Nomor : P-1.160.b/RSIF/SK-PPICU/VI/2016
Tertanggal : 24 Juni 2016
Tentang : Pedoman Pelayanan ICU RS.ISLAM FATIMAH BANYUWANGI
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah tersedianya pelayanan intensif. Instalasi perawatan
intensif (IPI) di RSI Fatimah Banyuwangi terdiri atas beberapa bagian yaitu Intensive Care Unit
(ICU) dan Intermediate.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah
kepala bidang pelayanan medis), dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU
menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-
fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman
dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca bedah. Pada
sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah. Dimulai
sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana pasien-pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan
pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada sekitar awal
tahun 1950, dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot-otot pernafasan. Dokter spesialis
antologi yang dipelopori oleh BjØrn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan memeberikan
bantuan napas secara manual mirip yang dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa
kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis bulbar dan
bahkan menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%, disbanding dengan cara sebelumnya yakni
penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstrom membuat
ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat efektif member pernafasan jangka panjang.
Sejak saat itulah ICU dengan perawatan pernapasan mulai terbantuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi mekanis
saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine.
Ruang lingkup pelayanan ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien dewasa ataupun pasien
anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus dapat
memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada unit perawatan intensif (ICU), perawatn untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain dukungan itu sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan
pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus, terbatasnya sarana dan
prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.
• TUJUAN PEDOMAN
• Tujuan Umum
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
• Tujuan Khusus
• Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan Instalasi Perawatan Intensif (IPI) di Rumah
Sakit Islam Fatimah Banyuwangi.
• Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien Instalasi Perawatan Intensif
(IPI) di Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi.
• Menjadi acuan pengembangan pelayanan Instalasi Perawatan Intensif (IPI) di rumah
sakit Islam Fatimah Banyuwangi.
• BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan Standar
Prosedur Operasional.
• Pelayanan Instalasi Perawatan Intensif (IPI)
Pelayanan Instalasi Perawatan Intensif (IPI) meliputi dukungan fungsi organ-organ vital
seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada
pasien dewasa ataupun pasien anak.
• LANDASAN HUKUM.
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit..
• Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit.
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
• Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
• Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
• Standar Asuhan Keperawatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1997.
• Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 1999.
• Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2001.
• Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2001.
• Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005.
• Pedoman Perancangan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2005.
• Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan Puskesmas, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2006.
• Standar Umum Pelayanan Anestesiologi Dan Reanimasi Di RS, Departemen Kesehatan 1999.
• Standar Pelayanan ICU, Departemen Kesehatan 2003.
• Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di ICU, Departemen Kesehatan 2004.
• Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Departemen Kesehatan 2006.
BAB II
RUANGAN
2.1. ICU
Ketetapan pasien masuk rawat di ICU harus memenuhi kriteria medis masuk, keluar serta
rujukan kriteria medis yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi. Batasan
Kriteria Perawatan ICU diperuntukkan pasien anak, dewasa, lansia, isolasi, dan DNR. Penetapan
DPJP utama untuk pelayanan intensif adalah dokter spesialis anastesi (pasien dengan ventilator) dan
dokter spesialis yang merawat dengan Diagnosa penyakit terberat pasien. DPJP utama berkolaborasi
dengan DPJP lain dalam hal penatalaksanaan pasien yang dirawat di pelayanan intensif dengan cara
konsultasi ataupun rawat bersama.
Konsul DPJP
Diterima Ditolak
Seorang dokter intensif adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi berikut :
• Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program pelatihan
dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
• Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efesien
• Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
• Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/minggu
• Mampu melakukan prosedur Critical Care, antara lain :
- Sampel darah arteri
- Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal, trakeostomi
perkutan dan ventilasi mekanis
- Mengambil kateter intravaskuler untUk monitoring invasive maupun terapi invasif
misalnya; peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter vena central (CVP)
- Resusitasi jantung paru
- Pipa torakostomi
• Melaksanakan dua peran utama
- Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis
dapat mengelola sendiri atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis
mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
- Hemodinamik tidak stabil
- Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
- Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
- Gangguan atau gagal ginjal akut
- Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
- Kelebiha dosis obat, reaksi obat, atau keracunan obat
- Ganguan Koagulasi.
• Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit yang
diperlukan untuk memberipelayanan-pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan
konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
- Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
- Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
- Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan termasuk
supervisi koleksi data
- Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin kelancaran
pelayanan di ICU
- Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine :
- Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature kedokteran
- Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan
- Menguasai standar-standar untuk unit Critical Care.
- Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner
• DISTRIBUSI KETENAGAAN
KUALIFIKASI
JML
NAMA JABATAN FORMAL & FUNGSI
SDM
INFORMAL
Ka. Instalasi ICU Spesialis anastesiologi Managerial 1
Pelatihan ACLS dan BLS
Ka. Perawat ICU D3 keperawatan Managerial 1
Pelatihan ICU
Pelatihan manajemen
bangsal
Penanggung jawab shift D3 keperawatan ( masa Melakukan 3
kerja 5 – 10 tahun ) Administrasi
Bantuan hidup dasar dan keperawatan
bantuan hidup lanjut &bertanggung jawab
terhadap kelancaran
tugas dalam shift
Perawat Pelaksana D3 keperawatan Melakukan tindakan- 3
Bantuan hidup dasar dan tindakan keperawatan
bantuan hidup lanjut sesuai SPO
STANDAR
JUMLAH YANG
NO JENIS KELENGKAPAN ICU
DIMILIKI
PRIMER
Hamilton
1 Ventilasi mekanik 1
C1
2 Alat hisap Ada 1
3 Peralatan monitor ada 3
• Invasive Tidak ada Tidak ada
• Monitor tekanan darah invasive Tidak ada Tidak ada
• Tekanan vena sentral Tidak ada Tidak ada
• Tekanan arteri pulmonalis Tidak ada Tidak ada
• Non invasive
• Tekanan darah Ada 5
• EKG dan laju jantung Ada 1
• Saturasi oksigen Ada 5
• Kapnograf Tidak ada -
4 Suhu (termometer) Ada 3
5 Defibrilator Ada 1
6 Peralatan Drain thoraks Tidak Ada Tidak ada
7 Pompa infus dan pompa syringe Ada 1/5
8 Bronchoscopy Tidak ada -
9 Peralatan portable untuk transportasi Tidak Ada -
10 Tempat tidur khusus Ada 4
11 Lampu untuk tindakan Ada 1
12 Hemodialisa Tidak Ada -
13 Oksigen sentral Ada 5 outlet
Emergency trolly
14 (Airway, laringoscop, ambu bag, O2, Ada 1
adrenalin, dll )
• Standar alat pencatatan dan pelaporan di ruang ICU dengan kapasitas 4 pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang harus mampu dilakukan anatara lain:
- Bantuan hidup dasar / BLS (Basic Life Support)
- Terapi oksigen
- Memberikan obat-obatan pemeliharaan atau stabilisasi seperti obat inotropic, obat
antinyeri, obat aritmia, obat yang bersifat vasoaktif dll
- Memberikan nutrisi enteral atau parenteral
- Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien
- Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan
PASIEN BARU
a. Bantuan hidup dasar/Basic Life Support (BHD/ BLS) dan bantuan hidup lanjut /Advance
Life Support (BHL/ALS)
• Jalan Nafas ( Airway ): membebaskan jalan nafas, bila perlu menggunakan alat bantu
jalan nafas, seperti pipa oropharingeal atau pipa nasopharyngeal. Dokter jaga juga harus
mampu melakukan intubasi endotrakeal bila diindikasikan dan segera memindahkan/
merujuk pasien
• Pernafasan/ ventilasi
• Sirkulasi : resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan kompresi jantung luar
b. Terapi oksigen
Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien dengan berbagai alat pengalir oksigen,
seperti kanul nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan reservoir dan sebagainya
c. Penggunaan obat – obatan untuk pemeliharaan/ stabilisasi (obat inotropik,obat anti nyeri,
obat aritmia jantung, obat – obatan yang bersifat vasoaktif, dan lain – lain).
d. Nutrisi enteral atau parenteral.
e. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien
f. Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan
c. Pasien yang tidak perlu atau tidak dapat masuk Intermediate RSI Fatimah
Pasien dengan fase terminal suatu penyakit ( seperti :kanker stadium akhir)
Pasien atau keluarga yang menolak untuk di rawat di Intermediate (atas
dasar“informed consent”)
Pasien dengan infeksi droplet atau airborne seperti pasien yang dicurigai
tuberculosis (TBC) atau sudah dinyatakan positif TBC atau infeksi lain yang
memerlukan perawatan isolasi, harus dirujuk ke rumah sakit lain.
d. Contoh Kasus Indikasi Masuk Berdasarkan keluhan sistem Organ
Sistem kardiovaskuler
1. Miokard infark dengan hemodinamik stabil
2. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
3. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung
sementara/menetap dengan hemodinamik stabil
4. Gagal jantung kongestif NYHA class I dan II
5. Hipertensi urgensi tanpa ada gagal organ target
Sistem Pernafasan
Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif
Sistem Saraf
1. Cedera kepala sedang sampai berat atau stroke yang stabil yang
memerlukan tirah baring dan memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara
khusus seperti hisap lendir berkala
2. Cedera sumsusm tulang belakang bagian leher yang stabil
Sistem Saluran Cerna
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon
dengan pemberian cairan
Sistem endokrin
Ketoasidosis diabetikum dengan infus insulin yang konstan
Pembedahan
Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih membutuhkan
resusitasi cairan
Kebidanan dan Kandungan
Preeklampsia pada kehamilan atau pasca persalinan
Dokter jaga ruangan atau IGD melaporkankan kepada DPJP terkait kondisi pasien
untuk masuk Intermediate
DPJP menyetujui pasien masuk Intermediate sesuai indikasi dan kemudian
memberikan terapi/advice
Penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan untuk ke bagian administrasi
Perawat ruang Intermediate diinformasikan oleh bagian admisi terkait dengan
masuknya pasien ke Intermediate
Perawat IGD/Poli menjelaskan secara singkat kondisi pasien yang akan masuk ke
HCU via telepon ke perawat Intermediate
LOGISTIK.
3.1 PENGERTIAN
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan
dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material-material/alat-alat.
ALAT TULIS
JMLH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 BOLPOINT MERAH 25
2 BOLPOINT STANDART/BIASA 36
3 BUKU EKSPEDISI 15
7 BUKU TULIS 38 20
9 CLIP (B) 5
10 CLIP (K) 5
11 ISI CUTTER (K) 2
26 LEM POVINAL 20
27 MAP PLASTIK 10
28 PENGGARIS 30 CM 2
29 PENGHAPUS BOLPOINT 2
30 PENGHAPUS PENSIL 2
31 PENSIL 2 B 12
39 STABILLO 6
40 STIPO KIROKO 2
PERCETAKAN
JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 AMPLOP RSMG 3
6 ELECARDIOGRAM/RIM 1
7 GRAFIK /RIM 1
12 PERMINTAAN CT-SCAN
RUMAH TANGGA
JUMLAH
NO NAMA BARANG
BARANG
1 ALKALINE A 3 6
6 GAYUNG 5
8 GUNTING (T) 2
11 SABUN BATANGAN 3
12 SABUN MEDICARE 50
14 SEDOTAN BENGKOK 50
15 SILET 2
16 SOKLIN 1 KG 24
18 SUNLIGHT 400 ML 2
20 TISSUE SEE U 50
21 ALAT CUKUR 1
22 WASLAP 50
ALAT KESEHATAN
1 AMBUBAG 2
2 CERTOFIX TRIO 12
3 ECG PAPER GE 45
6 LAMPU LARINGOSCOPE 1
10 SOFSILK 12
11 STETOSCOPE SPECTRUM 2
13 TENSIMETER DIGITAL 2
14 URINAL 2
15 VENOCATH 16 15
16 VENOCATH 18 30
OBAT
2 LIDOCAIN INJ/100 10
4 ATROPIN INJ/100 KF 10
HAM/LASA
1 ARIXTRA INJ 2
2 CA GLUCONAS INJ 2
3 DEXTROSE 40% 6
4 DOPAMIN INJ 1
5 FARSORBID INJ 4
6 FENTANYL INJ 1
8 MEYLON INJ 2
9 MGSO4 40% 1
10 MIDAZOLAM INJ 1
12 SEDACUM INJ 1
13 TYARIT INJ 3
14 VALISANBE INJ/10 4
1 ACRAN INJ 1
2 AMINOPHYLLIN INJ 4
3 AMIKASIN INJ 1
4 AS TRANEXAMAT INJ 3
5 BRAINOLIN INJ 3
6 CEFTRIAXONE INJ 2
7 PZ 25ML 2
8 CORTIDEX INJ 8
9 DEXAMETASONE INJ 2
10 DULCOLAX SUPP 2
11 FARMABES 4
12 FUROSEMIDE INJ 5
13 LASIX INJ 7
14 KETOROLAC INJ 3
15 RATIVOL INJ 1
16 KETROS SUPP 1
17 KUTOIN INJ 2
18 SANEXON INJ 1
19 METRONIDAZOLE INF 3
20 NSB INJ 4
21 NOVORAPID 1
22 PIRACETAM INJ 2
23 PROPYRETIC 160 1
24 BLISTRA INJ 5
25 PULMICORT INJ 3
26 PLASMINEX INJ 3
27 RAIVAS INJ 4
28 SANTAGESIC INJ 5
29 TOMIT INJ 1
30 TRADOSIK INJ 2
31 TROVENSIS INJ 2
32 VENTOLIN NEB 2
33 VIT K INJ 1
34 ONDANCETRON INJ 2
35 WFI 7
36 RANITIDINE INJ 2
CAIRAN
1 ASERING 5
2 D5 500ML 4
3 D10 0,18NS 3
4 D10% 3
5 FUTROLIT 1
6 GELAFUSAL INF 1
7 KAEN 1B 1
8 KAEN 3B 3
9 KAEN 3A 3
10 PZ 100ML 2
11 PZ 500ML 8
12 MANITOL 2
13 RD 5 3
14 RL 2
15 HAES STERIL 1
16 HYDROX 1
17 INFUMAL 1
18 LEVO INFUS 1
ALKES
1 BLOODSET 2
2 ELECTRODE 16
3 ETT NO 3 1
4 ETT NO 4 1
5 ETT NO 5 1
6 ETT NO 6 1
7 ETT NO 6.5 1
8 ETT NO 7 1
9 ETT NO 7.5 1
10 ETT NO 8 1
11 F.CATETER NO 8 2
12 F.CATETER 16 1
13 F.CATETER 18 1
14 DERMAVIX IV 8
17 FEEDING TUBE 4 2
18 FEEDING TUBE 6 2
19 FEEDING TUBE 8 2
20 FEEDING TUBE 5 1
22 INTRAFIX 2
23 SOLUSET 2
26 MASKER O2 ANAK 2
27 MASKER O2 DEWASA 2
30 MAYO 50 CM 1
31 MAYO 60 CM 2
32 MAYO 70 CM
33 MAYO 80 1
34 MAYO 90CM
35 MAYO 100 CM 3
36 MAYO 110 CM 1
37 NASAL DEWASA 2
38 NASAL ANAK 2
39 JARUM 18 5
40 JARUM 23 3
42 PERFUSOR 3
43 TRIWAY STOPCOCK 5
44 SPUIT 1ML 3
45 SPUIT 3ML 9
46 SPUIT 5ML 14
47 SPUIT 10ML 12
48 SPUIT 20ML 6
51 STOMACH TUBE 12 1
52 STOMAVH TUBE 16
53 STOMACH TUBE 18 1
54 SURFLO 16 1
55 SURFLO 20 1
56 SURFLO 22 1
57 SLYM SUCTION 8 2
58 SLYM SUCTION 12 2
59 UROBAG 2
60 POLYFLEX 26 4
61 TROGE 24 4
62 VASOFIX 20 3
63 VASOFIX 22 1
64 VASOFIX 18 1
65 TRANSOFIX 1
66 MASKER ANES M 1
67 MASKER ANES L 1
69 LEAD SPO2 5