Anda di halaman 1dari 26

Lampiran

Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Sumber Waras


Nomor : 000 / RSSW / Dir.Ut / Per / VII / 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensive
Rumah Sakit Sumber Waras

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIVE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,
manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non
diskriminatif dan norma-norma agama. Serta pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,
perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan nasional.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa
upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah
keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat
menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.

1
B. Tujuan
Pelayanan Instalasi Rawat Intensive yang diberikan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan
kedokteran mutakhir serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal.
Tujuan Instalasi Rawat Intensive adalah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal
melalui prosedur dan tindakan yang dapat di pertanggungjawabkan sesuai dengan standar.

C. Ruang Lingkup Instalasi Rawat Intensive


Ruang lingkup Instalasi Rawat Intensive merupakan suatu proses yang berkesinambungan, tidak
berhenti dan selalu berkembang seiring dengan adanya pemeriksaan yang berkelanjutan.
Lingkup Pelayanan Instalasi Rawat Intensive meliputi :
1. Melakukan anamnesa terhadap pasien, keluarga dan saksi yang menyaksikan bagaimana
pasien tersebut mengalami penyakit tersebut, serta mencari kemungkinan hubungan
penyakit sekarang dengan penyakit terdahulu.
2. Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan memfokuskan pemeriksaan fisik
sesuai dengan anamnesa, dan sesuai dengan kemungkinan diagnosa, serta menentukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
3. Melakukan Edukasi secara menyeluruh kepada pasien dan keluarga mengenai kemungkinan
diagnose dan kemungkinan resiko yang akan terjadi, serta penatalaksanaan yang akan di
berikan.
4. Melakukan Tindakan Medis kepada pasien, baik yang emergensi maupun yang
berkelanjutan sesuai dengan PPK yang berlaku di Rumah Sakit.
5. Melaksanakan program terapi sesuai dengan SPO yang berlaku di Rumah Sakit.

D . Batasan Operasional
Penyelenggaraan Instalasi Rawat Intensive di Rumah Sakit Sumber Waras dilaksanakan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional dan Panduan Praktek Klinis secara tepat dan benar.

Adapun batasan operasional dan pelaksanaannya mencakup :


1. Melakukan anamnesa, riwayat penyakit dahulu dan sekarang
2. Melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
3. Menentukan pemeriksaan penunjang yang di butuhkan untuk menegakkan diagnose
4. Menegakkan diagnosa sementara
5. Melakukan pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan resiko
yang akan di hadapi
6. Memberikan penatalaksanaan baik berupa terapi obat maupun tindakan

2
7. Melakukan follow up setiap hari nya dan memberikan edukasi secara berulang kepada pasien
dan keluarga mengenai perkembangan penyakit pasien.

Setiap dokter di haruskan melakukan tahap tahap tersebut secara berkesinambungan dan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional dan Panduan Praktek Klinis.

E. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/Sk/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Tenaga Medis


Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis di RS.
Para Staff medis yang tergabung dalam Kelompok Staff Medis di organisasi oleh
kepala/direktur RS.
Tenaga Medis yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP).
Tenaga Medis di Rumah Sakit Sumber Waras terdiri dari :
1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi Umum
3. Dokter Spesialis
4. Dokter Gigi Spesialis
5. Dokter Sub Spesialis

Kualifikasi Tenaga Medis Instalasi Rawat Intensive

No Jabatan Kualifikasi
1 Supervisor Instalasi Rawat - Pendidikan S1 Kedokteran
Intensive - Jika ada, Pendidikan Spesialisasi
Anestesi atau Subspesialisasi KIC
- Berpengalaman bekerja di ICU

2 Kepala ICU - Dokter Spesialis Anestesi,


Konsultan Intensive Care

3 Dokter Jaga Instalasi Rawat - Pendidikan S1 Kedokteran


Intensive - Memiliki Sertifikat ACLS dan
FCCS.

B. Distribusi Tenaga Instalasi Rawat Intensive

4
No Jabatan Kualifikasi Jumlah Penempatan
1 Supervisor Instalasi S 1 Kedokteran 1 Instalasi Rawat
Rawat Intensive Intensive

2 Kepala ICU Sp.Anestesi, KIC 1 Instalasi Rawat


Intensive

3 Dokter Jaga Instalasi S 1 Kedokteran 4 Instalasi Rawat


Rawat Intensive Intensive

C. Pengaturan Jadwal Tugas


Dalam pengaturan tugas / dinas / jaga tenaga medis, Instalasi Rawat Intensive diatur secara tugas gilir
(shift) menjadi 2 shift dalam waktu 24 jam yaitu :
Dokter Umum
Hari Biasa
1. Dinas pagi : Pukul 07.00 s.d 14.00 WIB
2. Dinas sore - Malam : Pukul 14.00 s.d 07.00 WIB
Hari Libur
1. Dinas 24 Jam : Pukul 07.00 s.d 07.00 WIB

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Area Instalasi Rawat Intensive berada dalam satu lokasi dengan Pelayanan Kesehatan lainnya.
Fasilitas Instalasi Rawat Intensive terbagi untuk :
1. Ruang ICU
2. Ruang ICCU
3. Ruang Perina dan NICU
4. Ruang Intermediate Ward

B. Standar Fasilitas Instalasi Rawat Intensive


Penyelenggaraan pelayanan yang dilaksanakan di Instalasi Rawat Intensive menggunakan peralatan
yang sesuai dengan standar peralatan kesehatan sebagai salah satu aspek pendukung dalam
meningkatkan kualitas pelayanan, tentunya perlu dilakukan suatu pengelolaan peralatan secara
profesional agar dapat menunjang kelancaran pemberian pelayanan khususnya pemberian Pelayanan
Instalasi Rawat Intensive secara efektif dan efisien.
Standar Alat Pelayanan Kesehatan
Penetapan standar alat Pelayanan Medis meliputi : penentuan kebutuhan (jumlah,
spesifikasi, ukuran dan ratio) serta Kalibrasi. Hal ini dilakukan dalam upaya mewujudkan
Pelayanan Instalasi Rawat Intensive yang berkualitas, akurat, efektif dan efisien.

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Cakupan Pelayanan
Instalasi Rawat Intensive di Rumah Sakit Sumber Waras mencakup pelayanan intensif di Ruang
ICU, Ruang ICCU, Ruang Perina dan NICU, serta Ruang Intermediate Ward. Pelayanan Instalasi
Rawat Intensive di setiap ruangan intensif fokus utamanya adalah pemberian pelayanan kepada
pasien secara menyeluruh, sesuai dengan kemampuan dan kompetensi tenaga medis.

1. Pelayanan Medis Dokter Umum Instalasi Rawat Intensive


Dokter umum memiliki tugas dalam pemberian pelayanan di Ruang ICU Ruang ICCU,
Ruang Perina dan NICU, Ruang Intermediate Ward. Waktu shift: 2 shift untuk hari
biasa, dan 1 shift untuk hari libur. Pelayanan pasien di Instalasi Rawat Intensive, adalah
sebagai perpanjangan tangan Dokter Spesialis ( DPJP) dalam observasi pasien di
Instalasi Rawat Intensive, dan menangani kegawatan yang mungkin terjadi pada pasien
di Instalasi Rawat Intensive. Dokter umum juga ber kewajiban untuk melaporkan
kondisi kritikal dengan SBAR ke DPJP pasien tersebut.

2. Pelayanan Medis Dokter Spesialis Instalasi Rawat Intensive


Pelayanan Medis yang di berikan oleh Dokter Spesialis meliputi :
Pelayanan Dokter Spesialis di Instalasi Rawat Intensive memberikan pelayanan kepada
pasien sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan, yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan menyeluruh sejak pasien tersebut masuk ke dalam Instalasi
Rawat Intensive. Dokter Spesialis sebagai DPJP melakukan Follow Up setiap hari
terhadap pasien yang berhubungan dengan pemberian pemeriksaan penunjang sampai
terapi obat dan tindakan, sampai pasien tersebut dapat pindah dari Instalasi Rawat
Intensive atau pulang dari Rumah Sakit.

B. Kriteria Masuk Pasien ICU, HCU, ICCU, dan NICU


Instalasi Rawat Intensive di Rumah Sakit Sumber Waras memiliki kriteria untuk menentukan
pasien yang memerlukan perawatan intensive untuk masing-masing ruangan rawat intensive.
1. Kriteria Masuk Pasien ICU:
 Prioritas 1 (satu): pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
dukungan/bantuan ventilasi mekanik, infuse obat-obat vasoaktif, kontinyu, contaoh
pasien: pasca bedah atau pasien shock sepsis.

7
 Prioritas 2 (dua): pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU.
Jenis pasien yang beresiko dan memerlukan terapi intensif segera. Contoh pasien
yang menderita penyakit dasar jantung, paru, ginjal akut yang berat, atau pasca
pembedahan mayor.
 Prioritas 3 (tiga): pasien jenis ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-
masing atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh pasien ini: pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi, pasien menderita penyakit jantung atau paru
terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
 Pengecualian: Jenis pasien tidak mempunyai kriteria yang sesuai dan hanya dapat
masuk dengan pertimbangan atas persetujuan kepala ICU. Namun, bila perlu pasien
tersebut dapat dikeluarkan mengingat fasilitas yang terbatas. Contoh pasien: Pasien
dengan DNR (Do Not Resuscitate), vegetatif permanen, dan mati batang otak.

2. Kriteria Masuk Pasien HCU:


 Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi
 Hipertensi urgency tanpa ada gagal organ.
 Gangguan pernapasan yang memerlukan fisoterapi yang intensif dan agresif.
 Cedera Kepala Sedang sampai Berat / Stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring
dan memerlukan pemeliharaan jalan napas secara khusus, seperti hisap lendir berkala.
 Cedera sumsum tulang belakang.
 Perdarahan saluran cerna bagian atas dengan ganguan hemodinamik.
 Ketoasidosis Diabetik dengan infuse insulin yang intensif.
 Preeklampsia pada kehamilan atau pasca persalinan.
 Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif.

3. Kriteria Masuk Pasien ICCU:


 Sindrom Koroner Akut dengan atau tanpa komplikasi penyakit penyerta.
 Infark Miokard Akut dengan elevasi segmen ST sampai 24 jam dari timbul gejala.
 Infark Miokard Akut dengan onset kurang dari atau lebih dari 24 jam dengan
komplikasi atau pasien resiko tinggi yang tidak stabil.
 Pasien dengan aritmia jantung yang mengancam jiwa yang dapat disebabkan oleh
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati, penyakit jantung rematik, gangguan
elktrolit, intoksikasi obat.
 Pasien dengan Edema paru akut yang tidak stabil.
 Kegawatan kardiovaskular dengan kriteris fisiologi sebagai berikut:
Kondisi Shock dengan tekanan darah sistolik < 90mmHg atau membutuhkan support
inotopik dan atau vasopresor untuk mencapai tekanan darah sistolik >90mmhg,
produksi urine < 0.5ml/kgBB/jam, Laju nadi > 130x/menit.
 Pasien dengan emboli paru massif.

8
 Kegawatan penyakit katup jantung.
 Kegawatan vascular (diseksi aorta, aneurisma aorta, acute limb ischemic).
 Gangguan irama jantung yang memerlukan pacemaker sementara / menetap.
 Gagal jantung kongestif NYHA class III dan IV.
 Hipertensi urgency.

4. Kriteria Masuk Pasien NICU:


 Pasien dengan gagal orga tunggal dan multiorgan yang mempunyai resiko tinggi
untuk terjadi komplikasi atau perburukan.
 Sistem kardiovaskular: ancaman aritmia jantung, Penyakit Jantung Bawaan dengan
decomp cordis, potensi gagal napas, shock.
 Sistem pernapasan: Transien Tachypneu of newborn (TTN), Hyalin Membrane
Disease (HMD), Pneumonia neonatal, aspirasi mekonium, ancaman gagal napas,
efusi pleura massif, pneumonthorax.
 Penurunan kesadaran oleh sebab gangguan sistem saraf pusat atau infeksi sistem saraf
pusat.

C. Kriteria Keluar Pasien ICU, HCU, ICCU, dan NICU


Instalasi Rawat Intensive di Rumah Sakit Sumber Waras memiliki kriteria keluar dari ruang
perawatan intensive untuk masing-masing ruangan rawat intensive.

1. Kriteria Keluar Pasien ICU:


 Pasien tidak memerlukan lagi alat ventilasi mekanik.
 Jalan napas pasien aman.
 Tidak memerlukan lagi pemantauan intensif.
 Tidak ada penurunan kesadaran dan peningkatan Tekanan Intrakranial.
 Pasien dengan status DNR (Do Not Resuscitate).

2. Kriteria Keluar Pasien HCU:


 Kondisi Hemodinamik dan kesadaran pasien baik.
 Tidak memerlukan lagi pemantauan intensif.
 Tidak ada penurunan kesadaran dan peningkatan Tekanan Intrakranial.
 Pasien dengan status DNR (Do Not Resuscitate).

3. Kriteria Keluar Pasien ICCU:


 Kondisi hemodinamik pasien stabil tanpa support inotropik dan vasopresor.
 Tidak ada nyeri dada 24 jam.
 Tidak lagi memerlukan pemantauan intensif.
 Tidak ada aritmia yang mengancam jiwa.
 Pasien dengan status DNR (Do Not Resuscitate).

9
4. Kriteria Keluar NICU:
 Pasien tidak memerlukan lagi alat ventilasi mekanik.
 Kondisi hemodinamik pasien stabil tanpa support obat-obatan.
 Tidak memerlukan lagi pemantauan intensif.
 Tidak ada penurunan kesadaran dan peningkatan tekanan intrakranial.
 Keluarga pasien menolak perawatan NICU.

10
BAB V
LOGISTIK INSTALASI RAWAT INTENSIVE

A. Pengertian
Pengelolaan Logistik Instalasi Rawat Intensive adalah proses mengenai perencanaan, penentuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material /
alat-alat kesehatan yang diperlukan dalam Penyelenggaraan Instalasi Rawat Intensive.

B. Tujuan
Tujuan Pengelolaan logistik Instalasi Rawat Intensive adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan dengan total biaya
yang terendah.

C. Fungsi
Fungsi Pengelolaan logistik mencakup : perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penghapusan serta pengendalian.

D. Mekanisme Pengelolaan Logistik Instalasi Rawat Intensive


Pengelolaan logistik Instalasi Rawat Intensive dikelola oleh Supervisor Instalasi Rawat Intensive
berdasarkan usulan dari Koordinotor Ruang ICU, ICCU, Perina, NICU, dan Intermediate Ward.
Data kebutuhan logistik yang diperoleh dari Kepala ICU, Dokter Spesialis, dan Dokter Umum.
Pengelolaan logistik pelayanan medis pada Instalasi Rawat Intensive mencakup: Alat Kesehatan
dan obat-obatan.

1. Pengelolaan Peralatan Medis


Peralatan kesehatan sebagai salah satu aspek pendukung meningkatnya kualitas standar
pelayanan tentunya perlu dilakukan suatu pengelolaan peralatan medis secara profesional agar
dapat menunjang kelancaran pemberian pelayanan medis secara efektif dan efisien. Standar
pengelolaan terdiri dari :

1) Permintaan Peralatan Medis


Permintaan peralatan medis di Instalasi Rawat Intensive Rumah Sakit Sumber Waras
ditentukan berdasarkan jumlah stock minimum dan keadaan pelayanan.
Penanggung jawab fasilitas unit bertanggung jawab untuk mengecek kelengkapan inventaris
dan kesiapan pakai alkes dan obat, membuat laporan kondisi jumlah pemakaian dan

11
kebutuhan unit yang disetujui oleh Kepala Ruangan dan Supervisor Instalasi Rawat
Intensive.

Mekanisme Permintaan Peralatan Medis :


1. Mengisi form. Permintaan yang tersedia
Cara pengisian :
a. Mengisi barang-barang yang diperlukan dalam jumlah tertentu sesuai dengan
perkiraan pengisian tempat tidur pada minggu berjalan dalam lajur yang tersedia.
b. Permintaan dibuat oleh Kepala Ruangan dan diketahui Supervisor Instalasi Rawat
Intensive sesuai permintaan dokter.
c. Setiap barang di tulis data teknisnya (misal : jenis, bahan, merk, warna, dll) dan
keterangan alasannya.
2. Formulir permintaan barang dibuat oleh Kepala Ruangan bagian Keperawatan, di ajukan
ke Manajer Bidang Pelayanan Medis dengan diketahui Supervisor Instalasi Rawat
Intensive.
3. Formulir permintaan di nyatakan secara tertulis oleh Manajer Bidang Pelayanan Medis
kepada Direktur Medis, yang akan di lanjutkan ke Direktur Umum dan Logistik.
4. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur Umum dan Logistik, akan di disposisikan ke
bagian Logistik untuk pengadaan dan akan di distribusikan oleh bagian Umum ke masing
masing ruangan yang meminta.

2) Pemeliharaan Peralatan Medis


Untuk menunjang kelancaran pelayanan di Instalasi Rawat Intensive, fasilitas, sarana dan
alat harus selalu kondisi siap pakai. Untuk itu diperlukan pemeliharaan rutin terhadap
fasilitas, sarana dan alat tersebut.
Pemeliharaan barang-barang inventaris rumah sakit dilaksanakan oleh petugas ruang rawat
bersama-sama dengan petugas bagian inventaris yang dilaksanakan 2x setahun.
Prosedur pemeliharaan barang :
a. Barang inventaris yang rusak dilaporkan ke Subbag. Pemeliharaan yang
membawahi :
- Pemeliharaan gedung / bangunan : untuk alat rumah tangga & gedung / bangunan
- Tehnik listrik & air: untuk peralatan yang berhubungan dengan listrik
- Taman dan kebersihan

12
- Telepon / alat komunikasi / kendaraan
- Subbag. Pely. Farmasi : untuk Alkes / Alked ke Subbag. Pely. Farmasi
 Menggunakan form. Laporan kerusakan 2 (dua) rangkap
 Barang yang sudah diperbaiki dikembalikan ke ruangan dengan tanda
terima barang.
b. Barang rusak yang perlu penggantian suku cadang, Sub Bagian Pemeliharaan Sarana
hendaknya memberitahukan ke ruangan bahwa barang tersebut memerlukan waktu untuk
perbaikan. Apabila barang tersebut diperlukan segera maka sementara dapat meminjam
barang inventaris (bila tersedia).
c. Barang-barang inventaris yang tidak dapat diperbaiki (Keterangan dari Sub Bagian
Pemeliharaan Sarana), maka prosedur penggantian barang sebagai berikut :
- Formulir perbaikan dikembalikan ke ruang Pelayanan Medis dengan catatan “barang
tidak dapat diperbaiki” .
- Bagian Pelayanan Medis meneruskan ke Subbag. Inventaris untuk catatan
penghapusan barang.
Apabila mengajukan permintaan barang penggantian, form kerusakan barang tersebut
dilampirkan.
Barang baru yang telah diterima sebelum dipergunakan dilaporkan dulu ke Subbag.
Inventaris untuk mendapatkan nomor inventaris baru selanjutnya dicatat pada buku
inventaris.

2. Pengelolaan Obat
Prosedur Permintaan Obat-Obatan Ke Sub Bidang Pely. Farmasi Rs Sumber Waras Dari Instalasi
Rawat Intensive.
Tujuan :
Untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan pasien rawat agar tepat waktu dan tepat guna dalam
pelayanan pengobatan kepada pasien.

PASIEN Instalasi Rawat Intensive:


Prosedur :
1. Dokter ruangan membuat resep elektronik melalui Teramedik atau resep tertulis rangkap 3
(tiga) sesuai kebutuhan pasien.
Resep ruangan :
1 warna putih untuk Subbid. Pelayanan Farmasi
2 warna hijau untuk Bagian Administrasi Keuangan
3 warna kuning untuk Rekam Medis (RM) pasien
Resep BPJS :

13
Resep rangkap 3 (tiga) dari ruangan di stempel “BPJS” untuk obat-obatan tertentu harus
sesuai dengan prosedur BPJS.
2. Resep yang telah ditulis oleh dokter diantar ke Farmasi RSSW.
3. Setelah diproses oleh Farmasi obat-obat tersebut diantar oleh petugas Farmasi/petugas
ruangan dan copy resep (warna kuning). Perawat yang menerima obat tersebut menanda
tangani di buku tanda terima dari Farmasi.
4. Copy resep (warna hijau dibawa ke Bagian Administrasi Keuangan)

PROSEDUR PENGHAPUSAN BARANG-BARANG

Tujuan :
Barang-barang yang sudah rusak dan tidak dapat dipakai tidak berdaya guna serta berhasil guna
dihapuskan dari daftar inventaris.

Kebijaksanaan :
1. Adanya tim penghapusan barang yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit
2. Adanya ketentuan-ketentuan tentang penghapusan barang.

Prosedur :
1. Petugas inventaris ruang rawat mendata barang-barang yang akan dihapuskan serta mengisi
formulir penghapusan barang sesuai dengan data tersebut antara lain nama barang, jenisnya,
jumlahnya, merk dan tahun pembuatannya, keadaan rusaknya (apakah rusak berat atau rusak
dapat diperbaiki)
2. Formulir tersebut diketahui oleh Kepala Ruangan dan ditanda tangani oleh Supervisor
Instalasi Rawat Intensive masing masing kemudian dikirim ke bagian inventaris sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Bagian inventaris / penghapusan barang mengadakan pemeriksaan barang yang akan
dihapuskan ke ruangan yang bersangkutan.
4. Setelah ada persetujuan dari petugas inventaris, Petugas Inventaris akan mengambil barang
tersebut.
5. Petugas inventaris dan tim penghapusan membuat berita acara tentang penghapusan barang
yang meliputi jumlah dan jenis barang yang akan dihapuskan.

14
6. Petugas inventaris ruangan mencatat ulang inventaris barang sesuai dengan keadaan
sebenarnya setelah pengambilan.

15
STANDAR ALAT KESEHATAN INSTALASI RAWAT INTENSIVE
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS

1. Ruang RN Lt. 3 Perinatologi dan NICU (Kapasitas 10 TT/Box)


Standar Alat-alat Kesehatan :
No Nama Barang Ratio Keterangan
1 Incubator 1:5 5/ Ruangan
2 Infusion Pump 1:2 2/ Ruangan
3 Couve 1 : 10 10/ Ruangan
4 Syring Pump 1:2 2/ Ruangan
5 Blue Light 1:5 5/ Ruangan
6 Stetoscope bayi 1:2 2/ Ruangan
7 Termometer 1 : 10 10/ Ruangan
8 Standar Infus 1:1 1/ Ruangan
9 Timbangan bayi 1 1/ Ruangan
10 Ventilator 1 1 buah

2. Ruang RN Lt. 3 ICU (Kapasitas 8 TT)


Standar Alat-alat Kesehatan :
No Nama Barang Ratio Keterangan
1 Stetoscope 1:4 1 ruangan disiapkan 4 stetoscope
2 Termometer 1:1 1 /pasien
3 Standar Infus 2:1 2/pasien
4 Tensimeter 1:2 2 /ruangan
5 Bed Side Monitor 1:1 1 /pasien
6 Ventilator 6 2 Bed adalah HCU
7 USG Portable - 1 USG portable

3. Ruang RN Lt. 3 ICCU (Kapasitas 5 TT)


Standar Alat-alat Kesehatan :
No Nama Barang Ratio Keterangan
1 Stetoscope 1:2 Disiapkan 4 stetoscope /ruangan
2 Termometer 1:1 1 /pasien
3 Standar Infus 2:1 2 /pasien
4 Tensimeter 1:2 2 /ruangan
5 Bed Side Monitor 1:1 1 /pasien

4. Ruang RN Lt.3 Intermediate Ward (Kapasitas 2TT)

16
No Nama Barang Ratio Keterangan
1 Stetoscope 1:1 Disiapkan 2 stetoscope /ruangan
2 Termometer 1:1 1 /pasien
3 Standar Infus 2:1 2 /pasien
4 Tensimeter 1:2 1/ruangan
5 Bed Side Monitor 1:1 1 /pasien

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

17
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat pelayanan medis
pasien lebih aman, meliputi assesmen resiko, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
yang seharusnya dilakukan upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu.

Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Instalasi Rawat Intensive.
2. Meningkatnya profesionalitas tenaga medis Rumah Sakit Sumber Waras terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) di Instalasi
Rawat Intensive.

Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien di Instalasi Rawat Intensive Rumah Sakit Sumber
Waras.

A. Identifikasi pasien untuk Rawat Inap dan Rawat Jalan


1. Melakukan pemeriksaan ulang identitas pasien sebelum memberikan layanan baik di rawat
jalan maupun rawat inap. Dilakukan dengan menyebutkan nama dan umur/tanggal lahir atau
dengan mencocokan dengan gelang identitas pasien sebelum melakukan pemeriksaan.
2. Apabila ada pasien tidak sadar, tanpa keluarga, tidak ada kartu identitas diberi nama Mr. /
Mrs. X
3. Melakukan pemberian tanda khusus pada pasien yang akan dilakukan tindakan. Tanda
tersebut berbentuk bulat, melingkari daerah tempat tindakan.

Prosedur kerja
1. Dokter menyebutkan salam dan memperkenalkan diri, lalu mengulang Nama, Umur/Tanggal
Lahir pasien dan di konfirmasi oleh Pasien/Keluarga pasien, atau dengan mencocokan dengan
gelang identitas pasien, sesaat sebelum melakukan visiting atau follow up keadaan pasien.
2. Setelah melakukan follow up, jika pasien tersebut akan di lakukan suatu tindakan, maka dokter
meminta ijin untuk melingkari daerah yang akan di lakukan tindakan dengan marker. Setelah
mendapat ijin, dokter melingkari daerah tersebut dan menyebutkan akan hilang setelah tindakan
selesai di lakukan.

18
B. Komunikasi efektif
1. Tu-ba-kom (tulis-baca-konfirmasi)
Memeriksa ulang hasil Tu-ba-kom dari perawat, lalu mengkonfirmasi dengan memberikan
paraf di lembar CPPT.
2. SBAR (Situation, Background, Assesment, Recomendation)
Memeriksa ulang hasil SBAR dari perawat, lalu mengkonfirmasi dengan memberikan paraf
di lembar CPPT.
Prosedur kerja
1. Dokter menerima telepon dari perawat untuk melaporkan keadaan pasien sesuai dengan Panduan
Komunikasi Efektif
2. Menyampaikan rekomendasi untuk keadaan pasien yang di laporkan oleh perawat dengan
singkat, padat dan jelas.
3. Meminta Read Back kepada perawat jika perlu.
4. Menyampaikan waktu kapan akan melakukan visit pasien tersebut.

C. Pelaksanaan Time Out


1. Meminta pelaksanaan time out saat tindakan : operasi, endosopy, bronchoscopy, cath lab,
gigi dan radiologi intervensi
2. Pelaksanaan TIME OUT dilakukan sebelum insisi area operasi, dipimpin oleh dokter
operator, dilakukan di kamar operasi, dihadiri oleh tim bedah
3. Memimpin pelaksanaan SIGN OUT yang dilakukan sebelum tindakan penutupan luka
operasi, dilakukan di kamar operasi, dihadiri oleh tim bedah

Prosedur :
 Time Out :
1. Meminta pelaksanaan Time Out untuk melengkapi checklist safety surgery sebelum
dilakukan insisi pada pasien yang dilakukan oleh :
a. Perawat circulating dengan membacakan secara verbal pada semua tim untuk
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan perannya.
b. Konfirmasi pada semua tim nama pasien, prosedur dan area dimana insisi akan
dilakukan.
c. Pastikan apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan dalam 60 menit terakhir.
d. Antisipasi adanya kejadian kritis :
1) Dokter bedah menyampaikan :

19
a) Step tindakan kritis atau tahapan tindakan tidak biasa yang mungkin
dilakukan.
b) Waktu penyelesaian tindakan.
c) Kemungkinan kekurangan darah pada pasien.
2) Dokter anestesi menyampaikan : kemungkinan ada perhatian khusus pada saat
operasi.
3) Tim perawat menyampaikan :
a) Kesterilan alat dan bahan yang dipakai.
b) Adakah masalah pada alat yang akan dipakai atau hal lain yang perlu
diperhatikan.
e. Pastikan apakah dibutuhkan “display imaging” (hasil radiologi yang perlu dipajang)
2. Insisi dimulai.

 Sign Out :
1. Memimpin pelaksanaan Sign Out sesaat sebelum penutupan luka operasi dengan :
a. Meminta perawat circulating menyampaikan :
1) Nama prosedur yang sudah dilakukan
2) Jumlah instrumen, gass, jarum dan alat lain sama (sebutkan jumlah angka untuk
tiap alat / bahan) sebelum dan sesudah pembedahan
3) Pelabelan spesimen-bahan PA (baca label spesimen dan nama pasien)
4) Bila ada masalah pada alat yang harus ditekankan selama periode operasi
b. Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat : menyampaikan bila ada perhatian khusus
yang harus dilakukan untuk recovery maupun perawatan pada pasien ini
2. Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat menandatangani checklist safety surgery untuk
pasien ini.
3. Pasien dikirim ke RR

D. Mencuci tangan dengan Handrub


Mencuci tangan dengan handrub dan/atau handwash di lakukan dengan 6 langkah dan
dalam 5 momen.
5 momen mencuci tangan :
1. Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan Aseptik
3. Cuci tangan sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
4. Cuci tangan sesudah kontak dengan pasien
5. Cuci tangan sesudah kontak dengan lingkungan pasien

20
Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :
1.      Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Rumah
sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar ruangan pelayanan pasien secara
merata.
2.      Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3.      5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :


1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

21
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Organisasi Pelayanan Kesehatan khususnya Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas yang aman,
fungsional dan suportif bagi tenaga Kesehatan, pasien, keluarga pasien dan pengunjung. Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu kegiatan untuk menjamin dan melindungi Tenaga Kesehatan,
pasien, keluarga pasien, dan pengunjung melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

A. Tujuan
a. Tujuan Umum
Terciptanya kondisi lingkungan kerja dan cara kerja yang aman, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap Tenaga Medis di
Instalasi Rawat Intensive.
b. Tujuan Khusus
1). Memberikan perlindungan kepada seluruh staf Tenaga Medis di Instalasi Rawat
Intensive.
2) Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran
lingkungan.
3) Mengamankan peralatan kerja, lingkungan kerja, hasil kerja, serta dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan benar.

B. Pengendalian K3 di Instalasi Rawat Intensive


Tenaga Medis sangat rentan tertular penyakit karena Tenaga Medis berhubungan langsung
dengan pasien. Terutama pada saat melakukan tindakan baik invasive maupun non invasif. Oleh
karena itu tenaga medis perlu memperhatikan upaya-upaya pencegahan infeksi antara lain :
1. Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan Aseptik
3. Cuci tangan sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
4. Cuci tangan sesudah kontak dengan pasien
5. Cuci tangan sesudah kontak dengan lingkungan pasien
6. Menggunakan alat pelindung diri seperti handscoon,masker pada saat melakukan visiting
dan tindakan.
7. Melakukan tindakan dekontaminasi/ desinfektan dan sterilisasi peralatan

C. Alat pelindung Diri

23
Pencegahan kecelakaan kerja di Instalasi Rawat Intensive dilakukan dengan digunakannya alat
pelindung diri bagi semua tenaga Medis selama bertugas di lingkungan Rumah Sakit
Beberapa alat pelindung diri yang ada di Unit Pelayanan Medis
1. Masker untuk perlindungan pernafasan
2. Sarung tangan
3. Schort untuk pelindung tubuh / badan

D. Bahan berbahaya dan penanganan


Beberapa jenis bahan bakar berbahaya terdapat di Instalasi Rawat Intensive seperti :
1. Alcohol 4. Renalin
2. Wash bensin 5. Cairan dialisat
3. Peroxide 6. Cidex

Upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja akibat


Bahan berbahaya di antara lain dengan cara :
1. Penempatan bahan berbahaya tersebut terpisah dari sediaan lain
2. Ventilasi tempat penyimpanan bahan berbahaya harus cukup baik
3. Kebersihan tempat penyimpanan
4. Menggunakan alat pelindung diri saat persiapan
5. Air yang cukup bila terjadi kecelakaan dan atau paparan

BAB VIII
KENDALI MUTU INSTALASI RAWAT INTENSIVE

Mutu pelayanan Instalasi Rawat Intensive adalah derajat kesempurnaan pelayanan Instalasi
Rawat Intensive untuk memenuhi kebutuhan pasien akan asuhan Instalasi Rawat Intensive yang
sesuai dengan standar profesi dan standar praktik Instalasi Rawat Intensive dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif, diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma kode etik profesi dan budaya.

24
Lingkup Mutu Pelayanan Instalasi Rawat Intensive ditentukan dengan indikator klinik Instalasi
Rawat Intensive dan merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh Dokter
di rumah sakit. Indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan.

Indikator klinik pelayanan medis terdiri dari : Keselamatan pasien (patient safety), angka
dekubitus, pasien jatuh, pengikatan, kesalahan dalam pemberian obat, keterbatasan merawat
diri (self care), kenyamanan (bebas nyeri), kecemasan, pengetahuan dan keluarga serta
kepuasan pasien. Semua ini telah di rangkum ke dalam Laporan Standar Pelayanan Minimum Pelayanan
Medis. Instalasi Rawat Intensive perlu secara bersinambungan meningkatan mutu pelayanan
secara komprehensif sehingga indikator mutu klinik dapat tercapai.

Mutu kinerja Instalasi Rawat Intensive ditentukan dengan Standar Pelayanan Minimum :
a. Ketersediaan Pelayanan Rawat Intensive
b. Tempat Tidur dengan Pengaman
c. Kamar Mandi dengan Pengaman
d. Dokter Penanggung Jawab Pasien Rawat Intensive
e. Jam Visite Dokter Spesialis
f. Kejadian Pasien Jatuh
g. Pasien Rawat Inap TB yang Ditangani Dengan Strategi DOTS
h. Pencatatan dan Pelaporan Tuberkulosis di Rumah Sakit
i. Kejadian Pulang Sebelum Dinyatakan Sembuh
j. Kematian Pasien <48 Jam
k. Kepuasan Pelanggan Rawat Inap

Standar Pelayanan Minimum Instalasi Rawat Intensive dievaluasi setiap 3 bulan dan
dilaporkan ke Manajer Pelayanan Medis. Hasil dari setiap standar kemudian akan di evaluasi
kembali untuk di tingkatkan agar tercapai Pelayanan Medis yang efektif dan efisien sesuai
dengan Standar yang berlaku.

25
BAB IX
PENUTUP

Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat ekonomi
masyarakat, maka rumah sakit di tuntut untuk memberikan pelayanan dengan mutu optimal.
Hal tersebut akan memacu timbulnya persaingan yang cenderung meningkat dan pemasaran
pelayanan rumah sakit lokal akan tertinggal bila tidak segera diantisipasi dengan
peningkatan mutu yang cukup kompetitif.
Pemahaman tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensive diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan bagi tenaga medis di Rumah Sakit Sumber Waras untuk diterapkan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Semoga harapan dan tujuan penyusunan buku ini dalam membangun sistem Pelayanan
Instalasi Rawat Intensive yang bermutu melalui pembinaan Tenaga Medis yang
berkesinambungan dapat tercapai.

Jakarta, 15 Juli 2022


Rumah Sakit Sumber Waras

Dr. H. Judiwan Delias Maswar, MARS, FISQua


Direktur Utama

26

Anda mungkin juga menyukai