No. UKM
Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan
dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID19 ini masih belum
diketahui (Kemenkes, 2020). Berdasarkan data kemenkes per tanggal 14 Agustus
2020, pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 135.123 orang dengan
positivity rate sebesar 18,13%. Diantara pasien terkonfirmasi positif tersebut,
6.021 diantaranya dinyatakan meninggal. Sedangkan kasus COVID-19 di Kaltim
per tanggal 14 Agustus 2020 total konfirmasi positif sebesar 2.227 orang dengan
65 diantaranya meninggal dunia. Kota Bontang sendiri dinyatakan zona merah
pada tanggal 15 Agustus 2020 dengan total penambahan kasus sebesar 34 kasus
dan total konfirmasi positif menjadi 89 kasus.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia
melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien
COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar
untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur
menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat
darurat (Kemenkes, 2020).
Permasalahan
Kampanye dan penyuluhan mengenai pencegahan COVID-19 ditujukan
untuk mencapai suatu peningkatan kewaspadaan secara keseluruhan di
masyarakat, dengan target semua masyarakat. Kampanye dan penyuluhan
mengenai pencegahan COVID-19 diharapkan dapat menguatkan pemahaman
masyarakat di semua elemen tentang tujuan pentingnya pencegahan penularan
COVID-19. Terutama dalam hal 3M: Memakai masker, Menjaga jarak dan
Mencuci tangan. Hal ini ditujukan karena masih banyak masyarakat yang tidak
patuh terhadap protokol kesehatan sebagai salah satu upaya pencegahan COVID-
19.
Pelaksanaan
Poster yang telah dibuat kemudian di cetak dengan ukuran 45 cm x 30 cm
sebanyak tiga buah poster. Pemajangan poster dilakukan dibeberapa titik di
Puskesmas Bontang Lestari diantaranya:
1. Majalah dinding bertempat di area depan skrining COVID-19
2. Ruang KIA
3. Ruang Poli Dewasa
Evaluasi
Masih kurangnya kesadaran pengunjung puskesmas untuk membaca beberapa
poster di area kawasan puskesmas, sehingga penulis memberikan beberapa
evaluasi untuk pelaksanaan kampanye dan pembuatan poster. Kampanye seperti
ini dapat dilakukan via media sosial. Poster yang telah ada dibuat dalam bentuk
softfile JPG dan dapat disebarluaskan melalui jaringan komunikasi seperti grup
Whatsapp ke RT di wilayah kerja Puskesmas Bontang Lestari.
2. Penyuluhan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada Anak di
Puskesmas Bontang Lestari
Tanggal : Jumat, 11 September 2020.
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Bontang Lestari.
Peserta : Masyarakat.
Latar Belakang
Permasalahan
Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya
pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain
penatalaksanaan penderita DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans epidemiologi dan
optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2016, angka kejadian
(Incidence Rate) penyakit DBD dari tahun 1968-2015 cenderung terus
meningkat. Jumlah kasus KLB di Indonesia juga dilaporkan meningkat dari 1.081
kasus menjadi 8.030. Untuk provinsi Kaltim sendiri berdasarkan data Dinkes
tahun 2019 terjadi sebanyak 6.723 kasus dengan 45 kasus diantaranya meninggal
dunia. Sedangkan data per Juni 2020, 1.459 Kasus DBD terjadi di Kaltim, dan 11
di antaranya meninggal dunia.
Pelaksanaan
Penyuluhan tetang penyakit DBD serta pencegahan dan pengendaliannya
terlaksana di Ruang Pertemuan Puskesmas Bontang Lestari pada pukul 09.00 s/d
10.30 WITA. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi :
1. Definisi Demam Berdarah Dengue.
2. Bagaimana cara penularan demam berdarah dengue.
3. Tanda dan gejala demam berdarah dengue.
4. Pertolongan pertama yang dapat diberikan apabila menemukan anak
dengan gejala DBD.
5. Bagaimana penatalaksanaan DBD
6. Bagaimana pencegahan DBD
Penyuluhan ini dilakukan oleh 1 orang dokter dan 1 orang petugas
Puskesmas. Dokter pelaksana penyuluhan adalah dr. Fitri Firdausi, sedangkan
petugas Puskesmas pelaksana adalah Agnes, Amd.Kep.
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk penyuluhan saat ini. Pelaksanaan penyuluhan
berjalan lancar, penyuluhan juga dilakukan di dalam ruang yang cukup luas
sehingga mendukung terlaksananya protokol COVID-19.
3. Penyuluhan Obat Pertolongan Pertama di Rumah.
Tanggal : Jumat, 4 September 2020.
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Bontang Lestari.
Peserta : Masyarakat.
Latar Belakang
Pertolongan pertama merupakan suatu tindakan pertolongan ataupun bentuk
perawatan yang diberikan secara cepat dan tepat terhadap seorang korban dengan
tujuan mencegah keadaan bertambah buruk, cacat tubuh bahkan kematian
sebelum korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis yang resmi sehingga
pertolongan pertama bukanlah tindakan pengobatan yang sesungguhnya dari
suatu diagnosis penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami.
Secara umum, pengertian pertolongan pertama adalah sebuah tindakan awal
yang dilakukan untuk menghadapi sebuah kondisi yang membutuhkan tindakan
darurat. Proses pertolongan pertama merupakan tindakan awal, untuk mencegah
terjadinya dampak yang lebih fatal pada sebuah peristiwa. Pertolongan pertama
tidak menggantikan perawatan medis yang tepat. Pertolongan pertama hanya
memberikan bantuan sementara sampai mendapat perawatan medis yang
kompeten, jika perlu, atau sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis
terpenuhi. Sebagaian besar cedera dan penyakit tidak memerlukan perawatan
medis. Diharapkan dengan adanya pertolongan pertama, dapat menyelamatkan
kondisi seseorang dari hal yang tidak diinginkan
Permasalahan
Kurangnya pemahaman masyarakat diwajibkan untuk mengetahui bahwa
pertolongan pertama itu sangat penting, melihat banyak nya cedera yang terjadi
akibat penyebab utama cedera dan penyakit akibat pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia, dan untuk memberikan pendidikan dan keyakinan diri yang dibutuhkan
oleh masyarakat dalam memberikan bantuan medis darurat secara efektif. Lebih
baik mengetahui pertolongan pertama dan tidak memerlukan nya dari pada
memerlukan pertolongan pertama tapi tidak mengetahuinya. Setiap orang harus
mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar orang pada
akhirnya akan berada pada situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk
orang lain atau diri mereka sendiri.
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pertolongan pertama perlu
dilakukan dapat berupa penyuluhan baik dengan power point maupun flip chart
yang berisikan materi tentang tindakan pertolongan pertama dan obat yang dapat
disiapkan di rumah untuk pertolongan pertama. Kegiatan penyuluhan
direncanakan agar dapat dilakukan di puskesmas di ruang pertemuan yang luas
mengingat protokol COVID-19 tetap perlu dilaksanakan.
Pelaksanaan
Penyuluhan obat pertolongan pertama terlaksana di Ruang Pertemuan
Puskesmas Bontang Lestari pada pukul 09.00 s/d 11.00 WITA. Materi
penyuluhan yang diberikan meliputi persiapan obat pertolongan pertama di rumah
yaitu:
1. Povidone iodine untuk mengobati luka
2. Oralit untuk mengganti cairan yang hilang ketika anak terkena diare
3. Parasetamol (obat penurun panas) yang dapat diberikan apabila anak
demam.
Penyuluhan ini dilakukan oleh 1 orang dokter dan 1 orang petugas
Puskesmas. Dokter pelaksana penyuluhan adalah dr. Fitri Firdausi, sedangkan
petugas Puskesmas pelaksana adalah Agnes, Amd.Kep dari bagian KIA.
Evaluasi
Penulis memberikan beberapa evaluasi untuk pelaksanaan penyuluhan.
Dikarenakan penyuluhan yang dilaksanakan mengenai obat pertolongan pertama
di rumah, sebaiknya perlu disiapkan obat yang sebenarnya pada saat penyuluhan
sehingga memberikan contoh bentuk obat kepada peserta, namun adanya gambar
pada presentasi power point sudah cukup mewakili bentuk obat pertolongan
pertama yang disampaikan kepada peserta.
4. Penyuluhan Praktik Pemberian MPASI Pada Ibu Dengan Anak Stunting di
Puskesmas Bontang Lestari.
Tanggal : Sabtu, 19 September 2019.
Lokasi : Ruang Gizi Puskesmas Bontang Lestari
Peserta : Ibu Usia Produktif
Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi
(makro/mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah
lahir, terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan
keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun
awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu
faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi orang
tua dan ketahanan pangan keluarga.
Angka kejadian wasting, stunting, dan underweight masih tinggi di negara
berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu, menjaga kualitas pelayanan
posyandu yang berkesinambungan sebagai gerbang utama pelayanan gizi
sangatlah penting dalam menurunkan angka malnutrisi pada balita.
Permasalahan
SDGs (Sustainable Development Goals) merupakakan program berkelanjutan
dari MDGs (Millennium Development Goals) yang merupakansebuah
kesepakatan 189 Negara dalam memberantas kemiskinan. SDG’s sendiri
diperluas dengan 17 tujuan yang salah satu fokusnya adalah Kesehatan dan Gizi.
Beberapa target yang menjadi fokus meliputi : Pada tahun 2030, mengurangi
rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup;
Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian
Balita 25 per 1000; Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk kekurangan
gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara
internasional untuk anak pendek (stunting) dan kurus di bawah usia 5 tahun, dan
memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta
manula.
Berdasarkan 3 perkara di atas, mengurangi AKI, mengurangi AKB, dan
menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi (khususnya Stunting) pada tahun
2025-2030 bukan perkara yang mudah dan sebentar karena menurut profil
kesehatan, Provinsi Kalimantan Timur memang mengalami penurunan angka
namun bila dibandingkan dengan target SDG’s masih belum tercapai. Angka
kejadian wasting, stunting, dan underweight masih tinggi di negara berkembang
seperti Indonesia. Berdasarkan indeks TB/U atau PB/U, prevalensi stunting di
Indonesia didapatkan sebesar 20,1%, dengan rincian baduta sangat pendek
sebesar 6,9% dan baduta pendek sebesat 13,2%. Kaltim menduduki peringkat 13
dari 35 provinsi, dengan prevalensi stunting sebesar 22,8% (sangat pendek 6,5%
dan pendek 16,3%). Meskipun Kaltim bukan provinsi dengan peringkat teratas
untuk angka kejadian stunting, namun masalah gizi ini di Kaltim masih berada di
atas prevalensi nasional. Sehingga skrining awal stunting di Puskesmas sangat
penting, khususnya pada anak dalam 1000 hari kehidupan awalnya.
Pelaksanaan
Penyuluhan praktik pemberian MPASI berupa kelas Ibu Balita terlaksana di
Ruang Gizi Puskesmas Bontang Lestari, pada pukul 09.00 s/d 10.30 WITA.
Penyuluhan dilakukan oleh 1 orang dokter dan didampingi oleh 2 orang petugas
Puskesmas. Dokter pelaksana penyuluhan adalah dr. Fitri Firdausi, sedangkan
petugas Puskesmas pelaksana adalah Livy, Amd.Gz dan Pandu, Amd.Gz dari
Bagian Program Gizi.
Latar Belakang
Permasalahan
Prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 647 per 100.000
penduduk meningkat dari tahun 2013 sebesar 272 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data profil kesehatan Kaltim tahun 2016 terdapat 2.383 temuan
kasus baru TB BTA positif dan selanjutnya meningkat pada tahun 2017 menjadi
2.635 temuan kasus baru TB BTA positif. Data kasus TB paru anak di Indonesia
tahun 2015 sebanyak 8,59 persen mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2014 sebanyak 7,10 persen. Di provinsi Kaltim sendiri Kasus TB anak 0-14
tahun pada tahun 2017 menunjukkan angka 6,56%. Hal ini menunjukkan bahwa
penularan kasus Tuberkulosis Paru BTA Positif kepada anak cukup besar dan
sebanyak 2.975 anak yang tertular Tuberkulosis Paru BTA Positif dewasa. Faktor
penyebab TB paru pada anak diantaranya faktor predisposisi meliputi status gizi,
riwayat pemberian vaksin BCG, pengetahuan, faktor pendukung meliputi sosial
ekonomi, lingkungan rumah, fasilitas dan sarana kesehatan, faktor pendorong
meliputi sikap, praktik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, umur, jenis
kelamin, kontak langsung.
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan tetap pentingnya
pencegahan dan pengendalian TB anak di Wilayah Bontang Lestari. Sehingga
perlu diadakan penyuluhan yang berkaitan dengan penyakit serta pengendalian
dan pencegahan TB anak. Penyuluhan dilakukan di ruang yang cukup luas
sehingga tetap memberlakukan protokol COVID-19 dengan tetap menjaga jarak.
Pelaksanaan
Penyuluhan tetang penyakit TB Anak serta pencegahan dan pengendaliannya
terlaksana di Ruang Pertemuan Puskesmas Bontang Lestari pada pukul 09.00 s/d
10.30 WITA. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi :
1. Definisi Tuberkulosis
2. Cara penularan penyakit tuberkulosis
3. Tanda dan gejala seorang anak terinfeksi tuberkulosis yaitu: demam lebih 2
minggu, batuk lebih dari 3 minggu, penurunan BB tanpa diketahui peyebabnya,
adanya bengkak di leher.
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit tuberkulosis
5. Cara pengobatan TB dengan strategi DOTS
Penyuluhan ini dilakukan oleh 1 orang dokter dan 1 orang petugas Puskesmas.
Dokter pelaksana penyuluhan adalah dr. Fitri Firdausi, sedangkan petugas
Puskesmas pelaksana adalah Agnes, Amd.Kep.
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk penyuluhan saat ini. Pelaksanaan penyuluhan
berjalan lancar, penyuluhan juga dilakukan di dalam ruang yang cukup luas
sehingga mendukung terlaksananya protokol COVID-19.