Anda di halaman 1dari 6

Develop A Risk Management Analysis Based on EBM

Oleh Umi Kulsum

MMRS 2021

Sebelum saya ditugaskan untuk tugas belajar, IFRSUD A belum mempunyai struktur organisasi
yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang (Kepala Dinas Kesehatan Kota S). Struktur
organisasi waktu itu masih bersifat penugasan secara lisan dilingkungan IFRS dan belum
disahkan oleh direktur RSUD A.
Sumber daya manusia di IFRS A berjumlah 4 orang, yaitu :
- Tenaga apoteker: 1 orang (PNS) (Ka IFars)
- S1 Farmasi : 1 orang THL (bagian gudang)
: 1 orang magang (bagian pelayanan) “tidak di gaji”
- SMK Farmasi : 1 orang (THL) (bagian pelayanan dan administrasi apotek)
Di IFRS hanya terdapat 2 shift, yaitu shift pagi pukul 08.00-14.00 dan shift sore pukul 14.00-
21.00. Poli rawat jalan pagi dimulai pukul 08.00-12.00 sedangkan poli rawat jalan sore dimulai
pukul 16.00-20.00.

3 orang SDM Farmasi berjaga di shift pagi, 1 asisten S1 di gudang, 1 asisten SMF di apotek
pelayanan rawat jalan, dan saya selaku Apoteker terkadang membantu pelayanan di Apotek
rawat jalan, terkadang juga di gudang dan tentunya bila ada undangan meeting di DinKes atau
rapat bulanan di rumah sakit bersama direksi, maka saya pun harus meninggalkan pekerjaan di
IFRS, padahal semua pekerjaan kefarmasian bertumpu di pagi hari.
Pasien rawat jalan dalam 1 shift pagi sekitar 50 orang/per shift dan pasien rawat inap dan
kebidanan rata-rata berjumlah 15 orang per hari, jadi total rata-rata sekitar 65 resep masuk dan
dikerjakan di apotek rawat jalan. Untuk pasien rawat inap diberlakukan system one daily dose.

Suatu hari sekitar 4 bulan setelah RSUD A resmi beroprasi, saat saya sedang staff meeting
bersama direksi, saya dipanggil oleh dr.Kepala Ruangan perawatan yang kebetulan baru
selesei visit dan memang tidak ikut rapat. Beliau menjelaskan terjadi kesalahan pemberian obat
pada pasien rawat inap yaitu ceftriaxone inj dan cefixime inj. Beliau meresepkan cefixime
2ampul tapi yang diberikan adalah ceftriaxone inj 2 ampul, kemudian ditambahkan juga oleh
perawat jaga bahwa kesalahan obat tersebut sudah terjadi dari beberapa minggu yang lalu,
hanya segera diperbaiki oleh asisten di apotek rawat jalan dan selesai begitu saja, tapi karena
ini sudah untuk kesekian kalinya maka mereka pun melaporkan hal tersebut kepada saya.
Beberapa contoh kesalahan obat yang dilaporkan oleh perawat jaga,
diantaranya : Cimetidin tab vs Pavaperin tab
Digoxin tab vs Piroxicam tab vs CTM tab

Kemudian saya selaku penanggung jawab IFRS menanyakan hal yang dilaporkan dari bagian
perawatan ke asisten apoteker di bagian pelayanan apotek. Dan memang diakui bahwa
kesalahan tersebut beberapa kali terjadi saat peak hour dan saat dia bekerja sendiri
(kemungkinan saat saya rapat, atau dinas keluar atau saat saya di gudang), dengan kondisi
pasien yang mungkin sudah banyak mengeluh/komplain karena menunggu obat lama (karena
yang mengerjakan seorang diri, terutama untuk obat racikan/kapsul), kemudian tuntutan dari
perawat di bagian rawat inap untuk obat segera diantarkan karena sudah waktunya untuk
diberikan ke pasien, kemudian kondisi ruangan yang sempit dan pengap kemudian dia juga
melakukan pekerjaan sendirian tanpa double croscek maka sangat memungkinkan kesalahan
pemberian obat itu dapat terjadi, terutama untuk obat-obatan LASA.
Sangat disayangkan bahwa asisten apoteker saya tidak pernah mengeluhkan keterbatasan dia,
selama ini karena mungkin posisi semua asisten adalah sebagai tenaga magang dan THL
sehingga mungkin tidak berani untuk mengeluh dan bersikap menyembunyikan permasalahan
yang ada dan menyeleseikan permasalahan sendiri tanpa memberi tahu saya. Kelemahan
saya pun adalah keterbatasan untuk membagi waktu antara mengurus semua administrasi
gudang, laporan dsb, kemudian tugas luar, dan berbagai meeting sehingga saya pun kurang
kontrol terhadap pelayanan di apotek.

ANALISIS KASUS
Pengukuran Kualitatif Frekuensi/ Kemungkinan (likehood)

Kemungkinan Deskripsi Nilai


Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1
Kadang-kadang (Unlikely) Dapat terjadi sewaktu-sewaktu 2
Mungkin (Possible) Mungin terjadi sewaktu-waktu 3
Mungkin sekali (likely) Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi 4
tidak menetap
Hampir pasti (almost certain) Dapat terjadi pada tiap keadaan dan 5
menetap

Termasuk “mungkin” (bobot nilai 3) yaitu mungkin terjadi sewaktu-waktu, pada saat :
- petugas di apotek hanya 1 orang,
- peak hour
- banyak resep racikan sehingga membuat pasien gelisah dan marah-marah
kemudian membuat petugas menjadi tidak focus dalam mengerjakan
pekerjaannya
- perawat/ petugas yang lain mendesak untuk menyegerakan tersedianya obat

Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak

Tingkat Deskriptor Contoh Deskripsi


1 Tidak bermakna Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian keuangan
sedang
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian keuaangan besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi, kerugian
keuangan besar
5 Katastropik Kematian, kerugian keuangan sangat besar.

Dan dampak yang ditimbulkan berbobot nilai satu (1) yaitu tidak bermakna dan tidak ada
cedera, kerugian keuangan kecil karena untuk pasien rawat inap ada croscek ulang dari
perawat ruangan pada saat akan memberikan ke pasien, sehingga kesalahan bisa
langsung diperbaiki Yang
dikhawatirkan adalah kesalahan kepada pasien rawat jalan yang tidak terdeteksi dan tidak ada
laporan kepada pihak Rumah Sakit.

Dampak

Kemungkinan Sangat Rendah Sedang Besar Ekstrim


(likehood) rendah
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25

Nilai :

1-3 4-6 8-12 15-25


Rendah Sedang Bermakna Tinggi

Bobot likehood = 3
Bobot dampak = 1
Bobot total penilaian adalah berada di kolom hijau yaitu rendah.

PEMBAHASAN
Kejadian yang terjadi saat itu,mengarahkan saya untuk membuat suatu laporan kepada direktur
RS, tetapi hanya lewat lisan dan sayangnya tidak di dokumentasikan. Menerangkan kronologis
kejadian pada minggu-minggu sebelumya bahwa terdapat beberapa kelalaian dari pihak kami
intern IFRSUD AM dalam kesalahan penyiapan obat. Saya memutuskan untuk mengajukan
tambahan tenaga SDM asisten apoteker sebanyak 1 orang di tiap shift nya sehingga akan ada
2 orang SDM dalam setiap shift.
Sayangnya, RSUD AM belum BLUD dan masih UPT, yaitu berada dibawah Dinas Kesehatan,
sehingga untuk mengajukan tambahan SDM sangatlah sulit, dan sampai sekarang IFRSUD AM
belum bisa menambah tenaga di apotek ataupun di gudang.
Dan yang bisa saya lakukan saat itu adalah :
- Saat shift pagi dan peak hour pada hari-hari tertentu (senin, kamis, dan jumat) , asisten di
gudang membantu pelayanan di apotek.
- Menempatkan obat-obatan LASA antara satu dan lainnya di tempat atau jeda terpisah
yang cukup berbeda, missal obat Digoksin ditempatkan di lemari kaca, sedangkan obat
CTM ditempatkan di keranjang di atas meja racik karena CTM bsnysk dipergunakan untuk
racikan obat anak, sehingga pengambilannya pun akan terpisah. (biasanya CTM dan
digoksin tempatnya berdampingan karena urutan abjad C dan D)
- Pengamprahan kebutuhan obat dan alkes ruangan yaitu R.IGD,
R.Tindakan, R. Rawat inap, dan R.Kebidanan dilakukan 1x seminggu
yaitu hanya pada hari selasa, akan tetapi untuk kebutuhan cito bisa
langsung menghubungi petugas gudang.
- Untuk resep racikan, disediakan nomor antrian, sehingga tidak ada
lagi yang merasa bahwa antrian resepnya terdahului oleh resep non
racikan.
- Untuk resep rawat inap dengan pendistribusian ODD (one daily dose)
dibuat untuk kebutuhan 1 hari nya itu dari jam 12siang sampai ke
pemakaian pagi di hari berikutnya (sebelum dokter visite) sehingga
saat pagi dokter setelah visite, resep yang dituliskan itu adalah
pemakaian obat untuk dari siang hari sehingga resep rawat inap bisa
dikerjakan setelah mengerjakan resep rawat jalan,dan tidak ada lagi
perawat ruangan yang mendesak untuk segera disiapkan obat untuk
pasien rawat inap di pagi hari (peak hour jam 8.00-10.00) akan tetapi
untuk kebutuhan cito, perawat ruangan bisa langsung ke apotek dan
meminta obat langsung pada asisten yang ada diapotek, atau
perawat ruangan bisa menggunakan stok obat cadangan di ruangan
untuk kasus pasien cito di ruangan, dan resep akan diberikan
menyusul setelah keadaan cito tertangani.
- SOP wajib double crosscek masih berusaha dilakukan, yaitu antara
asisten apoteker yang mengerjakan resep/menyiapkan obat dan
yang memberikann obat kepada pasien harus berbeda , atau double
crosscek antara asisten apoteker dengan perawat ruangan yang
menerima obat.
- SOP wajib menuliskan nomor telepon di balik lembar resep, terutama
untuk resep rawat jalan, sehingga memudahkan untuk melakukan
penelusuran saat terjadi kesalahan pemberian obat.
- Bekerjasama dengan sekolah SMF terdekat, agar siswa-siswi SMF
tersebut bisa PKL di RSUD A sehingga bisa menambah SDM di
IFRSUD A sementara waktu menunggu tambahan tenaga asisten
apoteker dari Dinas Kesehatan.
- Mengajukan kebutuhan asisten apoteker kepada pihak kepegawaian
Dinas Kesehatan, untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi saat petugas farmasi hanya bertugas sendirian.

Demikian kasus yang saya alami diawal pekerjaan saya menjadi


penanggung jawab IFRSUD A, terlihat seperti kasus yang ringan akan
tetapi tetap bisa menimbulkan resiko apabila tidak dilakukan double
crosscek. Semoga segala kesalahan yang terjadi bisa didokumentasikan
sebagai acuan untuk menentukan langkah terbaik di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai