Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

INDIKASI PERAWATAN ICU

Disusun oleh:
Adinda Gupita
NIM. I4061192057

Pembimbing:
dr. Leonardus Wibowo Singgih, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI & TERAPI INTENSIF


RSUD DR. SOEDARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang


mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang
professional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Salah
satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) atau disebut juga unit perawatan intensif.1
Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di
rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1778/MENKES/SK/XII/2010, ICU adalah bagian rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit –
penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis
dubia.2
Mengingat pentingnya peran ICU dalam menentukan kesembuhan pasien,
memperkirakan prognosis yang baik dan benar, tidak hanya penting bagi pasien, tetapi
penting juga bagi keluarga dan dokter.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ICU


Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera,
atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam
pengelolaan keadaan- keadaan tersebut.1

2.2 Tujuan dan ruang lingkup ICU


Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang
intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan
komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan
mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi
angka kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien.1,4
Adapun ruang lingkup pelayanan ICU adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik masalah dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.1,5
2.3 Jenis-jenis ICU
Adapun beberapa jenis ICU yang sudah masyarakat kenal, berikut ini akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai masing-masing jenis ICU.8,9
a. Intensive Coronary Care Unit (ICCU)
Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit
jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat, gagal
jantung
b. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir yang
sakit atau prematur.
c. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit kritis,
anak-anak, dan remaja.
d. Post Anesthesia Care Unit (PACU)
PACU adalah unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien setelah
operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU untuk waktu
terbatas dan harus memenuhi kriteria sebelum ditransfer kembali ke bangsal.

2.4 Indikasi perawatan ICU


Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang memerlukan intervensi medis
segera oleh tim intensive care, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan
pengawasan yang konstan, serta pasien kritis yang memerlukan pengawasan
kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. 1
Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien dengan gangguan akut
yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU adalah tempat perawatan
yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga yang khusus.5
Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas, sedangkan
kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme untuk membuat
prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien
di ICU. Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan
dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3).
Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ke ICU.1,5,6
a. Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu
suportif organ atau sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif, obat anti aritmia,
serta pengobatan lain-lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Contoh pasien
kelompok ini antara lain : pasien pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,
serta gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 (satu), umumnya tidak mempunyai batas.
b. Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intensif menggunakan  pulmonary arterial catheter . Contoh pasien seperti ini
antara lain penderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat
atau yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2
tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya (penyakit yang mendasarinya) secara sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat
kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien
penyakit jantung,  penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru.
Pengecualian1,5
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan, dengan catatan
bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan
dari ICU agar fasilitas ICU dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, dan 3.
Pasien yang tergolong demikian adalah :
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR ( Do Not Resuscitate)”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien
seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya
untuk kepentingan donor organ.

2.5 Indikasi keluar ICU


Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain:
a. Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan
intensif karena keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, contoh pasien
telah sadar, airway stabil setelah ekstubasi, mampu bernafas spontan, dan lain-
lain, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosa yang buruk dan sedikit
kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan, contoh pasien dengan tiga atau
lebih kegagalan sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan.
b. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan atau
terapi intensif lebih lama
c. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).
d. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien
lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif.
Pasien seperti ini hendaknya di usahakan pindah ke ruangan yang khusus untuk
pemantauan secara intensif yaitu HCU.4,5,7

2.6 Penilaian pasien yang masuk ICU


 Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE II)
APACHE II adalah sistem score yang digunakan di ICU untuk memprediksi
morbiditas dan mortalitas gangguan respirasi pada pasien. Score minimal
APACHE II meningkatkan resiko kematian. Kenaikan 1 skor menyebabkan
kenaikan angka kematian sebanyak 2 %. Ada 2 bagian penting dalam sistem
score : score keparahan penyakit dan perhitungan kemungkinan mortalitas.
Sistem APACHE II score terbukti memiliki korelasi yang baik antara mortalitas
yang diprediksi dengan mortalitas aktual yang terjadi.10
Tujuan sistem skoring adalah untuk penelitian uji klinis, menilai derajat berat
penyakit, melihat adanya efek pengobatan, menilai sistem administrasi
pelayanan kesehatan, menilai perfoma ICU, membandingkan performa
intensivis, menentukan prognosis pasien, dan sebagai terapi bagi pasien.
APACHE II adalah sistem APACHE yang paling luas digunakan, tetapi
memiliki beberapa keterbatasan. Perhitungan APACHE II score memerlukan
sejumlah besar data untuk ditinjau dan dianalisis. Namun, dimungkinkan
memproses informasi ini secara akurat, portabel, dan reproduktif di samping
tempat tidur dengan data pribadi genggam assistant (PDA) dengan perangkat
lunak yang sesuai.10
Sistem skoring APACHE II terdiri dari tiga variabel, yang pertama variabel
fisiologi akut, yang kedua variabel usia dan yang ketiga variabel penyakit
penyerta (komorbid).11
Variabel fisiologi akut mempunyai peran yang sangat besar pada sistem
APACHE II score, variabel ini dibagi atas 12 komponen pengukuran klinis yang
diperoleh dalam 24 jam setelah pasien masuk ke ICU. Komponen tersebut
adalah temperatur rektal (oC), tekanan arteri rerata (MAP) mmHg, frekuensi
denyut jantung (x/menit), PaO2 (mmHg), pH arterial, Na serum (mMol/l),
kreatinin serum (mg/100ml), hematokrit (%), leukosit (/mm), glasgow coma
score (GCS).12
a. Variabel fisiologi akut 13
Tabel 2.1 : Variabel fisiologi akut

APACHE II SCORING SYSTEM


Komponen +4 +3 +2 +1 0 +1 +2 +3 +4
Temperature 36- 38.5- 36- 34- 32- 30-
≥41 ≤29.9
40.9 38.9 38.4 35.9 33.9 31.9
Mean 130- 110- 70-
≥160 50-69 ≤49
Arterial BP 159 129 109
Heart Rate 140- 110- 70-
≥180 55-69 40-54 ≤39
179 139 109
Respiratory 35- 10-
≥50 25-34 12-24 6-9 ≤5
Rate 49 11
A-aPO2(if 350- 200-
≥500 <200
FiO2>50%) 499 349
PaO2(if 61-
>70 55-60 <55
FiO2<50%) 70
Arterial pH 7.6- 7.5- 7.33- 7.25- 7.15-
≥7.7 <7.15
7.69 7.59 7.49 7.32 7.24
*Serum 41- 32- 23- 18- 15-
HCO3- ≥52 51.9 40.9 31.9 21.9 17.9 <15
Serum Na+ 160- 155- 150- 130- 120- 111-
≥180 179 159 154 149 129 119 ≤110
Serum K +
5.5- 3.5- 2.5-
≥7 6-6.9 3-3.4 <25
5.9 5.4 2.9
Serum 1.5- 0.6-
≥3.5 2-3.4 <0.6
Creatinine 1.9 1.4
Hematocrit 50- 46- 30- 20-
≥60 <20
59.9 49.9 45.9 29.9
WBC Count 20- 15- 3-
≥40 1-2.9 <1
39.9 19.9 14.9
Score = 15 – Actual GCS = (Glascow Coma Score(GCS) = )
*Use only if no ABGs
b. Variabel Usia dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.2 : Variabel Usia13

Usia (Tahun) Skor


≤44 0
45-54 2
55-64 3
65-74 5
≥75 6

c. Variabel Penyakit Kronik Penyerta (Komorbid)13,14,15


Tabel 2.3 : Variabel penyakit kronik penyerta (komorbid)

Komorbid Skor
Post operative elektif 2
Insufisiensi organ yang berat 5
Kelainan imunologik 5
Post operative cito 5
Non operative 5

Penyakit Hepar : sirosis yang telah terbukti dengan biopsi, perdarahan traktus
gastrointestinal bagian atas karena hipertensi porta, gagal hepar, ensefalopati,
koma hepatikum.
Sistem Kardiovaskuler : dekompensasi kordis klas IV ( berdasarkan kriteria New
York Heart Association)
Sistem Respirasi : obstruksi kronik, restriksi kronik, hipertensi pulmonal,
hipoksia, hiperkapnia
Sistem Ginjal : gagal ginjal kronik yang perlu hemolysis
Immunocompromised : penderita mendapat terapi yang menekan daya tahan
tubuh, misalnya imunosupresan, kemoterapi, radiasi, steroid jangka panjang,
leukemia, limfoma, AIDS.
BAB III
KESIMPULAN

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis
dubia. Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang
intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan komplikasi
dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan
mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka
kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien.
Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien dengan gangguan akut
yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU adalah tempat perawatan yang
memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga yang khusus. Apabila
sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas, sedangkan kebutuhan pelayanan
ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas.
DAFTAR PUSTAKA :

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di
Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

2. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan nomor: HK 02.04/1/1966/11. Petunjuk


teknis penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit di rumah sakit. 2011
[cited: 2022 apr 20]. Available from: http://www.perdici.org/
3. Marik PE, Varon J.Severity scoring and outcome assessment. Computerized
predictive models and scoring systems. Critical Care Clinics 1999;15:633-46
4. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.
5. Indonesian Society of Intensive Care Medicine (Perhimpunan Dokter
Intensive care Indonesia). Pedoman ICU. (Accessed april, 20 2022)
Available from : http://www.perdici.org/wp-content/uploads/Pedoman-
ICU.pdf. 
6. Hanafie, A. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam
Memberikan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. (Accessed april 20,
2022) Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/745/3/08E00127.pdf.txt
7. World Health Organization. Intensive Care Unit. (Accessed October 2,
2014) Available from
: http://www.who.int/surgery/publications/IntensiveCareUnit.pdf 
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
9. Washington State Department of Health. Type of Intensive Care Units.
(Accessed apr 20, 2022) Available from :
http://www.doh.wa.gov/YouandYourFamily/IllnessandDisease/HealthcareA
ssociatedInfections/MethodsandDefinitions/TypesofIntensiveCareUnits 
10. Sistem Manajemen Rumah Sakit. Kebijakan Bagian ICU [internet]. Jakarta ;
2014. Avaible from : www.scribd.com/mobile/doc/82688221width=320.

11. Knaus WA, Wagner DP, Draper EA, Zimmerman JE, Bergner M, Bastos PG, et
al. The APACHE-III prognostic system. Risk prediction of hospital mortality for
crtically ill hospitalsed adults. Chest 1991; 100:1619-36. Comment in: Chest 1992
12. Naved,, S., Siddiqui, S., Khan, F. APACHE-II Score Correlation With Mortality
And Length OF Stay In An Intensive Care Unit. Journal of the Collage of
Physicians and Surgeons Pakistan. 2011. Available at:
http://ecommons.aku.edu/pakistan_fhs_mc_anaesth/1.
13. Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JE. APACHE II: a severity of
disease classification system. Crit Care Med 1985
14. Halim DA, Murni TW, Redjeki IS. Comparison of apache II, SOFA, and
modified SOFA Scores in predicting mortality of surgical patients in Intensive
Care Unit at dr. Hasan Sadikin General Hospital. Crit Care & Shock[internet].
2009. Available from: http://www.printfu.org/dr++sofa.
15. Milic M, Goranivic T, Holjevac JK. Corellation of APACHE II ang SOFA scores
with length of stay in various surgical intensive care units. Coll Antropol. 2009.

Anda mungkin juga menyukai