Pembimbing : dr. Uus Rustandi. Sp. An dr. Ruby Satria Nugraha, Sp. An, M.Kes PENDAHULUAN
Pasien-pasien yang sakit kritis memiliki angka
kesakitan dan kematian yang tinggi. Pengenalan dan penanganan tepat pasien-pasien tersebut secara dini akan membantu meminimalkan perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan kesempatan untuk pulih. DEFINISI
Sakit kritis adalah proses semua penyakit yang
menyebabkan ketidakstabilan fisiologis yang mengarah ke disabilitas/kecacatan atau kematian dalam beberapa menit atau beberapa jam. Pasien yang sakit kritis adalah pasien yang memiliki salah satu risiko besar akan kematian; keparahan penyakit harus dideteksi sejak awal dan mengambil langkah yang tepat dalam menilai, mendiagnosis serta penatalaksanaanya. ICU ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah bangsal rumah sakit
yang menyediakan perawatan intensif untuk pasien yang dalam kondisi kritis mengancam hidup yang bertujuan untuk menunjang fungsi-fungsi vital. ICU dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien kritis atau yang mengalami disfungsi satu organ atau lebih akibat penyakit berat yang mengancam nyawa atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (reversible). TUJUAN PELAYANAN ICU
Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian
atau cacat. Mencegah terjadinya penyulit Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level yang lebih tinggi Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien INDIKASI MASUK ICU Recognition and early management of the critically ill ward patient. British Journal of Hospital Medicine, October 2007, Vol 68, No 10. TINGKAT PRIORITAS PASIEN
Prioritas 1 : merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif seperti dukungan/bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dll. Prioritas 2 : Memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera dengan menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter. Prioritas 3 : sakit kritis, dan tidak stabil di mana status kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU KONTRAINDIKASI MASUK ICU
Kontraindikasi yang mutlak tidak boleh masuk
ICU adalah pasien dengan penyakit yang sangat menular, misalnya gas gangren. Pada prinsipnya pasien yang masuk ICU tidak boleh ada yang mempunyai riwayat penyakit menular. TINGKAT PERAWATAN PASIEN SAKIT KRITIS Tingkat 0 Pasien-pasien stabil yang kebutuhannya dapat dipenuhi oleh perawatan di bangsal rutin Tingkat 1 Pasien yang kondisinya berisiko memburuk dan memerlukan observasi klinis secara cermat yang dapat dilakukan di bangsal umum Pasien yang baru-baru ini direlokasi dari tingkat perawatan yang lebih tinggi yang kebutuhannya dapat dipenuhi dengan anjuran dan dukungan dari tim perawatan klinis Tingkat 2 (HCU) Pasien yang memerlukan pemantauan yang lebih mendetail (missal tekanan darah arteri invasif, CVP) Bantuan untuk kegagalan sistem organ tunggal, termasuk ventilasi tekanan positif non-invasif Pasien-pasien pasca operasi tertentu (misal setelah operasi besar pada pasien-pasien berisiko tinggi) Pasien yang baru pindah dari perawatan tingkat 3 Tingkat 3 (ICU) Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (intubasi trakea dan ventiasi mekanis) Pasien-pasien dengan MOFS (multiple organ failure syndrome) Contoh kondisi pasien sebagai indikasi masuk ke ICU Ancaman/kegagalan sistem pernafasan: Gagal nafas, impending gagal nafas. Ancaman/kegagalan sistem hemodinamik: Shock Ancaman/kegagalan sistem syaraf pusat: Stroke, penurunan kesadaran. Overdosis obat, reaksi obat dan intoksikasi: Depresi nafas Infeksi berat : sepsis PENGELOLAAN PASIEN
Pengelolaan pasien sakit kritis di ICU dapat meliputi :
1. Pendekatan pasien seperti anamnesis, serah terima pasien, pemeriksaan fisik, kajian hasil pemeriksaan, identifikasi masalah beserta penanggulangannya, dan informasi kepada keluarga. 2. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi minimal 1 kali sehari. 3. Observasi dan monitoring rutin → EKG, tekanan darah arteri, CVP, tekanan darah a. pulmonalis, fungsi ginjal, neurologis, fungsi hati, ventilasi mekanis, sedasi dan analgesia, nutrisi, kontrol infeksi 4. Jalur intra vaskuler 5. Intubasi dan pengelolaan trachea 6. Pengelolaan cairan 7. Perdarahan gastro intestinal 8. Usia lanjut dan penyakit yang serius 9. Reaksi pasien saat di rawat di ICU 10. Tujuan akhir pengobatan ICU yang di intervensikan sebelumnya INDIKASI KELUAR ICU Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator. Pasien mengalami mati batang otak. Pasien mengalami stadium akhir Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pulang paksa) Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat penuh. DAFTAR PUSTAKA Herkuanto. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat darurat, Majalah Kedokteran Indonesia, Volime:57, No:2, Februaru 2007. Glarum J, Birov D, Cetaruk E, MD. Hospital emergency Respone Teams. United states of America : Elsevier, 2010. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Pelayanan HCU. Jakarta; DepKes RI, 2011. Direktorat jendral bina upaya kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Pelayanan ICU. Jakarta; DepKes RI, 2011. America college of Surgeons. Advandcenve Trauma Life support for doctors, 7th edition. Chicago; America college of surgeon, 2004 Penanganan pasien pengawasan pada High Care Unit. Available from :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter%20II.pdfDiunduh pada tanggal 6 Juli 2014 Perhimpunan dokter spesialis anestesi dan terapi intensif cabang Kalimantan selatan. Ass : penanganan pasien di ICU dan HCU. Diunduh dari : http://www.scribd.com/doc/53170429/2010. Diunduh tanggal 6 Juli 2014. Triase. Available from : http://www.irwanashari.com/8/triase/html:2011. Diunduh pada tanggal 6 Juli 2014 Mangku G., Senapathi TGA., Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reaminasi. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang; 2010 Sukoco B., Penentuan rute Optimal menuju lokasi pelayanan gawat darurat, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Surakarta.EGC. 2010.