FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah e-ISSN 2655-8106
ABSTRAK
Coronavirus 2019 atau COVID-19 merupakan pandemi yang telah mengakibatkan tingginya angka
mortalitas di berbagai belahan dunia. Pengetahuan mengenai pandemi COVID-19 yang baik dan personal
hygiene hidup bersih dan sehat sebagai upaya mencegah penularan COVID-19 penting untuk diterapkan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
personal hygiene masyarakat di masa pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain deskriptif survei pada 150 masyarakat di Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali melalui purposive
sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dan data dianalisis secara
univariat dengan menyajikan distribusi frekuensi variabel. Hasil analisis mendapatkan pengetahuan
masyarakat tentang pandemi COVID-19 ada pada kategori baik yaitu 70%. Distribusi personal hygiene
masyakarat menunjukkan masyarakat telah mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19.
Kategori kasus masyakarat sebagian besar ada pada kategori kasus risiko rendah (85.33%).
Kata kunci: coronavirus disease 19; pandemi; pengetahuan masyarakat; personal hygiene masyarakat
ABSTRACT
Coronavirus 2019 or COVID-19 is a pandemic that has resulted in mortality and mortality rates in various
parts of the world. Good knowledge of the COVID-19 pandemic and having a clean and healthy behavior as
an effort to prevent transmission of COVID-19 is important to apply. The aim of the research is to find a
picture of the community about the COVID-19 pandemic and people's behavior during the COVID-19
pandemic. This type of research is quantitative with a descriptive survey design on 150 communities in
Sumerta Kelod Village, Denpasar, Bali through purposive sampling. Research using a questionnaire as a
data tool and the data were analyzed univariately by presenting the variable frequency distribution. The
results of the analysis obtained public knowledge about the COVID-19 pandemic in the good category,
namely 70%. The distribution of community behavior shows that the community has complied with health
protocols during the COVID-19 pandemic. Most of the community case categories are in the low-risk case
category (85.33%).
Keywords: coronavirus disease 19; pandemic; public knowledge; personal hygiene public behavior
1
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
positif COVID-19, yaitu sebesar 3.892 orang, Guna melawan adanya peningkatan kasus
sedangkan Kota Denpasar menduduki posisi COVID-19, maka berbagai tindakan preventif
teratas di Provinsi Bali dalam jumlah pasien mutlak harus dilaksanakan, baik oleh
positif COVID-19, yaitu sebesar 1.435 orang. pemerintah ataupun masyarakat. Upaya
Secara spesifik, di Desa Sumerta Kelod, preventif sejauh ini merupakan praktik terbaik
jumlah pasien positif COVID-19 cukup tinggi untuk mengurangi dampak pandemi COVID-
bila dibandingkan berbagai desa di Kota 19, mengingat belum adanya pengobatan
Denpasar, yaitu sebesar 14 orang (Gugus yang dinilai efektif dalam melawan virus
Tugas COVID-19, 2020). Berdasarkan data SARS-CoV-2. Saat ini, tidak adanya vaksin
tersebut, maka semua pihak terkait, baik untuk SARS-CoV-2 yang tersedia dan telah
pemerintah ataupun masyarakat, semakin memenuhi berbagai fase uji klinis, sehingga
terdesak untuk segera mengambil tindakan upaya preventif terbaik yang dilakukan adalah
dalam melakukan deteksi dini infeksi serta dengan menghindari paparan virus dengan
mencegah penyebaran COVID-19 terjadi didasarkan pada PHBS (Perilaku Hidup
guna menurunkan jumlah kasus COVID-19. Bersih dan Sehat) yang berupa personal
hygeien. Untuk mencapai tujuan ini, langkah-
Peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di langkah utama yang hendak dilaksanakan
masyarakat didukung oleh proses penyebaran masyarakat seperti penggunaan masker;
virus yang cepat, baik dari hewan ke manusia menutup mulut dan hidung saat bersin
ataupun antara manusia. Penularan virus ataupun batuk; mencuci tangan secara teratur
SARS-CoV-2 dari hewan ke manusia dengan sabun atau desinfeksi dengan
utamanya disebabkan oleh konsumsi hewan pembersih tangan yang mengandung
yang terinfeksi virus tersebut sebagai sumber setidaknya 60% alkohol; menghindari kontak
makanan manusia, utamanya hewan keleawar. dengan orang yang terinfeksi; menjaga jarak
Proses penularan COVID-19 kepada manusia dari orang-orang; dan menahan diri dari
harus diperantarai oleh reservoir kunci yaitu menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
alphacoronavirus dan betacoronavirus yang tangan yang tidak dicuci (Di Gennaro et al.,
memiliki kemampuan menginfeksi manusia. 2020). Pengetahuan dan tindakan yang nyata
Kontak yang erat dengan pasien terinfeksi dari pemerintah dan masyarakat terkait PHBS
COVID-19 akan mempermudah proses akan senantiasi mampu menurunkan jumlah
penularan COVID-19 antara manusia. Proses kasus COVID-19, sehingga masa pandemi
penularan COVID-19 disebabkan oleh COVID-19 dapat berakhir dengan cepat.
pengeluaran droplet yang mengandung virus Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien terinfeksi mengetahui gambaran pengetahuan
pada saat batuk ataupun bersin. Droplet di masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
udara selanjutnya dapat terhirup oleh manusia personal hygiene masyarakat di masa pandemi
lain di dekatnya yang tidak terinfeksi COVID- COVID-19, khususnya pada masyarakat Desa
19 melalui hidung ataupun mulut. Droplet Sumerta Kelod, sehingga dapat dijadikan
selanjutnya masuk menembus paru- paru dan dasar dalam menyusun berbagai program oleh
proses infeksi pada manusia yang sehat pemerintah di Desa Sumerta Kelod sehingga
berlanjut (Shereen, Khan, Kazmi, Bashir, & terbebas dari pandemi COVID-19.
Siddique, 2020; Wei et al., 2020). Secara
klinis, representasi adanya infeksi virus METODE
SARS-CoV-2 pada manusia dimulai dari Penelitian ini merupakan jenis penelitian
adanya asimtomatik hingga pneumonia sangat kuantitatif dengan desain deskriptif analitik.
berat, dengan sindrom akut pada gangguan Peserta penelitian adalah 150 masyarakat di
pernapasan, syok septik dan kegagalan Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali yang
multiorgan, yang berujung pada kematian dipilih menggunakan teknik purposive
(Guan et al., 2020). Hal ini akan sampling. Kriteria inklusi penelitian ini
meningkatkan ancaman dalam masa pandemi antara lain, yaitu masyarakat yang tinggal di
COVID-19 sehingga jumlah kasus COVID-19 wilayah Desa Sumerta Kelod, masyarakat
di masyarakat dapat terus meningkat. yang bisa membaca, masyarakat yang bisa
mengakses google form, dan masyarakat
492
yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian terdiri dari kategori Risiko Rendah, OTG,
ini dengan menandatangani lembar ODP, PDP (Gambar 1).
persetujuan responden.
Hasil penelitian ini dianalisis secara univariat
Variabel dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
pengetahuan masyarakat mengenai pandemi masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
COVID-19 dan personal hygiene masyarakat personal hygiene masyarakat di masa
di masa pandemi COVID-19. Alat ukur yang pandemi COVID-19. Penyajian data dalam
digunakan untuk menilai kedua variabel bentuk distribusi frekuensi karena
tersebut adalah kuesioner online. Kuesioner menggunakan skala kategorik. Penelitian ini
pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan telah mendapatkan keterangan laik etik dari
dengan pilihan jawaban benar dan salah. Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran
Benar diberikan skor 1 dan salah skor 0. Universitas Udayana dengan nomor 1754/
Kuesioner personal hygiene yang digunakan N14.2.2.V11.1 4lLT 12020.
terdiri dari tujuh item pernyataan dengan
pilihan jawaban menggunakan skala Likert. HASIL
Skor kuesioner personal hygiene untuk Hasil penelitian ini berkaitan dengan
pernyataan positif adalah: Sangat Setuju skor distribusi frekuensi karakteristik peserta
4, Setuju skor 3, Tidak Setuju skor 2, Sangat penelitian, riwayat peserta penelitian,
Tidak Setuju skor 1, sedangkan untuk distribusi pengetahuan masyarakat tentang
pernyataan negatif skor sebaliknya. pandemi COVID-19, distribusi personal
Kuesioner telah diuji validitasnya dengan hygiene masyarakat tentang pandemi COVID-
nilai r hitung 0,187-1 > r tabel 0,1409 dan 19, distribusi kategori pengetahuan
reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
0,770. Berdasarkan algoritma riwayat dan kategori kasus masyarakat di masa pandemi
personal hygiene masyarakat dikategorikan COVID- 19 ditampilkan pada Tabel 1, Tabel
menjadi distribusi kasus masyarakat di masa 2, Tabel
pandemi Covid-19 yang 3, Tabel 4, Tabel 5, dan tabel 6 secara
berturut-turut.
Tabel 1.
Distribusi karakteristik peserta penelitian (n=150)
Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 83 55.33
Perempuan 67 44.67
Tingkat Pendidikan
Sarjana 79 52.67
SMA 58 38.66
SMP 11 7.33
SD 1 0.67
Tidak Sekolah 1 0.67
Usia
< 17 tahun 6 4
17-25 tahun 51 34
26-35 tahun 27 18
36-45 tahun 24 16
46-55 tahun 24 16
> 55 tahun 18 12
Pekerjaan
Ibu RT 8 5.33
Pegawai Swasta/ Pensiunan Swasta 46 30.67
ASN/ Pensiunan ASN 19 12.67
TNI/Polri/Purnawirawan 2 1.33
Pelajar 33 22
Wirausaha 31 20.67
Tidak Bekerja 3 2
Lainnya 8 5.33
Tabel 2.
Riwayat peserta penelitian (n=150)
Riwayat Ya Tidak
f % f %
Kontak langsung dengan orang Positif COVID-19 3 2 147 98
dalam 2 minggu terakhir
Berada dalam satu ruangan/lingkungan yang sama 6 4 144 96
dengan orang positif COVID-19 dengan jarak 1-2m
& waktu > 15 menit
Pernah dinyatakan dokter memiliki salah satu 10 6.67 140 93.33
penyakit berikut: diabetes, hipertensi, jantung,
stroke, TBC, kanker, atau penyakit menahun
lainnya
Sedang demam (suhu 38oC) saat penelitian 3 2 147 98
dilaksanakan atau pernah demam dalam 2 minggu
terakhir
Pernah mengalami salah satu gejala pernafasan 10 6.67 140 93.33
seperti batuk/pilek/sakit menelan/sulit bernafas
dalam minggu terakhir
494
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
495
Tabel 3.
Distribusi pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 (n=150)
Jawaban Benar Jawaban Salah
Pertanyaan f % F %
COVID-19 adalah penyakit yang tidak berbahaya 126 84 24 16
dan sama seperti flu biasa
Virus korona dapat bertahan hidup beberapa jam di 116 77.33 34 22.67
luar tubuh manusia
Virus korona tidak akan menular pada saat 128 85.33 22 14.67
berbicara
Orang yang bisa menularkan COVID-19 hanyalah 101 67.33 49 32.67
yang memiliki gejala
Orang yang sehat tidak perlu memakai masker saat 142 94.55 8 5.45
keluar rumah
Gejala COVID-19 pada usia lanjut umumnya lebih 136 90.67 14 9.33
berat dari pada pada usia muda
Risiko kematian pasien COVID-19 lebih tinggi 130 86.67 20 13.33
pada penderita penyakit kronis
Anak-anak tidak termasuk kelompok yang berisiko 131 87.33 19 12.67
karena jarang terinfeksi Covid- 19
New normal artinya adalah kembali kepada 107 71.33 43 28.67
kebiasaan semula sebelum munculnya wabah
korona
Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi COVID- 110 73.33 40 26.67
19 tidak diperlukan bagi yang tidak memiliki gejala
Tabel 4.
Distribusi personal hygiene masyarakat di masa pandemi COVID-19 (n=150)
Hampir Jarang Tidak
Selal u
Pernyataan Selalu Pernah
f % f % f % f %
Saya mencuci tangan dengan sabun atau
mengunakan hand sanitizer setelah 126 84 20 13.33 4 2.67 0 0
memegang benda-benda di tempat umum
Saya mandi dan mengganti pakaian setelah 75.33 30 20 7 4.67 0 0
pulang dari bepergian 113
Saya memakai masker bila berada di
tempat umum (pasar, terminal, tempat 137 91.33 8 5.33 4 2.67 1 0.67
sembahyang, dll)
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Tabel 5.
Distribusi kategori pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 (n=150)
Pengetahuan F %
Baik 105 70
Kurang 45 30
Tabel 6.
Distribusi kategori kasus masyarakat di masa pandemi COVID-19 (n=150)
Kasus F %
Risiko Rendah 128 85.33
Risiko Tinggi 17 11.33
ODP 4 2.67
PDP 1 0.67
496
berukuran kecil sehingga pengangkutannya seperti penyakit jantung dan stroke, memiliki
oleh aliran udara lebih mudah dan kerentanan yang tinggi untuk memberikan
membebaskannnya dari adanya gaya graviasi. representasi klinis lebih buruk dibandingkan
Partikel berukuran kecil inilah sangat mudah pasien tanpa riwayat penyakit kardiovaskuler.
menyebar, seperti dalam satu ruangan, Berdasarkan data Chinese Center for Disease
ataupun dalam radius puluhan meter dari Control and Prevention, menunjukkan bahwa
orang positif COVID-19 sedang bersin dari studi klinis terhadap 44.672 kasus yang
ataupun batuk (Morawska & Cao, 2020). terkonfirmasi COVID-19, nilai Case Fatality
Maka dari itu, perlunya tindakan pencegahan Rate (CFR) yang dihasilkan dalam studi
berupa memaksimalkan penggunaan ventilasi, kohort menghasilkan nilai 6%, 7%, dan
menghindari adanya potensi resirkulasi udara, 10,5% untuk pasien COVID-19 dengan
serta meminimalkan jumlah orang dalam riwayat hipertensi, diabetes dan
suatu ruangan tertentu yang saling berbagi kardiovaskuler (Wu & McGoogan, 2020).
lingkungan yang sama. Perlu diketahui Tanda utama dari penyakit kardiovaskuler
bahwa, potensi penumpukan partikel yang yang menjadi penyebab peningkatan
diduga mengandung virus SARS-CoV-2 keparahan representasi klinis pada pasien
sangat tinggi pada fasilitas umum yang COVID-19 adalah adanya cedera jantung akut
memiliki kepadatan orang relatif besar. Di (acute cardiac injury). Cedera jantung akut
samping itu, di ruangan tersebut dinilai menjadi penanda prognostik negatif yang kuat
memiliki stabilitas virus SARS-CoV-2 yang pada pasien COVID-19. Pada pasien dengan
tinggi, sehingga proses penularan virus cedera jantung akut, terjadi peningkatan
kepada orang yang sehat dapat terjadi dengan troponin jantung beberapa kali lipat lebih
sangat mudah (Qian & Zheng, 2018). tinggi sehingga memperparah kondisi pasien
itu sendiri. Di samping itu, pada pasien
Kedua, ada tidaknya riwayat penyakit COVID-19 pula mengalami miokarditis virus
menahun. Berbagai penelitian terhadap orang (viral myocarditis) memiliki risiko kematian
positif COVID-19 telah memberikan hasil tinggi, dimana virus SARS-CoV-2 dapat
bahwa orang yang sedang mengidap penyakit memberikan cedera miokard langsung pada
menahun tidak hanya memiliki risiko lebih jantung dengan ditandai penemuan asam
tinggi untuk terinfeksi virus SARS-CoV-2, ribonukleat virus yang tinggi (Bansal, 2020).
tetapi juga memiliki risiko yang lebih tinggi Namun, perlu diketahui bahwa risiko
untuk meninggal setelah terinfeksi (Verity et kematian pada orang positif COVID-19 pula
al., 2020). Pada penderita diabetes, kadar gula akan meningkat apabila orang tersebut telah
darah yang tinggi dapat merusak sistem berusia lebih dari 60 tahun atau telah berusia
kekebalan tubuh seseorang. Semakin lemah tua (Haybar et al., 2020).
sistem kekebalan tubuh, semakin rendah
kemampuan melawan infeksi, seperti Ketiga, riwayat kondisi demam dengan suhu
COVID-19; dengan demikian, virus dapat 38°C, serta ada tidaknya gejala gangguan
menyebabkan lebih banyak kerusakan pada pernafasan. Adanya demam merupakan gejala
tubuh (Haybar, Kazemnia, & Rahim, 2020). yang umum ditemukan pada tahap awal
Secara spesifik, peningkatan risiko kematian pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2,
pada penderita diabetes serta hipertensi meskipun demam pula merupakan gejala
diduga disebabkan pula oleh peningkatan umum pada berbagai kasus infeksi lainnya. Di
ekspresi ACE2 (Angiotensin-Converting samping itu, ada tidaknya gangguan
Enzyme 2). Peningkatan ekspresi ACE2 pernapasan yang ditimbulkan pada pasien
mampu memudahkan virus SARS-CoV-2 COVID-19 berupa batuk serta dispnea (sesak
untuk berikatan dengan permukaan sel epitel napas). Dalam satu studi klinis, menunjukkan
dan masuk ke dalam sel inang (Ma & Holt, bahwa manifestasi klinis utama pada pasien
2020). COVID-19 meliputi demam (90% ataupun
lebih), batuk (sekitar 75%), dan dispnea
Berikutnya pada pasien COVID-19 dengan (hingga 50%) (Jiang et al., 2020). Maka dari
adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, itu, dengan berbagai faktor risiko di atas,
masyarakat sehendaknya mewaspadai disebutkan bahwa COVID-19 adalah penyakit
berbagai tanda gejala yang ditimbulkan yang tidak berbahaya dan sama seperti flu
ataupun menghindari adanya kontak langsung biasa. Dari pertanyaan ini, 16% masyarakat
terhadap orang positif COVID-19 guna menjawab salah. Dalam faktanya, penting
mencegah adanya penularan serta untuk diketahui bahwa meskipun sebanyak
peningkatan kasus COVID-19 sendiri. 80% kasus COVID-19 bersifat ringan dan
hanya memerlukan perawatan yang cukup
Berdasarkan hasil distribusi pengetahuan untuk memulihkan keadaan orang yang
masyarakat beserta distribusi kategori terserang, namun penyebarannya yang cepat
pengetahuan masyarakat tentang pandemi mengharuskan masyarakat untuk tetap
COVID-19, masyarakat Desa Sumerta Kelod waspada (Kemenkes RI, 2020). Virus SARS-
dikategorikan memiliki pengetahuan yang CoV-2 sendiri sebagai penyebab kasus
baik terkait pandemi COVID-19 yang COVID-19 memiliki kemampuan
ditunjukkan dengan mayoritas jawaban benar berkembang biak dengan cepat dan
pada item-item pertanyaan yang diberikan mengkhawatirkan, sehingga virus ini mampu
terkait pandemi COVID-19. Pengetahuan menghasilkan suatu klaster penyakit pada
adalah salah satu hal yang penting suatu kelompok dengan hanya berasal dari
diperhatikan dalam rangka penanganan kasus satu pasien positif COVID-19. Hal ni terbukti
COVID-19. Pengetahuan masyarakat pada suatu investigasi epidemiologi pada 198
khususnya dalam mencegah transmisi kasus awal COVID-19 mengungkapkan
penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat bahwa hanya 22% pasien yang terpapar
berguna dalam menekan penularan virus langsung ke pasar, 32% berhubungan dengan
tersebut (Law, Leung, & Xu, 2020). Dengan kasus yang dicurigai, dan 51% tidak memiliki
memiliki pengetahuan yang baik terhadap kontak dengan salah satu sumber dari
suatu hal, seseorang akan memiliki penyebaran virus tersebut (Arshad Ali,
kemampuan untuk menentukan dan Baloch, Ahmed, Arshad Ali, & Iqbal, 2020).
mengambil keputusan bagaimana ia dapat
menghadapinya (Purnamasari, Ika; Raharyani, Pada item nomor 2 yang menyebutkan virus
2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan corona dapat bertahan hidup beberapa jam di
penelitian klinis lainnya, dimana dari 1.102 luar tubuh manusia menunjukkan hasil
responden di Indonesia, mayoritas responden 22,67% dari peserta penelitian menjawab
memiliki tingkat pengetahuan yang baik salah. Informasi awal menunjukkan bahwa
terkait social distancing dalam rangka virus corona dapat bertahan hingga beberapa
pencegahan penularan COVID-19 dengan jam hingga hitungan hari. Karakteristik jenis
prevalensi mencapai 99% (Yanti et al., 2020). permukaan suatu benda yang berbeda akan
Selain itu, penelitian lain di Provinsi DKI memberikan rentang waktu berbeda pada
Jakarta juga memberikan hasil yang sejalan virus tetap aktif dan bertahan hidup menetap
dengan penelitian ini yaitu 83% responden di permukaan benda tersebut. Permukaan
memiliki pengetahuan yang baik dalam benda yang relatif berpori rendah seperti
pencegahan COVID-19 (Utami, Mose, & plastik dan baja, merupakan permukaan benda
Martini, 2020). Dari beberapa penelitian yang paling buruk sebagai tempat menetapnya
tersebut, maka dapat dilihat bahwa virus SARS-CoV-2 yang berasal dari droplet
pengetahuan menjadi aspek penting yang ataupun partikel kecil di udara (Fiorillo et al.,
perlu diperhatikan dalam melakukan 2020). Di samping itu, penelitian Kampf,
pemecahan terhadap permasalahan khususnya Todt, Pfaender, & Steinmann (2020)
terkait COVID-19. menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2
dapat tetap hidup dan menetap di permukaan
Diantara item-item pertanyaan yang diberikan suatu benda selama 9 hari dengan kondisi
pada tabel 3, terdapat 5 item dengan frekuensi suhu kamar. Namun, adanya penggunaan
salah paling banyak saat dijawab oleh disinfektan sederhana dapat membunuh virus
masyarakat Desa Sumerta Kelod, yaitu pada tersebut agar tidak menginfeksi orang lain
item 1, 2, 4, 9, dan 10. Pada item nomor 1 (Kemenkes RI, 2020). Penggunaan beberapa
bahan kimia dengan konsentrasi tertentu, melakukan review pelaksanaannya
seperti etanol, 2-propanol, glutardialdehida, (Perencanaan et al., 2020). Maka dari itu,
povidon iodin, natrium hipoklorit, dan masyarakat sehendaknya tidak semata-mata
hidrogen peroksida dinilai mampu secara mengabaikan berbagai protokol kesehatan
efektif untuk melawan virus SARS-CoV-2 hanya karena penggunaan istilah new normal
(Fiorillo et al., 2020). tersebut. Di samping itu pula berdasarkan
berbagai item pertanyaan di atas, dapat dilihat
Pada item nomor 4 menunjukkan hasil bahwa masyarakat masih memerlukan adanya
32,67% dari peserta penelitian menjawab edukasi terkait COVID-19 agar lebih
salah untuk pertanyaan orang yang bisa menyadari pentingnya pengetahuan dalam
menularkan COVID-19 hanyalah yang rangka pencegahan penularan virus ini.
memiliki gejala serta pada item nomor 10
dengan pertanyaan isolasi mandiri pada orang Berdasarkan hasil distribusi personal hygiene
yang terinfeksi COVID-19 tidak diperlukan masyarakat Desa Sumerta Kelod beserta
bagi yang tidak memiliki gejala menunjukkan distribusi kategori kasus masyarakat di masa
frekuensi salah 40 (26,67%). Dalam faktanya, pandemi COVID-19, maka masyarakat Desa
orang dengan tanpa gejala yang saat ini Sumerta Kelod secara garis besar tergolong
diistilahkan dengan kontak erat memiliki sebagai masyarakat dengan risiko rendah
kecenderungan mampu menularkan virus yang ditunjukkan dengan personal hygiene
SARS-CoV-2 sebanding dengan orang baik yang dipilih pada item-item pertanyaan
dengan berbagai gejala yang ditunjukkan. yang diberikan. personal hygiene masyarakat
Orang yang tampaknya tidak memiliki gejala khususnya masyarakat Desa Sumerta Kelod
tetap memiliki potensi adanya riwayat sangatlah penting guna membantu masyarakat
paparan dari orang positif COVID-19. itu sendiri dalam mengenali serta mengatasi
Kelompok orang yang dikatakan dengan permasalahan COVID-19 yang menjadi
kontak erat ini sendiri secara umum memiliki pandemi di masa kini. personal hygiene
masa inkubasi virus yang jauh lebih pendek, tersebut haruslah didasarkan atas kesadaran
sehingga gejala yang ditimbulkan secara garis masyakat, dikarenakan banyak masyarakat
besar tidak akan terlihat, dan mayoritas yang sebenarnya telah mengetahui berbagai
kelompok ini merupakan orang-orang pada pengetahuan terkait protokol kesehatan
usia muda dibandingkan orang pada usia tua ataupun pandemi COVID-19 namun tidak
(Huang et al., 2020). Oleh karena itu, dapat melaksanakannya secara baik di dalam
masyarakat harus lebih menyadari adanya kehidupannya sehari-hari (Tentama, 2018).
orang tanpa gejala (kontak erat), serta selalu Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
memiliki pengetahuan yang baik terkait lainnya, dimana dari 1.102 responden di
pandemi COVID-19 guna mencegah adanya Indonesia, mayoritas responden memiliki
penularan. sikap yang positif (53%) dan personal hygiene
yang baik (93%) terkait penerapan social
Pada item nomor 9 dengan pertanyaan new distancing (Yanti et al., 2020). Selain itu,
normal artinya adalah kembali kepada penelitian lain yang dilaksanakan di Provinsi
kebiasaan semula sebelum munculnya wabah DKI Jakarta juga memberikan hasil yang
corona, menunjukkan persentase salah sebesar sejalan dengan penelitian ini yaitu 70,7%
28,67%. Dimana hal ini berarti masih ada responden memiliki sikap yang baik, dan
masyarakat yang memiliki mispersepsi 70,3% responden memiliki keterampilan yang
terhadap istilah new normal yang digunakan baik dalam pencegahan COVID-19 (Utami et
untuk menjelaskan masa penyesuaian baru, al., 2020). Berdasarkan penelitian-penelitian
hidup berdampingan dengan COVID-19 tersebut, maka personal hygiene seseorang
dengan beberapa prasyarat, seperti pula menjadi aspek penting yang perlu
penggunaan data dan ilmu pengetahuan diperhattikan dalam rangka mencegah dan
sebagai dasar pengambilan keputusan, menangani kasus COVID-19.
dilakukan secara bertahap, penerapan
protokol kesehatan yang ketat, serta
Berdasarkan berbagai item pertanyaan yang penyebaran virus di antara komunitas (Aslam,
diberikan kepada responden, terdapat 2020). Dalam fase social distancing,
beberapa item pertanyaan yang masyarakat sangat disarankan untuk
mengindikasikan bahwa masyarakat Desa menghindari bepergian ke daerah padat
Sumerta Kelod belum mematuhi protokol penduduk karena memiliki risiko infeksi yang
kesehatan dalam melawan COVID-19, yaitu tinggi (Suppawittaya, Yiemphat, & Yasri,
pada item 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada item nomor 2020). Namun, karena masyarakat masih
3, dinyatakan bahwa saya memakai masker diperbolehkan untuk tinggal di area selain
bila berada di tempat umum (pasar, terminal, rumah mereka, apabila memang diharuskan,
tempat sembahyang, dll) dengan responden maka memprioritaskan kebersihan dengan
yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 PHBS merupakan suatu keharusan. Sangat
orang (6,67%). Dalam faktanya, penggunaan penting bagi setiap orang untuk
masker sangatlah penting dalam rangka memprioritaskan kebersihan diri termasuk
melawan pandemi COVID-19. Masker mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer
memiliki kemampuan untuk melindungi untuk membersihkan tangan yang menyentuh
pemakainya dari adanya parikel infeksius, benda-benda, serta menggunakan masker
ataupun berguna sebagai source control yaitu secara rasional saat berkunjung ke area
membatasi penyebaran droplet yang berisiko tinggi.
dikeluarkan oleh pemakainya ke udara
(Howard et al., 2020). Dengan adanya Secara spesifik, pada orang dengan usia tua,
kesadaran tinggi dalam penggunaan masker memiliki risiko yang lebih besar untuk
oleh semua orang, maka secara tidak langsung terinfeksi virus SARS-CoV-2 serta memiliki
semua orang akan terlindungi dari virus peluang besar untuk menularkan virus
SARS-CoV-2. Namun perlu diketahui, tersebut. Berdasarkan studi menunjukkan
masker dengan bahan dasar berbeda akan bahwa 63,1% orang dewasa dengan usia 60
memberikan efektivitas perlindungan yang tahun ke atas menderita hipertensi, 38% orang
berbeda. Secara umum, masker kain yang dewasa dengan usia 65 tahun ke atas
sering digunakan oleh masyarakat memiliki menderita penyakit ginjal kronis (cronic
tingkat filtrasi antara 49% hingga 86% untuk kidney disease), dan 26,8% orang dewasa
partikel dengan ukuran 0,02 µm yang dengan usia 65 tahun ke atas menderita
dihembuskan, sedangkan masker medis penyakit diabetes (Shahid et al., 2020).
memiliki tingkat filtrasi sebesar 89% untuk Mayoritas pasien tersebut menggunakan ACE
partikel yang sama (Davies et al., 2013). inhibitor dan angiotensin-receptor blockers
Sehingga, masyarakat sehendaknya dapat (ARBs) yang meregulasi ACE2, dimana
memilih masker sesuai dengan kondisi ACE2 merupakan media utama dalam proses
lingkungan orang tersebut guna melindungi infeksi virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh
diri ataupun mengontrol dirinya sendiri dari manusia. Maka dari itu, orang tua dengan
droplet penyebab kasus COVID-19. berbagai penyakit penyerta akan berisiko
tinggi dan mengalami infeksi virus SARS-
Pada item nomor 4, dinyatakan bahwa saya CoV-2 yang lebih parah.
menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain
saat berada di luar rumah dengan responden Pada item nomor 6, dinyatakan bahwa saya
yang menyatakan tidak pernah sebesar 3 menghadiri acara yang mengumpulkan
orang (2%). Serta, pada item nomor 5, banyak orang dengan responden yang
dinyatakan bahwa saya menjaga jarak dengan menyatakan sangat sering sebesar 5 orang
orang yang berusia lanjut. Perlu diketahui (3,33%). Serta, pada item nomor 7,
bahwa, menjaga jarak (social distancing) dinyatakan bahwa saya menggunakan fasilitas
memiliki peran penting dalam meminimalkan umum atau pergi ke tempat umum
interaksi dan kerumunan, serta mencegah (transportasi umum, mall, pasar, tempat
adanya penyebaran virus SARS-CoV-2 dalam wisata) dengan responden yang menyatakan
suatu kelompok. Social distancing akan sangat sering sebesar 5 orang (3,33%). Dalam
membatasi laju reproduction rate (R0) dalam faktanya, orang yang menghabiskan banyak
waktunya di tempat ramai, dengan lalu lintas https://doi.org/10.20944/preprints20200
tinggi, seperti pada berbagai tempat umum
ataupun berada di dalam fasilitas umum
memiliki risiko yang tinggi untuk terinfeksi
SARS-CoV-2 (Saadat, Rawtani, & Hussain,
2020). Hal ini dikarenakan masih banyaknya
tempat umum ataupun fasilitas umum yang
belum mampu menerapkan adanya protokol
kesehatan, yaitu social distancing, sehingga
proses penularan virus SARS-CoV-2 antar
manusia semakin cepat dan semakin mudah.
Maka dari itu, penerapan PHBS (PERSONAL
HYGIENE Hidup Bersih dan Sehat) mutlak
untuk diterapkan secara mandiri oleh masing-
masing orang guna menjaga dirinya dari
infeksi virus SARS-CoV-2.
SIMPULAN
Sebagian besar masyarakat Desa Simerta
Kelod telah memahami dan mengamalkan
berbagai pengetahuan dan PERSONAL
HYGIENE terkait pandemi COVID-19.
Masyarakat Desa Sumerta Kelod dinilai telah
memiliki pengetahuan yang baik terkait
berbagai protokol kesehatan beserta berbagai
dasar yang harus dipahami terkait pandemi
COVID-
19. Di samping itu, masyarakat Desa Sumerta
Kelod dinilai memiliki potensi Kasus
COVID-19 yang rendah berdasarkan riwayat
ataupun PERSONAL HYGIENE yang telah
dilaksanakan. Sehendaknya, dengan
pengetahuan masyarakat yang baik dalam
masa pandemi COVID-19 diharapkan dapat
meningkatkan PERSONAL HYGIENE
masyarakat dalam menjalankan PERSONAL
HYGIENE hidup bersih dan sehat atau
kepatuhan dalam menerapkan protokol
kesehatan di masa pandemi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA
Arshad Ali, S., Baloch, M., Ahmed, N.,
Arshad Ali, A., & Iqbal, A. (2020). The
outbreak of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)—An emerging global
health threat. Journal of Infection and
Public Health, 13(4), 644–646.
https://doi.org/10.1016/j.jiph.2020.02.0
33
Bansal, M. (2020). Cardiovascular disease Güner, R., Hasanoğlu, İ., & Aktaş, F. (2020).
and COVID-19. Diabetes and Covid-19: Prevention and control
Metabolic Syndrome: Clinical measures in community. Turkish
Research and Reviews, 14(3), 247– Journal of Medical Sciences, 50(SI-1),
250.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.03.0
13
Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C.,
He, J., … Zhong, N. (2020). Clinical
characteristics of coronavirus disease
2019 in China. New England Journal
of Medicine, 382(18), 1708–
1720.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2002
03 2