (SOP)
pelayanan dengan menerapkan prinsip triase, PPI dan physical
distancing. Pelayanan (jarak dengan petugas diperlebar),
menggunakan kotak khusus bagi pasien yang mendapatkan tindakan
yang berpotensi menimbulkan aerosol yang dilakukan disinfeksi

30
sesuai pedoman setelah pemakaian, atau menggunakan sekat
pembatast ransparan antara petugas kesehatan dan pasien.
1) Menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang
datang
Memperkuat proses triase merupakan hal yang sangat perlu
diperhatikan pada saat ini. Beberapa hal yang mendasari perlunya
memperkuat triase yaitu adanya kelompok orang tanpa gejala
(OTG) pada kasus COVID-19 serta belum memiliki atau belum
memadai jumlah ketersedian rapid diagnostic test (RDT) untuk
menentukan kondisi reaktif atau non reaktif seseorang.
Kemampuan petugas triase dalam melakukan anamneses awal
merupakan hal yang perlu dilatih bersama antara tenaga medis dan
tenaga kesehatan Puskesmas. Petugas triase pada saat pengunjung
datang, melakukan screening suhu tubuh, memastikan semua
pengunjung menggunakan masker dan telah mencuci tangan
kecuali untuk kondisi gawat darurat. Petugas triase selain
menanyakan keluhan atau tujuan pengunjung ke Puskesmas, harus
mampu juga menggali dengan baik hal-hal terkait kemungkinan
kasus COVID-19.
Petugas Puskesmas memberikan pelayanan dengan sepenuh
hati dengan menggunakan komunikasi yang efektif, agar
pengunjung dapat: 1) memberikan informasi yang benar, jelas,
lengkap dan jujur, 2) mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
pasien dan keluarga, 3) mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk
hal yang tidak dimengerti, 4) memahami dan menerima
konsekuensi pelayanan, 5) mematuhi instruksi dan menghormati
peraturan fasilitas Kesehatan/Puskesmas dan 6) memperlihatkan
sikap menghormati dan tenggang rasa.

31
2) Penyesuaian alur pelayanan

Alur pelayanan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19


1. Warna merah adalah alur pelayanan untuk pasien terkait kasus
COVID-19 tanpa kegawatdarutan atau kasus COVID-19 dengan
kegawatdaruratan atau kasus gawat darurat bukan kasus COVID-19.
Terdiri dari jalur :
a. Kasus bukan gawat darurat: nomor
1→2→4→6→7→6→8→10→8→11, dilanjutkan ke nomor:
1) →13→15 (untuk pasien pulang), atau;
2) →14 (untuk pasien dirujuk)
b. Kasus gawat darurat: nomor 1→3→10→3, dilanjutkan ke nomor:
1) →13→15 (untuk pasien pulang), atau;
2) →14 (untuk pasien dirujuk)
2. Warna hijau adalah alur pelayanan untuk pasien tidak terkait kasus
COVID-19, yaitu pasien dengan keluhan lain selain ISPA pada semua
kelompok umur, Ibu hamil yang memerlukan kontrol kehamilan
(ANC), bayi atau balita yang memerlukan Imunisasi, Pasangan Usia
Subur (PUS) yang akan melakukan KB, pelayanan gigi, pelayanan
gizi, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan TBC, IMS, HIV,
pemeriksaan khusus, konsultasi, dan lain-lain.

32
3. Puskesmas harus mengkondisikan SOP awal dan akhir pelayanan (*)
yang dilaksanakan.
4. Ruang tunggu (**) untuk pasien ISPA dan bukan ISPA dikondisikan
terpisah, dengan ventilasi cukup agar sirkulasi udara dalam ruang
runggu tersebut dalam keadaan baik.
5. Ruang laboratorium (***) untuk pemeriksaan penunjang terkait kasus
COVID-19 dikondisikan terpisah dengan pemeriksaan
laboratorium/penunjang lainnya untuk meminimalkan risiko
penularan antar pasien. Pemeriksaan laboratorium di Puskesmas yang
dapat dilakukan pada kasus terkait kasus COVID-19 adalah
pemeriksaan rapid test, bila pada kasus terkait COVID-19 diperoleh
hasil pemeriksaan rapid test pertama adalah reaktif, Puskesmas
melakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring- orofaring atau
sputum) untuk dikirim guna pemeriksaan RT-PCR ke laboratorium
yang dapat melakukan pemeriksaan RT-PCR.
6. Ruang farmasi (****) untuk pengambilan obat terkait kasus COVID-
19 dan bukan terkait kasus COVID-19 dikondisikan harus tetap
memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
7. Untuk kasus terkait kasus COVID-19 (*****), dilakukan tata laksana:
a. OTG→:
1) Bila dengan rapid test pertama hasilnya non reaktif → dilakukan
karantina mandiri sesuai dengan protokol isolasi diri dalam
penanganan kasus COVID-19 → pemeriksaan ulang rapid test
dilakukan pada hari ke-10. Bila pada pemeriksaan rapid test kedua
hasilnya positif, dilakukan pengambilan spesimen (swab
nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan pemeriksaan RT-
PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan
RT-PCR.
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif → karantina mandiri sesuai
dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19
→ dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR
2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan RT-

33
PCR. Bila OTG yang terkonfirmasi positif kemudian menunjukkan
gejala selama masa karantina:
1) Gejala ringan → isolasi diri di rumah
2) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
3) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
b. ODP
1) Bila hasil pertama rapid test non reaktif → isolasi diri di rumah,
sesuai dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus
COVID-19 → pemeriksaan ulang rapid test dilakukan pada hari
ke-10
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif → isolasi diri di rumah sesuai
dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19
→ dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR
2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan RT-
PCR.
Bila ODP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan:
2) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
3) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
Isolasi di RS darurat dapat juga dilakukan pada pasien dengan usia
> 60 tahun atau pada pasien yang kondisi rumahnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan isolasi mandiri.
c. PDP
1) Bila hasil rapid test pertama non reaktif:
a) Gejala ringan → isolasi diri di rumah
b) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
c) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
Pemeriksaan ulang rapid test hari ke 10
2) Bila hasil rapid test pertama reaktif → dilakukan pengambilan
spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila PDP terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan:

34
1) Gejala ringan menjadi sedang → isolasi di RS darurat
2) Gejala sedang menjadi berat → isolasi di RS rujukan
8. Saat pasien atau pengunjung didiagnosis terkait kasus COVID-19,
Puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
pemantauan dan kegiatankegiatan lain terkait COVID-19, yaitu:
a. Notifikasi kasus 1x24 jam ke dinkes
b. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
c. Pengambilan dan pengiriman spesimen
d. Melakukan pemantauan harian, mencatat dan melaporkan
pemantauan harian
e. Pelacakan kontak erat
f. Identifikasi kontak erat, pendataan kontak erat
g. Edukasi pasien
h. Komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat
c. Pembatasan pelayanan gigi dan mulut, dimana pelayanan yang dapat
diberikan meliputi pelayanan pada keadaan darurat seperti nyeri yang
tidak tertahan, gusi yang bengkak dan berpotensi mengganggu jalan
nafas, perdarahan yang tidak terkontrol dan trauma pada gigi dan tulang
wajah yang berpotensi mengganggu jalan nafas. Pelayanan gigi dan
mulut darurat yang menggunakan scaler ultrasonik dan high speed air
driven dilakukan dengan APD lengkap sesuai dengan pedoman karena
memicu terjadinya aerosol.
d. Surat keterangan sehat dapat dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan
kondisi pasien secara umum pada saat pemeriksaan dilakukan. Surat
keterangan bebas COVID-19 tidak dapat dikeluarkan mengingat adanya
orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak bergejala serta konfirmasi
COVID-19 melalui RT-PCR tidak dapat dilakukan di Puskesmas.
e. Pada kasus pasien dengan penyakit kardiovaskuler seperti gagal jantung,
hipertensi, atau penyakit jantung iskemik, pemberian terapi antagonis
RAAS dapat dilanjutkan untuk pasien yang terindikasi menerima
pengobatan tersebut sesuai rekomendasi dari Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). Pada kasus pasien dengan
penyakit kardiovaskular yang terinfeksi COVID-19, keputusan terkait

35
obat obatan perlu dikaji secara individual, dengan mempertimbangkan
status hemodinamik dan presentasi klinis pasien.

Pelayanan di Luar Gedung


1. Pelayanan dapat dilakukan dengan cara kunjungan langsung atau
melalui sistem informasi dan telekomunikasi dengan tetap
memperhatikan prinsip PPI, penggunaan APD sesuai pedoman serta
physical distancing.
2. Bila pemantauan kasus dilakukan dengan cara kunjungan langsung,
maka petugas Puskesmas dapat melakukan pemantauan progres hasil
PISPK ataupun pengumpulan data bila belum dilakukan sebelumnya.
3. Pelaksana pelayanan di luar gedung adalah petugas Kesehatan
Puskesmas, yang dapat juga melibatkan lintas sektor seperti RT/RW,
kader dasawisma, atau jejaring Puskesmas atau bersama satgas
kecamatan/desa/kelurahan/RT/ RW yang sudah dibentuk dengan
tupoksi yang jelas.

Pelayanan Farmasi
1. Pelayanan kefarmasian tetap dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian dengan memperhatikan kewaspadaan standar
serta menerapkan physical distancing (mengatur jarak aman antar
pasien di ruang tunggu, mengurangi jumlah dan waktu antrian).
Apabila diperlukan, pemberian obat terhadap pasien dengan gejala
ISPA dapat dilakuan terpisah dari pasien non ISPA untuk mencegah
terjadinya transmisi. Kegiatan pelayanan diupayakan memanfaatkan
sistem informasi dan telekomunikasi.
2. Pengantaran obat dapat bekerjasama dengan pihak ketiga melalui jasa
pengantaran, dengan ketentuan bahwa jasa pengantaran wajib
menjamin keamanan dan mutu, menjaga kerahasiaan pasien,
memastikan obat dan BMHP sampai pada tujuan dan
mendokumentasikan serah terima obat dan BMHP.
3. Petugas farmasi berkoordinasi dengan program terkait melakukan
penyesuaian kebutuhan obat dan BMHP termasuk APD dan

36
Desinfektan serta bahan untuk pemeriksaan laboratorium COVID-19
(rapid test, kontainer steril, swab dacron atau flocked swab dan Virus
Transport Medium (VTM).
4. Untuk pelayanan farmasi bagi lansia, pasien PTM, dan penyakit kronis
lainnya, obat dapat diberikan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan,
hal ini mengacu pada Surat Edaran Direktur Jaminan Pelayanan
Kesehatan BPJS No. 14 Tahun 2020 tentang Pelayanan Kesehatan
bagi Peserta JKN Selama Masa Pencegahan COVID-19.

Pelayanan Laboratorium
1. Pelayanan laboratorium untuk kasus non COVID-19 tetap
dilaksanakan sesuai standar dengan memperhatikan PPI dan physical
distancing.
2. Pemeriksaan laboratorium terkait COVID-19 (termasuk pengelolaan
dan pengiriman spesimen) mengacu kepada pedoman yang berlaku,
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah memperoleh peningkatan
kapasitas terkait pemeriksaan rapid test dan pengambilan swab.
3. Petugas laboratorium menghitung kebutuhan rapid test, kontainer
steril, swab dacron atau flocked swab dan Virus Transport Medium
(VTM) sesuai arahan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dengan
memperhatikan prevalens kasus COVID-19 di wilayah kerjanya.
4. Mengingat adanya cross reaction dengan flavavirus dan virus
unspecific lainnya (termasuk COVID-19) setiap pemeriksaan
Serological Dengue IgM positif pada keadaan pandemi COVID-19
harus dipikirkan kemungkinan infeksi COVID-19 sebagai differential
diagnosis terutama bila gejala klinis semakin berat.

Pelayanan terkait kasus COVID-19 di Puskesmas dilaksanakan


terintegrasi dengan pelayanan lainnya. Hal ini mengingat ada pelayanan
esensial/primer yang harus tetap diberikan kepada masyarakat seperti
pemeriksaan ibu hamil, pemberian imunisasi pada balita, pematauan
tumbuh kembang anak dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dibuatlah

37
kebijakan mengenai Protokol kunjungan ke Puskemas. Protokol kunjungan
ke Puskesmas Bergas selama masa Pandemi sebagai berikut :
1) Cuci tangan pakai sabun sebelum masuk puskesmas;
2) Cek Suhu bagi seluruh pengunjung atau pasien;
3) Screening dengan menjawab pertanyaan dari puskesmas;
4) Wajib gunakan masker saat ke puskesmas (masker kain);
5) Pengantar cukup satu orang atau jika bisa berangkat sendiri;
6) Tidak membawa anak yang sehat ke puskesmas;
7) Jaga jarak 1-1,5 meter;
8)Cuci tangan pakai sabun kembali saat keluar atau meninggalkan
puskesmas.

38
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Promosi
Kesehatan dan Evaluasi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 minggu yang dilaksanakan pada Juni 2020.
3. Tempat Penelitian
Pengambilan data diambil dari bagian Poli Pengobatan dan KIA di Puskesmas
Bergas.

B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional dimana tidak
diberikan perlakuan pada penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
cross sectional yaitu suatu rancangan studi yang melakukan identifikasi, pengukuran
variabel dan mencari hubungan antar variabel untuk menerangkan kejadian yang
diamati berdasarkan data yang sudah tersedia yang dilakukan pada suatu waktu.
Hasil penelitian akan dianalisis secara deskriptif dengan memberikan gambaran
masing-masing variabel yang digambarkan melalui distribusi frekuensi.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Masyarakat sekitar Puskesmas Bergas bagian Poli Pengobatan dan KIA.

2. Sampel
- Besar Sampel
Penelitian ini menggunakan rumus Slovin:
n= N
1 + Ne2
Keterangan :
n : jumlah sampel

39
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Data yang didapatkan antara lain
N : 336
e : 10%
n= 210
1 + (210 (0,1)2 )
n = 67,741
n = dibulatkan menjadi 70
Setelah dihitung dengan menggunakan data yang tersedia maka didapatkan
nilai n atau jumlah sampel sebesar 70 sampel.
- Cara pengambilan sampel
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan secara simple
random sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara acak
sehingga setiap kasus di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar
untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi meliputi :
Pasien dengan usia 20-55 tahun. Pasien yang sudah pernah berobat di
Puskesmas Bergas.
2) Kriteria eksklusi meliputi:
Pasien baru dan BPJS di luar wilayah Puskesmas Bergas.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (variabel independen) penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap pasien dan sikap petugas kesehatan.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel dependen) penelitian ini adalah kepatuhan
pelaksanaan protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas.

40
E. Definisi Operasional Variabel
Tabel Definisi Operasional
Jenis
Nama
Variabe Definisi Parameter dan Kategori Skala
Variabel
l
Kepatuhan pasien dalam a. Kepatuhan Baik (Nilai 20-
Kepatuhan
Variabel pelaksanaan protokol kesehatan 25)
Pelaksanaan Ordinal
terikat dalam kunjungan di Puskesmas b. Kepatuhan Kurang (Nilai
Protokol
Bergas selama Pandemi Covid19 5-19)

Lama waktu hidup atau ada a. Kelompok usia I (20-29)


Variabel
Umur (sejak dilahirkan atau di adakan), b. Kelompok usia II (30-39) Ordinal
bebas
data dari kuisoner. c. Kelompok usia III (40-55)
Perbedaan antara perempuan
Variabel Jenis dengan laki-laki secara biologis a. Perempuan
Nominal
bebas kelamin sejak seseorang lahir. Data b. Laki – laki
diambil dari kuisoner.
a. Tidak tamat SD
Tingkat pendidikan terakhir b. SD
Variabel
Pendidikan responden. c. SMP Ordinal
bebas
Data diambil dari kuisoner. d. SMA
e. Akademi/sarjana

Variabel Pekerjaan sekarang responden. a. Tidak Bekerja


Pekerjaan Nominal
bebas Data diambil dari kuisoner. b. Bekerja

Pengetahuan responden tentang a. Pengetahuan Kurang (nilai


Variabel Pandemi Covid19. Data diambil <7)
Pengetahuan Nominal
bebas dari kuisoner terdiri dari 10 b. Pengetahuan Baik (nilai ≥
pertanyaan. 7)
Sikap pasien terhadap protokol
Variabel Sikap kesehatan yang berlaku di a. Sikap Kurang (nilai 8-24)
Nominal
bebas Pasien Puskesmas Bergas. Data diambil b. Sikap Baik (nilai25-32)
dari kuisoner.
Sikap tenaga kesehatan selama
Sikap
Variabel pelayanan di Puskesmas Bergas a. Sikap Kurang (nilai 7 - 27)
Tenaga Nominal
bebas yang dinilai oleh responden. b. Sikap Baik (nilai 28 - 35)
Kesehatan
Data diambil dari kuisoner.

41
F. Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuisoner yang terdiri dari beberapa poin
pertanyaan meliputi identitas pasien, pengetahuan, penilain sikap pasien dan tenaga
kesehatan, serta kepatuhan pelaksanaan protokol. Kuisoner dibagikan kepada pasien
yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi pada bulan Juni 2020.

G. Cara Kerja Penelitian


1. Membuat kuisoner sesuai dengan variable yanga kan diuji dan dibagikan
kepada sampel penelitian.
2. Sampel penelitian diseleksi dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Sampel penelitian menyetujui melakukan pengisian kuisoner dalam
penelitian.
3. Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan dan analisis data.
4. Kesimpulan ditarik dari data-data tersebut dan hasil kesimpulan disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar.

H. Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan bantuan
komputer. Langkah-langkah pengolahan data meliputi :
a. Editing
Tahap yang bertujuan untuk memperjelas dan mengecek kembali kelengkapan
data yang sudah terkumpul.
b. Coding
Data yang sudah diedit lalu diberi kode untuk mempermudah pengolahan data.
Tabel Coding
Variabel Kategori Kode
a. Kepatuhan Baik (Nilai 20-
1
Kepatuhan Pelaksanaan 25)
Protokol b. Kepatuhan Kurang (Nilai 5-
2
19)
a. Kelompok usia I (20-29) 0
Usia b. Kelompok usia II (30-39) 1
c. Kelompok usia III (40-55) 2
a. Perempuan 0
Jenis Kelamin
b. Laki – laki 1
Pendidikan a. Tidak tamat SD 0
b. SD 1

42
c. SMP 2
d. SMA 3
e. Akademi/sarjana 4
a. Tidak Bekerja 0
Pekerjaan
b. Bekerja 1
c. Pengetahuan Kurang (nilai 0
<7)
Pengetahuan
d. Pengetahuan Baik (nilai ≥ 1
7)
a. Sikap Kurang (nilai 8-24) 1
Sikap Pasien
b. Sikap Baik (nilai25-32) 2

c. Sikap Kurang (nilai 7 - 27) 1


Sikap Tenaga Kesehatan
d. Sikap Baik (nilai 28 - 35) 2

c. Processing
Kegiatan memproses data dengan cara memasukkan data ke dalam komputer.
d. Cleaning
Kegiatan mengecek kembali data yang sudah di masukkan apakah ada
kesalahan atau tidak.

I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan karakteristik masing-
masing variabel penelitian. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan
presentase data tiap variabel. Analisis univariat yang digunakan pada penelitian
ini untuk memperoleh gambaran usia, jenis kelamin, pendidikan, status bekerja,
sikap pasien, sikap petugas kesehatan, dan kepatuhan protokol.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat adalah analisis yang
dilakukan terhadap dua variabel. Teknik yang digunakan adalah uji statistik
Chi Square / Fisher’s Exact Test. Analisis ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan protokol kunjungan ke
Puskesmas Bergas selama Pandemi Covid19.

3. Analisis Multivariat

43
Analisa multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas mana
yang paling erat dengan variabel terikat sebagai lanjutan dari analisis bivariat.
Analisis multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa variabel
bebas dengan variabel terikat secara bersamaan. Uji statistik yang digunakan
yaitu regresi logistik.

44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2020 terhadap 70 data dari masyarakat
sekitar Puskesmas Bergas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Protokol Kunjungan Ke Puskesmas Bergas Selama Pandemi Covid19”
yang dilakukan pengambilan data pada bulan Juni.
Sampel penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan kunjungan di Balai
Pengobatan dan KIA di Puskesmas Bergas selama bulan Juni 2020. Data-data yang
didapatkan diolah dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat
sehingga menghasilkan analisis sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran umum kepatuhan
pelaksanaan protokol kunjungan di Puskesmas Bergas selama Pandemi Covid19.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 70 sampel penelitian setelah dilakukan
pengolahan statistik didapatkan hasil distribusi dan frekuensi sampel sebagai
berikut :
a. Usia
Penderita yang dijadikan sampel dikategorikan menjadi 3 yaitu Kelompok
usia I (20-29 tahun), kelompok usia II (30-39 tahun) dan kelompok usia III
(40 - 55 tahun).
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut usia
Kategori Jumlah Persen (%)
Kelompok usia I (20-29) 30 42,9%
Kelompok usia II (30-39) 29 41,4%
Kelompok usia III (40-55) 11 15,7%
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan umur dari 70
sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel memiliki rentang usia di
kelompok usia I (20-29 tahun) sebanyak 30 orang (42,9%), sedangkan

45
kelompok usia II (30-39 tahun) sebanyak 29 orang (41,4%), dan kelompok
usia III (40-55 tahun) (15,7%).
b. Jenis Kelamin
Penderita yang dijadikan sampel dikategorikan menjadi 2 yaitu perempuan
dan laki-laki.
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut jenis kelamin
Kategori Jumlah Persen (%)
Perempuan 43 61,4
Laki – laki 27 38,6
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan jenis
kelamin dari 70 sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel memiliki
jenis kelamin perempuan sebesar 43 (61,4%) sedangkan jenis kelamin laki-laki
sebesar 27 (38,6%).
c. Pendidikan
Pendidikan responden dikategorikan menjadi 5 yaitu Tidak tamat SD, SD,
SMP, SMA, dan Akademi/Sarjana.
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut pendidikan
Kategori Jumlah Persen (%)
Tidak tamat SD 0 0
SD 8 11,4
SMP 21 30
SMA 32 45,7
Akademi/Sarjana 9 12,9
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan pendidikan
dari 70 sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel berpendidikan
SMA sebesar 32 (45,7%) sedangkan yang pendidikan SD sebesar 8 (11,4%),
pendidikan SMP sebesar 21 (30%), dan pendidikan Akademi/Sarjana sebesar 9
(12,9%).
d. Pekerjaan
Responden yang dijadikan sampel dikategorikan menjadi 2 yaitu tidak
bekerja dan bekerja.

46
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut status pekerjaan
Kategori Jumlah Persen (%)
Tidak Bekerja 37 52,9
Bekerja 33 33,0
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan status
pekerjaan dari 70 sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel memiliki
status tidak bekerja sebesar 37 (52,9%) sedangkan yang tidak bekerja sebesar
33 (47,1%).
e. Pengetahuan
Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2 yaitu pengetahuan
kurang dan pengetahuan baik.
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut pengetahuan.
Kategori Jumlah Persen (%)
Pengetahuan kurang 2 2,9
Pengetahuan baik 68 97,1
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan pengetahan
dari 70 sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel pengetahuan baik
sebesar 68 (97,1%) sedangkan responden dengan pengetahuan yang kurang
sebesar 2 (2,9%).
Tabel distribusi jawaban dari Pengetahuan.
Jumlah Jawaban
No Poin Pertanyaan
Salah Benar
1 Pengertian Covid-19 2 68
2 Cara penularan Covid-19 2 68
3 Masa inkubasi Covid-19 3 67
4 Gejala Covid-19 2 68
5 Kebijakan social/physical distancing 12 58
6 Alasan social/physical distancing 1 69
7 Cara mencegah penularan 1 69
8 6 Langkah cuci tangan 31 39
9 Protokol kesehatan di luar rumah 2 68
10 Protokol setelah bepergian dari luar kota 0 70

47
Tabel diatas menunjukkan gambaran pengetahuan yang kurang dipahami
oleh sebagian responden adalah mengenai cara cuci tangan dengan 6 langkah.
Jawaban salah dari poin pertanyaan 6 langkah cuci tangan sebanyak 31
responden, dan jawaban benar sebanyak 39 responden.

f. Sikap pasien
Sikap responden yang dijadikan sampel dikategorikan menjadi 2 yaitu sikap
kurang dan sikap baik.
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut sikap pasien
Kategori Jumlah Persen (%)
Sikap Kurang 12 17,1
Sikap Baik 58 82,9
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan jenis sikap
pasien dari 70 sampel penelitian, diperoleh hasil mayoritas sampel memiliki
sikap baik sebesar 58 (82,9 %) sedangkan sikap kurang sebesar 12 (17,1 %).

g. Sikap Tenaga Kesehatan


Penilaian responden terhadap sikap tenaga kesehatan menjadi 2 yaitu sikap
kurang dan sikap baik.
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut sikap tenaga kesehatan.
Kategori Jumlah Persen (%)
Sikap kurang 12 17,1
Sikap baik 58 82,9
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik berdasarkan sikap tenaga
kesehatan, diperoleh hasil mayoritas sampel menilai sikap petugas kesehatan
baik sebesar 58 (82,9%) sedangkan yang bersikap kurang baik sebesar 12
(17,1%).

h. Kepatuhan Pelaksanaan Protokol


Responden terbagi menjadi 2 kategori yaitu kepatuhan kurang dan
kepatuhan baik.

48
Tabel distribusi frekuensi sampel menurut Kepatuhan Pelaksanaan Protokol
Kategori Jumlah Persen (%)
Kepatuhan kurang 8 11,4
Kepatuhan baik 62 88,6
Total 70 100,0
Tabel diatas menunjukkan gambaran karakteristik dari 70 sampel penelitian
diperoleh hasil mayoritas kepatuhan pelaksanaan protokol kunjungan ke
Puskesmas bergas kepatuhan baik sebesar 62 (88,6 %), dan kepatuhan kurang
sebesar 8 (11,4%)

1. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
pada kualitas hidup. Hasil data dari penelitian ini dilakukan analisis dengan uji
statistik Chi-square, apabila terdapat syarat yang tidak memenuhi yaitu nilai
expected out <5 maka digunakan uji alternatifnya yaitu fisher exact test. Dianggap
bermakna jika p <0,05. Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara variabel-
variabel bebas dengan kepatuhan pelaksanaan protokol.
a. Hubungan Usia dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Tabel Hubungan usia dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
I (20-29) 2 25 28 42,5
0,515*
II (30-39) 4 50 29 40,3
III (40-55) 2 25 9 15,7
Jumlah 8 62
Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact
Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kelompok usia I
(20-29 tahun) dengan kepatuhan kurang sebanyak 2 responden (25%), dan
kepatuhan baik sebanyak 28 (42,5%). Jumlah responden dengan kelompok usia
II (30-39 tahun) dengan kepatuhan kurang sebanyak 4 responden (50%), dan
kepatuhan baik sebanyak 29 (40,3%). Sedangkan untuk jumlah responden
kelompok usia III (40-56 tahun) dengan kepatuhan kurang sebanyak 2
responden (25%), dan kepatuhan baik sebanyak 9 (15,7%). Hasil uji statistik

49
diperoleh nilai p = 0,515 atau p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kepatuhan pelaksanaan
protokol.
b. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Perempuan 6 75 37 59,7 0, 402*
Laki-laki 2 25 25 40,3

Jumlah 8 62

Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact


Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin
perempuan dengan kepatuhan kurang sebanyak 6 responden (75%), dan
kepatuhan baik sebanyak 37 (59,7%). Jumlah responden dengan jenis kelamin
laki-laki dengan kepatuhan kurang sebanyak 2 responden (25%), dan
kepatuhan baik sebanyak 25 (40,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,402 atau p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan kepatuhan pelaksanaan protokol.
c. Pendidikan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Tidak tamat SD 0 0 0 0

SD 3 37,5 8 12,9

SMP 5 62,5 18 29,0 0,404 *

SMA 0 0 27 43,5

Akademik/Sarjana 0 0 9 14,5

Jumlah 8 62

Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact


Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pendidikan SD
dengan kepatuhan kurang sebanyak 3 responden (37,5%), dan kepatuhan baik
sebanyak 8 (12,9%). Jumlah responden dengan pendidikan SMP dengan

50
kepatuhan kurang sebanyak 5 responden (62,5%), dan kepatuhan baik
sebanyak 27 (43,5%). Sedangkan untuk jumlah responden dengan pendidikan
Akademi/Sarjana dengan kepatuhan kurang sebanyak 0 responden, dan
kepatuhan baik sebanyak 9 (14,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,404
atau p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol.
d. Hubungan status pekerjaan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Tidak
6 75 31 50 0,266 *
Bekerja

Bekerja 2 25 31 50

Jumlah 8 62

Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact


Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan status tidak bekerja
dengan kepatuhan kurang sebanyak 6 responden (75%), dan kepatuhan baik
sebanyak 31 (50%). Jumlah responden dengan status bekerja dengan kepatuhan
kurang sebanyak 2 responden (25%), dan kepatuhan baik sebanyak 31 (50%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,256 atau p > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
pekerjaan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol.
e. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Pengetahuan
0 0 2 3,2
Kurang 0,783 *
Pengetahuan
8 100 60 96,8
Baik
Jumlah 8 62

Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact


¥

Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan pengetahuan kurang


dengan kepatuhan kurang sebanyak 0 responden, dan kepatuhan baik sebanyak 2

51
(3,2%). Jumlah responden dengan jenis pengetahuan baik dengan kepatuhan
kurang sebanyak 8 responden (100%), dan kepatuhan baik sebanyak 60 (96,8%).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,783 atau p > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan
kepatuhan pelaksanaan protokol.
f. Hubungan sikap pasien dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Sikap kurang 1 12,5 11 17,1 0,585 *
Sikap baik 7 87,5 51 82,3

Jumlah 8 62

Keterangan : * Tidak signifikan p > 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact


Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden dengan sikap kurang dengan
kepatuhan kurang sebanyak 1 responden (12,5%), dan kepatuhan baik sebanyak
11 (17,1%). Jumlah responden dengan sikap baik dengan kepatuhan kurang
sebanyak 7 responden (87,5%), dan kepatuhan baik sebanyak 51 (82,3%). Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0,585 atau p > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap pasien dengan
kepatuhan pelaksanaan protokol.
g. Hubungan sikap petugas kesehatan dengan kepatuhan pelaksanaan
protokol
Tabel Hubungan sikap petugas kesehatan dengan kepatuhan pelaksanaan protokol
Kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel P
Kepatuhan Kurang Kepatuhan baik

Usia N % N %
Sikap kurang 6 75 6 9,7 0,000 *
Sikap baik 2 25 56 90,3

Jumlah 8 62
Keterangan : * Signifikan p < 0,05; ¥ Pearson Chi-Square; £ Fisher’s Exact
Tabel menunjukkan bahwa jumlah responden yang menilai sikap petugas
kesehatan kurang dan kepatuhannya kurang sebanyak 6 responden (75%), dan
kepatuhan baik sebanyak 6 (9,7%). Jumlah responden yang menilai sikap

52
petugas kesehatan baik dengan kepatuhan kurang sebanyak 2 responden
(25%), dan kepatuhan baik sebanyak 56 (90,3%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,000 atau p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan kepatuhan
pelaksanaan protokol.

1. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas mana
yang paling erat dengan variabel terikat sebagai lanjutan dari analisis bivariat.
Tabel hasil uji regresi logistik menunjukkan nilai statistik dengan p<0,001
yang berarti bahwa sikap tenaga kesehatan merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap kepatuhan pelaksanaan protocol.
Tabel hasil uji regresi logistik terhadap kepatuhan pelaksanaan protokol
Variabel p Keterangan

Usia 0,515 Tidak signifikan

Jenis Kelamin 0,402 Tidak signifikan

Pendidikan 0,404 Tidak signifikan

Pekerjaan 0,182 Tidak signifikan

Pengetahuan 0,606 Tidak signifikan

Sikap Pasien 0,711 Tidak signifikan

Sikap Tenaga Kesehatan 0,000 Signifikan

.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari kuisoner mengenai
kepatuhan pelaksanaan protokol kunjungan ke Puskemas Bergas yang dilakukan
pada bulan Juni 2020. Jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional
dimana rancangan ini melalukan identifikasi, pengukuran variabel dan mencari

53
hubungan antar variabel untuk menerangkan kejadian yang diamati berdasarkan data
yang sudah tersedia.
Mayoritas responden berada dalam kategori kelompok usia I (20-29 tahun),
dengan responden paling muda berusia 20 tahun dan responden paling tua berusia 54
tahun. Usia seluruh responden termasuk usia produktif di mana batas usia produktif
yang berlaku di Indonesia adalah usia 15–64 tahun. Usia produktif menggambarkan
aktivitas manusia, dengan usia produktif maka seseorang dapat bekerja dengan baik
dan maksimal. Mayoritas masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini
berjenis kelamin perempuan dan berpendidikan SMA.
Pada analisis yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat
untuk mencari faktor mana yang memiliki pengaruh dengan kepatuhan pelaksanaan
protokol kunjungan ke Puskesmas selama pandemi Covid19. Pada tabel analisis
univariat terlihat dari tujuh faktor yang diteliti, sikap tenaga kesehatan memiliki p <
0,001 yang menunjukkan arti signifikan. Data ini bisa menjadi data pendukung
dalam evaluasi terkait program Puskesmas Bergas yaitu untuk meningkatkan dan
mengawasi berjalannya protokol kunjungan ke Puskesmas Bergas selama pandemi
Covid19. Evaluasi program yang dapat dilakukan bisa dari segala aspek seperti
melakukan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan, peningkatan media
edukasi yang dapat menjadi sarana terjalannya program ini dengan baik.
Pada analisis yang dilakukan, dari sebagian besar responden sudah
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pandemi Covid19 dan pencegahannya.
Pengetahuan yang masih belum dikenal dengan baik yaitu mengenai 6 langkah cuci
tangan. Selain itu, beberapa responden belum mengenal tentang social
distancing/physical distancing sebagai salah satu cara mencegah penularan penyakit
Covid-19. Hal ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk bagian promosi kesehatan
melakukan penyuluhan dan pengenalan metode cuci tangan 6 langkah dan cara
pencegahan lainnya.
Pada analisis didapatkan kepatuhan responden terhadap protokol kunjungan ke
Puskesmas Bergas mayoritas baik. Pasien akan mengikuti alur pelayanan baru yang
diberlakukan di puskesmas selama masa Pandemi Covid19. Dalam analisis
didapatkan bahwa usia, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan pelaksanaan protokol. Pada penerlitian ini yang paling
berpengaruh terhadap kepatuhan adalah sikap petugas kesehatan dalam memberikan

54
pelayanan. Petugas yang bersikap ramah, memberi motivasi dan memberikan arahan
dalam pelaksanaan protokol kesehatan di puskesmas akan mempengaruhi kepatuhan
dari pasien selama kunjungan ke Puskesmas Bergas. Hal ini bisa menjadi evaluasi
bagi pihak Puskemas untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan Puskesmas.
Sehingga pasien yang datang tetap bisa patuh dalam menjalankan protokol kesehatan
sebagai salah satu langkah mencegah penularan Covid-19.
Hasil penelitian ini mendukung dari Petunjuk Pelaksaan Teknis Pelayanan di
Puskesmas. Pada pelayanan puskesmas yang diperlukan adalah memperkuat proses
triase. Kemampuan petugas triase dalam melakukan anamneses awal merupakan hal
yang perlu dilatih bersama antara tenaga medis dan tenaga kesehatan Puskesmas.
Petugas triase pada saat pengunjung datang, melakukan screening suhu tubuh,
memastikan semua pengunjung menggunakan masker dan telah mencuci tangan
kecuali untuk kondisi gawat darurat. Petugas triase selain menanyakan keluhan atau
tujuan pengunjung ke Puskesmas, harus mampu juga menggali dengan baik hal-hal
terkait kemungkinan kasus COVID-19.
Petugas Puskesmas memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dengan
menggunakan komunikasi yang efektif, agar pengunjung dapat: 1) memberikan
informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur, 2) mengetahui kewajiban dan
tanggung jawab pasien dan keluarga, 3) mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti, 4) memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, 5)
mematuhi instruksi dan menghormati peraturan fasilitas Kesehatan/Puskesmas dan
6) memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa. Dengan memberikan
pelayanan yang demikian pasien menjadi patuh dan secara sukarela mengikuti aturan
protokol kesehatan selama kunjungan di Puskesmas Bergas.
Pada analisis, pengetahuan tidak signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan.
Hal tersebut bisa dipengaruhi karena sebagian responden berusia muda (dibawah 30
tahun) sehingga lebih paham teknologi sehingga bisa lebih banyak mendapat
informasi mengenai Covid-19. Beberapa responden dengan usia yang lebih tua (di
atas 50tahun) masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit Covid19,
baik dari penyebab dan pencegahannya. Hal tersebut bisa menjadi evaluasi dan data
pendukung untuk meningkatkan program promosi kesehatan Puskesmas Bergas
untuk mendukung pencegahan penularan Covid-19 di wilayah Puskesmas Bergas.

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden berusia diantara usia 20-29 tahun, mayoritas berjenis
kelamin perempuan dan berpendidikan SMA.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, dengan
kepatuhan pelaksanaan protokol pada masyarakat Puskesmas Bergas.
3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan
kepatuhan pelaksanaan protokol pada masyarakat Puskesmas Bergas.

B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperdalam penelitian serupa seperti:
a. Menggunakan sampel dengan jumlah lebih banyak sehingga hasil dapat
lebih akurat dan distribusi frekuensi lebih menyebar.
b. Untuk penelitian selanjutnya dapat memperluas variabel dan
mengembangkan metode penelitian dengan melakukan penilaian
pelaksanaan protokol dari sudut pandang tenaga kesehatan.

2. Bagi instansi kesehatan


Instansi kesehatan seperti halnya Puskesmas perlu menerapkan strategi
promosi kesehatan agar masyarakat Puskesmas Bergas lebih patuh dalam
melaksanakan protokol kesehatan dalam kunjungan ke Puskesmas ataupun di
luar Puskesmas sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19.

56
LAMPIRAN

Data pengolahan SPSS


Crosstabs

Usia * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol


Crosstab
Kategori_Usia
Usia 20-29 Usia 30-39 Usia 40-49 Total
Kepatuhan_ Kepatuhan Count 2 4 2 8
protokol kurang (nilai 5- % within 25,0% 50,0% 25,0% 100,0%
19) Kepatuhan_pr
otokol
Kepatuhan baik Count 28 25 9 62
(nilai 20-35) % within 45,2% 40,3% 14,5% 100,0%
Kepatuhan_pr
otokol
Total Count 30 29 11 70
% within 42,9% 41,4% 15,7% 100,0%
Kepatuhan_pr
otokol

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi- 1,328a 2 ,515 ,620
Square
Likelihood Ratio 1,358 2 ,507 ,620
Fisher's Exact 1,608 ,483
Test
Linear-by-Linear 1,281b 1 ,258 ,301 ,191 ,107
Association
N of Valid Cases 70
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.
b. The standardized statistic is -1,132.

57
Jenis Kelamin * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol
Crosstab
Jenis_Kelamin
Perempuan Laki-laki Total
Kepatuh Kepatuhan buruk Count 6 2 8
an_proto (nilai 5-19) % within Kepatuhan_protokol 75,0% 25,0% 100,0%
kol Kepatuhan baik (nilai Count 37 25 62
20-35) % within Kepatuhan_protokol 59,7% 40,3% 100,0%
Total Count 43 27 70
% within Kepatuhan_protokol 61,4% 38,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,702a 1 ,402 ,472 ,334
Continuity Correctionb ,204 1 ,651
Likelihood Ratio ,741 1 ,389 ,472 ,334
Fisher's Exact Test ,472 ,334
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,09.
b. Computed only for a 2x2 table

58
Pendidikan * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol

Crosstab
Pendidikan
Akademi
SD SMP SMA /Sarjana Total
Kepatuhan_prot Kepatuhan buruk Count 0 3 5 0 8
okol (nilai 5-19) % within 0,0% 37,5% 62,5 0,0% 100,0%
Kepatuhan_proto %
kol
Kepatuhan baik Count 8 18 27 9 62
(nilai 20-35) % within 12,9% 29,0% 43,5 14,5% 100,0%
Kepatuhan_proto %
kol
Total Count 8 21 32 9 70
% within 11,4% 30,0% 45,7 12,9% 100,0%
Kepatuhan_proto %
kol

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,920a 3 ,404 ,405
Likelihood Ratio 4,791 3 ,188 ,308
Fisher's Exact Test 1,944 ,637
N of Valid Cases 70
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,91.

59
Status Pekerjaan * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol

Crosstab
Pekerjaan
Tidak Bekerja Bekerja Total
Kepatuhan_proto Kepatuhan buruk Count 6 2 8
kol (nilai 5-19) % within Kepatuhan_protokol 75,0% 25,0% 100,0%
Kepatuhan baik Count 31 31 62
(nilai 20-35) % within Kepatuhan_protokol 50,0% 50,0% 100,0%
Total Count 37 33 70
% within Kepatuhan_protokol 52,9% 47,1% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1,777a 1 ,182 ,266 ,170
Continuity Correctionb ,916 1 ,339
Likelihood Ratio 1,864 1 ,172 ,266 ,170
Fisher's Exact Test ,266 ,170
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,77.
b. Computed only for a 2x2 table

60
Pengetahuan * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol

Crosstab
Kategori_pengetahuan
Pengetahuan
kurang (Nilai < Pengetahuan
70) baik (Nilai >= 70) Total
Kepatuhan_prot Kepatuhan Count 0 8 8
okol buruk (nilai 5- % within 0,0% 100,0% 100,0%
19) Kepatuhan_protokol
Kepatuhan Count 2 60 62
baik (nilai 20- % within 3,2% 96,8% 100,0%
35) Kepatuhan_protokol
Total Count 2 68 70
% within 2,9% 97,1% 100,0%
Kepatuhan_protokol

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square ,266a 1 ,606 1,000 ,783
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,493 1 ,483 1,000 ,783
Fisher's Exact Test 1,000 ,783
Linear-by-Linear ,262c
1 ,609 1,000 ,783 ,783
Association
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,23.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,512.

61
Sikap Pasien * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol

Crosstab
Sikap_pasien
Sikap kurang Sikap baik (nilai
(nilai 8-24) 25-32) Total
Kepatuhan_ Kepatuhan buruk Count 1 7 8
protokol (nilai 5-19) % within 12,5% 87,5% 100,0%
Kepatuhan_protokol
Kepatuhan baik Count 11 51 62
(nilai 20-35) % within 17,7% 82,3% 100,0%
Kepatuhan_protokol
Total Count 12 58 70
% within 17,1% 82,9% 100,0%
Kepatuhan_protokol

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square ,137a 1 ,711 1,000 ,585
Continuity Correction b
,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,147 1 ,701 1,000 ,585
Fisher's Exact Test 1,000 ,585
Linear-by-Linear Association ,135c
1 ,713 1,000 ,585 ,382
N of Valid Cases 70
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,37.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -,368.

62
Sikap Tenaga Kesehatan * Kepatuhan Pelaksanaan Protokol

Crosstab
Sikap_nakes
Sikap kurang(nilai Sikap baik (nilai
7-27) 28-35) Total
Kepatuhan_prot Kepatuhan buruk Count 6 2 8
okol (nilai 5-19) % within 75,0% 25,0% 100,0%
Kepatuhan_protoko
l
Kepatuhan baik Count 6 56 62
(nilai 20-35) % within 9,7% 90,3% 100,0%
Kepatuhan_protoko
l
Total Count 12 58 70
% within 17,1% 82,9% 100,0%
Kepatuhan_protoko
l

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df (2-sided) sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square 21,286a 1 ,000 ,000 ,000
Continuity Correction b
16,936 1 ,000
Likelihood Ratio 15,719 1 ,000 ,000 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 20,982c 1 ,000 ,000 ,000 ,000
Association
N of Valid Cases 70
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,37.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 4,581.

63
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, S., Supriyono, B., & Hermawan, H. (2013). Evaluasi Penyediaan Layanan
Kesehatan di Daerah Pemekaran dengan Metode CIPP (Studi pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Tana Tidung). WACANA, Jurnal Sosial Dan Humaniora, 16(4),
186–196.

Restianti, A. (2018). Evaluasi Pelayanan Kesehatan Dan Pendidikan Program Keluarga


Harapan (Pkh). Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran Dan Dakwah
Pembangunan, 1(2), 423. https://doi.org/10.14421/jpm.2017.012-10

Widodo, J. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid-19.

Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui


Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan tentang Penguatan Peran Puskesmas
dalam Upaya Promotif dan Preventif Penyebaran COVID-19.

Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat tentang Penggunaan Masker dan Penyediaan
Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk Mencegah COVID-19.

Surat Edaran Dirjen Kesehatan Masyarakat Penggunaan Bilik Desinfeksi dalam Rangka
Pencegahan Penularan COVID-19

Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang Kewajiban Pelaporan
Data COVID-19

Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang Pelaksanaan


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (PISP) dalam
Situasi Pandemi COVID-19

Surat Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang Protokol Pelaksanaan


Layanan HIV AIDS selama Pandemi COVID-19

Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang Pelaksanaan


Pengendalian dan pencegahan DBD dalam Masa Situasi Pandemi COVID-19

Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tentang Penanganan Orang
Dengan Faktor Risiko dan Penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) Selama
Masa Pandemi COVID-19.

User Manual Rujukan Suspek PDP Melalui Sisrute, https://sisrute.kemkes.go.id/

Identifikasi Zona di Puskesmas Berdasarkan Potensi Untuk Tertular COVID-19.

64

Anda mungkin juga menyukai