NOMOR: 002.ICU/PER/DIR/BUHA/IV/2017
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT (ICU)
Menimbang : a. bahwa dalam pelayanan intensif Care Unit di Rumah Sakit Buah Hati
Ciputat diperlukan pedoman pelayanan intensif Care Unit (ICU);
b. bahwa agar tata laksana Pelayanan Intensif Care Unit (ICU) di
Rumah Sakit Buah Hati Ciputat dapat terlaksana dengan baik perlu
adanya Pedoman Pelaya nan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir a dan b, perlu ditetapkan Pedoman Unit Pelayanan Intensif
dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Buah Hati Ciputat.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
8. Peraturan Direktur PT Buah Hati Medika Nomor
01/Per/Dir/BHM/III/2017 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit
Buah Hati Ciputat;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INTNSIF CARE UNIT (ICU) DI LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT
KEDUA : Pedoman Organisasi Unit Pelayanan Intensif Care Unit di lingkungan Rumah
Sakit Buah Hati Ciputat sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.
KETIGA : Pelayanan intensif Care Unit di lingkungan Rumah Sakit Buah Hati Ciputat
wajib dilaksanakan dengan mengacu Pedoman ini.
KEEMPA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
T ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Direktur,
drg. Ardhy Nugrahanto Wokas, M.Sc.P.H., M.Sc.H.M., Ph.D.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan Intensive. Saat ini pelayanan di
ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga meliputi
berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi /gagal
organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi,
Ruang Rawat, ataupun kiriman dari Rumah Sakit lain. Intensive Care Unit ( ICU ) adalah
suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus yang ditujukan untuk
observasi, rawat dan terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan
kemampuan, sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi -
fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medis, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan –keadaan tersebut.
Keadaan yang sedemikian akan tercapai bila pelaksanaan pelayanan di ICU dilakukan
dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga - tenaga yang terampil, professional dan
bermutu. Ruang lingkup pelayanan meliputi pemberian dukungan fungsi organ - organ
vital seperti pernapasan, kardiovaskular, susunan syaraf pusat, renal dan lainlainnya.
Mengingat diperlukannya tenaga - tanaga khusus dan terbatasnya sarana serta
mahalnya peralatan yang diperlukan di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit , maka
perlu disusun Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit yang
diharapkan bisa sebagai panduan semua pihak yang terlibat didalamnya.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkanpelayanan yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan
pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
b. Tujuan Khusus
o Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia.
o Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di Intensive Care Unit (ICU)
o Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan
pelayanan pengawasan saja.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang - undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Undang - undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang - undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 779 / Menkes / SK / VIII / 2008, tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 834 / MENKES / SK / VII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU)
7. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No 1778 / MENKES/ SK/ XII / 2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU ) di Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No 519 / Menkes / PER / III / 2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anesthesiologi dan Terapi Intensif di Rumah
Sakit
9. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan No HK. 02.04/ / 1966 / 11, tentang
Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit Di Rumah Sakit.
BAB II
FALSAFAH PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
A. ETIKA KEDOKTERAN
Landasan dasar dari etika kedokteran adalah "saya akan senantiasa mengutamakan
kesehatan pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk dapat secara optimal,
memperbaiki kondisi kesehatan pasien". Oleh karena hal yang perlu dipertimbangkan
dalam segi etika pelayanan pasien di Intensive Care Unit (ICU) adalah
1. Autonomy, hak dari pasien untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.
2. Benefiscence, kewajiban dokter untuk memberikan apa yang terbaik dan bermanfaat
bagi pasien
3. Non- melefiscence : tidak melakukan hal - hal yang membahayakan pasien
4. Justice : kewajiban untuk memberikan pelayanan yang sama bagi setiap pasien
E. ASAS PRIORITAS
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke Intensive Care Unit (ICU) sesuai dengan
indikasi masuk ke Intensive Care Unit (ICU) yang benar. Karena keterbatasan jumlah
tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.
F. KEMITRAAN PROFESI
Kegiatan pelayanan pasien di Intensive Care Unit (ICU) di samping multi disiplin juga
antar profesi, yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil
optimal maka perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan
mencakup semua profesi.
BAB III
KABIJAKAN
A. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
B. Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan insentif
yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan
kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak
akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan ICU
dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan Intensive
Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan
profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
Resuitasi kardiopulmoner
Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan pasien
:
Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi
dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.
Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi sistem.
Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter pasien
sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada
pasien sakit kritis seperti :
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar rumah
sakit:
Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian
admission.
Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek
jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis
menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan perbaikan
berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari
DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain berkoordinasi
dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang
sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di
informasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis
yang bertugas di ICU
DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter
spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi
yang bertugas di ICU
Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka
DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di
bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh
DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang
siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam
Intensif Care Unit
Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait
dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk
dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Tim Medis
a. Dokter Spesialis Konsulen
• Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu masing -
masing
• Dokter spesialis konsulen harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika
diperlukan.
• Jika salah satu dokter konsulen berhalangan hadir maka wajib memberitahu
1 hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter konsulen lainnya dalam
displin ilmu yang sama
b. Dokter jaga
• Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter bangsal
2. Pengaturan Jaga Tenaga Keperawatan
a. Pengaturan jadwal dinas perawat Intensive Care Unit (ICU) dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh penanggung jawab Unit Pelayanan Keperawatan
Intensive Care Unit (ICU) serta disetujui oleh Manager Keperawatan
b. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore, malam, lepas malam, libur dan cuti
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana Intensive Care Unit (ICU) setiap satu bulan.
d. Jadwal dinas paling lambat dibuat 1 minggu sebelum pergantian bulan
e. Jika ada keperluan penting pada hari tertentu ( direncanakan ), maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan kepada penanggung jawab unit minimal 1
mgg sebelum pembuatan jadwal dinas bulan berikutnya
f. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui
g. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( Incharge)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan serta memiliki sertifikat ICU /
BLS.
h. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus
memberikan informasi kepada penanggung jawab Unit Keperawatan Intensive Care
Unit (ICU) minimal 1 hari sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu
penanggung jawab mengatur personil yang jaga saat itu
i. Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(tidak terencana ) karena sakit / anak sakit dan sebagainya maka perawat tersebut
harus memberikan informasi kepada penanggung jawab Unit minimal 4 jam sebelum
jam dinas dimulai dan perawat tersebut diharuskan mencari ganti terlebih dahulu.
j. Apabila ada tenaga perawat yang tiba - tiba tidak bisa jaga sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan karena ada kejadian yang mendadak harus menginformasikan 1 jam
sebelum jam dinas dimulai ) maka penanggung jawab wajib mencarikan perawat
pengganti, jika tidak ada perawat yang dapat menggantikan, maka perawat
sebelumnya yang harus menggatikan perawat yg tidak dapat masuk pada hari itu
e. Area Kerja
Suhu ruangan diusahakan 22-25° C, nyaman , energi tidak banyak keluar.
R.Dokter & R. Perawat
R.Tempat buang kotoran
R. tempat penyimpanan barang & obat
R. tunggu keluarga pasien
Sumber air, Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp,
Suction sentral
4. Almari alat tenun & obat, instrument dan alat kesehatan, Almari pendingin (kulkas)
5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus
6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
7. Tempat dokter & perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk
mengobservasi pasien
C. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas Peralatan di Intensive Care Unit (ICU)
a. Tempat tidur khusus yang bisa dirubah posisinya sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
b. Alat pengukur tekanan darah mobile
c. Pulse oxymetri dewasa
d. ECG 12 lead, Nabulaizer,
e. Resusitator, Jucksion Reese, Papan resusitasi
f. Bed side Monitor ECG,
g. Infus pump, Syring pump,
h. O2 transport,
i. CVC set, Alat pengukur tekanan Vena Central
j. Standart infuse
k. Suction continous pump
l. Alat Pengukur suhu tubuh pasien.
m. Alat penghisap (suction) portabel
n. Alat ventilasi manual dewasa alat penunjang jalan nafas.
o. Ventilator
p. Oksigen sentral
q. Lampu untuk melakukan tindakan
r. Defibrilator Biphasic
s. Peralatan drain thoraks
t. Troley emergency yang berisi alat dan obat - obat untuk emergency
2. Peralatan lain di Ruang ICU
a. Peralatan yang berupa set instrumen, alat kesehatan disposible harus dalam keadaan
steril.
b. Resterilisasi alat ICU diiakukan setiap 3 x 24 jam sekali.
c. Instrumen, alat - alat suction, bila selesai dipakai pada pasien.direndam dengan
cairan desinfektan (garnisep )baru kemudian disterilkan di ruang sterilisasi.
d. Setiap pasien yang memeriukan suction harus mempunyai slang suction sendiri
-sendiri dan diganti dalam waktu 1 x 24 jam.
e. Penggunaan kom untuk suction diganti dalam waktu 1 x 24 jam dan tiap-tiap pasien
sendiri - sendiri
f. Set linen yang dipakai dengan perbandingan 1 TT: 6 set linen
2. PERNAFASAN
a. Nafas baik, adekuat, menangis 2
b. Nafas depresi ringan 1
c. Nafas perlu dibantu 0
3. SIRKULASI
a. Tekanan darah berubah dibawah 20% dari pre operasi 2
b. Tekanan darah berubah 20% - 50 %dari pre operasi 1
c. Tekanan darah berubah diatas 50% dari pre operasi 0
4. WARNA KULIT
a. Merah jambu 2
b. Pucat 1
c. Cyanosis 0
5. KESADARAN
a. Sadar penuh 2
b. Bereaksi 1
c. Tak bereaksi 0
CATATAN
Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi pembedahan / tindakan
memungkinkan
Nilai 7 pindah ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2
Nilai 5 ke ICU
7. Apabila Intensive Care Unit (ICU) tidak terisi penuh, maka yang menentukan
pasien keluar dari Intensive Care Unit (ICU) adalah DPJP yang merawat pasien
tersebut.
8. Pasien bisa keluar dari Intensive Care Unit (ICU) selain berdasar kriteria 1,2,3
diatas adalah apabila pasien / keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di
Intensive Care Unit (ICU) ( Keluar Atas Permintaan Sendiri )
9. Apabila Intensive Care Unit (ICU) terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk
dan keluar dari Intensive Care Unit (ICU) dilakukan oleh atau Kepala Intensive
Care Unit (ICU) dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPJP
10. Apabila DPJP berhalangan, maka koordinasi penggunaan ruang Intensive Care
Unit (ICU) dilaksanakan oleh dokter jaga dengan terlebih dahulu berkonsultasi
dengan kepala Intensive Care Unit (ICU).
E. ALUR PELAYANAN
Pasien yang memeriukan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain misalnya kamar bersalin dan
sebagainya.
3. Pasien dari ruang rawat inap
IGD Poliklinik
G. PENANGGULANGAN KEGAWATAN
1. Jenjang terapi henti jantung (Algoritma)
a. Bantuan Hidup Dasar yang harus diberikan adalah Airway, Breathing, Circulation
tanpa alat dan dengan alat11 SELALU "harus segera diberikan pada pasien yang
henti nafas dengan atau tanpa henti jantung.
b. Diagnosis henti nafas diiakukan dengan cara :
• Look, Listen dan Feel
• Meraba nadi carotis dan femoralis pada pasien dewasa
• Meraba nadi brachialis pada pasien bayi
c. Denyut nadi negative berarti henti jantung telah terjadi
d. Algoritma penanganan henti jantung (terlampir)
6. EMD/PEA
a. ECG masih menunjukkan irama yang seolah - olah diikuti adanya sirkulasi darah
(curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak ada / henti jantung.
b. Pertolongan mungkin bisa berhasil jika penyebab henti jantungnya dapat dikoreksi
c. Lakukan BHD sambil mencari faktor 4 H ( Hypoxia, Hypovolemia, Hyperkalemia /
Hypokalemia, Hypotermia ) dan 4 T ( Tension Pneumothorax,Tamponade Jantung,
Thromboemboli, Toksik / Over Dosis Obat)
7. Obat - obatan untuk Resusitasi Jantung Paru
a. Epinephrin (Adrenalin )
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau
syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan intratrakeal
atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau
syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit.
Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus
dengan dosis 1mg (1 mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis
dewasa 1 mg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat
mencapai 2-10 mg/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor ft adrenergic dan meningkatkan
aliran darah ke otak dan jantung
b. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT,
Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif / salvo dan R on T
Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit sampai dosis total 3
mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 j
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
c. Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki
sistim konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV
blok derajat fl tipe 2 atau derajat ill (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi
dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 /derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04
mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra
vena diencerkan menjadi 10 cc
d. Natrium bikarbonat (Nabic)
Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang
timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia
(kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
e. Kalsium gluconat / Kalsium klorida
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot
jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif
atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama Diberikan secara
pelahan-lahan (V selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium
klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul
Kalsium gluconat
g. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di Intensive Care Unit (ICU) dilakukan oleh perawat dan
selanjutnya dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.
Langkah – langkah pelaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam
a. Kardio vaskuler: peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP
b. Respirasi: menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan
hasil BGA, keluhan, pemeriksaan fisik dan foto thorax.
b. Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
c. Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
d. Tanda infeksi: peningkatan suhu tubuh / penurunan (hipotermi), pemeriksaan
kultur, berapa lama antibiotic diberikan
e. Nutrisi klien : enteral, parenteral
f. Mencatat hasil lab yang abnormal.
g. Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh
proses perawatan
h. Menghitung intake / output (balance cairan)
3. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath - Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed - Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain - Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader - Sistem urogenital
e. B-5 Bowel - Sistem pencernaan
f. B-6 Bone - Sistem tulang dan persendian
i. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
1. Pemeriksaan laboratorium Intensive Care Unit (ICU) terpusat di laboratorium dan bisa
diiakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas Intensive Care Unit (ICU) memberitau
b. ke petugas Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
c. Petugas Intensive Care Unit (ICU) membuatkan surat permintaan pemeriksaan
laborat pada lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan dokter.
d. Perawat Intensive Care Unit (ICU) melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan laborat sesuai dengan surat permintaan tersebut.
e. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas laboratoium mengantar ke unit
Intensive Care Unit (ICU)
f. Pemeriksaan laboratorium sito bisa diminta sewaktu-waktu
2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas Intensive Care Unit (ICU)
memberitaukan ke petugas radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang diminta.
b. Petugas Intensive Care Unit (ICU) mengantarkan pasien ke ruang radiologi untuk
diiakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ICU mengambil hasinyal ke
radiologi mengantar hasilnya ke Intensive Care Unit (ICU).
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu 24 jam
k. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas /
wewenang dan tanggung jawab secara timbale balik baik horizontal maupun vertical
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan karena
keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
1. Jenis Rujukan
a. Rujukan Eksternal
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari :
Rujukan vertikal
Contoh : Rujukan dari Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Tipe C ke Rs Tipe B
atau Tipe A
Rujukan horizontal
Rujukan dari Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam suatu tingkatan yang sama
b. Rujukan Internal
Rujukan didalam fasilitas pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan lainnya (dokter ke dokter, residen ke spesialis, rujukan triage).
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien / kasus, specimen dan pengetahuan tentang penyakit
Rujukan permasalahan kesehatan
Rujukan yang diiakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan berupa fasilitas, tehnologi dan operasional
2. Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memeriukan
pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit
3. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk
tersebut akan mendapatkan penanganan segera
4. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus diiakukan segera
setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani. Oleh karena itu rujukan
merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja sama, koordinasi dan transfer
informasi diantara fasilitas pelayanan kesehatan
5. Tujuan rujukan
Tujuan diiakukan rujukan adalah :
a. Membutuhkan pendapat dari ahli lain (Second Opinion)
b. Memeriukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas tersebut
c. Memerluklan intervensi medis diluar kemampuan fasilitas kesehatan tersebut
d. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
e. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.
k. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari Intensive Care Unit (ICU) dengan kriteria :
Pindah alas persetujuan dokter
Pindah atas permintaan sendiri
b. Pemindahan pasien dari Intensive Care Unit (ICU) :
Petugas (perawat) memastikan pasien telah ada kepastian pindah ruangan
Petugas ( perawat ) memberikan informasi pada keluarga pasien, dan meminta
keluarga pasien untuk memilih kamar yang diinginkan di unit pendaftaran.
Petugas pendaftaran meminta persetujuan kepada keluarga pasien dan
selanjutnya memesankan kamar sesuai dengan yang diinginkan oleh keluarga
pasien tersebut
Perawat Intensive Care Unit (ICU) mempersiapkan pemindahan pasien ke ruang
rawat inap, antara lain : membuat / mengisi formulir hand over, obat - obatan,
status pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang.
Perawat Ruang Rawat Inap ( sesuai dengan kamar yang diminta oleh keluarga
pasien) menjemput pasien di Intensive Care Unit (ICU).
Perawat Intensive Care Unit (ICU) melakukan serah terima / hand over dengan
perawat Ruang Rawat Inap
Perawat dari ruang perawatan menjemput pasien dari Intensive Care Unit (ICU)
M. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian DRM Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan JUKNIS pengisian DRM
Intensive Care Unit (ICU).
2. Berkas DRM Intensive Care Unit (ICU) dimasukkan dalam berkas rawat inap kemudian
disimpan di rekam medis paling lambat 2 x 24 jam setelah pasien tersebut pulang
atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau pasien tersebut
pulang atas permintaan sendiri, atau pindah RS lain.
3. Bila pasien keluar dari Intensive Care Unit (ICU) tetapi masih dirawat di ruang Rawat
lain dalam RS , maka berkas DRM Intensive Care Unit (ICU) disertakan dalam status
rawat inap pasien tersebut.
BAB VI
TATA TERTIB INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
A. PETUGAS
Mematuhi seluruh aturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit .
Menjunjung tinggi profesi dan etika profesi.
Melaksanakan pelayanan asuhan kepada pasien yang aman dan efektif berdasarkan
visi, misi dan motto Rumah Sakit
Tidak boleh berbicara, memberi komentar dan mengungkapkan permasalahan yang
berada di lingkungan Rumah Sakit kepada wartawan maupun pihak luar rumah sakit
tanpa ijin dari pihak Rumah Sakit .
Masuk ruang Intensive Care Unit (ICU) wajib cuci tangan dengan cairan yang telah
disediakan
Demi keamanan dan kenyamanan bersama dilarang membawa dan meninggalkan
barang – barang berharga ( tas, dompet, perhiasan dan uang ) didalam ruang
Intensive Care Unit (ICU)
Tidak membawa makanan dan makan di ruang Intensive Care Unit (ICU)
B. PENGUNJUNG
Dilarang merokok, membuang sampah sembarangan, meludah di sembarang tempat
Menjaga ketenangan bersama dengan tidak membuat gaduh
Waktu berkunjung :
Siang : jam 11.00 – 12.00 WIB.
Sore : jam 16.00 – 18.00 WIB.
Demi kelancaran pelayanan kepada pasien :
Pengunjung tidak diperkenankan berkunjung di luar waktu yang telah ditetapkan
karena akan mengganggu waktu istirahat pasien dan kelancaran pelayanan kepada
pasien.
Untuk pengunjung /Penjenguk Melihat di kaca dari luar
Untuk menjaga kesehatan, pengunjung dibawah usia 12 tahun tidak diizinkan masuk
ke ruang Intensive Care Unit (ICU)
.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN HAIs INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
1. Pintu Intensive Care Unit (ICU) (luar dan dalam) harus selalu dalam keadaan tertutup
2. Melakukan pembersihan rutin Intensive Care Unit (ICU) dan peralatan Instalasi Rawat
Intensif sesuai jadwal yang telah ditentukan setiap hari.
3. Melakukan sterilisasi ruangan (UV) setelah pembersihan ruangan sesuai prosedur
minimal 1 bulan 1 kali, atau ada pasien dengan droplet airborn
4. Penanganan sampah pembuangan BAB dan BAK pasien sesuai dengan prosedur.
5. Petugas Mengisi data survailence pemakaian alat invasif diisi oleh katim/IPCLN
6. Petugas Intensive Care Unit (ICU) (dokter dan perawat).
a. Petugas Intensive Care Unit (ICU) harus memakai skort, alas kaki dan masker
khusus Intensive Care Unit (ICU).
b. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c. Pemakaian sarung tangan setiap kali melakukan tindakan terhadap pasien.
d. Untuk tindakan-tindakan tertentu petugas harus memakai sarung tangan steril.
e. Perlindungan dari penyakit menular bagi petugas Intensive Care Unit (ICU)
diiakukan sesuai prosedur.
f. Karena sebagian besar alat Intensive Care Unit (ICU) menggunakan listrik, maka
diiakukan pemeliharaan rutin untuk mencegah terjadinya lonjatan listrik baik ke
petugas maupun ke pasien.
g. Untuk Pasien Intensive Care Unit (ICU) harus diganti dengan baju khusus Instalasi
Rawat Intensif.
h. Penggantian alat tenun pasien diiakukan setiap hari 2 x atau bila kotor .
i. Pembersihan tempat tidur dan alat-alat yang dipakai pasien setelah pasien keluar,
dengan menggunakan cairan desinfektan dan beberapa tempat sampah kering
basah dan tempat alat tenun Infeksius dan Non infeksius
j. Untuk pengunjung pasien / keluarga pasien bila masuk Intensive Care Unit (ICU)
harus cuci tangan dan menggunakan alas kaki.
k. Pengunjung hanya bisa masuk pada saat jam berkunjung ( max 1orang )
BAB IX
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
G. TATALAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD -
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden
Keselamatan"
BAB X
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajtbannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didaiam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB XI
PENGENDALIAN MUTU
UNIT PELAYANAN INTENSIF
JUDUL: Rata-rata pasien yang kembali dengan kasus sama < 72 jam
DIMENSI MUTU Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif
PENGUMPULAN
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif
dalam 1 bulan.
SUMBER DATA Rekam medic
STANDAR < 3%
PENANGGUNG JAWAB Komite medis/Komite mutu
PENGUMPULAN
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah tenaga dokter Sp.An dan spesialis yang
BAB XI
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh staf di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit . Pedoman
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi
sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan. Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) ini , selanjutnya dijabarkan dalam standar prosedur operasional guna kelancaran
pelaksanaannya.