INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT PANTI NIRMALA
Oleh:
Kelompok IV
Disetujui,
Pembimbing Lapangan
Rumah Sakit Panti Nirmala
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
2.2.5 Pemeliharaan dan Perawatan.................................................................................31
2.2.6 Pengeluaran dan Penyerahan Bahan Makanan...................................................31
2.2.7 Pengawasan dan Pengendalian Mutu....................................................................31
2.2.8 Indikator Mutu Instalasi Gizi.....................................................................................33
2.3. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit..................................................................34
2.3.1. Penggunaan SIMRS Terkait Pelayanan Instalasi Gizi.........................................35
2.3.2. Penggunaan SIMRS terkait Logistik.......................................................................35
2.4. Keselamatan Pasien.........................................................................................................36
2.5. Keselamatan Kerja............................................................................................................37
2.6. Inovasi Pelayanan Gizi.....................................................................................................41
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 42
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................42
3.2. Saran..................................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA 43
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi.................................................................................10
Gambar 2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap...................................................................................15
Gambar 3 Alur Pelayanan Gizi Rawat Jalan.................................................................................16
Gambar 4 Rekruitmen SDM Tenaga Gizi......................................................................................21
Gambar 5 Perencanaan Belanja Bahan Makanan.......................................................................27
Gambar 6 Lembar Penerimaan Bahan Makanan.........................................................................29
Gambar 7 Chiller...............................................................................................................................31
Gambar 8 Freezer............................................................................................................................31
Gambar 9 Pest Control....................................................................................................................31
Gambar 10 Angka Kepatuhan Penggunaan APD........................................................................33
Gambar 11 Angka Kepatuhan Pengisian Suhu Kulkas...............................................................33
Gambar 12 Jumlah Makan Siang Pasien dengan Diit Biasa yang Menghabiskan lebih dari
sama dengan 1/2 porsi.....................................................................................................................34
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Kapasitas Tempat Tidur : 208 TT
Jumlah Karyawan : ± 701 karyawan
Standar Kualitas RS : Akreditasi SNARS Edisi 1
8
seluas 5.000 m2. Areal ini dimanfaatkan untuk bangunan poliklinik umum,
kebidanan, penyakit dalam, poliklinik gigi dan ruang perawatan.
Pada 1 April 1948, THIS beroperasi penuh dengan 60 tempat
tidur. Dalam perkembanganya, Rumah sakit ini juga mendapat bantuan
dari berbagai pihak, yakni dari lembaga supplier alat-alat kesehatan di
Negeri Belanda, yaitu SIMAVI (Steun In Medische Aangelegenheden
Voor Inheemschen) serta dari Uskup Malang.
Untuk memantapkan eksistensinya, sejak tahun 1961 nama “Tiong
Hwa le Sia” diganti menjadi “Panti Nirmala”, meskipun tetap berinduk pada
perkumpulan Tiong Hwa le Sia. Pada perjalanan selanjutnya, di tahun 1980
dibentuklah Yayasan Rumah Sakit Panti Nirmala Malang.
Sejak awal tahun 1993, Yayasan mulai berusaha dan mencari
cara bagaimana Rumah Sakit Panti Nirmala bisa mengembangkan diri.
Pembenahan dan penelitian pun dilakukan melalui berbagai pembicaraan
dengan Perdhaki dan beberapa pihak. Hasilnya pada tahap pertama
diperlukan penelitian secara khusus terhadap Rumah Sakit Panti Nirmala.
Penelitian pendahuluan dilakukan tanggal 27 Oktober 1994 dan 10 – 11
November 1994. Hasil penelitian tersebut, menguraikan berbagai
kelemahan Rumah Sakit Panti Nirmala dan cara – cara mengatasinya.
Pengurus Yayasan pun segera melakukan pembenahan intern dan
menghubungi berbagai lembaga khususnya yang bergerak di bidang
kesehatan.
Sejalan dengan pembenahan dan pembangunan fisik (gedung)
juga dilakukan pembenahan manajemen Rumah Sakit Panti Nirmala
secara menyeluruh. Karena itu Yayasan mendukung sepenuhnya
prakarsa jajaran Direksi Rumah Sakit Panti Nirmala untuk melakukan
akreditasi Rumah Sakit. Hasilnya, Rumah Sakit Panti Nirmala merupakan
9
rumah sakit swasta yang pertama di Kota dan Kabupaten Malang yang telah
terakreditasi pada tahun 1999.
Pengurus Yayasan Rumah Sakit Panti Nirmala beserta Direksi dan
seluruh staf dan karyawan terus bekerja keras dalam mewujudkan visi
dan misi Rumah Sakit Panti Nirmala, sebagai rumah sakit pilihan
masyarakat di kota Malang.
Rumah Sakit Panti Nirmala memiliki Visi : “Menjadi rumah sakit dengan
pelayanan prima, pilihan utama masyarakat.” Adapun misi dari Rumah Sakit
Panti Nirmala adalah:
10
5. Meningkatkan kualitas alat kedokteran yang dapat memberikan nilai
lebih bagi pelayanan kesehatan.
Motto Rumah Sakit Panti Nirmala yaitu “Merawat Penuh Kasih Demi
Kesembuhan”.
Nilai budaya yang dikembangkan di Rumah Sakit Panti Nirmala adalah
“SAFETY”, yaitu
11
1.2 Profil Instalasi Gizi
12
Struktur organisasi ini menunjukkan hierarki organisasi dalam instalasi gizi
dan garis koordinasi. Instalasi Gizi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan,
merencanakan, mengolah dan menyalurkan makanan serta menyelenggarakan
asuhan dan konsultasi gizi.
Tata laksana pelayanan gizi di instalasi gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan
dengan mekanisme kerja sebagai berikut :
13
▪ Pemberian diet kepada pasien disesuaikan dengan rekomendasi
dokter pemeriksa.
14
▪ Menyusun formula bagi pasien berupa sonde susu dan blenderize.
▪ Penyusunan siklus menu 9 hari untuk pasien. Semua ruangan
menggunakan menu standar, dengan pembedaan menu di ruang VIP
ada menu penunggu. Sedangkan menu pilihan diberikan pada pasien
dengan nafsu makan rendah dengan 1 kali pemesanan waktu makan
missal untuk kebutuhan makan siang di pesan saat makan pagi.
▪ Penyusunan snack pasien disusun 30 hari
▪ Perencanaan kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan jumlah
pasien dan Dokter kamar operasi.
15
5. Melakukan Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan dan Distribusi Bahan
Makanan.
6. Mengelola Produksi dan Distribusi Makanan Bagi Pasien Rawat Inap, dan
Dokter Kamar Operasi sesuai dengan kebutuhan.
▪ Produksi Makanan
16
- Pengolahan makanan pasien dan Dokter kamar Operasi
dilakukan oleh petugas produksi makan sesuai dengan menu
dan permintaan diet pasien.
- Pengolahan makanan langsung diproduksi tiap hari, jadi
kualitas makanan terjamin karena langsung di masak tiap
hari.
▪ Distribusi Makanan
17
b. Tata Laksana Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap.
18
▪ Ahli gizi menentukan resiko nutrisional dengan
mempertimbangan beberapa hal yakni :
⮚ Berat badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) yang secara aktual
telah dilakukan oleh perawat atau secara recall bertanya
kepada pasien atau keluarga pasien (untuk pasien yang
tidak dilakukan proses penimbangan dan pengukuran tinggi
badan) dilakukan pengukuran LilA (Lingkar Lengan Atas)
untuk menganalisa status gizi pasien (IMT, RBW, dan %
LilA).
⮚ Food recall untuk mengetahui apakah terjadinya penurunan
konsumsi pasien selama satu minggu atau tiga bulan yang
lalu.
⮚ Mengklasifikasikan diagnosa klinik sesuai dengan skor yang
telah ditentukan.
⮚ Menyimpulkan penetapan risiko nutrisional sesuai dengan
hasil skor yang disesuaikan dengan kriteria.
19
✔ Lebih dari sama dengan tiga (≥ 3) : pasien berisiko
nutrisi/ malnutrisi dan langsung dilakukan pengkajian
lanjut dan dilakukan assesmen berikutnya tiap 3 hr
20
c. Tata Laksana Pelayanan Gizi.
21
▪ Penyuluhan gizi rawat inap dapat dilakukan bersama tim
edukasi RS Panti Nirmala (dokter, dan perawat).
22
Gambar 2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap
23
2. Konsultasi Gizi Rawat Jalan
24
Gambar 3 Alur Pelayanan Gizi Rawat Jalan
25
3. Penyuluhan Kelompok
26
▪ Konsultasi gizi meliputi perencanaan diet, penyuluhan dan konsultasi gizi
untuk pasien rawat inap, rawat jalan, dan edukator PKRS.
▪ Penelitian dan pengembangan gizi merupakan serangkaian kegiatan
pelayan gizi yang dilakukan untuk meningkatkan mutu atau kualitas
pelayanan gizi. Penelitian dan pengembangan gizi terapan ini
berdasarkan prioritas masalah gizi yang ada di rumah sakit.
27
BAB II
HASIL PENGAMATAN
1. Tipe A 56 16 72
2. Tipe B 22 15 37
28
3. TIpe C 18 12 30
4. Tipe D 9 14 23
Tabel ini menunjukkan standar jumlah tenaga gizi sesuai kompetensinya di tiap-
tiap tipe rumah sakit. RS Panti Nirmala merupakan tipe B sehingga minimal tenaga gizi
sebanyak 37 karyawan.
Dalam melaksanakan pelayanan instalasi gizi Rumah Sakit Panti Nirmala
dipimpin oleh kepala instalasi gizi. Distribusi ketenagaan di instalasi gizi disesuaikan
dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi ketenagaan di instalasi
gizi disebutkan dalam tabel 2 sesuai dengan tugas masing-masing karyawan.
Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi jumlah tenaga gizi di RS Panti
Nirmala.
29
Jenis Tenaga Kebutuhan Tenaga Ahli Gizi Tenaga yang ada di RS Keterangan
menurut WISN
RD 22 1 GAP
TRD 15 5 GAP
Dari tabel diatas terdapat gap jumlah tenaga gizi pada RSPN. Dimana
kebutuhan tenaga ahli gizi kurang 21 registered dietisien dan 10 technical registered
dietisien. Perlu adanya penambahan tenaga gizi sehingga pelayanan instalasi gizi
dapat berjalan optimal.
30
Formal Non Formal kebutuhan ada
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
Pelatihan
31
TOTAL 32 32
32
pedoman pelayanan gizi rumah sakit, sehingga perlu adanya perekrutan atau
pendidikan berkelanjutan. (Lihat tabel 3)
Instalasi Gizi Rumah Sakit Panti Nirmala memberikan pelayanan selama 24 jam
dalam 7 hari. Sistem dinas diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing karyawan
mempunyai waktu libur, waktu libur yang ada yaitu sejumlah hari minggu yang ada,
serta hari besar, atau sesuai yang ditentukan manajemen Rumah Sakit.
33
3. Persiapan Lauk : 07.00 - 14.00
4. Logistik : 07.00 – 14.00
5. Ahli Gizi
Pengaturan jaga di Instalasi Gizi RS Panti Nirmala telah sesuai standar dengan
memberikan layanan di tiap shift dengan memperhatikan beban kerja, jumlah tempat
tidur (TT) dan Bed Occupancy Rate (BOR) serta memperhatikan jam kerja setiap
karyawan sesuai dengan standar yang telah ditentukan PSDM. Apabila ada
penambahann beban kerja secara mendadak, seperti disaat pandemi yang terjadi
lonjakan pasien maka ada pengaturan jam kerja dengan mendatangkan tenaga di
luar shift terjadwal dan digantikan dengan hari libur di lain hari, sehingga faktor
kelelahan dan hak sesuai beban kerja tetap terpenuhi. Pengaturan jaga dan
manajemen lonjakan permintaan telah diatur sedemikian rupa secara internal dan
34
telah tersistem melalui manajemen PSDMnya dan sesuai dengan standar MoU,
beban kerja dan jam kerja sesuai yang telah ditentukan.
2.1.3 Perencanaan
35
2.1.4 Seleksi dan Rekruitmen
Alur seleksi dan rekrutmen SDM pada instalasi gizi adalah sebagai berikut:
1. Kepala Instalasi Gizi membuat perencanaan SDM dengan Analisa Beban Kerja,
kemudian mengadakan rapat penyusunan pola ketenagaan, membuat rencana
penambahan SDM berdasarkan analisa beban kerja, setelah itu mengajukan ke
Kepala Penunjang Medis.
2. Kepala Penunjang Medis menyetujui penambahan tenaga sesuai dengan
kebutuhan yang diajukan kepala instalasi gizi, kemudian mengajukan kepada
Direktur (jika setuju), lalu menimbang hasil penilaian kinerja secara bertahap.
3. PSDM memproses rekruitmen meliputi:
○ Tes Wawancara
○ Tes Tulis
○ Psikotes
○ Tes Kesehatan
Gambar di bawah ini merupakan alur rekruitmen tenaga gizi pada RS Panti Nirmala.
36
Gambar 4 Rekruitmen SDM Tenaga Gizi
Gambar di atas menunjukkan pola kegiatan rekruitmen di instalasi gizi mulai dari
proses perencanaan tenaga gizi sampai realisasi rekruitmen di bagian PSDM.
Alur tersebut sesuai dengan standar rekruitmen sumber daya manusia, namun
tenaga yang ada di instalasi gizi di dominasi oleh lulusan SMK Tataboga, yang menunjukkan
adanya gap pada perencanaan atau ketidaksesuaian proses rekruitmen.
2.1.5 Orientasi
Semua staf diberi orientasi di rumah sakit dan unit kerja tempat staf akan bekerja.
Semua staf wajib menjalani orientasi umum dan khusus.
1. Orientasi Umum
37
Orientasi umum berisikan tentang pengetahuan yang harus diketahui
dan dikuasai seluruh karyawan. Orientasi umum untuk semua karyawan baru. .
1. Profil perusahaan
2. Profil rumah sakit
3. Visi, Misi, nilai dan budaya kerja
4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
5. Pelatihan APAR, evakuasi, kode-kode tanda bahaya
6. Bantuan hidup dasar
7. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
8. Hak dan kewajiban tenaga kerja
9. Peraturan perusahaan
2. Orientasi Khusus
38
tersebut ditempatkan dengan materi yang berisikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan tugas sehari-hari tenaga kerja. Materi orientasi khusus lebih spesifik dan
berkaitan pada fungsi Instalasi Gizi. Untuk melaksanakan orientasi khusus, Instalasi
Gizi harus menyusun materi yang dijabarkan dalam logbook dan akan dilakukan
evaluasi pada masa akhir orientasi.
Pelaksanaan orientasi pada instalasi gizi RSPN sudah sesuai standar
kebutuhan orientasi karyawan karena telah memenuhi orientasi umum dan khusus.
2.1.6 Supervisi
Proses supervisi kinerja SDM setiap shift dilakukan sepenuhnya oleh penanggung
jawab shift . Pengawasan logistic bahan basah dan kering dilakukan oleh petugas
logistic gizi atau penanggung jawab shift apabila petugas logistic gizi libur (tanggal
merah). Untuk karyawan baru maka supervisi dilakukan oleh Kepala Instalasi Gizi serta
pendampingan kerja oleh karyawan dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Dalam
proses supervisi apabila ada pelanggaran etika, kedisiplinan dll akan diberikan sanksi
berjenjang dimulai dari teguran lisan yang tertulis, surat peringatan tertulis hingga PHK.
RS Panti Nirmala melakukan supportive supervision dimana dalam kegiatan
supervisinya terdapat kegiatan:
39
2. Terdapat hubungan antara tujuan pribadi karyawan dan tujuan organisasi
3. Pemecahan masalah dilakukan bersama-sama
Kegiatan diatas maka supervise di RS Panti Nirmala sesuai standar teori supportive
supervision.
Setiap staf mengikuti pendidikan dan pelatihan di dalam dan di luar rumah sakit
termasuk pendidikan profesi berkelanjutan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensinya. Rumah sakit mengumpulkan data dari berbagai
sumber untuk mengetahui pendidikan dan pelatihan apa yang dibutuhkan oleh staf.
Adapun sumber data yang digunakan antara lain:
40
1. Hasil dari kegiatan pengukuran mutu dan keselamatan
2. Monitor dari program manajemen fasilitas
3. Penggunaan teknologi medis baru
4. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari evaluasi kinerja
5. Prosedur klinis baru
6. Rencana pemberian layanan baru
7. Masukan/ Handling Complaint masyarakat RS
Program pendidikan dan pelatihan dikelola oleh tim dan dijabarkan dalam program
diklat rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit Panti Nirmala dilakukan
secara :
b. Pelatihan Internal
Pelatihan internal dilakukan oleh tim dengan program pelatihan wajib untuk
seluruh staf antara lain:
1. Bantuan hidup dasar
2. PMKP
3. PPI
4. APAR dan evakuasi
5. Pelatihan untuk staf tertentu : HPK, EWS, Triase dll
41
c. Pelatihan Eksternal
d. Karier Planing
42
3. Merangkum karyawan yang akan mengalami kenaikan karir.
4. Memproses pengajuan perubahan status karyawan.
5. Pemrosesan jabatan dan karir dilakukan berkala, penilaian untuk
karyawan tetap yang dilakukan tiap 6 bulan.
6. Penilaian untuk karyawan tetap yang dilakukan tiap 2 tahun sebagai
evaluasi untuk kenaikan berkala.
7. penilaian untuk karyawan tetap yang dilakukan tiap 4 tahun sebagai
evaluasi untuk kenaikan golongan.
e. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja di rumah sakit dilakukan untuk menilai kinerja individu karyawan
dalam setiap tahap status kekaryawanan yang ada. Instrumen penilaian kinerja
dibuat dan terus diperbaiki oleh bagian PSDM dengan memperhatikan masukan
dari seluruh unit kerja. Evaluasi dan penilaian kinerja berdasar status kepegawaian
dan jabatan :
43
2. Penilaian karyawan baru yang telah menjalani masa kontrak setahun
pertama.
3. Penilaian karyawan yang telah menjalani masa kontrak dua tahun.
4. Penilaian untuk karyawan tetap yang dilakukan tiap 6 (enam) bulan.
5. Penilaian untuk karyawan tetap yang dilakukan tiap 2 tahun sebagai
evaluasi untuk kenaikan berkala.
6. Penilaian untuk karyawan tetap yang dilakukan tiap 4 tahun sebagai
evaluasi untuk kenaikan golongan.
44
yang ditargetkan RS, penobatan karyawan teladan, kenaikan level, tunjangan, insentif,
dan bonus.
Punishment diberikan kepada tenaga kerja yang tidak mematuhi atau
melanggar aturan yang ditetapkan rumah sakit. Bila karyawan melakukan
pelanggaran, aturan sudah tercantum di MoU berupa sanksi-sanksi mulai dari ringan
sampai berat. MoU setiap tenaga di RS Panti Nirmala adalah perjanjian kerja bersama
antara Direksi dan karyawan. Perlakuan bagi karyawan yang melakukan
pelanggaran, diawali dengan pemberian teguran tertulis, lalu peringatan tertulis 1, 2
dan 3, disertai dengan karyawan menulis mengenai kesalahan yang telah di perbuat
dan langkah selanjutnya agar tidak berulang. Hal ini bertujuan agar karyawan yang
sudah melakukan kesalahan mengingat kesalahan yang telah di perbuat dan tidak
melakukannya lagi. Namun, bila masih terus melakukan kesalahan maka akan
dilakukan sanksi berat sampai di PHK. Perlakuan ini juga tergantung berat ringannya
kesalahan yang dilakukan karyawan. Bila kesalahannya fatal maka tanpa
melewati sanksi ringan melainkan langsung diberlakukan sanksi berat sesuai aturan
dalam MoU.
Reward dan punishment di RS Panti Nirmala telah dilakukan dengan sistem
penilaian kinerja secara berkala. Sistem ini sesuai standar dari pemberian reward non
financial tapi berupa penghargaan terhadap status dan kesempatan pengembangan
pendidikan berkelanjutan. Sedangkan punishment nya memakai sistem peringatan
bertahap.
45
tertentu dan kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien
mungkin. Tujuan manajemen logistik adalah sebagai berikut :
46
pelayanan gizi rumah sakit yang telah ditetapkan, hal ini dibuktikan dengan
tercapainya indikator mutu pelayanan instalasi gizi.
Proses logistik instalasi gizi di RS Panti Nirmala dijelaskan detail kegiatannya
sebagai berikut.
47
e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun
waktu yang ditetapkan ( 1 bulan, 3 bualan, 6 bulan, dan 1 tahun)
f) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang
telah dilengkapi dengan spesifikasinya
48
2.2.2 Pemesanan Bahan Makanan
49
Bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan
makanan yang tertulis dalam software pemesanan bahan makanan RS
Panti Nirmala.
2. Mutu
50
Prosedur dalam penerimaan bahan makanan meliputi :
1. Supplier melakukan pengiriman bahan makanan sesuai dengan surat
pemesanan bahan makanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
2. Penanggung jawab logistik gizi melakukan penerimaan dan
memeriksa jumlah atau jenis bahan makanan yang diterimanya, serta
mencocokan dengan surat pemesanan.
51
Gambar 6 Lembar Penerimaan Bahan Makanan
52
Penanggung jawab menata bahan makanan kering sesuai dengan
spesifikasinya dan mencatat pada kartu stok baik setiap bahan makanan
datang maupun bahan makanan yang keluar sesuai dengan kebutuhan
selama pengolahan di instalasi gizi, selain itu sesuai dengan permintaan
dari bagian yang terkait. Penyimpanan bahan makanan di instalasi gizi
RS Panti Nirmala sistem FIFO dan FEFO, sehingga stock bahan
makanan yang lama dan masa expired nya singkat segera dapat
digunakan terlebih dahulu. Ruang penyimpanan bahan makanan kering
terdapat ventilasi sebagai sirkulasi udara agar ruangan tidak terlalu
lembab dan pengap, ruangan penyimpanan juga dilengkapi dengan
timbangan untuk membantu jalannya permintaan bahan makanan
tersebut. Penyimpanan bahan makanan kering juga harus disesuaikan
suhunya dengan suhu ruang yaitu antara 230C – 270C.
53
harinya, maka untuk pengolahan selanjutnya stock yang lama digunakan
terlebih dahulu.
Penanggung jawab melakukan pengecekan suhu refrigerator, chiller,
dan freezer dengan mengisi pada from ceklist suhu tiap shiftnya. Suhu
penyimpanan untuk refrigerator dianjurkan yaitu 00 C, sedangkan untuk
freezer yaitu -200 sampai (0 0) C sedangkan untuk chiller 5 0 sampai 15 0C
54
terpantau. Penanggung jawab menjaga kebersihan ruangan penyimpanan
untuk menghindari bahaya binatang (pest control) agar bahan makanan
dapat terjaga dengan baik.
55
1. Pemesanan bahan makanan harian melalui software
2. Pencatatan bahan makan yang diterima bagian logistik gizi
3. Pencatatan sisa bahan makanan, bahan makanan basah dan kering
56
d. Pencatatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan
1. Buku catatan makanan pasien berisi nama pasien dan diet dibuat
setiap hari untuk rekapitulasi order diet
2. Formulir catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan
3. Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
4. Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
5. Formulir perubahan diet
6. Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore
7. Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
8. Catatan asuhan gizi rawat inap
9. Laporan kegiatan asuhan gizi rawat inap
57
f. Pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konsultasi gizi di ruang rawat
jalan
58
Data didapat dari kegiatan harian yang dilakukan oleh petugas instalasi gizi .
PIC data yang ditunjuk adalah ahli gizi yang bertugas di instalasi gizi. PIC data
bertugas mengumpulkan data, mengolah data, dan melaporkan kepada kepala
penunjang medis secara berkala. PIC melakukan analisa dan Kepala penunjang
medis melaporkan hasil analisa PIC data kepada direktur.
59
Gambar 12 Jumlah Makan Siang Pasien dengan Diit Biasa yang Menghabiskan lebih dari sama dengan 1/2 porsi
60
SIMRS di Instalasi gizi RS Panti Nirmala masih belum terintegrasi langsung
dengan ruangan rawat inap tentang pengisian kebutuhan diet per pasien. yang telah
terintegrasi adalah data pasien per ruang. Input tiap diet pasien menggunakan
komunikasi per telepon tiap malam oleh petugas ruang rawat ke bagian instalasi gizi.
lalu di inputkan datanya ke software dan dicatat manual ulang berdasarkan
kebutuhan per jenisnya secara manual sehingga masih dilakukan pencatatan dua
kali. kelebihannya adalah ketika sistem down maka sudah ada manual sehingga
backup data manual dipastikan ada.
Selanjutnya alat bantu software juga digunakan untuk menentukan
kebutuhan bahan makanan harian yang nantinya akan merumuskan sendiri sesuai
inputan jumlah pasien dan jenis dietnya sesuai dengan rumusan yang telah
ditentukan. namun inputan tidak langsung terhubung ke pusat logistik, masih
diperlukan untuk dicetak dan dikirimkan ke kepala instalasi gizi dan SPI untuk
diverifikasi. apabila sistem down maka tidak ada backup yang akhirnya menimbulkan
penundaan belanja karena akan mencatat dan menghitung ulang secara manual.
61
1. Data pasien
2. Perencanaan kebutuhan diet pasien
3. Perencanaan kebutuhan bahan makanan
4. Riwayat diet pasien
5. Evaluasi kebutuhan bahan makanan
62
secara realtime dan mempermudah dalam pengadaan jika ditemukan barang
yang habis. Penggunaan SIMRS ini juga mempermudah dalam mengetahui
logistik apa saja yang cepat habis dan lambat habis sehingga bisa menjadi
bahan pertimbangan dalam pengadaan logistik sekaligus mempermudah
dalam penulisan laporan.
Kelemahan dari SIMRS logistik yaitu belum terintegrasi dan masih
menggunakan sistem manual dalam pencatatannya, serta ketika sistem down
maka dilakukan pencatatan dan penghitungan dari awal. sehingga kegiatan
lebih lama dan kurang efisien karena pegawai harus menghitung ulang
manual setiap barang yang ada baik barang masuk dan barang keluar.
63
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, terciptanya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.
64
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KPRS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangan cara-cara
komunikasi terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk menganalisis akar masalah untuk belajar bagaimana kejadian itu
timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien,
menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Penerapan budaya keselamatan pasien di RS Panti Nirmala sebagai berikut :
1. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1- 2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan dan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit
65
2.5. Keselamatan Kerja
RS Panti Nirmala melakukan kegiatan keselamatan kerja sesuai standar yang di
tetapkan oleh Panitia Pelaksana K3 dan Komite K3 RS. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
atau (K3) merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini
Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas
rumah sakit. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Kondisi dan lingkungan Kerja
b. Kesadaran dan Kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi di instalasi gizi bila :
● Peralatan tidak memenuhi standar kualitas (sudah aus)
● Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahap proses produksi
● Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang terlalu panas atau
terlalu dingin.
● Tidak tersedia alat-alat pengaman.
● Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-
lain.
66
· Instalasi gizi RS Panti Nirmala menerapkan bahwa petugas yang merawat pasien
menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol
jika terpajan. Terutama era pandemi Covid-19 yang masih berlaku maka kegiatan
pengendalian penyebaran infeksi di RS Panti Nirmala sangat diperhatikan. Keselamatan
petugas yang memungkinkan kontak dengan pasien menjadi perhatian utama
manajemen sehingga banyak mengubah pola layanan terkait sistem keselamatan kerja.
Seperti penggunaan APD Level 2 pada kegiatan distribusi makanan.
· Petugas yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan
menjaga kebersihan tangan. protokol kesehatan mutlak dilakukan dan adaptasi
kebiasaan baru wajib diberlakukan dan disupervisi pelaksanaannya dalam keseharian.
b. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas.
· Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai untuk kewaspadaan
standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau
udara) sesuai dengan penyebaran penyakit. Semua petugas kesehatan harus
mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab, dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Unit Perawatan
intensif (UPI), ruang anak dan ruang bayi. Khusus di era pandemi Covid-19 kegiatan
tracing kasus menjadi salah satu prosedur pencegahan penularan Covid-19.
Semua petugas di Instalasi Gizi harus memakai apron, penutup kepala dan
pelindung kaki (sandal/sepatu boot) sebelum masuk dapur. Selain petugas gizi yang
masuk ke dapur harus menggunakan APD lengkap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kontaminasi yang dapat mencemari makanan, sehingga makanan aman untuk
dikonsumsi. Petugas pengolahan makanan harus menggunakan masker atau tidak
diperkenankan untuk berbicara dengan petugas pengolahan lainnya.
1. Prinsip Keselamatan Kerja Karyawan dalam Proses Penyelenggaran Makanan
67
a. Pengendalian Teknis
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan
c. Pekerja yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
karyawan
d. Volume kerja yang dibebankan harus sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal
f. Adanya pendidikan mengenai Kesehatan dan Keselamatan kerja bagi
karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
2. Prosedur Keselamatan Kerja
a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan.
Keamanan Kerja di ruangan instalasi gizi RS Panti Nirmala ini meliputi :
1. Menggunakan alat pembuka peti atau bungkus bahan makanan menurut cara
yang tepat.
2. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut barang yang tersedia untuk barang.
3. Pergunakan kontak atau tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan
bahan.
4. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan.
5. Lampu harus dimatikan jika tidak dipergunakan.
6. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat membahayakan
bahan dan kualitas barang.
8. Membersihkan bahan yang tumpah, atau keadaan yang licin di ruang
penerimaan dan penyimpanan.
68
b. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan
Keselamatan kerja diruang ini meliputi:
1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.
2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan
makanan.
3. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaian.
4. Bersihkan mesin atau peralatan pengolahan sesuai dengan petunjuk atau
aturan yang ada.
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang digunakan.
6. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan dan mematikan
mesin, lampu, kompor gas, atau peralatan lainnya.
7. Pada saat selesai menggunakan peralatan teliti dan cek kembali apakah alat
yang digunakan sudah dimatikan listrik dan lain sebagainya.
8. Mengisi panci menurut ukuran-ukuran semestinya dan jangan melebihi
kapasitas atau porsi yang ditetapkan.
9. Tidak memuat kereta makan atau trolley distribusi makanan melebihi dari
yang dianjurkan.
10. Meletakkan alat yang digunakan sesuai dengan tempat dan jenis peralatan
dan diatur dengan rapi.
c. Ruang Distribusi
Keselamatan yang harus diperhatikan ditempat ini :
1. Tidak mengisi panci atau piring melebihi kapasitasnya.
2. Tidak mengisi kereta makan atau trolly makan melebihi kapasitasnya.
3. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat air
panas tersebut sampai penuh.
69
4. memastikan loket distribusi selalu tertutup di kedua sisi dan melakukan
koordinasi yang tersistem dengan petugas distribusi
70
layanan dan keselamatan pasien. Selain itu inovasi pelayanan gizi adalah penyediaan
makanan MCU, penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ruangan,
penyediaan makan catering. Inovasi pelayanan gizi penting dilakukan di RS Panti
Nirmala sebagai bentuk peningkatan revenue stream.
71
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari laporan hospital visit ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Instalasi Gizi RS Panti Nirmala telah menjamin mutu pelayanan melalui indikator
mutu yang telah ditetapkan dan tercapai melebihi minimal yaitu kepatuhan
penggunaan APD, kepatuhan isian form suhu, jumlah makan siang pasien dengan
diit makanan biasa yang menghabiskan lebih dari ½ porsi.
2. Instalasi Gizi RS Panti Nirmala menjamin keselamatan pasien dan keselamatan
kerja.
3. Instalasi Gizi RS Panti Nirmala telah melakukan perencanaan, pelayanan, monitoring
dan evaluasi secara terstruktur dengan di dukung software.
Adapun gap yang kita temui pada hospital visit di Instalasi Gizi RS Panti Nirmala
adalah sebagai berikut:
1. Adanya gap pada sumber daya manusia di Instalasi Gizi di RS Panti Nirmala yaitu
kurangnya jumlah dietisien dan jumlah nutrisionis.
2. Alur tersebut sesuai dengan standar rekruitmen sumber daya manusia, namun
tenaga yang ada di instalasi gizi di dominasi oleh lulusan SMK Tataboga, yang
menunjukkan adanya gap pada perencanaan atau ketidaksesuaian proses
rekruitmen.
3. Adanya gap pada penggunaan SIMRS terkait software sebagai alat bantu kegiatan
instalasi gizi belum optimal atau belum mencakup semua aspek pengelolaan
instalasi gizi dan beberapa kegiatan masih menggunakan manual entry.
72
3.2. Saran
1. Sesuai dengan pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit) kebutuhan tenaga
gizi pada RS Tipe B adalah berjumlah 22 orang dietisien dan 15 orang nutrisionis.
Mengusulkan penambahan tenaga gizi, sementara ini dilakukan multiperan pada
Instalasi Gizi
2. Pengembangan pendidikan berkelanjutan untuk menjawab kebutuhan SDM sesuai
kompetensinya.
3. Melakukan pengembangan SIMRS secara terintegrasi.
DAFTAR PUSTAKA
73
74