TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90
mmHg.23
2.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.24 Namun sebagian besar
disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni mereka memiliki
resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteriarteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal
ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga,
asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dan lain-lain.25,26
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu
penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah
diketahui penyebabnya.24
TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
Normal
< 120
Dan
< 80
Prehipertensi
120 - 139
Atau
80 - 89
Hipertensi tingkat I
140 - 159
Atau
90 - 99
Hipertensi tingkat II
160
Atau
100
Keterangan:
TDD = Tekanan darah diastole
TDS = Tekanan darah systole 23
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan hipertensi antara lain :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel
volume cairan
volume
sistem
vasoaktif
yang mempengaruhi
transpor natrium
dalam
10
9. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya hipertensi karena adanya perubahan pada
beberapa hormon dan enzim yang disebabkan peningkatan level substansi bioaktif
adipokin, seperti peningkatan leptin yang merupakan hormon yang bersifat
meningkatkan kerja saraf simpatis yang secara normal akan keluar dalam keadaan
kenyang. Penurunan adiponectin yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang
juga berefek terhadap peningkatan kerja sistem saraf simpatis. Peningkatan
jumlah sel-sel adiposit dalam keadaan obesitas juga dapat meningkatkan berbagai
mediator-mediator pro inflamasi seperti IL-6, IL1, dan TNF- yang akan
menyebabkan reaksi radang dan merusak lapisan endotel pada pembuluh darah.
Angiotensinogen yang dapat meningkatkan saraf simpatis dan mengaktifkan
renin-angiotensin-aldosteron (RAA sistem) dibentuk oleh sel adiposit yang akan
ikut meningkat pada keadaan obesitas.29,30
2.1.5 Kompensasi dan Komplikasi
Hipertensi terjadi karena adanya peningkatan salah satu atau kedua hal dari
cardiac output dan resistensi perifer. Peningkatan cardiac output diperankan oleh
dua jalur yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload) dan peningkatan
volume stroke. Pada keadaan peningkatan cardiac output maka ketahahan perifer
akan mengalami penurunan sebagai mekanisme kompensasi. Mekanisme
kompensasi dilakukan melalui pengaturan neurohormonal oleh efek baroreseptor
dimana tekanan jantung akan meningkat dan efek ini akan disalurkan melalui
nervus vagus ke medulla oblongata sebagai pusat pengaturan tekanan darah. Salah
satu hormon yang memegang peran ini adalah atrial natriuretic peptide (ANP)
yang merupakan hormon yang reseptornya berada pada atrium jantung dan akan
11
aktif ketika terjadi peningkatan volume yang masuk kedalam atrium. ANP yang
dirilis
selanjutnya
akan
melakukan
mekanisme
kompensasinya
melalui
12
waktu yang lama dan nefropati hipertensi pada ginjal akibat kerusakan pada
gromerulus akibat peningkatan osmolaritas darah yang melewatinya.33,34,35,36
2.1.6 Tatalaksana
2.1.6.1 Farmakologi
Pada dasarnya pengobatan farmakologi dengan antihipertensi itu penting agar
pasien dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang
diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah
120/90 mmHg. Golongan obat farmakologi yang digunakan untuk hipertensi
yaitu :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang
tersimpan di dalam tubuh. Pengaruhnya menyebabkan pengurangan dari volume
darah total dan curah jantung yang menyebabkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Bumetanide, Furosemide dan Hydrochlorothiazide.37
2. Penghambat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker)
Penghambat
reseptor
beta
adrenergik
13
14
menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg. Konsumsi alkohol dan rokok merupakan
hal yang harus dihentikan pada pasien hipertensi, hal ini dikarenakan rokok dan
alkohol merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi. 38,39
2.2
Stres Oksidatif pada Hipertensi
2.2.1 Definisi Stres Oksidatif
Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
kadar radikal bebas dan pertahanan antioksidan dalam tubuh. Pada prinsipnya
stres oksidatif dapat terjadi akibat penurunan kadar antioksidan dan/atau
peningkatan kadar radikal bebas (Reactive oxigent species) dalam tubuh. Stres
oksidatif ditemukan meningkat dalam keadaan hipertensi dan ini berhubungan
langsung dengan kerja Reactive oxigent species (ROS) secara in-vivo. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa kadar lipid peroksida atau ROS serum yang
dirilis dari isolasi pembuluh darah ditemukan meningkat dalam keadaan hipertensi
baik pada hewan coba maupun pada manusia.40,41
2.2.2
ini
menyebabkan
terjadi
turbulensi
(circumferential
stretch)
yang
15
salah satu media utama pembentukan radikal bebas melalui mekanisme ikatannya
dengan O2* (superoxide) menghasilkan ONOO- (anion peroxynitrit) dan pada
keadaan lanjut akan mengalami penurunan jumlah dan menyebabkan disfungsi
endotel. Disfungsi endotel yang disebabkan oleh penurunan produksi NO
menyebabkan endotel tidak dapat berfungsi untuk mengatur dilatasi, kontraksi dan
diameter pembuluh darah. Hilangnya integritas lapisan endotel yang ireversibel
akan menyebabkan pelepasan sel. Pelepasan sel endotel akan menimbulkan proses
adaptasi dari pembuluh darah (vascular remodelling) yang nantinya akan
menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan penurunan diameter lumen.
Trauma mekanis akibat turbulensi aliran darah juga akan menimbulkan vascular
remodelling dengan merusak dan melepaskan mediator-mediator lokal sel otot
polos vaskuler yang akan menyebabkan hiperplasia lapisan intima vaskuler dan
menimbulkan arterosklerosis. Selain mekanisme penebalan dinding pembuluh
darah, disfungsi endotel juga akan menyebabkan pengeluaran mediator dari
endotel salah satunya adalah endotelin-1 dan angiotensin II yang akan
menyababkan terjadinya vasokonstriksi sehinggga menyebabkan pelepasan
NADPH pada sel otot polos pembuluh darah yang akan melakukan reaksi
NADPH oksidase untuk membuang satu elektron oksigen sehingga menjadi
O2*.31, 42
Mekanisme lain dari stres oksidatif yang terjadi akibat hipertensi masih
dimainkan perannya oleh keadaan disfungsi endotel. Disfungsi endotel yang
terjadi menyebabkan NOS (nitric oxidase synthase) yang seharusya berikatan
dengan L-arginine atau BH4 (tetrahydrobioprotein) sebagai co-faktornya dalam
membentuk NO mengalami penurunan jumlah co-faktor. Hal ini mengakibatkan
16
hingga
menghasilkan
salah
satu
produk
berupa
MDA
17
molekul sehingga terbentuk molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbital luarnya dan diproduksi selama metabolisme sel normal.
Radikal derajat tinggi bisa merusak sel melalui reaksi dengan komponen sel
(misal protein dan lipid). Bentuk kerusakan ini disebut oksidasi dan dapat
menghasilkan trauma kematian pada sel. 44
Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif. Untuk menjadi stabil,
radikal memerlukan elektron yang berasal dari pasangan elektron molekul
disekitarnya, sehingga terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke
molekul radikal untuk menjadikan molekul tersebut stabil. Akibat reaksi tersebut,
molekul donor menjadi radikal baru yang tidak stabil dan memerlukan elektron
dari molekul di sekitarnya untuk menjadi stabil. Demikian seterusnya terjadi
reaksi berantai perpindahan elektron.45 Pada tubuh, radikal bebas akan berinteraksi
dengan bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,
karbohidrat, DNA, dan RNA.46
Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok oksigen reaktif
(ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini
mengakibatkan kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak, protein
dan asam nukleat seluler sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ
tertentu.46
2.3.2 Radikal Bebas Endogen
Merupakan radikal bebas yang diperoleh dari dalam tubuh melalui beberapa
tahapan, yaitu :
18
1. Autoksidasi
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang
mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin,
sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas
menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif
oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga
dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe
III melalui proses autoksidasi.44
2. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah
yang
cukup
bermakna,
meliputi
xanthine
oxidase
(activated
inischemiareperfusion),prostaglandinsynthase,lipoxygenase,aldehydeoxidase, dan
amino acidoxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan
hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat
asam hipoklor.47
3. Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses
dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama
fagositosis.Lebih kurang 70-90 %
dapat
19
dari
20
L + oksidan-H (inisiasi)
L + O2
LOO (propagasi)
LOO + LH
L + LOOH (propagasi)
L + L
L + LOO
1. Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap awal pembentukan radikal-radikal bebas.49
Lipid dinyatakan sebagai LH dan biasanya berupa asam lemak tak jenuh ganda
(PUFA). Peroksidasi asam lemak tak jenuh merupakan reaksi rantai radikal bebas
yang diinisiasi oleh abstraksi atom hidrogen pada gugus metilen rantai asam
lemak.
21
2. Propagasi
Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen, akan terbentuk radikal
peroksil. Radikal peroksil dapat mengasbtraksi atom hidrogen pada lipid yang
lain. Apabila terjadi abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil, akan
terbentuk lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida adalah produk primer
peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Melalui pemanasan atau reaksi yang
melibatkan logam, lipid hidroperoksida akan dipecah menjadi produk peroksidasi
lipid sekunder, yakni radikal lipid alkoksil dan peroksi lipid. Radikal lipid alkoksil
dan lipid peroksil juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipid selanjutnya. Radikal
lipid akan membentuk aldehid yang sebagian besar terlibat pada patofisiologi
terkait stres oksidatif pada sel maupun jaringan dan merupakan produk akhir
peroksidasi lipid.49
3. Terminasi
Radikal karbon yang terbentuk pada reaksi inisiasi cenderung menjadi stabil
melalui reaksi dengan radikal karbon maupun radikal lain yang terbentuk pada
tahap propagasi.49
2.3.4.2 Kerusakan Protein
Dibandingkan dengan PUFA, protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap
serangan radikal bebas sehingga kemungkinan untuk terjadinya reaksi berantai
yang cepat sangat kecil. Radikal bebas jarang menyerang protein kecuali bila
sangat ekstensif.
22
23
Asam lemak tak jenuh ganda yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap
sangat rentan terhadap oksidasi oleh radikal bebas atau molekul-molekul reaktif
lainnya. Molekul reaktif seperti radikal hidroksil menarik atom hidrogen dari
ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal peroksil lipid.
Radikal ini kemudian bereaksi dengan asam lemak tak jenuh lainnya membentuk
hidroperoksida lipid dan radikal peroksil lipid yang baru, yang kemudian
meneruskan reaksi oksidasi terhadap lipid lainnya, yang dikenal dengan autooksidasi lipid atau peroksidasi lipid. Proses tersebut juga akan membentuk
endoperoksida
siklik
yang
akan
terurai
menjadi
malondialdehida.
Malondialdehyde (MDA) yang mempunyai berat molekul rendah ini adalah satu
dari beberapa molekul hasil penguraian endoperoksida lipid yang terbentuk
selama proses peroksidasi lipid.52
Reaksi radikal hidroksil dengan polyunsaturated fatty acid (PUFA) terjadi
secara berantai. Dimulai dari serangan atom hidrogen oleh radikal hidroksil yang
disebut dengan fase inisiasi, kemudian radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi
dengan atom oksigen sehingga terbentuk radikal peroksil dan terjadi reaksi rantai
propagasi radikal bebas. Hasil akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk
hidrogen peroksida. Pada fase terminasi hidrogen peroksida menyebabkan
dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan
berbeda panjang rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid
utama yang terbentuk.53 Oleh karena itu, produk peroksidasi lipid ditentukan oleh
pengukuran kadar malondialdehid (MDA). Konsentrasi MDA yang tinggi
menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel. 54
24
2.4 Antioksidan
2.4.1 Definisi
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Secara
biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau
meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Senyawa ini mempunyai berat
molekul yang kecil tetapi dapat menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi
dengan cara mencegah terbentuknya radikal dan mengikat radikal bebas. 54
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan
enzimatis dan non-enzimatis. Dua kelompok utama antioksidan (enzimatis dan
non-enzimatis) bekerja sama mengurangi efek buruk yang secara potensial dapat
menimbulkan radikal bebas. Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan
utama (primer) terhadap kondisi stres oksidatif. Enzim-enzim ini diproduksi di
dalam sel dan tidak bisa diperoleh dari suplemen diet. Sedangkan antioksidan
sekunder atau disebut juga antioksidan eksogenus berperan sebagai sistem
pertahanan preventif. Antioksidan ini terdapat di berbagai makanan dan juga dapat
diperoleh melalui makanan sehari-hari ataupun konsumsi suplemen tambahan.
Kerja sistem antioksidan ini adalah dengan memotong reaksi oksidasi berantai
radikal bebas atau dengan cara menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak
akan bereaksi dengan komponen seluler.54
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.
Antioksidan yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal
antioksidan tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
25
26
poliferon yang diperoleh dari konsumsi teh. Enzim yang mengubah hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen adalah katalase. Fungsinya menetralkan
hidrogen peroksida beracun dan mencegah formasi gelembung CO 2 dalam
darah.56
2. Glutathione peroksidase
Glutation peroksidase (GSH.Prx) bekerja dengan cara menggerakkan H2O2
dan lipid peroksida dibantu dengan ion logam-logam transisi.
2GSH + H2O2 GSSG + 2H2O
Glutation peroksidase Glutation peroksidase mengandung Se (selenium),
dan sumber Se ada pada ikan, telur, ayam, bawang putih, biji gandum, jagung,
padi, dan sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya akan Se. Dosis Se yang terlalu
tinggi bersifat racun.56
Glutation peroksidase juga dapat menyingkirkan lipid peroksida dalam
membrane sel.54
LOOH + 2GSH LOH + GSSG + H2O
3. Catalase
Catalase merupakan enzim yang paling aktif. Catalase terdapat jumlah besar
dan memiliki kapasitas besar untuk menghancurkan H2O2. Pada sebagian jaringan
mamalia, catalase terdapat di peroksisom dan sebagian kecil juga terdapat di
mitokondria. Catalase memecah H2O2 per molekul setiap menit dan aftinitasnya
terhadap H2O2 rendah sehingga hanya dapat bekerja cepat pada keadaan dimana
konsentrasi H2O2 tinggi.
57
27
28
2.4.3 Sumber
Antioksidan bisa di kelompokkan berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu
antioksidan alami dan sintetis atau buatan. Antioksidan alami digolongkan
menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim di hasilkan oleh tubuh
yaitu superokside dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase.
Antioksidan vitamin di dapatkan dari bahan makanan yang berupa buah dan
sayuran. Antioksidan vitamin ini yaitu alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten
(vitamin A) dan asam askorbat.56
Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang di ijinkan untuk makanan,
ada lima antioksidan yang penggunaanya meluas yaitu butil hidroksi anisol
(BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon
(TBHQ), dan tokoferol.
BHA memiliki
through, kemampuan
komplek
warna
dengan
ion
metal,
sehingga
kemampuan
29
antioksidannya rendah. Selain itu, propil galat memiliki sifat berbentuk kristal
padat putih, sedikit tidak larut lemak tetapi larut air, serta memberi efek sinergis
dengan BHA dan BHT.
TBHQ dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak dan minyak,
khususnya minyak tanaman karena memiliki kemampuan antioksidan yang baik
pada
penggorengan
tetapi
rendah
pada
pembakaran.
Bila
TBHQ
antioksidan
endogen
enzimatik
yang
paling
efektif
dalam
30
kehadiran simultan dari O2 dan H2O2 yang berasal dari pembentukan radikal
hidroksi (OH).60 O2 umumnya diproduksi dalam sistem aerobik biologis sel dan
SOD berfungsi dalam pertahanan terhadap hal itu, sehingga dapat dikatakan
bahwa SOD merupakan pertahanan awal sel terhadap injuri sel akibat ROS. 61
Enzim SOD melindungi sel-sel tubuh dan mencegah terjadinya proses
peradangan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Dalam tubuh selalu terdapat
enzim tersebut, namun aktivitasnya memerlukan bantuan zat-zat gizi mineral
seperti mangan (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn).46
Berdasarkan kofaktor dan distribusinya didalam tubuh, enzim superoksida
dismutase dibagi menjadi copper, zinc superoxide dismutase (Cu, Zn-SOD) yang
terdapat dalam sitoplasma eukariot, manganese superoxide dismutase (Mn-SOD)
yang terdapat pada mitokondria organism aerobik, iron superoxide dismutase (FeSOD) yang terdapat pada prokariot dan ekstra selular superoksida dismutase (ecSOD) yang banyak ditemukan pada cairan ekstraselular mamalia.59 Bakteri
mempunyai berbagai tipe SOD, diantaranya adalah iron superoxide dismutase
(Fe-SOD) dan nickel superoksida dismutase (Ni-SOD).62
Cu,Zn-SOD termasuk ke dalam jenis antioksidan primer yang berfungsi
mencegah pembentukan radikal-radikal baru. Antioksidan ini mengubah radikal
bebas sebelum bereaksi dengan molekul organik yang merupakan penyusun atau
komponen sel menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya. Cu,Zn-SOD
merupakan salah satu antioksidan endogen yang sangat berperan dalam
mengkatalisasi radikal bebas anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan
molekul oksigen.59
31
salah
satu
mineralkortikoid
secara
kualitatif
akan
mengurangi
ekskresi
NaCl
(garam)
dengan
cara
32
kemiripan
dengan
aldosterone.
Kelebihan
mineralokortikoid
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
33
Subdivisio
: Angiospermae
Klas
: Moncotyledonae
Subklas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Gramineae
Spesies
Nama lain
(Sunda), ambengan (Bali); Inggris : cogon grass, satintail, blady grass; Pilipina :
Kogon; Cina : Bai mao gen; Jepang : chigaya.
2.6.1.2
Akar
bersifat
regeneratif
yang
kuat
dapat
berpenetrasi 15-40 cm, sedang akar dapat vertical ke dalam sekitar 60-150 cm.
Rhizoma berwarna putih, sukulen terasa manis, beruas pendek dengan cabang
lateral membentuk jarring-jaring yang kompak dalam tanah.
Batang
utama keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun sebelah bawah.
Bunga
panjang, setiap bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8 - 14 mm,
mudah diterbangkan angin.
Buah
cokelat tua.
34
2.6.1.3
berfungsi
sebagai
antiinflamasi,
analgesik,
antioksidan,
dan
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Asterales (Campanulatae)
Familia
: Asteraceae
Genus
: Gynura
Species
35
2.6.2.2
Sambungnyawa (Gambar 1.2) berupa tanaman perdu tegak jika masih muda,
dan merambat jika sudah cukup tua, berperawakan herba berdaging. Batang
segiempat beruas-ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daunnya berupa daun
tunggal berbentuk lonjong memanjang, tersebar, tepi daun bertoreh, berambut
halus.71
Merr.)
Penelitian fitokimia menunjukan tanaman ini banyak memiliki senyawa kimia
seperti senyawa kaempferol, quercetin, rutin7, asam klorogenat.8 Flavonoid juga
dilaporkan memiliki efek kardiovaskular dan berkontribusi mengurangi penyakit
akibat kardiovaskuler.9 Fenolik memberikan efek relaksasi otot pembuluh darah,
bersama dengan penurunan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. 12
2.6.2.4
36
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisi
: Pinophyta
Class
: Coniferopsida
Ordo
: Myricales
Familia
: Myricaceae
Genus
: Eugenia
Species
2.6.3.2
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan
sekitar rumah. Tanaman ini dapat
37
2.6.3.3
adrenergik pada sistem saraf otonom. Diantara beberapa subtipe dari reseptor adrenergik, subtipe 1 terlibat dalam meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung sementara subtipe 3 terlibat dalam lipolisis dan tidak berhubungan
dengan tekanan darah. Dengan demikian, reseptor subtipe 2 bertanggungjawab
terhadap relaksasi otot halus dan terlibat dalam memediasi efek hipotensi dari
ekstrak metanol daun Salam.77