Anda di halaman 1dari 5

PROMOSI KESEHATAN

STUDI KASUS STUNTING

DISUSUN OLEH:

NAMA : CINDY SEPTARINI

NIM : PO. 71.20.3.18.010

KELAS : 3A

DOSEN PEMBIMBING : ZURAIDAH,S.KM. M.KM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020/2021
SKENARIO KASUS PADA STUNTING

Diberitakan sebelumnya, Dinas Kesehatan Lubuklinggau mencatat ada 200


anak stunting di wilayah ini. Anak yang stunting tersebar salah satunya terdapat
banyak di masyarakat daerah kelurahan Tegalsari. Telah dilakukan data di
puskesmas pada anak kelurahan Tegalsari banyak anak balita mengalami
stunting(pendek) sebanyak 80 anak, tumbuh kembang anak balita masyarakat
Tegalsari tidak sesuai dengan kriteria tumbuh kembang anak. Ciri-cirinya bisa
terlihat jelas terutama ketika anak dibawa ke posyandu lalu diperiksa berat dan
tinggi badan. Anak dengan stunting akan terlihat lebih pendek (kerdil) daripada
teman seusianya. Ibu masyarakat Tegalsari banyak tidak mengetahui tentang
stunting dan bagaimana cara penanganannya serta gizi apa yang tepat bagi anak.
Ibu yang sedang mengandung pun takut jika anak mereka kelak terkena stunting.

a. Pengkajian

1. Pengkajian Faktor Predisposisi

a. Pengkajian riwayat keperawatan


Ibu-ibu masyarakat kelurahan Tegal sari tidak mengetahui tentang stunting
serta makanan bergizi pada anak balita dan saat mengandung. Setelah
ditelusuri, penyebab utamanya karena kurangnya asupan gizi ketika
mengandung anak mereka . Rata –rata ibu masyarakat Tegalsari lulusan
Sarjana 20% SMA 40%, SMP 30%, dan SD serta tidak sekolah 10 %.
Penghasilan masyarakat Tegalsari ±Rp. 800.000,00 /bulan. Ibu
masyarakat Tegalsari mempunyai persepsi bahwa hal biasa jika anak
mereka pendek dari teman seusianya. Mereka juga kurang mengetahui dan
apa saja gizi yang diperlukan pada anak mereka .
Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, sakit
pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa
yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
b. Keadaan Fisik

Keadaan umum anak stunting masyarakat Kelurahan Tegalsari bisa


terlihat jelas terutama ketika anak dibawa ke posyandu lalu diperiksa berat
dan tinggi badan. Anak dengan stunting akan terlihat lebih pendek (kerdil)
daripada teman seusianya. Dampaknya, anak tersebut tidak bisa tumbuh
dan berkembang dengan normal serta mudah sakit. Bahkan, yang paling
parah fungsi otaknya tidak bisa optimal karena anak dengan stunting akan
memiliki daya ingat yang kurang. Keadaan umum ibu masyarakat Tegalsari
tampak sehat.

c. Kesiapan Belajar
Ibu masyarakat Tegalsari mengatakan bahwa ia tertarik untuk
mempelajari stunting dan cara pencegahannya. Pengetahuan masyarakat
tentang stunting masih kurang karena klien belum pernah mendapatkan
informasi tentang hal tersebut dan sumber dari apapun.
Klien dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik. Ketika
datang ke puskesmas ibu-ibu masyarakat Tegalsari sangat antusias akan
mengikuti penkes tentang stunting.

d. Motivasi Belajar
Motivasi belajar ibu-ibu masyarakat Tegalsari cukup antusias dan
siap untuk mempelajari tentang stunting agar anak mereka tumbuh
dengan baik . Mereka mengatakan akan mengikuti pendidikan
kesehatan tentang stunting dengan baik.

e. Kemampuan Membaca

Ibu masyarakat Tegalsari mempunyai kemampuan membaca dan


menulis dengan cukup baik. Ketika diberikan sebuah bahan bacaan
berupa “Leaflet” dan video pembelajaran dampak stunting tersebut.
Dan mengatakan menyukai belajar dengan cara tanya jawab dan
menyukai bahan bacaan yang bergambar karena mudah diingat dan
menarik.

2. Pengkajian Faktor Pemungkin (Reinforcing)


Masyarakat Tegalsari tidak mengetahui bagaimana ciri anak
mengalami stunting serta pencegahannnya. Serta makanan bergizi yang
baik bagi anak mereka. Perawat yang memberikan pelayanan dan
promosi kesehatan kepada ibu masyarakat yang belum megetahui
tentang pentingnya pencegahan stunting pada anak. Di puskesmas
Tegalsari menyediakan alat bantu penyuluhan berupa leaflet dan video
bertema kartun yang menarik dan sesuai dengan kriteria remaja agar
dapat dimengerti dan dijangkau oleh masyarakat. Tempat pemeriksaan
kesehatan atau puskesmas dari rumah masyarakat Tegalsari tidak jauh
atau mudah dijangkau.

3. Pengkajian Faktor Penguat (Enabling)


Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang stunting dan gizi
pada anak menyebabkan kejadian stunting cukup banyak.Pendidikan
kesehatan ini dilakukan oleh perawat sebagai petugas kesehatan
dukungan memperoleh pengetahuan tindakan kesehatan. Serta,
pencegahan stunting dilakukan Pemerintah secara terintegrasi hingga
tingkat Pemerintah Desa. Desa-desa yang memiliki resiko tinggi
warganya mengalami stunting sudah barang tentu wajib
menganggarkan untuk menghindari resiko stunting pada warganya
ditegaskan dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai