Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RUANG RAWAT INTENSIF

ICU/PICU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CAMPURDARAT KABUPATEN


TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan “Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif
ICU/PICU” dengan lancar tanpa hambatan yang berarti.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ICU/PICU Rumah Sakit


Umum Daerah Campurdarat Kabupaten Tulungagung disusun dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Campurdarat Kabupaten Tulungagung dalam menentukan sikap
menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global, nasional maupun
regional

Melalui pedoman ini diharapkan semua tenaga profesional pemberi


asuhan terkait dapat memahami berbagai hal yang berkaitan dengan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat
Kabupaten Tulungagung.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah


membantu penyusunan pedoman ini. Pedoman ini tentu saja belum dapat
memuat semua prosedur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan karena
keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu
permohonan maaf kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini
masih banyak kekurangan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intensive Care Unit (ICU) dan Pediatric Intensive Care Unit
(PICU) adalah suatu ruangan perawatan khusus dengan staf dan
perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cidera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia. Dimana kriteria untuk
pasien PICU yaitu 28 hari – 18 tahun, dan pasien dengan usia diatas
18 tahun masuk ke dalam kriteria ICU.

Pelayanan ICU / PICU adalah pelayanan yang diberikan


kepada pasien dalam kondisi kritis diruang perawatan intensif,
dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih dan
berpengalaman dibidang critical care. Pengelolaan pelayanan ICU /
PICU dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan
pasien (Patient Safety), untuk menurunkan angka kematian dan
kecacatan. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan
juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU / PICU.
Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan maka
demi efisiensi, keberadaan ICU / PICU perlu dikonsentrasikan.

Sesuai dengan visi Rumah Sakit Umum Daerah Campurdarat


Kabupaten Tulungagung untuk menjangkau pelayanan ke seluruh
masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya adalah pelayanan ICU
/ PICU yang sama di setiap rumah sakit di seluruh Indonesia, maka
dipandang perlu untuk adanya suatu Pedoman Standar Pelayanan
ICU / PICU yang meliputi ruang, struktur, SOP, peralatan, sarana
dan prasarana sebagai acuan penyelenggaraan pelayanan ICU /
PICU di RSUD Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
1.2 Tujuan Pedoman
1.2.1 Tujuan Umum:

Standarisasi pelayanan ICU / PICU RSUD Campurdarat


Kabupaten Tulungagung.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Standarisasi ruang yang meliputi struktur, desain,
sarana dan prasarana ruangan ICU / PICU.
b. Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan
kualifikasi sumber daya manusia yang meliputi
penghitungan kebutuhan, kualifikasi, kompetensi dan
lain-lain.
c. Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan
dan pelaporan.
d. Standarisasi sistem meliputi Kebijakan / SOP, Uraian
Tugas dan lain-lain.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


1.3.1 Pelayanan ICU Primer
Mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera
untuk pasien sakit gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka
pendek, dan mempunyai peran penting dalam pemantauan
dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang
beresiko. Dalam ICU dilakukan ventilasi mekanik dan
pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam.

1.3.2 Pelayanan ICU Sekunder


Memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
dengan standar ICU umum yang tinggi, bantuan ventilasi
mekanik, dukungan atau bantuan hidup lainnya, tetapi tidak
terlalu kompleks.
1.3.3 Pelayanan Keperawatan ICU Tersier
Memberikan pelayanan keperawatan ICU rujukan
tertinggi termasuk dukungan / bantuan yang kompleks
dalam jangka waktu yang tidak terbatas, memberikan
bantuan ventilasi mekanis, bantuan renal ekstrakorporal
dan pemantauan kardioinvasif dalam jangka waktu yang
terbatas.
1.4 Batasan Operasional

1.4.1 ICU (Intensive Care Unit)


Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat
pasien sakit berat dan kritis. Pasien kritis adalah:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan
memerlukan penangaan dokter, perawat, profesi lain yang
terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
pemantauan dan penanganan segera, terapi titrasi dan
dukungan alat.

2. Keadaan pasien dalam bahaya dan mengalami dekompensasi


fisiologis sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus
menerus serta intervensi segera dan dukungan peralatan
canggih untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.

Pada keadaan permintaan layanan ICU lebih tinggi dari pada


kapasitas atau sarana dan prasarana maka kepala ICU harus
menentukan prioritas sesuai indikasi. Prioritas tersebut adalah:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini dengan kondisi sakit kritis, tidak stabil,
memerlukan bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ /
sistem yang lain, infus obat-obat kontinyu, misalnya pasca
bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam
nyawa.

2. Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien ini memerlukan pelayanan karena sangat berisiko bila


tidak mendapatkan terapi intensif dan pemantauan segera.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil
status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya,
atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien golongan ini
hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha
terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
jantung paru.

4. Pengecualian
Dengan pertimbangan dan persetujuan Kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan,
dengan catatan bahwa pasien- pasien golongan demikian
sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien
prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian
antara lain:
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif / “DNR (Do Not Resuscitate)”.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak.
Pasien pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.
1.4.2 PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat
pasien sakit berat dan kritis pada anak dengan indikasi usia 28
hari – 18 tahun. Adapun Indikasi pasien masuk PICU:

1. Sistem Respirasi
a. Kebutuhan penggunaan ETT dan Ventilator
b. Gangguan sistem pernafasan (atas dan bawah)
progesif dengan risiko tinggi gagal nafas dan atau
obstruksi total.
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan fiO2 > 50%
dengan hasil AGD PO2 < 50mmH2O dan PCO2 >
50mmH2O.
1. Sistem Kardiovaskuler
a. Syok
b. Paska resusitasi jantung paru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa
kebutuhan ventilator).
e. Kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sirkulasi dan atau respirasi.
f. Paska Tindakan berisiko tinggi, misalnya
catetherisasi, hemodialisa, dialisi peritonial.
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah
invasife, tekanan vena sentral, atau tekanan arteri
pulmonal (pemasaangan Centra Venous Catheter).
h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace
maker).
2. Sistem Neurologis
a. Kejang yang tidak responsife dengan terapi
standard atau membutuhkan antikonvulsan
continue secara intra vena
b. Gangguan kesadaran berat gangguan neurologis
lain yang belum dapat diperkirakan
perkembangannya atau koma disertai dengan
potensi gangguan pernapasan dan atau sirkulasi.
c. Paska bedah syaraf yang membutuhkan
pemantauan ketat.
d. Inflamasi akut / infeksi medulaspinalis, selaput
otak atau otak dengan deperesi neurolgis,
gangguan metabolik dan hormonal, gangguan
pernafasan dan atau hemodinamik atau
kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial.
e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan
intrakranial
f. Perawatan preoperasi bedah syaraf dengan
penurunan status neurologis.
g. Disfungsi neuromuskuler tanpa gangguan
kesadaran yang membutuhkan pemantauan
respiratorik dan kardiovaskuler.
h. Trauma spinal
i. Penggunaan Drain ventrikel eksternal
3. Sistem hemodinamik dan ongkologi
a. Tranfusi tukar
b. Plasma paresis atau leukoferesis dengan kondisi
klinis tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan
atau respirasi
e. Komplikasi krisis cycle cell anemia
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindrom
lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital, jalan
nafas atau organ vital lainnya.
4. Sistem endokrin dan metabolic
a. Ketoasidosis diabetic
b. Gangguan elektrolit seperti:
1) Hiperkalemi yang membutuhkan
pemantauan jantung dan terapi intervensi
2) Hiponatremi atau hipernatremi berat
3) Hipokalsemia atau hiperkalsemia berat
c. Gangguan metabolis
1) Hipoglikemia atau hiperglikemia dengan
klinis tidak stabil
2) Asidosis metabolik berat
3) Gangguan keseimbangan elektrolit berat
d. Inborn error of metabolism dengan kegawatan yang
mengancam nyawa.
5. Sistem Gastrointestinal
b. Perdarahan gastrointestinal akut dan berat
c. Paska Endoscopy darurat
6. Paska Tindakan bedah
a. Bedah cardiovaskuler
b. Bedah thorak
c. Bedah syaraf
d. Bedah THT
e. Bedah craniofacial
f. Bedah orthopedi dan tulang belakang
g. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan
respirasi
h. Transplantasi organ
i. Trauma multiple dengan atau tanpa gangguan
cardiovascular
7. Ginjal dan saluran kemih
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisis, dialysis peritoneal, atau
replacement therapy lainya dalam keadaan tidak
stabil.
c. Rabdhomyolisi akut dengan insufisiensi ginjal.
8. Gangguan lain
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi
kegagalan organ
b. Gagal organ multiple
c. Hypertermimaligna
d. Trauma elektrik dan atau trauma lingkungan
lainnya.
1.5 Kriteria pasien keluar
A. Ruang perawatan ICU
1. Kondisi fungsi vital tubuh membaik dan tanda-tanda
vital dalam batas normal
2. Terapi intensif tidak bermanfaat atau tidak memberikan
hasil yang diharapkan, karena misalnya pasien
mengalami mati batang otak (brainstern death) atau
mencapai stadium akhir penyakitnya (contoh ARDS
stadium akhir). Dalam hal ini pengeluaran pasien dari
ICU dilakukan setelah memberitahu keluarga terdekat.
3. Pasien dalam kelompok prioritas 2 jika ada pasien
kelompok prioritas 1 yang memerlukan perawatan.
4. Prioritas pasien dipindahkan ICU berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang
merawat pasien.
B. Ruang perawatan PICU
1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil
3. Stabil cairan
4. Status neurologis stabil
5. Metabolisme stabil
6. Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropic,
vasodilator, antiaritmia, atau bila masih dibutuhkan,
digunakan dalam dosis yang rendah dan dapat diberikan
dengan aman di luar ruangan intensif.
7. Disretmi jantung terkontrol
8. Tidak membutuhkan alat pemantauan tekanan
intracranial lagi
9. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas
10. Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial
dialysis telah teratasi keadaan akutnya hingga tidak
dibutuhkan tindakan khusus lain diluar ruang intensif
11. Pasien dengan tracheomalaisa tidak lagi membutuhkan
penghisapan (suction) eksesif
12. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian
bersama dan tidak ada lagi keuntungan untuk
mempertahankan perawatan di ruang ICU/ PICU.

1.6 Landasan Hukum


a. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
d. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 148 tahun 2010 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161 tahun 2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 46 tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 17 tahun 2013 tentang
perubahan 148 ijin praktek keperawatan
j. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan.
k. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 971 Tahun 2009 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
l. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No
1778/MENKES/SK/XII/2010
m. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 519/Menkes/Per/III/2011
tentang Ruang Lingkup Dokter Anastesi
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di ICU terdiri dokter
intensif, dokter spesialis sesuai dengan kasusnya, dokter umum yang
terlatih dan perawat (minimal berpendidikan D III keperawatan) yang
terlatih ICU. Tenaga kesehatan tersebut menyelengarakan pelayanan
ICU sesuai kompetensi dan wewenangnya yang diatur oleh Rumah
Sakit.
2.1.1 Standart Tenaga ICU:
RSUD Campurdarat Kabupaten Tulungagung merupakan rumah
sakit tipe D, sehingga standar tenaga pemberi pelayanan intensif
care pada tingkatan Primer.

Tabel 2.1 Kualifikasi tenaga ICU:


Jenis Kwalifikasi Pelayanan
No
Tenaga ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
1 Kepala dr. Sp.An atau dr. ICU atau dr. ICU
ICU dr.spesialis lain yang dr.Sp.An bila
terlatih ICU belum ada dr.
ICU
2 TIM 1. dr. Spesialis sebagai 1. dr. Spesialis 1. dr. Spesialis
Medis konsultan yang yang dapat yang dapat
dapat dihubungi memberikan memberikan
setiap saat. pelayanan pelayanan
setiap setiap
diperlukan. diperlukan.
2. dr jaga 24 jam dg 2. dr. jaga 24 2. dr jaga 24
sertifikasi jam dengan jam dengan
ATCLS/BTCLS/FCC sertifikasi sertifikasi
S ATCLS ATCLS
/BTCLS/FCC /BTCLS/FC
S CS
3 Perawat Perawat yang sudah Minimal 50 % Minimal 75
bersertifikasi perawat sudah % perawat
PPGD/BCTCLS pelatihan ICU sudah
pelatihan
ICU
4 Non 1. Administrasi yang 1. Administrasi 1. Administrasi
Perawat menguasai yang yang
komputer menguasai menguasai
2. Pekarya komputer komputer
3. Kebersihan 2. Pekarya 2. Pekarya
3. Kebersihan 3. Kebersihan
4. Farmasi
5. Laborat
6. RM

2.2 Distribusi Ketenagaan


Rumus Douglas untuk perawatan total
No Waktu shift Pasien dengan jumlah Pasien dengan jumlah
minimal maksimal
1 Pagi 0.36 X 2 = 0,72 0,36 X 8 = 2,88
2 Sore 0.30 X 2 = 0,6 0,30 X 8 = 2,4
3 Malam 0,20 X 2 = 0,4 0,20 X 8 = 1,6

Pola pengaturan ketenagaan di ruang Intensif yaitu:


a. Untuk dinas pagi
Petugas yang ada berjumlah 2 orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang Kepala Ruang
- 1 (satu) orang Kepala Tim
b. Untuk dinas sore
Petugas yang ada berjumlah 2 orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang PJ Shift
- 1 (satu) orang Perawat pelaksana
c. Untuk dinas malam
Petugas yang ada berjumlah 2 orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang PJ Shift
- 1 (satu) orang Perawat pelaksana
2.3 Pengaturan Jaga

Hari kerja di perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja seminggu dan


jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam seminggu. Rumah Sakit
Umum Daerah Campurdarat Kabupaten Tulungagung merupakan
rumah sakit yang dibuka selama 24 jam sehari untuk melayani
masyarakat umum dan disesuaikan dengan ketentuan jam kerja
standar perusahaan.
Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerjanya akan
diatur tersendiri oleh rumah sakit dan tetap mengacu pada jam kerja
standar 40 jam / 6 hari kerja seminggu. Untuk karyawan yang dinas
malam dengan jam kerja 12 jam diberikan libur satu hari dan waktu
kerjanya yang melebihi jam kerja standar, maka kelebihan waktu
kerjanya akan diperhitungkan sebagai lembur dan diberikan libur ganti
disesuaikan dengan kondisi di ruangan pelayanan.
Pengaturan tenaga kerja di RSUD Campurdarat ini berdasarkan shift
dan non shift.
1. Kepala Instalasi Rawat Inap / Kepala Ruangan / Kepala Tim
Senin – Sabtu : 07.00-14.00
2. Perawat Pelaksana/ Perawat Penanggung Jawab Sore/ Malam
Shift Pagi : 07.00 - 14.00
Shift Siang : 14.00 - 21.00
Shift Malam : 21.00 – 07.00
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 Denah ruang

Gambar 3.1 Denah Ruang ICU / PICU

3.2 Standar Fasilitas


3.2.1 Ketentuan Umum

Adapun persyaratan ketentuan ruang perawatan intensif:

a) Letak ruang perawatan intensif harus memiliki akses yang mudah ke


ruang operasi, ruang gawat darurat, dan ruang penunjang medik
lainnya
b) Luas lantai untuk setiap tempat tidur pasien pada ruang perawatan
intensif harus cukup untuk meletakan peralatan dan ruang gerak
petugas yang berhubungan dengan pasien.
c) Dalam hal ruang perawatan intensif menyatu dengan ruang lain
dalam satu bangunan, ruang perawatan intensif harus merupakan
satu kompartemen .
d) Dalam hal ruang perawatan intensif memiliki ruang perawatan isolasi
untuk pasien dengan penyakit menular, desain tata ruang dan alur
sirkulasi petugas dan pasien harus dapat meminimalkan risiko
penyebaran infeksi.

3.2.2 Standart ruangan ICU / PICU


No Nama Ruangan Persyaratan Ruangan Keterangan
1 Loker (Ruangan • Dibedakan antara loker pria dan Ruangan
ganti pria dan Wanita perawatan
Wanita) • Dilengkapi toilet dan kamar mandi intensif di
2 Ruangan perawat Umum RS kelas D
3 Ruangan kepala Umum adalah
perawat setara

4 Ruang dokter Dilengkapi dengan kamar mandi dengan

5 Daerah rawat • Ukuran ruangan rawat intensif HCU

pasien ICU / tergantung dari jumlah tempat


PICU: tidur
a. Ruangan / • Jarak antar tempat tidur harus
daerah bisa mengakomodir kebutuhan
rawat luasan untuk ruang gerak petugas
pasien non dan penempatan peralatan
isolasi • Bahan bangunan yang digunakan
tidak boleh memiliki tingkat
porositas yang tinggi
• Antar tempat tidur yang dibatasi
oleh tirai maka rel harus
dibenamkan / menempel di plafon,
dan bahan tirai non porosif dan
anti bakteri
• Total pertukaran udara 6 kali per
jam dengan pertukaran udara dari
luar minimum 2 kali per jam.
• Untuk menjamin kualitas udara,
konsentrasi maksimum
mikroorganisme 200 CFU/M3,
suhu 22-230, kelembapan 35 –
60%, dan tekanan positif.
• Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 250 lux untuk
penerangan.
• Jumlah kotak kontak disetiap
tempat tidur pasien minimal 6
untuk peralatan medik yang
membutuhkan daya listrik besar
(diluar untuk ventilator, suction,
monitor) dan kotak kontak
dipasang minimal 1,20 m diatas
permukaan lantai dan tidak boleh
menggunakan percabangan /
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
• Kotak kontak selain di tempat
tidur pasien disesuaikan dengan
kebutuhan.
• Disediakan outlet gas medis
(oksigen, vakum, udara tekan)
disetiap tempat tidur pasien.
• Proteksi kebakaran menggunakan
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
jenis water mist kelas A, B, C dan
heat /smoke detector.
• Apabila kompleks ruang perawatan
intensif berada menyatu dengan
ruang lain didalam bangunan,
maka kompleks ruang perawatan
intensif harus merupakan satu
kompartemen kebakaran, dengan
seluruh dinding, lantai, langit-
langit dan bukaan-bukaan (pintu,
jendela dan sebagainya) ,
menggunakan bahan bangunan
yang mempunyai tingkat
ketahanan api 2 (dua) jam.
• Ventilasi diruang perawatan
intensif harus merupakan ventilasi
tersaring dan terkontrol.
b. Ruangan / • Ukuran ruangan perawatan isolasi
daerah minimal 4x4 m2, belum termasuk
rawat ruangan antara (ante room)
pasien • Satu ruangan untuk satu tempat tidur
isolasi • Bahan bangunan yang digunakan
tidak boleh memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
• Jumlah kotak kontak di setiap tempat
tidur pasien minimal 6 untuk
peralatan medik yang membutuhkan
daya listrik besar (diluar ventilator,
suction, monitor) dan kotak kontak
dipasang minimal 1,20 m diatas
permukaan lantai dan tidak boleh
menggunakan percabangan /
sambungan langsung tanpa pengaman
arus.
• Disediakan outlet gas medis (oksigen,
vakum, udara tekan) disetiap tempat
tidur pasien.
• Dilengkapi wastafel pada ruangan
antara.
• Ruang bertekanan lebih negatif dari
ruangan disebelahnya.
• Harus dijamin adanya pertukaran
udara baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara
minimal 6 kali per jam.
• Dilengkapi ruangan antara (airlock)
jenis sink, dimana airlock bertekanan
lebih negatif dibandingkan ruangan-
ruangan disebelahnya.
• Ruangan harus mengoptimalkan
pencahayaan alami. Untuk
pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 250 lux untuk
penerangan.
• Proteksi kebakaran menggunakan heat
/ smoke detector.

Peralatan yang memadai baik kwalitas dan kwantitas sangat


menunjang kelancaran pelayanan di ICU / PICU. Ketentuan standart
peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan ICU / PICU.

a. Peralatan Dasar Ruang ICU


1. Ventilasi mekanik
2. Ventilasi manual dan alat bantu pernafasan
3. Alat hisap
4. Peralatan akses vaskuler
5. Monitor invasif dan non invasif
6. Defibrilator dan alat pacu jantung
7. Alat pengatur suhu
8. Peralatan drain thorak
9. Infus dan syring pump
10.Alat transpot portebel
11.Tempat tidur khusus
12.Lampu tindakan
13.Continus Renal Reflacement Therapi (CRRT)
14.Peralatan penunjang lain: HD, foto mobile
15. Protokol peralatan medis dan non medis.
Tabel 3.2 Standart Peralatan Ruangan ICU

No Alat ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier


Ventilator Sejumlah Sejumlah Sejumlah
Tempat Tidur Tempat Tidur Tempat Tidur
/ standar / canggih / canggih
Alat hisap Sejumlah Sejumlah Sejumlah
Tempat Tidur Tempat Tidur Tempat Tidur
Ventilator Sejumlah Sejumlah Sejumlah
manual Tempat Tidur Tempat Tidur Tempat Tidur
+1 +1 +1
Alat akses + / ada + / ada +/ ada
vaskuler
Peralatan Monitor:
Infansif
TD infansif - +/- sejmlah + sejmlah
Tempat Tidur Tempat
Tidur
Tekanan + sejumlah sejumlah
vena central Tempat Tidur Tempat
Tidur
Tekanan baji + sejumlah sejumlah
a. Pulmonal Tempat Tidur Tempat
Tidur + 5
biji
Non infansif
Tekanan sejumlah Tempat sejumlah sejumlah
darah Tidur Tempat Tidur Tempat
Tidur
EKG dan laju sejumlah Tempat sejumlah sejumlah
jantung Tidur Tempat Tidur Tempat
Tidur
Oksimetri sejumlah Tempat sejumlah sejumlah
Tidur Tempat Tidur Tempat
Tidur
Kapnograf - 1 unit 1 unit
Suhu sejumlah Tempat sejumlah sejumlah
Tidur Tempat Tidur Tempat
Tidur
Defibrilator +/ 1 + /1 +/1
Pengatur sejumlah Tempat sejumlah sejumlah
suhu Tidur Tempat Tidur Tempat
Tidur
Drain thorak + + +
Infus pump sejumlah Tempat 2 x sejumlah 2 x
Tidur Tempat Tidur sejumlah
Tempat
Tidur
Syring pump sejumlah Tempat 3 x sejumlah 3 x
Tidur Tempat Tidur sejumlah
Tempat
Tidur
Bronchoscop - 1 1
y
Echogardigr - 1 1
afi
Ventilator 1 2 unit 2 unit
portable
Tempat tidur + + +
khusus
Lampu + + +
tindakan
Hemodialisa - 1 1
CRRT - 1 1
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. PENDAFTARAN DAN ALUR PELAYANAN


4.1.1 Pendaftaran
1. Pasien internal
Pasien dari bangsal rawat inap atau bangsal khusus RSUD
Campurdarat Kabupaten Tulungagung yang memerlukan
pelayanan kesehatan di Ruang ICU maka petugas bangsal
mengkonfirmasikan / memesan tempat ke petugas ICU
(bangsal biasa / isolasi, keadaan pasien, dokter DPJP).
2. Pasien eksternal
Pasien dari luar yang memerlukan pelayanan kesehatan di
Ruang ICU, maka petugas IGD / pendaftaran
menginformasikan / memesan tempat ke petugas ICU
(bangsal biasa/isolasi, keadaan pasien, dokter DPJP).

4.1.2 Alur Pelayanan


Pasien yang memerlukan pelayanan ICU berasal dari IGD,
Bangsal Rawat Inap, IBS.

POLIKLINIK IGD

IPJ

RANAP
ICU/
PICU
UNIT
PENUNJANG :
LABORATOR
PULANG
RUJUK IUM,
RADIOLOGI,
IBS IPSRS, SIMRS,
GIZI, CSSD,
FARMASI
4.2. DOKUMENTASI
Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien di Ruang ICU secara
garis besar bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta,
gambaran, hasil observasi kesehatan pasien ke tim kesehatan
lainnya.
2. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam
merawat pasien yang lebih spesifik.
3. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan
sebagai referensi kesehatan pasien.
Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada
sumber (Source Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien
didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang
membuat yaitu catatan kesehatan yang di buat dokter, perawat,
atau tenaga kesehatan lain.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam
pendokumentasian untuk pasien di ICU adalah:
1. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien
yang menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Pemberi pelayanan harus mengenali tada-tanda
kegawatdaruratan pasien.
3. Pemberi pelayanan memberikan dukungan sistem / lingkungan
bagi pasien di ICU.
4. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal
yang membuat pasien di ICU merasa nyaman atau tidak
nyaman.
5. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan interaksi
dengan pasien di ICU.
BAB V

LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta


proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
material/ alat-alat.
Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah
menyediakan bahan/ barang yang dibutuhkan untuk kegiatan
operasional instansi tersebut dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu
yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin.
5.2 Fungsi managemen logistik:
a. Perencanaan (Apa yang dibutuhkan, Kapan barang
dibutuhkan, Dimana barang dibutuhkan, Siapa yang memakai,
Bagaimana proses pengadaannya, Mengapa barang tersebut
sibutuhkan).
b. Penganggaran
c. Pengadaan
d. Penyimpanan
e. Pemeliharaan
f. Penghapusan
g. Pengendalian

5.3 Logistik Ruang ICU:


a. Logistik Medis
Tabel 5.1 Logistik medis

No Jenis Keterangan
Alat medis Pasien monitor, ventilasi mekanik, DC shock,
infus / syringe pump, EKG, Nebuleizer,
Hemodialisa, Oksigen centran unit.
Alkes BHP Kertas EKG, elektroda, spuit 1 / 3 / 5/ 10 / 20
/ 50 cc, spuit 50 cc Lubang tengah, Threeway
perfusor tube, infus set, trans set, DC, suction
slang, masker oksigen, nasal prong, Endotrachal
tube, kateter mouth, CVC, Handscoon, masker.,

Obat-obatan Ephineprin / adrenalin, ephedrin, sulfas


atropin, dexametason, furosemid,
diphenhidramin, Cedocard, dopamin,
dobutamine, Norephineprin cordaron /
amiodaron, Perdipine, catapres, Pethidin,
morfin, Fentanyl, antrain, tramadol, toradosik,
MgSO4 20% dan 40%, D40%, Natrium
Bicarbonas / meylon, Kcl, Calcium glukonas,
Nacl 0,9%, RL, HES, manitol,
Stesolid supp, diazepam, phenitoin, Propofol,
Lidokain, Oksigen, Alkohol, glicerin, Aqua jelly,
handscrub.

b. Logistik Non Medis


Tabel 5.2 Logistik Non Medis
No Jenis Keterangan
Linen Sprei besar, sprei kecil, selimut, handuk, perlak
Pakaian pasien, pakaian penugggu, pakaian
pengunjung, waslap, pakaian dokter dan
perawat
doek lubang dan duk tidak lubang.
Alat tulis kantor RM-set ICU
Buku tulis, kertas HVS, bollpoin warna, pensil,
stip, spidol kecil warna hitam, biru, hijau merah,
spidol hitam besar permanen, tip-x, tinta
stempel,
Isi steples kecil dan besar, klip kertas,
Tinta printer, stemple, penggares, Waterpass.
Alat rumah Aqua galon, gula, teh, pengharum ruangan
tangga metik, obat nyamuk sprei,
Pemutih, pembersih lantai, pembersih kamar
mandi, pembersih kaca, sabun cuci cair, sabun
tagan cair
Gas elpiji, Lampu bollam, neon.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1 PENGERTIAN
Suatu sistem dimana Sarana Pelayanan Kesehatan membuat
asuhan pasien lebih aman.
6.2 TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit kepada pasien &
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diinginkan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan, sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD.
6.3 TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN
Sistem keselamatan pasien tersebut meliputi:
1. Assesment risiko
2. Identifikasi pasien
Identifikasi pasien adalah: proses pengumpulan data dan
pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari pasien
sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan
tersebut dengan individu seseorang.
Identifikasi pasien minimal: nama pasien, tanggal lahir, nomor
rekam medik yang dituliskan pada gelang dan dipasangkan pasien.
6.3.1 Prinsip Identifikasi:
1) Semua pasien rawat inap di Ruang ICU harus diidentifikasi
dengan benar saat masuk ruang ICU dan selama
perawatannya.
2) Gelang identitas digunakan pada proses identifikasi pasien
ketika pemberian obat, pemeriksaan radiologi, intervensi
pembedahan dan prosedur invasif, tranfusi darah,
pengambilan sampel, transfer pasien, konfirmasi kematian.
6.3.2 Tatalaksana Identifikasi:
a. Bila pasien belum memakai gelang identitas dari Rumah
Sakit, pakaikan gelang identifikasi dipergelangan tangan
pasien yang dominan, jelaskan dan pastikan gelang
terpasang dengan baik dan nyaman.
b. Jika tidak dapat dipakai ditangan bisa dipakaikan
dipergelangan kaki.
c. Gelang pengenal dan gelang alergi hanya boleh dilepas saat
pasien keluar / pulang dari RS, gelang resiko jatuh hanya
dilepas apabila pasien sudah tidak beresiko jatuh.
d. Jangan pernah mencoret dan menulis digelang identifikasi,
ganti gelang jika terdapat kesalahan penulisan data.
e. Jika gelang identifikasi terlepas, segera berikan gelang
identifikasi yang baru.
f. Gelang Identifikasi harus dipakai oleh semua
pasien selama perawatan di rumah sakit.
g. Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasie
n dan keluarga.
h. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan
pertanyaan terbuka, misalnya: ‘Siapa nama Anda?’
i. Semua pasien rawat inap dan yang akan
menjalani prosedur menggunakan minimal 1 gelang
identifikasi.
j. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifik
asi dengan benar dan pastikan gelang identifikasi
terpasang dengan baik.
k. Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifi
kasi.
6.3.3 Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab,

seperti:

a) Menolak penggunaan gelang identifikasi


b) Gelang Identifikasi menyebabkan iritasi kulit
c) Gelang identifikasi terlalu besar

6.3.4 Pasien melepas gelang identifikasi


1) Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi
jika gelang identifikasi tidak dipakai.
2) Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.
3) Jika pasien menolak menggunakan gelang identifikasi,
petugas harus lebih waspada dan
mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien
dengan benar sebelum dilakukan prosedur kepada pasien.

6.3.5 Pelaporan & analisis insiden


a. Setiap petugas ruang ICU yang menemukan
adanya kesalahan dalam identifikasi pasien harus segera
melapor kepada petugas yang berwenang di ruang rawat
tersebut, kemudian melengkapi laporan insiden.
b. Petugas harus berdiskusi dengan kepala ruang, instalasi dan
atau direktur mengenai pemilihan cara terbaikdan siapa yang
memberitahukan kepada pasien / keluarga mengenai kesalah
an yang terjadi akibat kesalahan identifikasi.
c. Pencatatan dan pelaporan kejadian Keselamatan Pasien
dilakukan setiap bulan dan untuk pencatatan dan pelaporan
KTD pada pasien diakukan secara insidentil, laporan
diserahkan Tim KPRS.

6.3.6 Kemampuan belajar dari insiden


Setiap laporan kejadian keselamatan pasien harus dilakukan
identifikasi dan dianalisis penyebab kejadian keselamatan pasien
serta dilakukan risk grading sebagai upaya mencari penyelasaian
atau pencegahan dikemudian hari.
6.3.7 Tindak lanjut & implementasi solusi untuk
meminimalkan risiko.
Setiap laporan kejadian keselamatan pasien setelah dilakukan
identifikasi, dianalisis serta dilakukan risk grading, maka
selanjutnya disusun langkah-langkah pencegahan. Rencana
tindak lanjut yang dimaksud harus dilakukan untuk mencegah
kejadian keselamatan pasien terulang.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk


upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan
pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia
yang toksik, peralatan listrik maupun peralatan kesehatan.

7.1 Fungsi management Keselamatan Kerja:

7.1.1 Planning (Perencanaan)

Fungsi perencanaan adalah menyususn rencana kegiatan


yang akan dilakukan untuk mencapai keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit, perencanaan ini dilakukan
untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan dan
merawat (hubungan timbal balik pasien – perawat / dokter, serta
masyarakat umum lainnya). Dalam perencanaan tersebut,
kegiatan yang ditentukan meliputi:

a. Hal apa yang dikerjakan

b. Bagaiman cara mengerjakannya

c. Mengapa mengerjakan

d. Siapa yang mengerjakan

e. Kapan harus dikerjakan

f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan

g. Hubungan timbal balik (sebab akibat)


7.1.2 Organizing (Organisasi)
Fungsi Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit dapat dibentuk dalam beberapa jenjang mulai dari tingkat
bawah sampai tingkat direktur rumah sakit.

a. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah


sakit.

b. Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan


keamanan kerja rumah sakit.

c. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah


sakit.

d. Mencegah dan mengatasi meluasnya bahaya yang timbul dari


rumah sakit

7.1.3 Actuating (Pelaksanaan)

Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan


mendorong semangat kerja, mengerahkan aktivitas,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas untuk mencapai
keselamatan kerja sesuai peraturan dan ketentuan rumah
sakit.

7.1.4 Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan


agar upaya-upaya keselamatan kerja yang telah direncanakan
dapat diaksanakan dengan benar.

Untuk tugas pengawasan rumah sakit perlu dibentuk tim


pengawasan rumah sakit yang tugasnya antara lain:

a. Memantau pelaksanaan program keselamatan kerja.

b. Memastikan semua petugas rumah sakit memahami


cara- cara menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit.

c. Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa


berbahaya atau kecelakaan kerja.
d. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan
tentang keamanan kerja rumah sakit.

e. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa


berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.

7.2 Upaya keselamatan kerja di rumah sakit:

1. Skrening karyawan rumah sakit secara berkala pada unit-unit


tertentu

2. Memberikan vaksinasi.

3. Memberikan alat pelindung diri (baju khusus, masker, sarung


tangan, sepatu khusus, kaca mata khusus).

4. Sarana kesehatan sesuai standart

5. Melengkapi perlatan medis dan non medis sesuai standar


keamanan kerja.

6. Memberikan pendidikan dan pelatihan K3 bagi karyawan RS.

7. Sistim evakuasi pasien dan petugas bila terjadi bencana.


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

8.1 Pengertian
Mutu pelayanan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai derajat
kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat / konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang ada di rumah sakit secara wajar, efisien
dan efektif.

Kendali mutu merupakan sistem evaluasi penampilan /


pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat / konsumen.
Evaluasi meliputi manajemen, klinik dan pelayanan penunjang
(keterlibatan seluruh karyawan).

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan di Ruang


ICU RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung yang baik dan
optimal banyak upaya yang dapat dilakukan. Jika upaya tersebut
dilaksanakan secara terarah dan terencana maka program kerja
dapat dilaksanankan dengan baik.

Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di


Ruang ICU, maka dibuatlah program peningkatan pelayanan di
Ruang ICU RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung.

8.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan
Ruang ICU RSUD Campurdarat Kabupaten Tulungagung.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Ruang ICU
RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung.
2. Meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan di Ruang ICU RSUD
Campurdarat kabupaten Tulungagung.
3. Untuk mengetahui keberhasilan pemberian pelayanan
kesehatan dan keperawatan Ruang ICU.
4. Sebagai salah satu indikator analisa kinerja Ruang ICU RSUD
Campurdarat kabupaten Tulungagung.
8.3 Kegiatan peningkatan mutu pelayanan Ruang ICU:
Dalam program ini beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Pengembangan Staff di Ruang ICU.
2. Peningkatan mutu asuhan keperawatan.
3. Pemenuhan kebutuhan peralatan Ruang ICU.

8.4 Cara pelaksanaan


1. Pelaksanaan program Pengembangan Staf:
a. Kepala Ruang membuat dan mengajukan usulan
pengembangan staf / pendidikan dan pelatihan untuk Ruang
ICU berdasarkan kebutuhan pendidikan dan pelatihan yang
belum terpenuhi.
b. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dimasukkan dalam
RAB tahun 2022 dan RABP 2023.
c. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan diajukan kepada
Direktur melalui Kepala Seksi Medik dan Keperawatan.
d. Kepala Ruang membuat atau mengajukan usulan
permohonan tenaga administrasi.

2. Pelaksanaan program peningkatan mutu asuhan


keperawatan:
a. Evaluasi tingkat hunian (BOR) di Ruang ICU, pelaporan hasil
evalusi dilakukan setiap semester kepada Kepala Seksi Medik
dan Keperawatan.
b. Evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang ICU,
pelaporan hasil evalusi dilakukan setiap semester kepada
kepala Bidang Keperawatan
c. Evaluasi pelaksanaan Standart Prosedur Operasional di
Ruang ICU, pelaporan hasil evalusi dilakukan setiap
semester kepada Kepala Seksi Medik dan Keperawatan.
d. Evaluasi Kejadian Keselamatan Pasien
Pencatatan dan pelaporan keselamatan pasien dilakukan
setiap bulan dan dilaporkan kepada tim pengendali INOS dan
KPPRS RSUD Campurdarat kabupaten Tulunggagung.
e. Analisa kepuasan pelayanan keperawatan di Ruang ICU
Kepala ruang menyususn kuisioner kepuasan pelayanan
atau mengunakan intrumen evaluasi dari Kemenkes RI.
Kuisioner dibagikan kepada pasien atau keluarga pasien
untuk mengisi jumlah responden minimal 30 responden,
dalam satu semester. Hasil pencatatan dan pelaporan di
laporkan kepada Kepala Seksi Medik dan Keperawatan.
f. Kotak saran / call center.
Kepala ruang berkoordinasi dengan pengelola Call center,
evaluasi dilakukan setiap semester dan dilaporkan kepada
kepala bidang keperawatan.

3. Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan peralatan:


a. Kepala Ruang membuat perencanaan pengadaaan peralatan
Ruang ICU sesuai dengan kebutuhan peralatan Ruang ICU.
b. Kebutuhan peralatan di Ruang ICU dimasukkan dalam RAB
tahun 2022 maupun RABP 2023.
c. Perencanaan pengadaan peralatan diajukan kepada Direktur
melalui Kepala Seksi Medik dan Keperawatan dan Bidang
Bina Program.
d. Evaluasi dilakukan setiap semester dan dilaporkan Kepala
Seksi Medik dan Keperawatan.

8.5 Sasaran
1. Sasaran program pengembangan staff adalah tenaga keperawatan
di Ruang ICU RSUD Campurdarat kabupaten Tulungagung.
2. Sasaran program peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah
semua pasien yang dirawat di Ruang ICU RSUD Campurdarat
kabupaten Tulungagung dengan hari rawat minimal 2 hari.
3. Rekam medik pasien.
4. Laporan / validasi data keselamatan pasien bulanan.
5. Sasaran kepuasan pelayanan adalah pasien atau penuggu pasien
di Ruang ICU
6. Laporan / keluhan yang diperoleh dari kritik, saran ataupun
komplain dari pasien, keluarga, penunggu, serta pengunjung.
7. Fasilitas peralatan Ruang ICU yang belum terpenuhi.

8.6 Jadwal Kegiatan


Tabel 8.1 Jadwal Kegiatan

N BULAN KET
KEGIATAN
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengembangan staff x x

2 Peningkatan mutu
asuhan keperawatan

a. Evaluasi tingkat x x
hunian (BOR)
b. Evaluas x x
dokumentasi
asuhan
keperawatan
c. Evaluasi x x
pelaksanaan
Standart Prosedur
Operasional
d. Evaluasi kejadian x x x x x x x x X x X x
Keselamatan Pasien
e. Analisa kepuasan
pelayanan
keperawatan
f. Kotak saran / call x x
center.
3 Pelaksanaan x x
pemenuhan
kebutuhan peralatan

8.7 Evaluasi
1. Evaluasi kegiatan pengembangan staff dilakukan setiap semester
dengan menganalisa kegiatan diklat.
2. Evaluasi kegiatan peningkatan mutu asuhan keperawatan
dilakukan setiap semester dengan menganalisa kegiatan
dokumentasi asuhan keperawatan,
3. Evaluasi kepuasan pelayanan Ruang ICU dilakukan setiap
semester dengan mengunakan kuisioner / pertanyaan yang
diberikan kepada pasien atau keluarga pasien.
4. Evaluasi kejadian keselamatan pasien dilakukan setiap bulan
berdasarkan laporan kejadian keselamatan pasien di Ruang ICU.
5. Evaluasi komplen pasien / penunggu pasien dilakukan setiap
bulan melalui SMS atau suarat pada kotak saran yang masuk.
6. Evaluasi pemenuhan kebutuhan peralatan medis dilakukan setiap
semester dengan menganalisa permohonan alat medis yang
dikabulkan.

8.8 Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan evaluasi peningkatan mutu pelayanan
ICU dilakukan oleh Kepala Ruang dengan menggunakan format
pencatatan yang tersedia, sedangkan untuk call center /kotak saran,
kejadian keselamatan pasien hasil akan di rekap setiap bulannya.
BAB IX

PENUTUP

Pelaksanaan program peningkatan mutu pelayanan dan asuhan


keperawatan merupakan langkah awal menilai dan membangun pelayanan
keperawatan yang bermutu.
Untuk itu perlu dukungan manajemen pelayanan perawatan serta
kesadaran yang tinggi dari perawat pelaksana terhadap peran dan fungsinya.
Tim Pengendali Mutu Keperawatan RSUD Campurdarat kabupaten
Tulungagung diruang ICU / PICU berusaha melaksanakan tugas secara
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan serta
dapat mengidentifikasi masalah dan kendala yang ada dan selanjutnya
mendapatkan cara pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai