Disusun Oleh :
Pendahuluan
Kesehatan adalah suatu unsur penting dalam hidup manusia. Pemenuhan akan kesehatan
adalah salah atu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Selain kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier, pemenuhan akan kesehatan adalah kunci bagi manusia untuk menjalankan semua
kegiatannya dan pada akhirnya dapat memenuhi tiga unsur kebutuhan manusia tersebut. Manusia
adalah makhluk yang rentan terhadap segala macam penyakit, oleh sebab itu pemeliharaan kesehatan
juga harus didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang baik.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Pelayanan
kesehatan yang bermutu harus menjunjung prinsip keselamatan pasien dan memusatkan perhatian
kepada pasien (patient centre care).
Keselamatan pasien merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan di rumah sakit dan
sudah menjadi tuntutan kebutuhan dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien (patient
safety) adalah permasalahan yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan sehingga
keselamatan merupakan tanggungjawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan di setiap unit
perawatan baik akut maupun kronis harus berfokus pada keselamatan pasien baik dalam tatanan
rumah sakit, komunitas maupun perawatan di rumah. Pasien sebagai konsumen jasa pelayanan
kesehatan, juga diatur lebih rinci di dalam Peraturan Perundang-undangan. Undang-Undang yang
mengatur tentang hak-hak pasien yaitu Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pasal 32 Huruf (f) Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, dituliskan bahwa pasien mempunyai hak untuk
mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang mereka dapatkan. Pasien mempunyai hak,
apabila dirasa dalam menerima pelayanan kesehatan, tidak memenuhi kualitas atau standar dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Bicara mengenai standar, pasti akan merujuk pada sebuah
2
ukuran, tentang bagaimanakah ukuran yang baik dan benar dalam pemberian pelayanan kesehatan
oleh tenaga profesional, khususnya dokter.
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat. Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan adalah dengan adanya pelayanan instalansi rawat intensif.
Instalasi Rawat Intensif (IRI) / Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah
sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan),dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus yang ditujukan untuk observasi,perawatan dan terapi pasien- pasien yang menderita
penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. Unit ICU menyediakan kemampuan dan sarana,prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat
dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
mempunyai fungsi rujukan yang harus memberikan pelayanan ICU yang profesional dan berkualitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada ICU perawatan pasien dilaksanakan dengan
melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari berbagai multidisiplin ilmu yang bekerjasama
dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam
rangka meningkatkan pelayanan ICU.
Melalui makalah ini, kami mencoba menganalisa Instalansi Rawat Intensif Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan sebagai bagian dari sistem pelayanan yang berkelanjutan dengan mengidentifikasi
kebijakan dan regulasi guna untuk mencapai akuntabilitas tata kelola pelayanan klinis yang baik.
Selain itu, penulis mencoba untuk mengidentifikasi hambatan dalam proses pelayanan klinis tersebut
dan menganalisis faktor yang menyebabkan kesenjangan antara standar dan implementasi serta
mengusulkan solusi terkait pelayanan yang sudah berjalan.
Tujuan
1. Mengidentifikasi proses pelayanan Instalansi Rawat Intensif (ICU) di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang
3
2. Mengidentifikasi kebijakan, pedoman, prosedur yang sudah ada dengan yangseharusnya
dikembangkan unit/rumah sakit.
3. Menganalisa gap dari sistem pelayanan Instalansi Rawat Intensif (ICU) pada pasien dengan
pengalaman pasien dan mengidentfikasi peran regulasi, sistem manajemen mutu, tata kelola
klinis, aspek lingkungan dan arsitektur serta teknologi kedokteran, terhadap timbulnya gap
4. Menyusun rancangan pedoman sistem akuntabilitas pelayanan klinis denganmemperhatikan
proses pelayanan di unit rumah sakit sebagai bagian sistem pelayanan di rumah sakit
Metode
Metode yang di gunakan dalam makalah meliputi wawancara dengan staf ICU, diskusi
kelompok, pengamatan, serta studi literatur.
Wawancara dilakukan dengan Kepala Ruangan Instalansi Rawat Intensif (ICU) Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang pada tanggal 6-8 April 2021. Studi literatur berasal dari pedoman dan
regulasi rumah sakit terkait dan peraturan-peraturan yang ada di Indonesia serta pustaka lain yang
menunjang terkait dengan topik yang diangkat pada pembahasan ini.
4
Bab II
5
Pelayanan pasien di ICU memiliki batasan operasional berdasarkan klasifikasi pelayanan
itu sendiri.
Klasifikasi IRI : pelayanan Primer
1. Resusitasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan nafas,termasuk intubasi trakeal dan ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen
4. Pemasangan kateter vena sentral
5. Pemantauan EKG,puls-oksimetri dan tekanan darah non invasif
6. Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama
transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
11. Tambahan pelayanan Melakukan hemodialisis intermitten dan kontinyu
Kriteria masuk ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan dibagi menjadi beberapa
prioritas. Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan memberikan pelayanan antara
lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat
tidur yang tinggi,pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan
dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif
atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas
masuk ke Instalansi ICU:
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis,tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi,seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain,infus obat-obat vasoaktif kontinyu,obat anti aritmia
kontinyu,pengobatan kontinyu tertitrasi dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini
antara lain,pasca bedah kardiotorasik,pasien sepsis berat,gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1
(satu) umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
6
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di Instalansi ICU
,sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti
ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung- paru,gagal ginjal akut
dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas
2 tidak mempunyai batas,karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis,yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya,penyakit yang mendasarinya,atau penyakit akutnya,secara sendirian atau
kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di Instalansi ICU pada
golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi,pericardial tamponade,sumbatan jalan nafas, atau
pasien penyakit jantung,penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengawasi kegawatan
akutnya saja,dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa,dan atas persetujuan kepala Instalansi ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan,dengan catatan bahwa
pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari
Instalansi ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1,2,3 (satu,dua,tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup
yang agresif dan hanya demi observasi yang intensif saja. saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih
yang tersedia di Instalansi ICU untuk meningkatkan kemungkinan harapan
hidupnya..
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien seperti
itu dapat dimasukkan ke Instalansi ICU untuk menunjang fungsi organ hanya
untuk kepentingan donor organ.
7
Selain itu terdapat kriteria pasien keluar ICU. Pasien yang dipindahkan dari Instalansi
ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala Instalansi ICU dan tim yang merawat
pasien.
Kriteria pasien keluar itu sendiri mempunyai 3 prioritas yaitu
a. Pasien prioritas I
Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan
intensif atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosis jangka pendek buruk,sedikit
kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan. Contoh pasien dengan tiga atau
lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas II
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan bahwa perawatan
intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi.
c. Pasien prioritas III
Pasien prioritas III dikeluarkan dari Instalansi ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi,tetapi mereka dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil,keuntungan dari terapi intensif selanjutnya sangat
sedikit. Contoh pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,penyakit jantung
atau liver terminal,karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain sebagainya) yang
tidak berespon terhadap terapi intensif untuk penyakit akut lainnya.
Secara singkat, alur pelayanan ICU dapat dilihat dalam skema berikut ini:
8
Gambar 1. Alur Pelayanan ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima
pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh
perawat ketika ada pasien yang akan masuk ke Instalansi ICU Persiapan penerimaan pasien di
Instalansi ICU dengan cara :
a. Ada pemesanan pasien yang mau masuk Instalansi ICU baik dari IGD, OK, maupun
rawat inap.
b. Perawat Instalansi ICU segera menyiapkan keperluan pasien rawat inap seperti
tempat, dan perlengkapan pasien, seperti : oksigen, monitor pasien, suction, dll.
c. Perawat Instalansi ICU mengkonfirmasi status pasien melalui dokter Spesialis
Anestesi (Penanggungjawab Instalansi ICU).
d. Sesudah persiapan lengkap, perawat Instalansi ICU segera menghubungi instalasi
yang mau memasukkan pasien tersebut.
e. Pasien segera dikirim ke Instalansi ICU dan dilakukan proses serah terima.
f. Perawatan di Instalansi ICU dapat berlangsung dengan multidiplisiner dengan dokter
yang memiliki SIP di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan. Terjadi kolaborasi antara
sesama PPA untuk proses pelayanan terhadap pasien kritis.
g. Pasien dapat keluar rumah sakit dengan 3 kondisi (pasien keluar hidup dengan dirujuk
ke rumah sakit lain atau pulang atas permintaan sendiri, pasien keluar
9
hidup dengan kondisi yang sudah stabil sehingga dapat dilakukan perawatan di ruang
rawat inap biasa, atau pasien keluar meninggal).
h. Untuk Pasien Umum, proses administrasi dilakukan di awal sebelum pasien masuk
Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan dengan memberikan uang muka
terlebih dahulu. Kelengkapan dan pelunasan administrasi dilakukan di akhir setelah
prosedur perawatan di rumah sakit selesai.
10
Dokter jaga IGD 24 jam dengan kemampuan
resusitasi jantung paru yang bersertifikat
bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut
3. Perawat 1. Perawat yang telah mengikuti pelatihan 14 orang
Kardiologi Dasar dan ICU minimal 3 bulan perawat.
2. 62,5 % dari jumlah seluruh perawat di ICU Total Bed =
merupakan perawat terlatih dan 6
bersertifikat ICU
4. Tenaga non 1. Tenaga administrasi di Instalansi ICU 2 orang
kesehatan mempunyai kemampuan mengoperasikan
komputer yang berhubungan masalah
administrasi
2. Tenaga kebersihan merupakan tenaga
outsource.
Sesuai dengan peraturan yang berlaku di Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang,pengaturan jaga di bagi menjadi 3 shif yaitu:
1. Dinas Pagi : pkl. 07.00 – 14.00 WIB
2. Dinas Sore : pkl. 14.00 – 21.00 WIB
3. Dinas Malam : pkl. 21.00 – 07.00 WIB
Dimana setiap shif terdiri dari :
1. Perawat Klinik I
2. Perawat Klinik II
3. Perawat Klinik III
4. Perawat Klinik IV
5. Dokter spesialis Anestesiologi dan dokter spesialis anak siap 24 jam (oncall)
menangani kasus kegawatan ICU
b. Pelatihan
Tenaga icu adalah tenaga yang minimal lulusan D3 Keperwatan dan sudah mengikuti
pelatihan Instalansi ICU, apabila terdapat tenaga yang belum pelatihan maka dalam
melaksanakan asuhan keperawatan adalah dengan supervisi, sesuai dengan kredensial
masing – masing perawat. Tenaga perawat boleh melakukan tindakan defiblilator yang
sudah pelatihan ICU dan sudah bekerja di Instalansi ICU selama 5 tahun tetapi harus
ada pendelegasian dari dr yang merawat dengan
11
memperhatikan keselamatan pasien. Bila Instalansi ICU dalam keadaan kosong maka
sebagian tenaga ICU diperbantukan di ruangan yang membutuhkan. Tenaga perawat yang
belum mengikuti pelatihan maka wajib mengikuti pelatihan ICU.
Tenaga keperawatan Instalansi ICU dalam memberikan asuhan keperawatan harus
sesuai dengan SOP dengan mengutamakan keselamatan pasien. Semakin tingginya
kepedulian masyarakat akan kesehatan,akan membuat masyarakat berpikir secara kritis
terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya , baik pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter maupun perawat. Kesadaran masyarakat tentang kesehatan tersebut
akhirnya menimbulkan berbagai macam tuntutan antara lain pelayanan keperawatan yang
berkualitas dan memberikan kepuasan kepada pasien.
Perawat yang bekerja di Instalansi ICU tentunya akan berhadapan dengan masalah
kesehatan yang sangat kompleks baik dari penyakit pasien sendiri maupun teknologi yang
tersedia di unit tersebutuk bahkan harus bermitra dengan dokter. Untuk itu sangat
diperlukan ketrampilan dan kemampuan yang tinggi dalam menangani pasien kritis bagi
perawat tersebut. Salah satu syarat perawat yang bekerja di Instalansi ICU harus memiliki
kompetensi. Maka untuk itu pengembangan SDM dilakukan melalui Pelatihan perawat
Instalansi ICU:
1) Pelatihan ICU dilaksanakan di RS.Dr.Soetomo Surabaya dan RS. Saiful Anwar
Malang
2) Pendidikan berkelanjutan
3) workshop dan seminar
4) Simposium
Melalui pelatihan – pelatihan tersebut staf Instalansi ICU hendaknya memiliki kemampuan :
1) Pengenalan tanda kegawatdaruratan yang mengancam nyawa
2) Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJPO dasar
3) Pemasangan intervensi intravaskuler
4) Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien
5) Program pengendalian infeksi
6) Program keselamatan dan kesehatan kerja
7) Penggunaan peralatan secara benar,efektif dan aman
12
3. Standar Bangunan Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
a. Denah Bangunan Instalansi ICU rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
RR
TT I TT II
RUANG TUNGGU
RUANG TRANSIT
TT
III
GUDANG
ICU
TT
IV
LOCKER ROOM
STATION
NURSE
U KACA
TT
V
GUDANG ALAT
B T
S
KACA
TT
VI
STATION
NURSE
PANTRY
Keterangan :
SPOEL
HOCK
Gambar 2. Denah Ruang ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
13
lebih sekitar 30m2 dengan jarak antar tempat tidur sekitar 1,5m. 5 tempat tidur
merupakan ruangan ICU, sedangkan ruangan terpisah merupakan ruangan ICU
untuk anak. Di dalam ruangan memiliki 4 tempat cuci tangan untuk 6 tempat tidur.
Pencahayaan di dalam di Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan agak
kurang terang. Jendela dan akses tempat tidur juga berada mengelilingi nurse
station tanpa mengurangi privasi pasien dan keselamatan pasien.
Area kerja dokter dan perawat merupakan ruang yang cukup untuk staf dan
dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien (bentuk sirkuler). Selain itu,
area obat kritis/ emergency tersedia dekat dengan nurse station. Sistem komunikasi
lain,komputer dan telepon juga tersedia di dekat nurse station.
Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan mempunyai pendingin
ruangan /AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan luas
ruangan yakni sejumlah 4 unit. Belum ada pengukuran suhu dan kelembapan, tetapi
berdasarkan pengamatan penulis ruangan cukup sejuk dan nyaman. Sudah ada
lemari/ ruangan untuk menyimpan monitor,ventilasi mekanik,pompa infus dan
pompa syringe,peralatan dialisis,alat-alat sekali pakai,cairan,penggantung
infus,troli,penghangat darah,alat isap,linen dan tempat penyimpanan barang dan alat
bersih. Selain itu terdapat ruangan bahan pembuangan alat dan bahan kotor yang
berlokasi di samping gudang alat. Desain unit menjamin tidak ada kontaminasi.
Terdapat ruang terpisah yakni ruangan konsultasi yang dapat digunakan oleh
perawat/ dokter yang bertugas untuk menjelaskan KIE dan prosedur administrasi
kepada keluarga pasien Akan tetapi, Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan belum
memiliki ruang tunggu keluarga pasien yang adekuat dan baik. Keluarga pasien
ditempatkan di area terbuka dekat dengan parkir yang hanya difasilitasi oleh kursi
tunggu dan televisi. Luas ruangan kira- kira 9m2. Informasi tambahan, di Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang belum mempunyai ruang isolasi khusus
Instalansi ICU.
14
Gambar 3. Beberapa Gambar Ruang ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
Gambar 4. Suasana Pelayanan Ruang ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
15
Bab III
16
o. Standar Pelayanan ICU, Departemen Kesehatan 2003
p. Standar Pelayanan ICCU di RS, Departemen Kesehatan 2003
17
b. Pasal 32 huruf n berisi tentang hak “memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Rumah Sakit.” Pelayanan Intenstive Care Unit Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan cukup sering melibatkan kerja sama multidisipliner dalam masalah
media kompleks, sebab hal ini sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi
rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU yang profesional dan berkualitas dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Kerja sama multidispliner antar sesama PPA
merupakan salah satu hak dari pasien untuk mendapatkan perawatan terbaik sesuai dengan
kebutuhan kasus, khususnya di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan.
Hubungan antara rumah sakit dengan pasien ICU adalah hubungan kontraktual.
Hubungan tersebut tertuang di dalam informed consent. Sebelum masuk ke ICU,pasien dan
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta berbagai macam tindakan
kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU dan yang penting juga
adalah penjelasan tentang prognosa penyakit yang diderita pasien.Penjelasan tersebut diberikan
oleh kepala ruangan ICU atau dokter jaga yang bertugas. Setelah mendapatkan penjelasan
tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau tidak menerima.Pernyataan pasien
dan atau keluarganya (baik bisa menerima atau tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam
formulir yang ditandatangani (informed consent).
Meskipun pasien ICU ada dalam keadaan kritis, namun pihak rumah sakit mempunyai
kewajiban memberikan informasi tentang tindakan medik yang akan diambil terhadap pasien
ICU, kemudian atas dasar itu pasien ICU atau keluarganya diberikan kebebasan untuk memilih
apakah ia menolak ataukan memberikan persetujuannya. Adanya informed consent dan
kebebasan pihak pasien untuk memberikan atau menolak ini sebagai wujud perlindungan
hukum terhadap pasien ICU. Di dalam Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan, kebijakan ini
sudah dijalankan walaupun dalam praktiknya pasien dan keluarga tidak cukup mendapatkan
informasi yang adekuat dalam pelayanan, rencana terapi, dan segala tindakan yang terjadi di
layanan ICU. Kondisi ini berpotensi untuk menimbulkan gangguan hukum apabila pihak rumah
sakit tidak cukup detail dalam mendokumentasikan seluruh proses layanan yang ada di ICU.
Baik Undang-Undang Kesehatan beserta peraturan pelaksanaannya, Undang- Undang
Rumah Sakit, dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah dengan
18
cukup memperhatikan kepentingan pasien ICU sebagai konsumen dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
19
i. Kepatuhan identifikasi pasien
ii. Kepatuhan jam visite dokter spesialis
iii. Waktu lapor hasil kritis laboratorium
iv. Kepatuhan cuci tangan
v. Kepatuhan upaya pencegahan pasien jatuh dengan menilai kelengkapan
assesmen resiko jatuh pasien rawat inap
vi. Kepatuhan terhadap clinical pathway
vii. Kepuasan pasien dan keluarga
viii. Kecepatan respon terhadap complain
ix. Kepatuhan penggunaan APD
b. Indikator Mutu Prioritas Rumah Sakit
i. Kelengkapan status transfer pasien ICU
ii. Kejadian pasien yang kembali ke Instalasi Rawat Intensif dalam kasus yang sama
dalam 72 jam
iii. Adanya advice terapi pertama pasien baru IRI/ICU dalam 1 jam
c. Indikator Mutu Unit
i. Rata-rata pasien yang kembali ke ICU dalam kasus yang sama dalam 72 jam
ii. Pemberi pelayanan perawatan haruslah seorang dokter yang kompeten
d. Indiktor Sasaran Keselamatan pasien
i. Kepatuhan identifikasi pada pasien
ii. Waktu lapor hasil kritis laboratorium pada pasien
iii. Kepatuhan cuci tangan petugas saat memberikan pelayanan pada pasien
iv. Kelengkapan assessmen resiko jatuh pada pasien
Adapun sebagian hasil indikator mutu dari Instalansi ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
adalah sebagai berikut:
a. Indikator kepatuhan cuci tangan
Pada tahun 2020 rata –rata tercapai perawat meningkat yaitu : 100%, dokter 99- 100 % dan
Pramusaji 100%
b. Indikator kepatuhan menggunakan APD.
Pada tahun 2020 100% petugas menggunakan APD dengan baik hal ini menunjukkan
kesadaran dalam penggunaan APD
c. Adanya advice terapi pertama pasien baru IRI/ICU dalam 1 jam
Advis terapi pertama PB icu >1 jam mencapai 4.35% -6.25%
d. Indikator kelengkapan status transfer pasien ICU
20
Form transfer ke ICU seluruh Pasien : lengkap
e. Indikator pemberi pelayanan intensif
1) Kepala ICU : dikepalai oleh dokter spesialis anestesi,
2) Dokter yang merawat 100 % dokter spesialis
3) Dari 14 perawat yang sudah pelatihan mencapai 78,60%
f. Kejadian pasien yang kembali ke Instalasi Rawat Intensif dalam kasus yang sama dalam
72 jam
Angka pasien yang kembali ke ICU dalam 72 jam kasus dengan kasus yang sama adalah
0%
Akibat melakukan Pelayanan medis yang kurang tepat atau Risiko terkait pelayanan
salah pasien
Akibat Triase yang tidak tepat dan transfer pasien dari IGD/ OK
kredential terhadap staf medis yang tidak tepat Risiko terkait staf medis
21
Training staf yang tidak adekuat
Tuduhan malpraktik
Meningkatnya suku bunga yang berdampak terhadap mahalnya alat Risiko terkait finansial
kesehatan dan obat-obatan
Krisis moneter
Sarana prasarana terkena bencana alam (kebakaran, banjir, korsleting, Risiko terkait fasilitas,
dan sebagainya) sarana, dan prasarana
3. Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Dengan
semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan,
maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu
terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien,
keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang diatas, maka program pengendalian /
peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama di semua rumah sakit. Di Ruang ICU
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan, program pengendalian / peningkatan mutu pelayanan
disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
a. Penetapan alur pelayanan teknis dan alur pelayanan administratif
22
b. Penetapan sistem pengadaan logistik dan fasilitas penunjang terkait
c. Penetapan standar pelayanan medis mengacu kepada penerapan standar pelayanan
minimal untuk unti ICU, pembuatan indikator mutu unit ICU, dan penyusunan SPO
d. Penetapan sistem rekruitmen dan pengembangan ketenagaan
e. Penetapan media monitoring layanan beserta standar layanan, meliputi :
Pencatatan dan pelaporan kegiatan
Kegiatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien ditulis pada catatan
keperawatan yang sudah tersedia setiap harinya. Monitoring tindakan invasif
dilakukan setiap setelah tindakan yang dilakukan kemudian dilakukan
pendokumentasian. Selain itu, monitoring mutu keperawatan dan pasien safety
dipantau dan dicatat 1x24 jam dan pelaporan dilaporkan kepada bagian Komite Mutu
Keperawatan pada akhir bulan. Informasi pasien tertulis di dalam catatan
keperawatan pasien dengan sistem pada setiap shift jaga melakukan pelaporan dan
serah terima pasien.
Presentasi kasus antara PPA
Terdapat presentasi kasus antara PPA dalam bidang multidisiplisiner terkait kasus-
kasus yang memerlukan perhatian khusus pada unit ICU. Program ini juga dijadikan
sebagai acuan untuk perkembangan ilmu dan berbagi pengalaman terkait kasus
tertentu.
Rapat rutin unit bulanan
f. Pelaksanaan program monitoring dan evaluasi serta perumusan langkah perbaikan /
peningkatan mutu
Keselamatan pasien (patient safety) di unit ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
rumah sakit merupakan suatu sistem dimana unit telah membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Berkaitan dengan sasaran utama yakni keselamatan pasien, sesuai Permenkes no 11
tahun 2017 unit ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan telah menerapkan langkah-langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit, yakni:
23
Langkah keselamatan Implementasi penerapan di Unit ICU Rumah Sakit Panti
pasien (menurut Waluya Sawahan
Permenkes Nomor 11
Tahun 2017)
Membangun kesadaran Unit ICU sudah memastikan kesadaran keselamatan pasien
akan Nilai Keselamatan dengan mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan
pasien berani melaporkan bilamana ada insiden. Kepala unit dapat
mengajarkan kepada seluruh rekan kerja bagaimana menyusun
laporan yang lengkap dan terbuka sehingga apabila terjadi
insiden maka proses investigasi
dapat berjalan dengan baik
Memimpin dan Bagian Komite PMKP dengan Kepala Unit ICU selalu rutin
mendukung staf dalam menjelaskan kepada seluruh personil relevansi dan
pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan
gerakan Keselamatan Pasien. Implementasinya adalah dengan
adanya Champion KPRS Unit ICU yang menjadi
pelopor dalam gerakan keselamatan pasien
Mengintegrasikan aktivitas Belum dilakukan penilaian risiko pasien secara individual
pengelolaan sebelum dilakukan tindakan. Asesmen risiko masih dilakukan
resiko secara global. Unit ICU belum menyerahkan
register risiko kepada Komite PMKP
Mengembangkan sistem Unit ICU secara aktif dan periodic melaporkan setiap insiden
pelaporan yang terjadi. Pelaporan setiap bulan melalui laporan bulanan unit
ICU yang diserahkan kepada Komite PMKP. Tindak lanjut
pelaporan insiden diserahkan kepada unit ICU dan
berkolaborasi dengan komite PMKP Rumah Sakit
Melibatkan dan Pengukuran indikator ini bertujuan untuk menghargai dan
berkomunikasi dengan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya secara aktif
pasie dan masyarakat waktu terjadi insiden. Sejauh ini belum ada pendokumentasian
keterlibatan antara pasien dan keluarga bila terjadi insiden.
Pelaporan biasanya dibuat melalui Layanan Pelanggan bila terjadi
complain dari pihak pasien dan keluarga dan penyelidikan
insiden dilakukan internal
oleh pihak rumah sakit.
24
Belajar dan berbagi Belum ada pendiskusian antara jajaran staf ICU akan analisis
pengalaman tentang insiden. Kajian insiden hanya dilakukan oleh kepala ruangan
keselamatan pasien ICU dan belum ada identifikasi yang mendalam
terkait insiden dan risiko yang mungkin dapat terjadi.
Mencegah cedera melalui Sejauh ini, seluruh staf ICU sudah membuat asuhan pasien
implementasi keselamatan terintegtasi. Akan tetapi, penilaian apakah asuhan pasien itu lebih
pasien baik dan aman dalam mencegah insiden belum ada parameter dan
penilaian lebih lanjut. Belum ada umpan balik
dari setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
25
pemberian stiker LASA pada obat-obat high alert. Lemari
LASA tersimpan di dekat nurse station yang dapat
memudahkan untuk pengambilan sediaan obat.
Tepat lokasi, tepat prosedur Tidak ada pengukuran inidaktor ini di Unit ICU Rumah
dan tepat pasien operasi Sakit Panti Waluya Sawahan karena unit ini tidak
melayani prosedur operasi.
Pengurangan Risiko Infeksi Pengukuran indikator ini dilakukan dengan ketepatan cuci
Terkait Pelayanan tangan oleh semua staf ICU. Indikator ini juga merupakan
Kesehatan salah satu indikator PPI yang tidak diukur di
dalam indikator unit tersendiri.
Pengurangan Risiko Pasien Upaya untuk mengurangi risiko pasien jatuh adalah dengan
Cedera Akibat Jatuh memberikan gelang risiko jatuh serta melakukan penyesuaian
akan tempat tidur pasien yang dapat mengurangi probabilitas
untuk risiko pasien jatuh (dengan rel pada tempat tidur) serta
perbaikan sarana dan infrastruktur di ICU yang aman untuk
pasien dan
staf.
26
1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) di Rumah Sakit
Jenis Tenaga Keputusan Menteri Kesehatan Kondisi existing SDM
Republik Indonesia Nomor Layanan Intenstive Care
1778/MENKES/SK/XII/2010 Unit Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan
Kepala ICU/ Dokter Spesialis Anestesiologi/ Dokter Spesialis
Penanggungjawab Spesialis lain yang terlatih Anestesiologi yang
ICU perawatan intensif merangkap sebagai dokter
Terdidik dan bersertifikat penanggungjawab ICU dan
sebagai seorang spesialis dokter anestestiologi kamar
intensive care medicine operasi.
melalui program pelatihan dan
pendidikan
Mendarmabatikan lebih dari
50% waktu profesi dalam
pelayanan ICU
Bersedia berpartisipasi dalam
suatu unit yang memberikan
pelayanan 24 jam
Mampu melakukan prosedur
critical care
27
dokter jaga standby di
ruangan ICU)
Perawat Minimal 50% dari jumlah seluruh 62,5 % dari jumlah seluruh
perawat merupakan perawat terlatih perawat di ICU merupakan
pelayanan intensif perawat terlatih dan
bersertifikat ICU
Tenaga non Tenaga administrasi Ada tenaga administrasi dan
kesehatan mempunyai kemampuan kebersihan.
mengoperasikan komputer
yang berhubungan dengan
masalah administrasi.
Ada tenaga pekarya dan
kebersihan
28
a. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi 2. Memiliki akses masuk tersendiri (akses
dari luar satu pintu untuk pasien), 1 pintu tersendiri
b. Merupakan ruangan aseptic & ruangan untuk staf medis.
antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca. 3. Adanya alat pemadam kebakaran api
c. Bangunan: ringan yang tersebar di beberapa titik
• Terisolasi dilengkapi dengan : ruangan.
– Pasien monitor, 4. Memiliki Instalasi pipa air.
– Alat komunikasi, 5. Belum terlihat adanya pengaturan suhu dan
– Ventilator, kelembaban.
– AC, Pipa air, 6. Memiliki akses komunikasi memadai (ada
– Exhouse fan untuk jaringan internet dan telepon yang cukup)
mengeluarkan udara, 7. Memiliki intalasi untuk kebutuhan
• Lantai mudah dibersihkan, keras dan monitor pasien.
rata, 8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan
• Tempat cuci tangan yang dapat kelembaban di kontrol dengan pembiakan
dibuka dengan siku & tangan kuman secara berkala (terlihat dari laporan
• Pengering setelah cuci tangan laboratorium klinik untuk uji kuman)
d. Area pasien
• Unit Terbuka : 12- 16 M 2. Ruang ICU dibagi menjadi beberapa area
• Unit Tertutup : 16-20 M 2 yang terdiri :
• Jarak antara tempat tidur : 2 meter 1. Area pasien.
• Outlet oksigen, : 1 untuk tiap tempat a. Terdiri dan 5 tempat tidur dan 1 tempat
tidur tidur anak
• Stop Kontak : 2 / Tempat Tidur b. Diutamakan untuk pasien - pasien
e. Area Kerja kardio dan pemasangan ventilator
•Suhu ruangan diusahakan 22-25° C, c. Merawat pasien secara umum yang
nyaman , energi tidak banyak keluar. sesuai dengan indikasi pasien masuk
• R.Dokter & R. Perawat ICU
• R.Tempat buang kotoran d. jarak antar tempat tidur ± 1,5 m.
•R. tempat penyimpanan barang & obat e. Setiap ruangan ada wastafel tempat
• R. tunggu keluarga pasien untuk cuci tangan
29
•Sumber air, Sumber listrik cadangan/ f. Satu tempat tidur ada satu outlet
generator, emergency lamp, oksigen
• Suction sentral g. Di setiap tempat tidur terdapat
f. Tersedia lemari alat tenun & obat, 6 stop kontak, dan di sediakan stop
instrument dan alat kesehatan dan lemari kontak sambungan jika diperlukan.
pendingin (kulkas) 2. Area kerja meliputi
g. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat- a. Nurse Station berada ditengah -
alat khusus. Tempat tidur harus yang tengah antara tempat tidur (desain
beroda dan dapat diubah dengan segala sirkuler)
posisi. b. Almari untuk data, troli emergency dan
h. Tempat dokter & perawat harus obat berada di tengah dekat dengan
sedemikian rupa sehingga mudah untuk nurse station.
mengobservasi pasien b. Ada ruang penyimpanan alat medis
bersih, ventilasi mekanik, pompa infus,
pompa syynge, cairan, dan linen
bersih.
c. Ruangan yang berfungsi sebagai
gudang tempat penyimpanan alat - alat
rumah tangga.
d. Ruang pembuangan alas bahan kotor.
e. Ruang tunggu keluarga pasien kurang
representatif dan tidak cukup luas
serta ruangan masih
terbuka (terkena angin)
30
E. Faktor Pre Hospital, Intra Hospital, dan Post Hospital yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Pasien dan Kualitas Kehidupan Pasien
Ada beberapa faktor pre hospital, inra hospital, dan post hospital yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan pasien. Dengan adanya beberapa
faktor terkait dapat membawa gap atau ketidaksesuaian dalam proses pelayanan sehingga dapat mengganggu kualitas kehidupan pasien-pasien kritis terutama
di ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan.
Berikut penulis tampilkan analisa faktor beserta gap dan rekomendasi dari masalah yang kami temui di Instalansi ICU Rumah Sakti Panti Waluya
Sawahan:
Tabel. Gap dan rekomendasi
Faktor Pre Hospital, Analisa Gap dan penyebab Usulan Solusi
Intra Hospital, dan Post
Hospital
Pre Biaya Untuk pasien umum dengan tanpa kegawatdaruratan, sebelum masuk ICU pasien Evaluasi kebijakan rumah sakit
Hospital Masuk ICU harus melakukan deposit uang muka terlebih dahulu sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit terkait deposit uang muka agar
Panti Waluya Sawahan dapat terhindari dari gugatan
Menurut Undang-undang 44 tahun 2009, rumah sakit tidak diperbolehkan menarik hukum.
uang muka atau deposit. Tertulis pada ayat 29 poin (f), " Setiap rumah sakit mempunyai Perlu adanya pengukuran dari
kewajiban melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas tim tarif terkait dengan cost
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, yang harus ditanggung pasien.
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti Apabila
sosial bagi misi kemanusiaan". Dalam Pasal 36 ayat 2 disebutkan, "Dalam keadaan memungkinkan untuk pasien-
darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien tidak mampu ada
pasien dan/atau meminta uang muka." kebijakan dari rumah sakit
untuk melakukan corporate
31
social responsibility atau ada
kebijakan yang lain.
Kondisi Penerimaan pasien membutuhkan pelayanan intensif (paska operasi, kondisi gawat Evaluasi alur dan melakukan
pasien darurat dan lain-lain) ditentukan berdasarakan prioritas masuk ICU. Dalam beberapa kasus, simplifikasi untuk kasus life
proses penerimaan pasien cenderung lama dan birokratis karena harus melewati beberapa saving dan kritis.
tahapan. Ditambah lagi, dengan adanya pandemi covid- 19 tidak semua pasien bisa
mendapatkan layanan ICU di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan karena keterbatasan
sarana dan fasilitas.
Sejauh pengamatan penulis, alur umum sudah baik, yang menjadi perhatian adalah
simplifikasi alur, karena pasien kritis cenderung membutuhkan pelayanan
yang cepat dan juga ketenangan di dalam pengambilan keputusan layanan klinis.
Pemilihan Faktor jarak dan lingkungan rumah sakit menjadi salah satu faktor bagi pasien Perlu dipikirkan untuk membuat
rumah sakit dalam memilih layanan ICU di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan. Rumah sakit Panti area IGD lebih leluasa dan
(jarak, Waluya Sawahan yang terletak di pusat kota yang merupakan rumah sakit tipe B menjadi lapang untuk memudahkan
lingkungan salah satu rujukan dalam BPJS Kesehatan. Akan tetapi, akses masuk dari IGD untuk transfer pasien kritis dari luar
rumah sakit) kendaaran mobil menjadi terhambat karena adanya tenda rumah sakit.
skrining untuk pasien covid-19.
Intra Pelayanan Pelayanan pasien kritis di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan sesuai dengan Perbaikan sistem informasi dan
Hospital pasien kritis Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010. edukasi kepada pasien dan
Yang perlu menjadi perhatian adalah mengenai informasi dan edukasi terhadap pasien dan keluarga yang berulang secara
keluarga. Secara dokumentasi, pemenuhan hak pasien dan keluarga sudah berkala secara tertulis.
terdokumentasi dalam form rekam
medis pasien, tetapi perlu adanya pemberian informasi yang benar-benar jelas
32
sesuai dengan tingkat pendidikan, psikologis dan keadaan pasien. Seluruh kasus yang
masuk dalam ICU merupakan pasien kritis dengan prognosis yang hampir tidak baik. Oleh
karena itu perlu adanya pendekatan dan pola berkomunikasi ke pasien terkait pelayanan
ICU mulai dari awal sampai akhir.
Yang ditemukan adalah pemberian informasi terkait kasus pasien kepada keluarga
seringkali dilakukan dengan metode lisan. Keluarga pasien sebenarnya sudah diminta
untuk menandatangani form pemberian informasi, tetapi form itu hanya di awal admisi,
bukan form yang berkesinambungan selama proses
pelayanan.
Risiko medis Instalansi ICU merupakan suatu unit pelayanan sentral yang berada di rumah sakit. Perlu adanya peningkatan skil
pasien kritis Pasien yang dirawat di Instalansi ICU adalah pasien yang dalam kondisi kritis dan dari SDM untuk mampu
mengancam nyawa. Perawatan tersebut bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mengurangi risiko morbiditas
mencegah terjadinya kematian. Namun, kematian di Instalansi ICU tidak dapat dihindari ditunjang dengan
pada beberapa pasien karena tingkat keparahan penyakit yang tinggi. peningkatan sarana dan
Dengan pertimbangan bahwa Instalansi ICU merupakan unit dengan angka prasarana yang mumpuni.
probabilitas kejadian morbiditas yang tinggi seharusnya dapat membuat staf dan rumah
sakit siap dalam memberikan pelayanan yang dapat menunjang harapan hidup pasien di
ICU. Menurut laporan kinerja ICU tahun 2020, rerata pasien per bulan yang meninggal
dalam tahun 2020 adalah 26,9% dari 251 pasien yang masuk, dengan penyakit dalam yang
menempati diagnosa paling tinggi, yakni sekitar 60%
di Instalansi ICU.
33
SDM Sejauh ini kepala ICU memang seorang dokter spesialis anestesiologi. Akan tetapi, Perlu adanya penambahan
menjadi persoalan jika dokter tersebut cuti dan tidak mempunya dokter home anestesi lain. dokter spesialis
Akibatnya jika ada kegawatan atau kasus-kasus yang memerlukan atensi khusus di ruang anestesiologi sesuai dengan
ICU, maka ada pelimpahan wewenang pada dokter jaga IGD yang berkolaborasi dengan pembagian jadwal jaga ruang
dokter penanggungjawab pasien (dokter spesialis terkait). Belum ada pelimpahan ICU. Sejatinya ruang ICU
wewenang yang jelas pula sewaktu jeda waktu antara penanganan dokter IGD tersebut harus dijaga oleh dokter
dengan dokter spesialis yang belum dapat hadir sewaktu ada tindakan. Hal ini berpotensi 24 jam, tetapi yang sering
terjadi gangguan malpraktik apabila tindakan dari dokter IGD tidak sesuai dengan indikasi terjadi adalah dokter tidak
karena kompetensinya tidak cukup adekuat untuk menangani kasus kritis. berada di tempat (on call),
hanya ada perawat jaga.
Dengan adanya
penambahan dokter
spesialis anestesiologi
diharapkan potensi
kegawatan tidak bertambah
parah karena
memungkinkan untuk
prosedur life saving oleh
tenaga ahli yang mumpuni.
Sarana dan ICU merupakan unit pelayanan rawat inap dirumah sakit yang memberikan Perlu adanya peningkatan skil
prasarana perawatan khusus pada penderita yang memerlukan perawatan yang lebih intensif,yang dari SDM untuk mampu
unit ICU mengalami gangguan kesadaran, gangguan pernafasan, dan mengurangi risiko morbiditas
mengalami serangan penyakit akut. ditunjang dengan peningkatan
34
Menurut pengamatan penulis, Instalani ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan sarana dan prasarana yang
menyediakan berbagai, sarana dan prasarana serta peralatan khusus. Hal ini dibuktikan mumpuni. Secara khusus,
dengan komposisi sarana prasarana yang sudah sesuai dengan klasifikasi rumah sakit tipe penambahan ventilator khusus
C dengan perawatan intensif tipe sekunder. Dengan adanya kelengkapan alat, sarana dan untuk covid dan ruang ICU
prasarana dapat mendukung dan mempengaruhi pasien dalam menilai suatu pelayanan di khusus untuk pasien covid tanpa
rumah sakit. harus
Selama masa pandemi covid-19, yang menjadi hambatan adalah ketika ada pasien mengganggu pelayanan pasien
covid yang membutuhkan ventilator. Sedangkan ketersediaan ventilator di rumah sakit saat non covid.
itu belum mencukupi untuk pelayanan non covid. Di awal pandemi, Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan kesulitan untuk membagi dan mengalokasikan kebutuhan pemakaian
ventilator, karena penggunaan alat tersebut juga masih
dibutuhkan untuk pasien non covid.
Post Pembiayaan Pembiayaan pasien setelah keluar dari ICU Rumah Sakit Panti Waluya Perlu adanya kebijakan terkait
Hospital Keluar ICU Sawahan cenderung tidak memiliki hambatan yang berarti. Sebagian besar dari pasien biaya pasien umum di ICU
berusaha menuntaskan kewajiban administrasi kepada pihak rumah sakit dengan Rumah Sakit Panti Waluya
melunaskan pembiyaan pelayanan ICU. DIkarenakan Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan.
Sawahan merupakan rumah sakit non profit dan merupakan salah satu rumah sakit
keagamaan yang memiliki misi untuk memberikan pelayanan kepada orang yang
membutuhkan, maka ada sedikit penyesuaian kebijakan terkait kasus kendala biaya paska
layanan ICU terutama dalam potongan dan keringanan biaya. Hal ini belum
terdokumentasi dengan jelas karena kebijakan dapat berubah tergantung verifikasi dari
pihak Manajemen Rumah Sakit dan bisa berbeda antara
satu kasus dengan kasus lain.
35
Perawatan Kondisi keluar layanan ICU mendapatkan beberapa kemungkinan: keluar hidup
paska transfer ke rumah sakit lain, keluar hidup dipindah ke ruang perawatan, keluar meninggal.
Keluar ICU Perawatan yang dapat diberikan untuk keluar hidup rujuk ke rumah sakit lain adalah
perihal transfer pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Prosedur yang tepat dan
benar terkait dengan proses transfer pasien wajib diterapkan di rumah sakit karena ada
persyaratan regulasi yang ada. Terkait dengan prosedur transfer pasien menjadi penting
karena berhubungan erat dengan keselamatan pasien.
Belum ada pendokumentasian yang cukup rinci di dalam Instalansi ICU Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan terkait transfer pasien ke rumah sakit lain. Dengan adanya
pandemi covid-19, transfer pasien yang mengancam nyawa ke rumah sakit lain dilakukan
dengan latar belakang keterbatasan sarana prasana di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
yang saat itu belum memiliki perlengkapan
yang cukup mumpuni.
36
Bab IV
Kesimpula
Pelayanan ICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan dilakukan berdasarkan dasar aturan yang
berlaku baik dari eksternal maupun internal. Dalam observasi dan hasil wawancara serta telusur
dokumen, didapatkan masih ada permasalahan/ gap yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan ICU
sehingga pelayanan menjadi substandard mulai dari risiko hukum, aspek sumber daya manusia,
lingkungan rumah sakit, proses layanan klinis pasien hingga dimensi mutu dan keselamatan pasien.
Pemecahan masalah adalah dengan mengidenfitikasi masalah yang ada lalu membuat action
plan dari berbagai macam masalah terkait yang melibatkan stakeholder dari masing-masing rumah
sakit yang mengacu kepada regulasi dan Visi Misi Rumah Sakit. Dengan adanya program dan
perencanaan yang baik, diharapkan pelayanan pasien intensif di ruang ICU Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan dapat memberikan akses kemudahan bagi pasien dan menunjang kehidupan pasien-pasien
kritis, serta memberikan layanan klinis yang paripurna demi terciptanya keselamatan pasien dan
rumah sakit.
37
REFERENSI
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
38