Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)


RS BUAH HATI CIPUTAT
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT

NOMOR: 002.ICU/PER/DIR/BUHA/IV/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT (ICU)

RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT,

Menimbang : a. bahwa dalam pelayanan intensif Care Unit di Rumah Sakit Buah Hati
Ciputat diperlukan pedoman pelayanan intensif Care Unit (ICU);
b. bahwa agar tata laksana Pelayanan Intensif Care Unit (ICU) di
Rumah Sakit Buah Hati Ciputat dapat terlaksana dengan baik perlu
adanya Pedoman Pelaya nan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir a dan b, perlu ditetapkan Pedoman Unit Pelayanan Intensif
dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Buah Hati Ciputat.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
8. Peraturan Direktur PT Buah Hati Medika Nomor
01/Per/Dir/BHM/III/2017 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit
Buah Hati Ciputat;

9. Peraturan Direktur PT Buah Hati Medika Nomor


02/Per/Dir/BHM/III/2017 tentang Penetapan Struktur Organisasi
Rumah Sakit Buah Hati Ciputat;
10. Keputusan Direktur PT Buah Hati Medika Nomor
004/PER/DIR/VI/2017 tentang Pengangkatan drg. Ardhy
Nugrahanto Wokas, M.Sc.P.H., M.Sc.H.M., Ph.D. sebagai Direktur
Rumah Sakit Buah Hati Ciputat.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTNSIF CARE UNIT (ICU) DI LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT

KEDUA : Pedoman Organisasi Unit Pelayanan Intensif Care Unit di lingkungan Rumah
Sakit Buah Hati Ciputat sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Pelayanan intensif Care Unit di lingkungan Rumah Sakit Buah Hati Ciputat
wajib dilaksanakan dengan mengacu Pedoman ini.
KEEMPA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
T ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :Tangerang Selatan

Pada tanggal :1 April 2017

Direktur,
drg. Ardhy Nugrahanto Wokas, M.Sc.P.H., M.Sc.H.M., Ph.D.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan Intensive. Saat ini pelayanan di
ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga meliputi
berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi /gagal
organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi,
Ruang Rawat, ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain. Intensive Care Unit ( ICU ) adalah
suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus yang ditujukan untuk
observasi, rawat dan terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan
kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi -
fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medis, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan –keadaan tersebut.
Keadaan yang sedemikian akan tercapai bila pelaksanaan pelayanan di ICU dilakukan
dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga - tenaga yang terampil, professional dan
bermutu. Ruang lingkup pelayanan meliputi pemberian dukungan fungsi organ - organ
vital seperti pernapasan, kardiovaskular, susunan syaraf pusat, renal dan lainlainnya.
Mengingat diperlukannya tenaga - tanaga khusus dan terbatasnya sarana serta
mahalnya peralatan yang diperlukan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit , maka
perlu disusun Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit yang
diharapkan bisa sebagai panduan semua pihak yang terlibat didalamnya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Pedoman pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit ini dimaksudkan untuk
memberikan panduan dalam meiaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan penyelenggaraan pelayanan di Intensive Care Unit (ICU)

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkanpelayanan yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan
pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
b. Tujuan Khusus
o Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia.
o Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di Intensive Care Unit (ICU)
o Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan
pelayanan pengawasan saja.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di Intensive Care Unit (ICU) adalah sebagai
berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam nyawa dan
dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar;
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik;
4. dan Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sanga
tergantung pada alat / mesin dan orang lain.
5. Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit terdiri dari
a. ICU
b. HCU
D. BATASAN OPERASIONAL
Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf
dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh
kegagalan / disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi
yang masih ada harapan hidupnya (reversible).
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) harus dilakukan oleh staf yang terlatih secara
formal dan mampu memberikan pelayanan yang optimal dan terbebas dari tugas - tugas
lain yang membebani, seperti kamar operasi, praktek dan tugas - tugas kantor. Staff yang
bekerja harus berpartisipasi dalam sistem yang menjamin kelangsungan pelayanan
intensive care 24 jam. Hubungan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) yang terorganisir
dengan bagian - bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada dalam organisasi rumah
sakit.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang - undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Undang - undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang - undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 779 / Menkes / SK / VIII / 2008, tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 834 / MENKES / SK / VII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU)
7. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 1778 / MENKES/ SK/ XII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU ) di Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No 519 / Menkes / PER / III / 2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anesthesiologi dan Terapi Intensif di Rumah
Sakit
9. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan No HK. 02.04/ / 1966 / 11, tentang
Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit Di Rumah Sakit.

BAB II
FALSAFAH PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. ETIKA KEDOKTERAN
Landasan dasar dari etika kedokteran adalah "saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk dapat secara optimal,
memperbaiki kondisi kesehatan pasien". Oleh karena hal yang perlu dipertimbangkan
dalam segi etika pelayanan pasien di Intensive Care Unit (ICU) adalah
1. Autonomy, hak dari pasien untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.
2. Benefiscence, kewajiban dokter untuk memberikan apa yang terbaik dan bermanfaat
bagi pasien
3. Non- melefiscence : tidak melakukan hal - hal yang membahayakan pasien
4. Justice : kewajiban untuk memberikan pelayanan yang sama bagi setiap pasien

B. KERJA SAMA MULTIDISIPLINER DALAM MASALAH MEDIK KOMPLEKS


Dasar pengelolaan pasien Intensive Care Unit (ICU) adalah pendekatan multidisiplin
tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di dalam tim yang
dipimpin oleh seorang Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan atau Kepala Instalasi

C. KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN


Kebutuhan pasien Intensive Care Unit (ICU) adalah tindakan resusitasi yang meliputi
dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing
(fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ
lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.

D. PERAN KOORDINASI DAN INTEGRASI DALAM KERJA SAMA TIM


Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut pada butir c di atas, maka
sistem kerja tim multidisplin adalah sebagai berikut:
Sebelum masuk Intensive Care Unit (ICU), bila pasien dari IGD maka dokter jaga IGD
melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien di IGD
1. Dokter penanggung jawab pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan
memberi pandangan atau usulan terapi
2. Jika diperlukan konsultasi antar spesialis maka dokter jaga IGD langsung melakukan
konsultasi sesuai dengan jenis spesialisasi yang diperlukan sesuai dengan kondisi
pasien.
3. Dokter konsulen memberikan pandangan atau usulan terapi sesuai dengan
bidangnya.
4. Untuk menghindari kesimpang siuran / tumpang tindih pelaksanaan pengelolaan
pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya yang telah disetujui oleh
DPJP

E. ASAS PRIORITAS
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke Intensive Care Unit (ICU) sesuai dengan
indikasi masuk ke Intensive Care Unit (ICU) yang benar. Karena keterbatasan jumlah
tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.

F. KEMITRAAN PROFESI
Kegiatan pelayanan pasien di Intensive Care Unit (ICU) di samping multi disiplin juga
antar profesi, yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil
optimal maka perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan
mencakup semua profesi.
BAB III
KABIJAKAN

A. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

B. Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif
yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan
kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak
akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU
dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive
Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan
profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
 Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
 Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
 Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
 Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan pasien
:
Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi
dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.
Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter pasien
sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada
pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar rumah
sakit:
 Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian
admission.
 Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
 Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek
jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis
menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan perbaikan
berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari
DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain berkoordinasi
dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang
sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di
informasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
 Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
 Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis
yang bertugas di ICU
 DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter
spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU
 Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka
DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di
bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh
DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
 Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang
siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam
Intensif Care Unit
 Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait
dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk
dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga yang bekerja di Intensive Care Unit (ICU) harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen tehadap waktu. Uraian kualifikasi ketenagaan di pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Intensive Care Unit (ICU) adalah :
NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL KETERANGAN
1 Kepala Intensive • KIC (Konsultan Intensif  Mempertahankan jalan
Care Unit (ICU) Care) nafas termasuk intubasi
tracheal dan ventilasi
mekanis.
 Fungsi arteri untuk
mengambil sampel arteri.
 Pemasangan kabel pacu
jantung transvenous
temporer
 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy

2 Tim Medis 1. Dokter spesialis sebagai kemampuan resusitasi


konsultan jantung paru yang
2. Dokter jaga 24 jam bersertifikat bantuan hidup
Dapat dihubungi setiap dasar dan bantuan hidup
diperlukan lanjut
3 Penanggung • S 1 Keperawatan kemampuan resusitasi
Jawab Unit • Bersertifikat ICU/ICCU, jantung paru yang
Pelayanan BTCLS, ALS bersertifikat bantuan hidup
Intensive Care • Berpengalaman: dasar dan bantuan hidup
Unit (ICU) Care dibidangnya > 3 tahun lanjut

Ketua Tim  Minimal D III kemampuan resusitasi


(KATIM) Keperawatan jantung paru yang
 bersertifikat ICU / ICCU bersertifikat bantuan hidup
 Berpengalaman di dasar dan bantuan hidup
bidangnya > 1 Tahun lanjut

4 Perawat  Minimal D III kemampuan resusitasi


Pelaksana Keperawatan jantung paru yang
Intensive Care  Pengalaman di ruang bersertifikat bantuan hidup
Unit (ICU) rawat inap 1 tahun dasar dan bantuan hidup
 Bersertifikat BCLS/PPGD lanjut
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Intensive Care Unit (ICU) (dibagi dalam 3 (tiga) shift yang
masing - masing shift terdiri dari:
NO SHIFT JUMLAH PERBANDINGAN KETERANGAN
PERAWA PERAWAT: PASIEN
T

1 Pagi 1 1:2  Penanggung Jawab Unit


 Minimal 1 org bersertifikat ICU
2 Sore 1 1:2 KATIM/ Pelaksana Minimal
bersertifikat ICU / ICCU
3 Malam 1 1:2 KATIM/ Pelaksana Minimal
bersertifikat ICU / ICCU
4 Libur 1 Setelah Shiff Malam

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Tim Medis
a. Dokter Spesialis Konsulen
• Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing -
masing
• Dokter spesialis konsulen harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika
diperlukan.
• Jika salah satu dokter konsulen berhalangan hadir maka wajib memberitahu
1 hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter konsulen lainnya dalam
displin ilmu yang sama
b. Dokter jaga
• Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter bangsal
2. Pengaturan Jaga Tenaga Keperawatan
a. Pengaturan jadwal dinas perawat Intensive Care Unit (ICU) dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh penanggung jawab Unit Pelayanan Keperawatan
Intensive Care Unit (ICU) serta disetujui oleh Manager Keperawatan
b. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore, malam, lepas malam, libur dan cuti
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana Intensive Care Unit (ICU) setiap satu bulan.
d. Jadwal dinas paling lambat dibuat 1 minggu sebelum pergantian bulan
e. Jika ada keperluan penting pada hari tertentu ( direncanakan ), maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan kepada penanggung jawab unit minimal 1
mgg sebelum pembuatan jadwal dinas bulan berikutnya
f. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui
g. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( Incharge)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan serta memiliki sertifikat ICU /
BLS.
h. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus
memberikan informasi kepada penanggung jawab Unit Keperawatan Intensive Care
Unit (ICU) minimal 1 hari sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu
penanggung jawab mengatur personil yang jaga saat itu
i. Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(tidak terencana ) karena sakit / anak sakit dan sebagainya maka perawat tersebut
harus memberikan informasi kepada penanggung jawab Unit minimal 4 jam sebelum
jam dinas dimulai dan perawat tersebut diharuskan mencari ganti terlebih dahulu.
j. Apabila ada tenaga perawat yang tiba - tiba tidak bisa jaga sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan karena ada kejadian yang mendadak harus menginformasikan 1 jam
sebelum jam dinas dimulai ) maka penanggung jawab wajib mencarikan perawat
pengganti, jika tidak ada perawat yang dapat menggantikan, maka perawat
sebelumnya yang harus menggatikan perawat yg tidak dapat masuk pada hari itu

D. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


1. Pelaksanaan program pengembangan tenaga dilakukan oleh Kepala Instalasi dan
Manager Unit Pelayanan Keperawatan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit sesuai
dengan kebutuhan dan pengajuan program pengembangan tenaga.
2. Rencana berupa program pelatihan diajukan ke Diklat untuk dilaksanakan sesuai
anggaran yang tersedia
3. Jenis pelatihan adalah pelatihan yang dapat menunjang ketrampilan maupun keahlian
dalam rangka meningkatkan pelayanan di Intensive Care Unit (ICU), yaitu Pengenalan
tanda kegawat daruratan yang mengancam nyawa termasuk RJP dasar
a. Pemasangan intervensi intravaskuler
b. Melakukan pelayanan rawat intensif sesuai kebutuhan pasien
c. Program pengendalian infeksi
d. Program keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman
4. Pelaksanaan pelatihan dibawah koordinasi dan bagian terkait
5. Monitoring pasca pelatihan dilakukan Ka Instalasi dan Manager Unit Keperawatan
Intensive Care Unit (ICU) untuk melihat implikasi pelatihan di Intensive Care Unit
(ICU)
6. Evaluasi pasca pelatihan dliakukan terhadap peserta oleh Ka Intensive Care Unit (ICU)
dan atau Manager Unit Pelayanan Keperawatan, sedangkan tindak lanjut dilakukan
berdasarkan evaluasi dari hasil koordinasi Intensive Care Unit (ICU), manager divisi
terkait dengan LLP Rumah Sakit .
7. Program pendidikan dan pelatihan bagi staf di Intensive Care Unit (ICU) dievaluasi
tiap tahun oleh Ka. Instalasi dan atau Manager Unit Keperawatan Intensive Care Unit
(ICU) sebagai acuan dalam penyusunan progam berikutnya.
BAB V
STANDAR FASILITAS, SARANA DAN PRASARANA

A. DENAH RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Memanfaatkan ruangan yang ada di RS Buah sepanjang dan menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, lokasi ICU berada dekat dengan UGD, Ruang Neonatus,
Ruang Bersalin dan kamar Operasi. Desain ICU mengupayakan terjadinya kondisi:
1. Terisolasi
2. Memiliki akses masuk tersendiri.
3. Ditempatkan Alat Pemadam Kebakaran.
4. Memiliki Instalasi pipa air.
5. Suhu dan kelembaban diatur dengan AC.
6. Memiliki akses komunikasi memadai.
7. Memiliki intalasi untuk kebutuhan monitor pasien.
8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan kelembaban di kontrol dengan pembiakan kuman
secara berkala.
Ruang ICU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri :
1. Area pasien.
 Terdiri dan 3 tempat tidur
 Merawat pasien secara umum yang sesuai dengan indikasi pasien masuk ICU
 Di ruangan ada wastafel tempat untuk cuci tangan
 Satu tempat tidur ada satu outlet oksigen dan untuk yang di ruang terdapat 2 outlet
udara tekan.
 Di setiap tempat tidur terdapat 6 stop kontak, dan di sediakan stop kontak
sambungan jika diperlukan.
2. Area kerja meliputi
a. Nurse Station berada didepan tempat tidur pasien
b. Almari untuk obat
e. Troley Tindakan
3. Ruang penyimpanan alat medis bersih, ventilasi mekanik, pompa infus, pompa syynge,
cairan, dan linen bersih.
5. Ruang pembuangan alas bahan kotor
6. Denah ruang ICU-HCU terlampir

B. SYARAT - SYARAT RUANG ICU


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) Di Rumah Sakit, syarat – syarat ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Lokasi
Dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah. Berdekatan dan atau mempunyai
akses yang mudah ke IGD, Laboratorium dan Radiologi
2. Desain
Desain Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU Primer yaitu :
a. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar
b. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
c. Bangunan:
• Terisolasi dilengkapi dengan :
– Pasien monitor,
– Alat komunikasi,
– Ventilator,
– AC, Pipa air,
– Exhouse fan untuk mengeluarkan udara,
• Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata,
• Tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan
• Pengering setelah cuci tangan
d. Area pasien
• Unit Terbuka : 12- 16 M 2.
• Unit Tertutup : 16-20 M
• Jarak antara tempat tidur : 2 meter
• Outlet oksigen, : 1 untuk tiap tempat tidur
• Stop Kontak : 2 / Tempat Tidur

e. Area Kerja
 Suhu ruangan diusahakan 22-25° C, nyaman , energi tidak banyak keluar.
 R.Dokter & R. Perawat
 R.Tempat buang kotoran
 R. tempat penyimpanan barang & obat
 R. tunggu keluarga pasien
 Sumber air, Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp,
 Suction sentral
4. Almari alat tenun & obat, instrument dan alat kesehatan, Almari pendingin (kulkas)
5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
7. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien

C. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas Peralatan di Intensive Care Unit (ICU)
a. Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
b. Alat pengukur tekanan darah mobile
c. Pulse oxymetri dewasa
d. ECG 12 lead, Nabulaizer,
e. Resusitator, Jucksion Reese, Papan resusitasi
f. Bed side Monitor ECG,
g. Infus pump, Syring pump,
h. O2 transport,
i. CVC set, Alat pengukur tekanan Vena Central
j. Standart infuse
k. Suction continous pump
l. Alat Pengukur suhu tubuh pasien.
m. Alat penghisap (suction) portabel
n. Alat ventilasi manual dewasa alat penunjang jalan nafas.
o. Ventilator
p. Oksigen sentral
q. Lampu untuk melakukan tindakan
r. Defibrilator Biphasic
s. Peralatan drain thoraks
t. Troley emergency yang berisi alat dan obat - obat untuk emergency
2. Peralatan lain di Ruang ICU
a. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam keadaan
steril.
b. Resterilisasi alat ICU diiakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
c. Instrumen, alat - alat suction, bila selesai dipakai pada pasien.direndam dengan
cairan desinfektan (garnisep )baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.
d. Setiap pasien yang memeriukan suction harus mempunyai slang suction sendiri
-sendiri dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam.
e. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan tiap-tiap pasien
sendiri - sendiri
f. Set linen yang dipakai dengan perbandingan 1 TT: 6 set linen

D. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN DAN KALIBRASI PERALATAN


1. Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya program
kalibrasi dan pemeliharaan masing-masing alat
2. Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing -masing alat
ada buku pemakaiannya sendiri-sendiri
3. SOP penggunaan Alat - alat sudah terpasang pada masing - masing alat tersebut.
4. Pemeliharaan Peralatan diiakukan setiap selesai dipergunakan, dan pemeliharaan
rutin satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar pemeliharaan alat. Masing
-masing alat punya catatan pemeliharaan sendiri
BAB VI
TATA LAKSANA PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. KLASIFIKASI PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Dalam menyelenggarakan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit dibagi
dalam 3 (tiga) klasifikasi pelayanan yaitu:
1. Pelayanan ICU primer (Standart minimal)
Merupakan Intensive Care Unit ICU yang mampu melakukan resusitasi dan ventilasi
bantu < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe
C atau B1.
2. Pelayanan ICU sekunder ( Standart Menengah )
Merupakan Intensive Care Unit (ICU ) yang mampu melakukan ventilasi bantu lebih
lama dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup lain, tetapi tidak terlalu
kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe B2
3. Pelayanan ICU tersier
Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua aspek Rawat
atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A.
Dalam penyelenggaraannya pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit
masuk
dalam klasifikasi pelayanan Intensif Care Unit (ICU) Primer ( Standar Minimal )
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) terdiri dari:
1. ICU
2. ICCU
3. HCU
4. Recovery Room
5. NICU

B. KRITERIA MASUK DAN KELUAR INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


1. Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien
yang dalam keadaan sakit berat dan perlu dirawat khusus, serta memerlukan
pantauan ketat dan terus menerus serta tindakan segera.
2. Indikasi pasien masuk Intensive Care Unit (ICU) :
a. ICU / ICCU :
1) Prioritas 1 pasien yang mengalami gangguan akut pada organ vital yang
memerlukan tindakan dan terapi yang intensif cepat yaitu utamanya pada
pasien dengan gangguan pada sistem Pernafasan (B1), Sirkulasi Darah (B2),
Susunan syaraf pusat (B3) yang tidak stabil contoh :
 Gangguan atau gagal nafas akut
 Gangguan atau gagal sirkulasi / Kardiovaskuler.
 Gangguan atau gagal susunan syaraf
 Gangguan atau gagal ginjal
2) Prioritas 2 pasien yang memerlukan pemantauan dengan mempergunakan
peralatan monitor, misalnya:
 Observasi intensif pasca bedah operasi: post trepanasi, post laparatomy
dengan komplikasi,dll.
 Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
 Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung
3) Prioritas 3 pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk disembuhkan atau manfaat dari tindakan yang didapat
sangat kecil. Pasien ini hanya memerlukan terapi intensif pada penyakit
akutnya tetapi tidak diiakukan intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.
b. HCU :
1. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi komplikasi
2. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
Contoh kasus indikasi pasien masuk HCU berdasarkan system organ tubuh :
1) SISTEM PERNAPASAN
 Gangguan pernafasan yang memerlukan fisiotherapi intensif dan agresif
2) SISTEM KARDIOVASKULER
 Miokard Infark dengan hemodinamik stabil
 Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
 Hypertensi urgency tanpa gagal organ target
3) SISTEM SARAF
 Cedera kepala ringan / sedang dengan hemodinamik stabil
 Stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring dan memerlukan
pemeliharaan jalan nafas secara khusus
 Cedera sumsum tulang belakang stabil
4) SISTEM PENCERNAAN
 Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hypotensi
 Perdarahan saluran cerna bagian atas yang mau berespon terhadap
pemberian cairan
5) SISTEM ENDOKRIN
 KAD dengan pemberian insulin konstan
 Hypoglikemi dengan hemodinamik stabil
6) PEMBEDAHAN
 Pasca bedah dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan
resusitasi cairan
7) KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
 Preeklamsi pada kehamilan / pasca persalinan
c. Recovery Room ( RR )
1. Semua pasien yang telah mengalami pembiusan dan pembedahan (post op)
2. Pasien dengan indikasi operasi sito yang memerlukan perbaikan keadaan
3. umum
4. Tujuan perawatan di recovery room adalah menjaga fungsi vital pasien dalam
keadaan / batas normal setelah pembedahan berakhir dan selama sisa
anesthesia belum sama sekali hilang serta menjaga agar pasien tidak nyeri dan
atau cemas berlebihan
5. Bila dianggap perlu pasien bisa langsung masuk dalam kriteria rawat khusus
( HCU / ICU )
6. Aspek perawatan adalah :
 Perawatan dimulai sejak pasien dipindahkan dari kamar operasi ke ruang
pulih sadar ( RR ) sampai diserah terimakan kembali kepada perawat di
ruang rawat inap

 Jika pasien tetap kritis pasien dimasukkan dalam kriteria / dipindahkan ke


ICU
 Tujuan keperawatan :
 Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih
 Mencegah dan sesegera mungkin mengatasi komplikasi yang terjadi
 Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan
 saat pemindahan pasien dari ruang rawat intensif
3. Pasien yang masuk ke Intensive Care Unit (ICU) boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang
Rawat Inap, Kamar Operasi, Rujukan / pindahan dari RS lain dan dari dokter
praktek, asalkan sesuai dengan kriteria pasien masuk Intensive Care Unit (ICU)
berdasar prioritas 1,2,3 di atas.
4. Yang menentukan pasien bisa masuk Intensive Care Unit (ICU) adalah DPJP/
PRIMER
5. Apabila Intensive Care Unit (ICU) dalam keadaan kosong, maka semua dokter
diperkenankan untuk merawat pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) sesuai
dengan kriteria pasien masuk Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan Prioritas 1,
2, 3 diatas.
6. Indikasi Pasien Keluar Intensive Care Unit (ICU) :
a. ICU / ICCU / HCU
Pada pasien yang dengan'terapi atau pemantauan intensif tidak diharapkan
atau
tidak memberikan hasil, dan sesuai dengan prioritas yaitu :
1) Prioritas I
Dipindah apabila pasien tidak membutuhkan Rawat intensif lagi, tetapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit
kemungkinan
bila rawat intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau
lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan
agresif.
Misalnya:
– Pasien yang mengalami MBO (mati batang otak)
– Pasien ARDS stadium akhir
2) Prioritas II
Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif menunjukkan
bahwa rawat intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif
selanjutnya tidak diperlukan lagi, misalnya :
– Pada pasien yang telah membaik dan cukup stabil sehingga tidak
memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih lanjut
3) Prioritas III
Tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensif jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit
manfaatnya misalnya :
– Pasien dengan penyakit lanjut.
– Pasien dengan penyakit paru kronis
– Penyakit liver terminal
– Metastase carcinoma.
4) Pasien yang hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada
pasien yang lebih gawat dan lebih memerlukan terapi atau pemantauan
intensif lebih lanjut
5) Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di Instalasi Rawat
Intensif / pulang atas permintaan sendiri.
b. Recovery Room ( RR )
Pasien yang dirawat di ruang pulih sadar ( Recovery Room ) boleh
dipindahkan setelah memenuhi criteria “ ALDRETTE’S SCORE” atau setelah
memenuhi kriteria sebagai berikut
1) Bila kondisi system B1-B3 sudah kembali normal secara fisiologis dan
tidak ada gangguan pada system yang lain (min 6-8 Jam post op)
2) Bila kondisi system B1-B6 belum kembali normal secara fisiologis dan
perlu Ruang ICU anaestesi / perawatan intensif (min 6-8 Jam post op)
3) Bila kondisi B1-B3 sudah kembali normal secara fisiologis dan tidak ada
a. gangguan pada system yang lain, untuk px rawat jalan / poloklinik /
tanpa
b. pulang / rawat jalan MRS (min 2 jam post anastesi)

PEDOMAN PEMULIHAN ALDRETE SKOR PASCA ANESTHESIA


PENILAIAN SCOERE
1. PERGERAKAN ANGGOTA BADAN
a. Gerak bertujuan 2
b. Gerak tak bertujuan 1
c. Diam 0

2. PERNAFASAN
a. Nafas baik, adekuat, menangis 2
b. Nafas depresi ringan 1
c. Nafas perlu dibantu 0
3. SIRKULASI
a. Tekanan darah berubah dibawah 20% dari pre operasi 2
b. Tekanan darah berubah 20% - 50 %dari pre operasi 1
c. Tekanan darah berubah diatas 50% dari pre operasi 0
4. WARNA KULIT
a. Merah jambu 2
b. Pucat 1
c. Cyanosis 0
5. KESADARAN
a. Sadar penuh 2
b. Bereaksi 1
c. Tak bereaksi 0

CATATAN
  Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi pembedahan / tindakan
memungkinkan
  Nilai 7 pindah ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2
  Nilai 5 ke ICU
7. Apabila Intensive Care Unit (ICU) tidak terisi penuh, maka yang menentukan
pasien keluar dari Intensive Care Unit (ICU) adalah DPJP yang merawat pasien
tersebut.
8. Pasien bisa keluar dari Intensive Care Unit (ICU) selain berdasar kriteria 1,2,3
diatas adalah apabila pasien / keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di
Intensive Care Unit (ICU) ( Keluar Atas Permintaan Sendiri )
9. Apabila Intensive Care Unit (ICU) terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk
dan keluar dari Intensive Care Unit (ICU) dilakukan oleh atau Kepala Intensive
Care Unit (ICU) dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPJP
10. Apabila DPJP berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang Intensive Care
Unit (ICU) dilaksanakan oleh dokter jaga dengan terlebih dahulu berkonsultasi
dengan kepala Intensive Care Unit (ICU).

C. STANDART PELAYANAN MINIMUM INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Dalam penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di Rumah Sakit , standart
pelayanan minimum yang harus dimiliki oleh staf di IRI adalah sebagai berikut:
1. Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen
4. Pemasangan Catheter Vena Central
5. Pemantauan EKG, Puls oksimetri dan tekanan darah non invasive
6. Pelaksanaan terapi secara titrasi
7. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
8. Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
9. Observasi fungsi vital dengan alat - alat portable selama transportasi pasien gawat
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada
D. INFORMED CONSENT
1. Sebelum pasien dimasukkan di Intensive Care Unit (ICU) , pasien dan atau
ketuarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ruang intensif,
serta berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin diiakukan selama pasien
dirawat di ruang intensif serta prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala Intensive Care Unit (ICU) atau dokter
yang bertugas pada saat itu
3. Setelah mendapatkan penjelasan , pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau
tidak bisa menerima.
4. Pernyataan pasien dan atau ketuarganya tersebut harus dinyatakan dalam formulir
yang ditanda tangani.

E. ALUR PELAYANAN
Pasien yang memeriukan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain misalnya kamar bersalin dan
sebagainya.
3. Pasien dari ruang rawat inap

Bagan Alur Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit


PASIEN

Gawat Tidak gawat

IGD Poliklinik

Rawat Inap ICU Kamar Operasi


F. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Pelayanan dan Pengelolaan Intensive Care Unit (ICU) dilaksanaan mengacu pada
Kebijakan dan prosedur tertulis.
2. Prosedur pengelolaan dan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) secara rinci diatur
dalam tiap-tiap SPO.
SPO di Intensive Care Unit (ICU) meliputi:
a. SPO Pemasangan CVP
b. SPO Pemasangan stomach tube
c. SPO Intubasi dan perawatannya
d. SPO Ekstubasi
e. SPO Balance cairan
f. SPO Penggunaan alat medis, antara lain:
– Patien Monitor
– Syringe pump
– Suction
3. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan
di Intensive Care Unit (ICU)
4. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan Dan Obat - obatan
a. Tersedianya obat - obat emergency yang memadai untuk menunjang life saving,
seperti Sulfas Atropin, Adrenalin, Anti Aritmia, lidokain, dopamine dan lain .
b. Obat - obat tersebut diletakkan di tempat yang mudah terjangkau untuk
memudahkan dalam penggunaan saat tindakan emergency ke pasien.
c. Tersedianya alkes, cairan infus dan alat - alat yang menunjang untuk kebutuhan
emergency yang diletakkan di tempat yang mudah terjangkau, seperti :
Nasopharing, Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat ventilasi manual,
masker oksigen, infus RL, NaCl 0,9 %, Koloid 6 %, dan juga spuit dari ukuran 1 cc
hingga 50 cc beserta water injeksi.
d. Daftar obat - obatan emergency dan alat - alat kesehatan sebagaimana tercantum
dalam daftar
5. Perencanaan Peralatan / Peremajaan
a. Program Perencanaan peralatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan rumah sakit, apabila ada hal - hal yang insidentil dan mendesak bisa
dilaksanakan sewaktu -waktu.
b. Peremajaan peralatan diiakukan bekerjasama dengan Logistik, Keuangan dan
Pihak terkait dari peralatan tersebut

G. PENANGGULANGAN KEGAWATAN
1. Jenjang terapi henti jantung (Algoritma)
a. Bantuan Hidup Dasar yang harus diberikan adalah Airway, Breathing, Circulation
tanpa alat dan dengan alat11 SELALU "harus segera diberikan pada pasien yang
henti nafas dengan atau tanpa henti jantung.
b. Diagnosis henti nafas diiakukan dengan cara :
• Look, Listen dan Feel
• Meraba nadi carotis dan femoralis pada pasien dewasa
• Meraba nadi brachialis pada pasien bayi
c. Denyut nadi negative berarti henti jantung telah terjadi
d. Algoritma penanganan henti jantung (terlampir)

ALGORITMA HENTI JANTUNG


1. VENTRICULER FIBRILASIVF
2. VENTRICULER TACHICARDIA ( VT – PULSELESS )
3. VT / VF Tanpa Denyut Carotis (PULSESES)
a. Harus segera mendapatkan defibrilasi
b. Jika tidak ada defibrillator BHD harus segera dimulai
c. Jika henti jantung sempat disaksikan dimonitor maka lakukan resusitasi awal dengan
PRECORDIAL THUMP
4. Bukan VF / VT
Prognosis sangat jelek, kecuali penyebab segera dapat segera dikoreksi
5. Asistole
a. Penting sekali dipastikan kabel elektroda tidak tetiepas
b. BHD harus segera dimulai selama 3 menit, pastikan jalan nafas terbuka
c. Lakukan intubasi dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%
b. Pertahankan akses intravena untuk jalus obat - obat resusitasi agar segera beredar
c. dalam sirkulasi sistemik.

6. EMD/PEA
a. ECG masih menunjukkan irama yang seolah - olah diikuti adanya sirkulasi darah
(curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak ada / henti jantung.
b. Pertolongan mungkin bisa berhasil jika penyebab henti jantungnya dapat dikoreksi
c. Lakukan BHD sambil mencari faktor 4 H ( Hypoxia, Hypovolemia, Hyperkalemia /
Hypokalemia, Hypotermia ) dan 4 T ( Tension Pneumothorax,Tamponade Jantung,
Thromboemboli, Toksik / Over Dosis Obat)
7. Obat - obatan untuk Resusitasi Jantung Paru
a. Epinephrin (Adrenalin )
 Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau
syok anfilaktik, hipotensi.
 Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau
syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit.
Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus
dengan dosis 1mg (1 mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis
dewasa 1 mg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat
mencapai 2-10 mg/mnt
 Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor ft adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung
b. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
 Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif / salvo dan R on T
Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit sampai dosis total 3
mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 j
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV
 Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
c. Sulfas Atropin
 Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki
sistim konduksi AtrioVentrikuler
 Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat fl tipe 2 atau derajat ill (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
 Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 /derajat III.
 Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
 dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra
vena diencerkan menjadi 10 cc
d. Natrium bikarbonat (Nabic)
 Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
 Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
 Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
e. Kalsium gluconat / Kalsium klorida
 Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot
jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif
atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama Diberikan secara
pelahan-lahan (V selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
 Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium
klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul
Kalsium gluconat

8. Obat - obat pada periode peri arrest


a. Dopamin
 Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktiiitas miokard,
curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
 Dosis 2-10 ug/kgBB/menit dalam syringe pump.
b. Digoxin
 Indikasi Fibrilasi Atrium dengan respon ventrikel cepat Kegagaian ventrikel kiri
 Dosis Awal : 0,5 mg dilarutkan dalam 10 cc D5 % IV diberikan selama 10 menit
 Lanjut : 0,25 mg oral ( 1 / 2 kali) sampai tercapai dosis total 0,75-1 mg / 24jam
c. Verapamil
 Indikasi SVT dan Angina Pectoris
 Dosis awal diberikan 5 - 10 mg IV dalam 2 menit dapat diulang 5 mg lagi setelah 5
menit
 Verapamil IV hanya diberikan pada SVT yang sudah pasti karena efek inotropik
negatifnya cukup besar.
 efek anti aritmia berlangsung sekitar 6 jam
d. Dobutamin
 Efek inotropik positif pada infark miokard,bedah jantung, kardiomiopati, syok
septik dan syok kardiogenik (IONI hal 173, 2008)
 Dobutamin bekerja dengan memperkuat daya kontraksi jantung akibat stimulasi
01 adrenoreseptor di jantung. Dobutamin juga berdaya vasodilatasi karena
stimulasi D2 reseptor (Tan Hoan Tjay hal 599, 2007).
8. Obat - obat emergency lainnya
a. Magnesium Sulfat
 Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel
takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
 Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan
selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
b. Morfin
 Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
 Dosis 2-5 mg dapat diulang 5-30 menit
c. Kortikosteroid
 Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk
mengurangi edema cerebri
d. Furosemide
 Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
 Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang beiiebih adalah hipotensi,
dehidrasi dan hypokalemia
 Dosis 20 - 40 mg intra vena
e. Diazepam
 Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, ekfamsia, gaduh gelisah dan tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
 Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
e. Norepineprin
 Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS < 70
mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah Diberikanhanya melalui
jalur IV
 Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, atau campur
dengan 50 cc D5 % dengan menggunakan syringe pump
 Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang adekuat pada
kasus drug-induced hypotension Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan
HR Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia akut;
monitor cardiac output
 Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi : campur
phentolamin 5 - 10 mg ke dalam 10 - 15 ml NS, infiltrasikan ke area ekstravasasi
f. Cairan Resusitasi
 Kristaloid
 Keloid

g. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di Intensive Care Unit (ICU) dilakukan oleh perawat dan
selanjutnya dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.
Langkah – langkah pelaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a. Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP
b. Respirasi: menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan
hasil BGA, keluhan, pemeriksaan fisik dan foto thorax.
b. Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
c. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
d. Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh / penurunan (hipotermi), pemeriksaan
kultur, berapa lama antibiotic diberikan
e. Nutrisi klien : enteral, parenteral
f. Mencatat hasil lab yang abnormal.
g. Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh
proses perawatan
h. Menghitung intake / output (balance cairan)
3. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian
i. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
1. Pemeriksaan laboratorium Intensive Care Unit (ICU) terpusat di laboratorium dan bisa
diiakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas Intensive Care Unit (ICU) memberitau
b. ke petugas Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
c. Petugas Intensive Care Unit (ICU) membuatkan surat permintaan pemeriksaan
laborat pada lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
d. Perawat Intensive Care Unit (ICU) melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan laborat sesuai dengan surat permintaan tersebut.
e. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laboratoium mengantar ke unit
Intensive Care Unit (ICU)
f. Pemeriksaan laboratorium sito bisa diminta sewaktu-waktu
2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas Intensive Care Unit (ICU)
memberitaukan ke petugas radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang diminta.
b. Petugas Intensive Care Unit (ICU) mengantarkan pasien ke ruang radiologi untuk
diiakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ICU mengambil hasinyal ke
radiologi mengantar hasilnya ke Intensive Care Unit (ICU).
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu 24 jam

k. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas /
wewenang dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.

1. Jenis Rujukan
a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
 Rujukan vertikal
Contoh : Rujukan dari Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Tipe C ke Rs Tipe B
atau Tipe A
 Rujukan horizontal
Rujukan dari Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam suatu tingkatan yang sama
b. Rujukan Internal
Rujukan didalam fasilitas pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan lainnya (dokter ke dokter, residen ke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
 Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
 Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien / kasus, specimen dan pengetahuan tentang penyakit
 Rujukan permasalahan kesehatan
 Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan berupa fasilitas, tehnologi dan operasional
2. Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memeriukan
pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit
3. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk
tersebut akan mendapatkan penanganan segera
4. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus diiakukan segera
setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani. Oleh karena itu rujukan
merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer
informasi diantara fasilitas pelayanan kesehatan

5. Tujuan rujukan
Tujuan diiakukan rujukan adalah :
a. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (Second Opinion)
b. Memeriukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas tersebut
c. Memerluklan intervensi medis diluar kemampuan fasilitas kesehatan tersebut
d. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
e. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.

k. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari Intensive Care Unit (ICU) dengan kriteria :
 Pindah alas persetujuan dokter
 Pindah atas permintaan sendiri
b. Pemindahan pasien dari Intensive Care Unit (ICU) :
 Petugas (perawat) memastikan pasien telah ada kepastian pindah ruangan
 Petugas ( perawat ) memberikan informasi pada keluarga pasien, dan meminta
keluarga pasien untuk memilih kamar yang diinginkan di unit pendaftaran.
 Petugas pendaftaran meminta persetujuan kepada keluarga pasien dan
selanjutnya memesankan kamar sesuai dengan yang diinginkan oleh keluarga
pasien tersebut
 Perawat Intensive Care Unit (ICU) mempersiapkan pemindahan pasien ke ruang
rawat inap, antara lain : membuat / mengisi formulir hand over, obat - obatan,
status pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang.
 Perawat Ruang Rawat Inap ( sesuai dengan kamar yang diminta oleh keluarga
pasien) menjemput pasien di Intensive Care Unit (ICU).
 Perawat Intensive Care Unit (ICU) melakukan serah terima / hand over dengan
perawat Ruang Rawat Inap
 Perawat dari ruang perawatan menjemput pasien dari Intensive Care Unit (ICU)

2. Pengiriman ke kamar operasi


Pengiriman pasien yang akan diiakukan operasi, pengiriman ke kamar operasi sesuai
dengan SPO persiapan pasien perioperasi.
3. Pengiriman pasien untuk pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang medis ( CT Scan, EEG, MRI ) dan tindakan medis
(Haemodialisa) dilaksanakan diluar Rumah Sakit
b. Pelaksanaan pengiriman pasien sesuai dengan SPO pemeriksaan penunjang dan
tindakan medis diluar Rumah Sakit
4. Pengiriman Pasien dalam kerjasama dengan pelayanan rujukan
a. Intensive Care Unit (ICU) melakukan rujukan ke rumah sakit yang mempunyai
tingkat pelayanan yang lebih tinggi kemampuannya.
b. Pasien rujuk / pindah rumah sakit berdasarkan :
 Saran dokter yang merawat dengan pertimbangan akan mendapatkan terapi
lebih lanjut dan alat yang lebih tinggi tingkat kemampuannya.
 Permintaan dari keluarga pasien .
c. Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit menerima rujukan dari rumah sakit atau
klinik yang tingkat pelayanannya lebih rendah.
d. Kriteria pasien rujukan yang masuk Intensive Care Unit (ICU) sesuai dengan
kebijakan pasien masuk Intensive Care Unit (ICU).

l. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Catatan di Intensive Care Unit (ICU) di verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan dan dokter tersebut harus bertanggung jawab terhadap semua
yang telah dikerjakan
b. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus
(jantung, paru, ginjal, dan sebagainya ) secara berkala, jenis dan jumlah asupan
nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar
dari pasien
c. Pencatatan nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh perawat ICU
minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan kondisi pasien
d. Pemantauan dan pelaporan secara umum dan khusus setiap pagi dan sore hari oleh
dokter jaga atau perawat ICU kepada DPJP / PRIMER
e. Dalam keadaan emergency laporan bisa dilaksanakan sewaktu - waktu sesuai dengan
kondisi pasien dengan menggunkan Metode SBAR
f. Hal – hal yang perlu dilaporkan adalah pemantauan umum yang meliputi:
o Pemeriksaan tanda - tanda vital
o Pemeriksaan fisik
o Balans cairan diiakukan tiap 3 - 6 jam
o Evaluasi
o Pemeriksaan laboratorium antara lain :
• Analisa gas darah, Gula darah, Darah rutin, SE,
• BUN, Creatinin, Keton darah, Keton urine, FH, SGOT, SGPT sesuai indikasi
• Pemeriksaan lain bila dibutuhkan
g. Urutan pelaporan kondisi pasien didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian
g. Pelaporan secara umum setiap pagi oleh dokter jaga atau perawat ICU kepada kepala
Intensive Care Unit (ICU), jika di perlukan.
h. Pelaporan umum meliputi:
1. Jumlah dan kondisi pasien yang di rawat di Intensive Care Unit (ICU)
2. Rencana pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan
i. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ICU ditulis dalam Buku Register Pasien,
buku laporan harian tiap shif dan sensus harian.

M. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian DRM Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan JUKNIS pengisian DRM
Intensive Care Unit (ICU).
2. Berkas DRM Intensive Care Unit (ICU) dimasukkan dalam berkas rawat inap kemudian
disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang
atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien tersebut
pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.
3. Bila pasien keluar dari Intensive Care Unit (ICU) tetapi masih dirawat di ruang Rawat
lain dalam RS , maka berkas DRM Intensive Care Unit (ICU) disertakan dalam status
rawat inap pasien tersebut.

BAB VI
TATA TERTIB INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. PETUGAS
 Mematuhi seluruh aturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit .
 Menjunjung tinggi profesi dan etika profesi.
 Melaksanakan pelayanan asuhan kepada pasien yang aman dan efektif berdasarkan
visi, misi dan motto Rumah Sakit
 Tidak boleh berbicara, memberi komentar dan mengungkapkan permasalahan yang
berada di lingkungan Rumah Sakit kepada wartawan maupun pihak luar rumah sakit
tanpa ijin dari pihak Rumah Sakit .
 Masuk ruang Intensive Care Unit (ICU) wajib cuci tangan dengan cairan yang telah
disediakan
 Demi keamanan dan kenyamanan bersama dilarang membawa dan meninggalkan
barang – barang berharga ( tas, dompet, perhiasan dan uang ) didalam ruang
Intensive Care Unit (ICU)
 Tidak membawa makanan dan makan di ruang Intensive Care Unit (ICU)

B. PENGUNJUNG
 Dilarang merokok, membuang sampah sembarangan, meludah di sembarang tempat
 Menjaga ketenangan bersama dengan tidak membuat gaduh
 Waktu berkunjung :
Siang : jam 11.00 – 12.00 WIB.
Sore : jam 16.00 – 18.00 WIB.
 Demi kelancaran pelayanan kepada pasien :
 Pengunjung tidak diperkenankan berkunjung di luar waktu yang telah ditetapkan
karena akan mengganggu waktu istirahat pasien dan kelancaran pelayanan kepada
pasien.
 Untuk pengunjung /Penjenguk Melihat di kaca dari luar
 Untuk menjaga kesehatan, pengunjung dibawah usia 12 tahun tidak diizinkan masuk
ke ruang Intensive Care Unit (ICU)
.

BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN HAIs INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

1. Pintu Intensive Care Unit (ICU) (luar dan dalam) harus selalu dalam keadaan tertutup
2. Melakukan pembersihan rutin Intensive Care Unit (ICU) dan peralatan Instalasi Rawat
Intensif sesuai jadwal yang telah ditentukan setiap hari.
3. Melakukan sterilisasi ruangan (UV) setelah pembersihan ruangan sesuai prosedur
minimal 1 bulan 1 kali, atau ada pasien dengan droplet airborn
4. Penanganan sampah pembuangan BAB dan BAK pasien sesuai dengan prosedur.
5. Petugas Mengisi data survailence pemakaian alat invasif diisi oleh katim/IPCLN
6. Petugas Intensive Care Unit (ICU) (dokter dan perawat).
a. Petugas Intensive Care Unit (ICU) harus memakai skort, alas kaki dan masker
khusus Intensive Care Unit (ICU).
b. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c. Pemakaian sarung tangan setiap kali melakukan tindakan terhadap pasien.
d. Untuk tindakan-tindakan tertentu petugas harus memakai sarung tangan steril.
e. Perlindungan dari penyakit menular bagi petugas Intensive Care Unit (ICU)
diiakukan sesuai prosedur.
f. Karena sebagian besar alat Intensive Care Unit (ICU) menggunakan listrik, maka
diiakukan pemeliharaan rutin untuk mencegah terjadinya lonjatan listrik baik ke
petugas maupun ke pasien.
g. Untuk Pasien Intensive Care Unit (ICU) harus diganti dengan baju khusus Instalasi
Rawat Intensif.
h. Penggantian alat tenun pasien diiakukan setiap hari 2 x atau bila kotor .
i. Pembersihan tempat tidur dan alat-alat yang dipakai pasien setelah pasien keluar,
dengan menggunakan cairan desinfektan dan beberapa tempat sampah kering
basah dan tempat alat tenun Infeksius dan Non infeksius
j. Untuk pengunjung pasien / keluarga pasien bila masuk Intensive Care Unit (ICU)
harus cuci tangan dan menggunakan alas kaki.
k. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung ( max 1orang )
BAB IX
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


1. Adverse event:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis / bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah ( Unpreventable Adverse Event) :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir
E. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
1. Near Miss:
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:
■ KarenaM keberuntungan"
■ Karena" pencegahan"
■ Karena" peringanan"
2. Kesalahan Medis (Medical Errors) :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

F. KEJADIAN SENTINEL (SENTINEL EVENT)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti:
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata "sentinel" terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkap adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

G. TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD -
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden
Keselamatan"

BAB X
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
 Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
 Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
 Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
 Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
 Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB XI
PENGENDALIAN MUTU
UNIT PELAYANAN INTENSIF

JUDUL: Rata-rata pasien yang kembali dengan kasus sama < 72 jam
DIMENSI MUTU Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif

dengan kasus yang sama < 72 jam


TUJUAN Efektifitas
DEFINISI Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang

OPERASIONAL rawat inap dengan kasus yang sama


FREKUENSI Setiap bulan

PENGUMPULAN
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif

dengan kasus yang sama < 72 jam dalam 1 bulan.


DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif

dalam 1 bulan.
SUMBER DATA Rekam medic
STANDAR < 3%
PENANGGUNG JAWAB Komite medis/Komite mutu

JUDUL: Pemberi Pelayanan Unit Intensif


DIMENSI MUTU Pemberi pelayanan unit intensif
TUJUAN Kompetensi teknis
DEFINISI Tersedianya pelayanan intensif tenaga yang

OPERASIONAL kompeten yaitu dokter Sp.An dan dokter spesialis

sesuai dengan kasus yang ditangani, perawat D3

dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara


FREKUENSI Setiap bulan

PENGUMPULAN
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah tenaga dokter Sp.An dan spesialis yang

sesuai dengan kasus yang ditangani, perawat D3

dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara yang

melayani pelayanan perawatan intensif


DENOMINATOR Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang

melayani perawatan intensif


SUMBER DATA Kepegawaian
STANDAR 100%
PENANGGUNG JAWAB Komite mutu

BAB XI
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh staf di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit . Pedoman
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi
sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) ini , selanjutnya dijabarkan dalam standar prosedur operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai