ICU/PICU
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan “Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif
ICU/PICU” dengan lancar tanpa hambatan yang berarti.
PENDAHULUAN
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan dan persetujuan Kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan,
dengan catatan bahwa pasien- pasien golongan demikian
sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian
antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif / “DNR (Do Not Resuscitate)”.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak.
Pasien pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.
1.4.2 PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat
pasien sakit berat dan kritis pada anak dengan indikasi usia 28
hari – 18 tahun. Adapun Indikasi pasien masuk PICU:
1. Sistem Respirasi
a. Kebutuhan penggunaan ETT dan Ventilator
b. Gangguan sistem pernafasan (atas dan bawah)
progesif dengan risiko tinggi gagal nafas dan atau
obstruksi total.
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan fiO2 > 50%
dengan hasil AGD PO2 < 50mmH2O dan PCO2 >
50mmH2O.
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Syok
b. Paska resusitasi jantung paru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa
kebutuhan ventilator).
e. Kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sirkulasi dan atau respirasi.
f. Paska Tindakan berisiko tinggi, misalnya
catetherisasi, hemodialisa, dialisi peritonial.
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah
invasife, tekanan vena sentral, atau tekanan arteri
pulmonal (pemasaangan Centra Venous Catheter).
h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace
maker).
2. Sistem Neurologis
a. Kejang yang tidak responsife dengan terapi
standard atau membutuhkan antikonvulsan
continue secara intra vena
b. Gangguan kesadaran berat gangguan neurologis
lain yang belum dapat diperkirakan
perkembangannya atau koma disertai dengan
potensi gangguan pernapasan dan atau sirkulasi.
c. Paska bedah syaraf yang membutuhkan
pemantauan ketat.
d. Inflamasi akut / infeksi medulaspinalis, selaput
otak atau otak dengan deperesi neurolgis,
gangguan metabolik dan hormonal, gangguan
pernafasan dan atau hemodinamik atau
kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial.
e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan
intrakranial
f. Perawatan preoperasi bedah syaraf dengan
penurunan status neurologis.
g. Disfungsi neuromuskuler tanpa gangguan
kesadaran yang membutuhkan pemantauan
respiratorik dan kardiovaskuler.
h. Trauma spinal
i. Penggunaan Drain ventrikel eksternal
3. Sistem hemodinamik dan ongkologi
a. Tranfusi tukar
b. Plasma paresis atau leukoferesis dengan kondisi
klinis tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan
atau respirasi
e. Komplikasi krisis cycle cell anemia
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindrom
lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital, jalan
nafas atau organ vital lainnya.
4. Sistem endokrin dan metabolic
a. Ketoasidosis diabetic
b. Gangguan elektrolit seperti:
1) Hiperkalemi yang membutuhkan
pemantauan jantung dan terapi intervensi
2) Hiponatremi atau hipernatremi berat
3) Hipokalsemia atau hiperkalsemia berat
c. Gangguan metabolis
1) Hipoglikemia atau hiperglikemia dengan
klinis tidak stabil
2) Asidosis metabolik berat
3) Gangguan keseimbangan elektrolit berat
d. Inborn error of metabolism dengan kegawatan yang
mengancam nyawa.
5. Sistem Gastrointestinal
b. Perdarahan gastrointestinal akut dan berat
c. Paska Endoscopy darurat
6. Paska Tindakan bedah
a. Bedah cardiovaskuler
b. Bedah thorak
c. Bedah syaraf
d. Bedah THT
e. Bedah craniofacial
f. Bedah orthopedi dan tulang belakang
g. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan
respirasi
h. Transplantasi organ
i. Trauma multiple dengan atau tanpa gangguan
cardiovascular
7. Ginjal dan saluran kemih
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisis, dialysis peritoneal, atau
replacement therapy lainya dalam keadaan tidak
stabil.
c. Rabdhomyolisi akut dengan insufisiensi ginjal.
8. Gangguan lain
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi
kegagalan organ
b. Gagal organ multiple
c. Hypertermimaligna
d. Trauma elektrik dan atau trauma lingkungan
lainnya.
1.5 Kriteria pasien keluar
A. Ruang perawatan ICU
1. Kondisi fungsi vital tubuh membaik dan tanda-tanda
vital dalam batas normal
2. Terapi intensif tidak bermanfaat atau tidak memberikan
hasil yang diharapkan, karena misalnya pasien
mengalami mati batang otak (brainstern death) atau
mencapai stadium akhir penyakitnya (contoh ARDS
stadium akhir). Dalam hal ini pengeluaran pasien dari
ICU dilakukan setelah memberitahu keluarga terdekat.
3. Pasien dalam kelompok prioritas 2 jika ada pasien
kelompok prioritas 1 yang memerlukan perawatan.
4. Prioritas pasien dipindahkan ICU berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang
merawat pasien.
B. Ruang perawatan PICU
1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil
3. Stabil cairan
4. Status neurologis stabil
5. Metabolisme stabil
6. Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropic,
vasodilator, antiaritmia, atau bila masih dibutuhkan,
digunakan dalam dosis yang rendah dan dapat diberikan
dengan aman di luar ruangan intensif.
7. Disretmi jantung terkontrol
8. Tidak membutuhkan alat pemantauan tekanan
intracranial lagi
9. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas
10. Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial
dialysis telah teratasi keadaan akutnya hingga tidak
dibutuhkan tindakan khusus lain diluar ruang intensif
11. Pasien dengan tracheomalaisa tidak lagi membutuhkan
penghisapan (suction) eksesif
12. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian
bersama dan tidak ada lagi keuntungan untuk
mempertahankan perawatan di ruang ICU/ PICU.
STANDAR KETENAGAAN
STANDAR FASILITAS
POLIKLINIK IGD
IPJ
RANAP
ICU/
PICU
UNIT
PENUNJANG :
LABORATOR
PULANG
RUJUK IUM,
RADIOLOGI,
IBS IPSRS, SIMRS,
GIZI, CSSD,
FARMASI
4.2. DOKUMENTASI
Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien di Ruang ICU secara
garis besar bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta,
gambaran, hasil observasi kesehatan pasien ke tim kesehatan
lainnya.
2. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam
merawat pasien yang lebih spesifik.
3. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan
sebagai referensi kesehatan pasien.
Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada
sumber (Source Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien
didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang
membuat yaitu catatan kesehatan yang di buat dokter, perawat,
atau tenaga kesehatan lain.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam
pendokumentasian untuk pasien di ICU adalah:
1. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien
yang menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Pemberi pelayanan harus mengenali tada-tanda
kegawatdaruratan pasien.
3. Pemberi pelayanan memberikan dukungan sistem / lingkungan
bagi pasien di ICU.
4. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal
yang membuat pasien di ICU merasa nyaman atau tidak
nyaman.
5. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan interaksi
dengan pasien di ICU.
BAB V
LOGISTIK
No Jenis Keterangan
Alat medis Pasien monitor, ventilasi mekanik, DC shock,
infus / syringe pump, EKG, Nebuleizer,
Hemodialisa, Oksigen centran unit.
Alkes BHP Kertas EKG, elektroda, spuit 1 / 3 / 5/ 10 / 20
/ 50 cc, spuit 50 cc Lubang tengah, Threeway
perfusor tube, infus set, trans set, DC, suction
slang, masker oksigen, nasal prong, Endotrachal
tube, kateter mouth, CVC, Handscoon, masker.,
KESELAMATAN PASIEN
6.1 PENGERTIAN
Suatu sistem dimana Sarana Pelayanan Kesehatan membuat
asuhan pasien lebih aman.
6.2 TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit kepada pasien &
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diinginkan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan, sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD.
6.3 TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN
Sistem keselamatan pasien tersebut meliputi:
1. Assesment risiko
2. Identifikasi pasien
Identifikasi pasien adalah: proses pengumpulan data dan
pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari pasien
sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan
tersebut dengan individu seseorang.
Identifikasi pasien minimal: nama pasien, tanggal lahir, nomor
rekam medik yang dituliskan pada gelang dan dipasangkan pasien.
6.3.1 Prinsip Identifikasi:
1) Semua pasien rawat inap di Ruang ICU harus diidentifikasi
dengan benar saat masuk ruang ICU dan selama
perawatannya.
2) Gelang identitas digunakan pada proses identifikasi pasien
ketika pemberian obat, pemeriksaan radiologi, intervensi
pembedahan dan prosedur invasif, tranfusi darah,
pengambilan sampel, transfer pasien, konfirmasi kematian.
6.3.2 Tatalaksana Identifikasi:
a. Bila pasien belum memakai gelang identitas dari Rumah
Sakit, pakaikan gelang identifikasi dipergelangan tangan
pasien yang dominan, jelaskan dan pastikan gelang
terpasang dengan baik dan nyaman.
b. Jika tidak dapat dipakai ditangan bisa dipakaikan
dipergelangan kaki.
c. Gelang pengenal dan gelang alergi hanya boleh dilepas saat
pasien keluar / pulang dari RS, gelang resiko jatuh hanya
dilepas apabila pasien sudah tidak beresiko jatuh.
d. Jangan pernah mencoret dan menulis digelang identifikasi,
ganti gelang jika terdapat kesalahan penulisan data.
e. Jika gelang identifikasi terlepas, segera berikan gelang
identifikasi yang baru.
f. Gelang Identifikasi harus dipakai oleh semua
pasien selama perawatan di rumah sakit.
g. Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasie
n dan keluarga.
h. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan
pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’
i. Semua pasien rawat inap dan yang akan
menjalani prosedur menggunakan minimal 1 gelang
identifikasi.
j. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifik
asi dengan benar dan pastikan gelang identifikasi
terpasang dengan baik.
k. Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifi
kasi.
6.3.3 Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab,
seperti:
KESELAMATAN KERJA
c. Mengapa mengerjakan
2. Memberikan vaksinasi.
PENGENDALIAN MUTU
8.1 Pengertian
Mutu pelayanan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai derajat
kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat / konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang ada di rumah sakit secara wajar, efisien
dan efektif.
8.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan
Ruang ICU RSUD Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Ruang ICU
RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung.
2. Meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan di Ruang ICU RSUD
Campurdarat kabupaten Tulungagung.
3. Untuk mengetahui keberhasilan pemberian pelayanan
kesehatan dan keperawatan Ruang ICU.
4. Sebagai salah satu indikator analisa kinerja Ruang ICU RSUD
Campurdarat kabupaten Tulungagung.
8.3 Kegiatan peningkatan mutu pelayanan Ruang ICU:
Dalam program ini beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pengembangan Staff di Ruang ICU.
2. Peningkatan mutu asuhan keperawatan.
3. Pemenuhan kebutuhan peralatan Ruang ICU.
8.5 Sasaran
1. Sasaran program pengembangan staff adalah tenaga keperawatan
di Ruang ICU RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung.
2. Sasaran program peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah
semua pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUD Campurdarat
kabupaten Tulungagung dengan hari rawat minimal 2 hari.
3. Rekam medik pasien.
4. Laporan / validasi data keselamatan pasien bulanan.
5. Sasaran kepuasan pelayanan adalah pasien atau penuggu pasien
di Ruang ICU
6. Laporan / keluhan yang diperoleh dari kritik, saran ataupun
komplain dari pasien, keluarga, penunggu, serta pengunjung.
7. Fasilitas peralatan Ruang ICU yang belum terpenuhi.
N BULAN KET
KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengembangan staff x x
2 Peningkatan mutu
asuhan keperawatan
a. Evaluasi tingkat x x
hunian (BOR)
b. Evaluas x x
dokumentasi
asuhan
keperawatan
c. Evaluasi x x
pelaksanaan
Standart Prosedur
Operasional
d. Evaluasi kejadian x x x x x x x x X x X x
Keselamatan Pasien
e. Analisa kepuasan
pelayanan
keperawatan
f. Kotak saran / call x x
center.
3 Pelaksanaan x x
pemenuhan
kebutuhan peralatan
8.7 Evaluasi
1. Evaluasi kegiatan pengembangan staff dilakukan setiap semester
dengan menganalisa kegiatan diklat.
2. Evaluasi kegiatan peningkatan mutu asuhan keperawatan
dilakukan setiap semester dengan menganalisa kegiatan
dokumentasi asuhan keperawatan,
3. Evaluasi kepuasan pelayanan Ruang ICU dilakukan setiap
semester dengan mengunakan kuisioner / pertanyaan yang
diberikan kepada pasien atau keluarga pasien.
4. Evaluasi kejadian keselamatan pasien dilakukan setiap bulan
berdasarkan laporan kejadian keselamatan pasien di Ruang ICU.
5. Evaluasi komplen pasien / penunggu pasien dilakukan setiap
bulan melalui SMS atau suarat pada kotak saran yang masuk.
6. Evaluasi pemenuhan kebutuhan peralatan medis dilakukan setiap
semester dengan menganalisa permohonan alat medis yang
dikabulkan.
PENUTUP