Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau
peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90
mmHg.23
2.1.2 Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.24 Namun sebagian besar
disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri. Yakni mereka memiliki
resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteriarteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal
ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga,
asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dan lain-lain.25,26
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu
penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah
diketahui penyebabnya.24

Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang


meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya
adalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor, dan obatobatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.26,27
2.1.3 Klasifikasi
Menurut The Joint National Committee VII Report (JNC VII Report), terdapat
empat klasifikasi hipertensi yaitu normal, prehipertensi, hipertensi tingkat I dan
hipertensi tingkat II.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII
Klasifikasi tekanan darah

TDS
(mmHg)

TDD
(mmHg)

Normal

< 120

Dan

< 80

Prehipertensi

120 - 139

Atau

80 - 89

Hipertensi tingkat I

140 - 159

Atau

90 - 99

Hipertensi tingkat II

160

Atau

100

Keterangan:
TDD = Tekanan darah diastole
TDS = Tekanan darah systole 23

2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan hipertensi antara lain :
1. Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah
jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Peningkatan konsentrasi sel

otot halus akan berpengaruh pada peningkatan

konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin


lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin
dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible.26,28
2. Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler
dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang
penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus
aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan
garam.26,28
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme

(ACE). ACE memegang

peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung


angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua
jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga urin menjadi
pekat dan

tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan,

volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan


darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan

volume

cairan ekstraseluler yang pada

gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.26,28


3. Sistem Saraf Otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi
arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
pempertahankan tekanan darah. Hipertensi terjadi karena interaksi antara sistem
saraf otonom dan sistem renin-angiotensin dengan faktor lain termasuk natrium,
volume sirkulasi, dan beberapa hormon.26,28
4. Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu
molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi
pada kasus hipertensi primer.26,28
5. Substansi vasoaktif
Banyak

sistem

vasoaktif

yang mempengaruhi

transpor natrium

dalam

mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan


vasodilator yang

potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat

meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem

renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide (ANP) merupakan hormon


yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal
ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat
meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.26,28 .
6. Hormonal
Wanita memiliki resiko terkena penyakit hipertensi lebih tinggi dibandingkan
pria, hal ini disebabkan pengaruh hormon-hormon yang hanya ada atau lebih
banyak terdapat pada wanita seperti estrogen yang dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme pengaktifan saraf simpatisnya.29,30
7. Genetik
Perubahan gen dan penyakit-penyakit hipertensi genetik seperti sindrom liddle,
penyakit glucocorticoid remediable aldosteronism, dan sindroma apparent
mineralocorticoid excess merupakan salah satu jenis hipertensi sekunder
walaupun masih belum diketahui gen apa yang memainkan peran dalam keadaan
tersebut. Akibat salah satu atau lebih dari faktor resiko di atas hipertensi akan
terdiagnosa.20,21 Selain itu, penyakit-penyakit genetik seperti sindroma cushing
yang akan meningkatkan kadar glukokortikoid dan juga berefek terhadap
pengaktifan efek katekolamin juga dapat menginduksi terjadinya hipertensi. 29,30
8. Kelainan Sistem Endokrin
Kelainan sistem endokrin seperti hipertiroid akan menimbulkan peningkatan rilis
hormon-hormon kelenjar tiroid seperti kortikostreroid yang bekerja untuk
meningkatkan efek katekolamin sebagai eksitan dan berefek pada peningkatan
denyut jantung dan konstriksi arteri perifer.29,31

10

9. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya hipertensi karena adanya perubahan pada
beberapa hormon dan enzim yang disebabkan peningkatan level substansi bioaktif
adipokin, seperti peningkatan leptin yang merupakan hormon yang bersifat
meningkatkan kerja saraf simpatis yang secara normal akan keluar dalam keadaan
kenyang. Penurunan adiponectin yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang
juga berefek terhadap peningkatan kerja sistem saraf simpatis. Peningkatan
jumlah sel-sel adiposit dalam keadaan obesitas juga dapat meningkatkan berbagai
mediator-mediator pro inflamasi seperti IL-6, IL1, dan TNF- yang akan
menyebabkan reaksi radang dan merusak lapisan endotel pada pembuluh darah.
Angiotensinogen yang dapat meningkatkan saraf simpatis dan mengaktifkan
renin-angiotensin-aldosteron (RAA sistem) dibentuk oleh sel adiposit yang akan
ikut meningkat pada keadaan obesitas.29,30
2.1.5 Kompensasi dan Komplikasi
Hipertensi terjadi karena adanya peningkatan salah satu atau kedua hal dari
cardiac output dan resistensi perifer. Peningkatan cardiac output diperankan oleh
dua jalur yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload) dan peningkatan
volume stroke. Pada keadaan peningkatan cardiac output maka ketahahan perifer
akan mengalami penurunan sebagai mekanisme kompensasi. Mekanisme
kompensasi dilakukan melalui pengaturan neurohormonal oleh efek baroreseptor
dimana tekanan jantung akan meningkat dan efek ini akan disalurkan melalui
nervus vagus ke medulla oblongata sebagai pusat pengaturan tekanan darah. Salah
satu hormon yang memegang peran ini adalah atrial natriuretic peptide (ANP)
yang merupakan hormon yang reseptornya berada pada atrium jantung dan akan

11

aktif ketika terjadi peningkatan volume yang masuk kedalam atrium. ANP yang
dirilis

selanjutnya

akan

melakukan

mekanisme

kompensasinya

melalui

peningkatan eksresi air dan garam, vasodilatasi pembuluh darah, penghambatan


sekresi renin dan melawan kerja sistem RAA. 31,32 Pembuluh darah juga
melakukan mekanisme kompensasi terhadap peningkatan aliran darah yang
disebabkan oleh cardiac ouput yang tinggi di pembuluh darah, melalui
mekanisme dilatasi pembuluh darah untuk menurunkan kecepatan aliran darah,
mekanisme ini disebut dengan autoregulasi. Endotel akan melepaskan berbagai
mediator untuk mekanisme kompensasi yaitu dengan melakukan vasodilatasi pada
pembuluh darah. Salah satu zat utama dalam proses ini adalah endotheliumderived relaxing factor atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nitrit oksida
(NO). NO disintesis oleh arginin yang diliris ketika terdapat shear stress pada sel
endotel pembuluh darah dan bekerja sebagai vasodilator dan proses remodelling
pada kerusakan sel-sel dinding vaskuler.32
Komplikasi hipertensi merupakan manifestasi klinis yang dihasilkan dari
peningkatan tekanan darah yang terus menerus disertai ketidakmampuan tubuh
dalam melakukan kompensasi atau proses kompensasi yang berlebihan. Hipertensi
merupakan faktor risiko untuk penyakit aterosklerosis, gagal jantung, penyakit
arteri koroner, stroke, penyakit ginjal dan penyakit arteri perifer. Hipertensi
menyebabkan disfungsi sistol-diastol dan hipertrofi ventrikel kiri karena adanya
mekanisme adaptasi secara struktural dan fungsional dari otot-otot jantung.
Komplikasi lain pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi akibat
tekanan pada pembuluh darah yang meningkat secara terus-menerus dalam jangka

12

waktu yang lama dan nefropati hipertensi pada ginjal akibat kerusakan pada
gromerulus akibat peningkatan osmolaritas darah yang melewatinya.33,34,35,36
2.1.6 Tatalaksana
2.1.6.1 Farmakologi
Pada dasarnya pengobatan farmakologi dengan antihipertensi itu penting agar
pasien dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang
diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah
120/90 mmHg. Golongan obat farmakologi yang digunakan untuk hipertensi
yaitu :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang
tersimpan di dalam tubuh. Pengaruhnya menyebabkan pengurangan dari volume
darah total dan curah jantung yang menyebabkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Bumetanide, Furosemide dan Hydrochlorothiazide.37
2. Penghambat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker)
Penghambat

reseptor

beta

adrenergik

menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga


menurunkan curah jantung juga menghambat sekresi renin di sel jukstaglomeruler
ginjal mengakibatkan penurunan angiotensin II. Contoh antihipertensi dari
golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol dan Bisoprolol. 37
3. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang banyak digunakan di klinik untuk
pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Mekanisme kerja secara langsung

13

menghambat pembentukan angiotensin II dan meningkatkan vasodilatasi. Contoh


antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril dan Lisinopril. 37
4. Antagonis Kalsium (Ca antagonis)
Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Contoh

antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil dan


Nifedipine.37
2.1.6.2 Non Farmakologi
Penaganan non-farmakologi hipertensi berupa perubahan gaya hidup dapat
dilakukan pada pasien hipertensi tingkat satu. Perubahan gaya hidup dapat
menurunkan tekanan darah hingga dibawah 140/90 pada 25% pasien hipertensi
tingkat satu. Pengaturan diet makanan berupa rendah garam, rendah lemak
khususnya lemak tersaturasi dan asam lemak trans serta diet tinggi serat dan
kalium. Garam merupakan bahan yang bersifat menyerap air sehingga akan
meningkatkan osmolaritas darah dan dapat memberikan efek simpatis bagi tubuh,
sedangkan konsumsi lemak yang berlebih dapat memperparah keadaan hipertensi
akibat mekanisme aterosklerosis. Diet tinggi serat dan kalium dapat menurunkan
tekanan darah karena efeknya yang bekerja melawan kerja lemak dan garam.
Olahraga secara teratur yaitu minimal lima kali dalam satu minggu yang
dilakukan 30-60 menit setiap waktunya. Pada beberapa penelitian, olahraga
terbukti dapat menurunkan tekanan darah berdasarkan mekanismenya dalam
mengadaptasikan tubuh dengan keadaan peningkatan oksidan maupun keadaan
simpatis. Pengontrolan berat badan berupa menurunkan indeks masa tubuh yang
berada <25, hal ini dikarenakan setiap penurunan berat badan sebesar 10 kg akan

14

menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg. Konsumsi alkohol dan rokok merupakan
hal yang harus dihentikan pada pasien hipertensi, hal ini dikarenakan rokok dan
alkohol merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi. 38,39
2.2
Stres Oksidatif pada Hipertensi
2.2.1 Definisi Stres Oksidatif
Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
kadar radikal bebas dan pertahanan antioksidan dalam tubuh. Pada prinsipnya
stres oksidatif dapat terjadi akibat penurunan kadar antioksidan dan/atau
peningkatan kadar radikal bebas (Reactive oxigent species) dalam tubuh. Stres
oksidatif ditemukan meningkat dalam keadaan hipertensi dan ini berhubungan
langsung dengan kerja Reactive oxigent species (ROS) secara in-vivo. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa kadar lipid peroksida atau ROS serum yang
dirilis dari isolasi pembuluh darah ditemukan meningkat dalam keadaan hipertensi
baik pada hewan coba maupun pada manusia.40,41
2.2.2

Peran Hipertensi Terhadap Stres Oksidatif

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dari berbagai


mekanisme. Pada keadaan hipertensi aliran darah di vaskuler menjadi meningkat,
hal

ini

menyebabkan

terjadi

turbulensi

(circumferential

stretch)

yang

didefinisikan sebagai aliran yang melintang. 29,30 Turbulensi yang terjadi


menyebabkan aliran darah melewati dinding pembuluh darah secara tidak normal
atau secara transversal, menyebabkan keadaan yang disebut dengan occilatory
shear stress. Shear stress yang tidak normal ini akan menyebabkan sel endotel
mengalami disfungsi yang berakibat terhadap penurunan sintesis NO (Nitrit
oxide).33 NO aktif bekerja dalam proses fisiologis seperti vasodilatasi pembuluh
darah dan pertahanan tekanan darah. Pada awal keadaan hipertensi NO merupakan

15

salah satu media utama pembentukan radikal bebas melalui mekanisme ikatannya
dengan O2* (superoxide) menghasilkan ONOO- (anion peroxynitrit) dan pada
keadaan lanjut akan mengalami penurunan jumlah dan menyebabkan disfungsi
endotel. Disfungsi endotel yang disebabkan oleh penurunan produksi NO
menyebabkan endotel tidak dapat berfungsi untuk mengatur dilatasi, kontraksi dan
diameter pembuluh darah. Hilangnya integritas lapisan endotel yang ireversibel
akan menyebabkan pelepasan sel. Pelepasan sel endotel akan menimbulkan proses
adaptasi dari pembuluh darah (vascular remodelling) yang nantinya akan
menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan penurunan diameter lumen.
Trauma mekanis akibat turbulensi aliran darah juga akan menimbulkan vascular
remodelling dengan merusak dan melepaskan mediator-mediator lokal sel otot
polos vaskuler yang akan menyebabkan hiperplasia lapisan intima vaskuler dan
menimbulkan arterosklerosis. Selain mekanisme penebalan dinding pembuluh
darah, disfungsi endotel juga akan menyebabkan pengeluaran mediator dari
endotel salah satunya adalah endotelin-1 dan angiotensin II yang akan
menyababkan terjadinya vasokonstriksi sehinggga menyebabkan pelepasan
NADPH pada sel otot polos pembuluh darah yang akan melakukan reaksi
NADPH oksidase untuk membuang satu elektron oksigen sehingga menjadi
O2*.31, 42
Mekanisme lain dari stres oksidatif yang terjadi akibat hipertensi masih
dimainkan perannya oleh keadaan disfungsi endotel. Disfungsi endotel yang
terjadi menyebabkan NOS (nitric oxidase synthase) yang seharusya berikatan
dengan L-arginine atau BH4 (tetrahydrobioprotein) sebagai co-faktornya dalam
membentuk NO mengalami penurunan jumlah co-faktor. Hal ini mengakibatkan

16

terjadinya uncoupling eNOS (nitric oxidase synthase uncoupling) yang senyawa


ini dibanding dengan membentuk NO, lebih mudah melakukan reaksi oksidasi
oksigen menjadi O2*. Disfungsi endotel juga akan menyebabkan peningkatan dari
xanthine oxidase dimana senyawa ini juga akan melakukan oksidasi oksigen
membentuk O2*. O2* yang berikatan dengan NO membentuk ONOO- selanjutnya
akan melakukan reaksi nitrosation and nitration yang pada akhirnya akan
menghasilkan OH* (hidroxil radical) yang selanjutnya akan masuk ke membran
sel dan melakukan mekanisme peroksidasi lipid pada pembuluh darah yang
berakibat terjadinya kerusakan pada sel dan jaringan. Pembentukan OH * juga
berasal dari reaksi fenton yang terjadi ketika H2O2 (Hidrogen peroxida) yang
berasal dari O2* yang terdismutase maupun terbentuk secara spontan berikatan
dengan golongan metal seperti besi (Fe) dan tembaga (Cu). Mekanisme yang
terjadi pada peroksidasi lipid akan menyebabkan kerusakan sel dan terjadinya
keadaan stres oksidatif. Kerusakan yang ditimbulkan akibat peroksidasi lipid
mengawali proses kematian sel atau menghambat sel dalam memperoleh nutrisi
dan dapat juga menghambat penerimaan dan pengiriman sinyal antar sel.
Mekanisme peroksidasi lipid melalui 3 tahapan yaitu inisiasi, propagasi, dan
terminasi

hingga

menghasilkan

salah

satu

produk

berupa

MDA

(malondyaldehide) yang merupakan produk aldehide utama sebagai penanda


adanya keadaan stres oksidatif pada sel dan jaringan tersebut.31,32,42,43
2.3 Radikal Bebas
2.3.1 Definisi
Radikal bebas adalah spesies kimia yang dapat bereaksi dengan komponen
biomolekul di dalam tubuh. Reaktifitas radikal bebas tersebut disebabkan oleh
hilangnya satu elektron atau lebih pada orbital terluar dari suatu atom atau

17

molekul sehingga terbentuk molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan pada orbital luarnya dan diproduksi selama metabolisme sel normal.
Radikal derajat tinggi bisa merusak sel melalui reaksi dengan komponen sel
(misal protein dan lipid). Bentuk kerusakan ini disebut oksidasi dan dapat
menghasilkan trauma kematian pada sel. 44
Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat reaktif. Untuk menjadi stabil,
radikal memerlukan elektron yang berasal dari pasangan elektron molekul
disekitarnya, sehingga terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke
molekul radikal untuk menjadikan molekul tersebut stabil. Akibat reaksi tersebut,
molekul donor menjadi radikal baru yang tidak stabil dan memerlukan elektron
dari molekul di sekitarnya untuk menjadi stabil. Demikian seterusnya terjadi
reaksi berantai perpindahan elektron.45 Pada tubuh, radikal bebas akan berinteraksi
dengan bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,
karbohidrat, DNA, dan RNA.46
Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok oksigen reaktif
(ROS) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini
mengakibatkan kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak, protein
dan asam nukleat seluler sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ
tertentu.46
2.3.2 Radikal Bebas Endogen
Merupakan radikal bebas yang diperoleh dari dalam tubuh melalui beberapa
tahapan, yaitu :

18

1. Autoksidasi
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang
mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin,
sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas
menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif
oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga
dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe
III melalui proses autoksidasi.44
2. Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam
jumlah

yang

cukup

bermakna,

meliputi

xanthine

oxidase

(activated

inischemiareperfusion),prostaglandinsynthase,lipoxygenase,aldehydeoxidase, dan
amino acidoxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan
hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat
asam hipoklor.47
3. Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses
dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama
fagositosis.Lebih kurang 70-90 %

penggunaan oksigen tersebut

dapat

diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki


sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim
membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan
terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a,
atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut

19

mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida.


Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama
generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.47
2.3.3 Radikal Bebas Eksogen
Merupakan radikal bebas yang diperoleh dari luar tubuh salah satunya, yaitu :
1. Obat-obatan
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam
bentukpeningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama
hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya
antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya
(nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan
methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal
dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat

dari

sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam


jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak.48
2. Radiasi
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi
partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal
primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air.
Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang
terurai atau bersama cairan seluler.48

20

2.3.4 Efek Radikal Bebas


Beberapa efek yang dapat disebabkan oleh adanya radikal bebas dalam tubuh
antara lain :
2.3.4.1 Peroksidasi Lemak
Dalam membran sel terdapat asam tak jenuh ganda atau yang biasa disebut
dengan poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah rusak oleh radikal bebas.
Proses pengrusakan tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat
merusak karena merupakan proses yang berkelanjutan. 49 Peroksidasi lemak adalah
mekanisme dari trauma sel, dengan demikian peroksidasi lemak digunakan
sebagai indikator dari stres oksidatif pada sel dan jaringan. Mekanisme
Peroksidasi Lemak yang diperantarai oleh ROS mempunyai tiga komponen utama
reaksi, yaitu reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi. 44
LH + oksidan

L + oksidan-H (inisiasi)

L + O2

LOO (propagasi)

LOO + LH

L + LOOH (propagasi)

L + L

produk non radikal (terminasi)

L + LOO

produk non radikal (terminasi)

1. Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap awal pembentukan radikal-radikal bebas.49
Lipid dinyatakan sebagai LH dan biasanya berupa asam lemak tak jenuh ganda
(PUFA). Peroksidasi asam lemak tak jenuh merupakan reaksi rantai radikal bebas
yang diinisiasi oleh abstraksi atom hidrogen pada gugus metilen rantai asam
lemak.

21

2. Propagasi
Apabila radikal karbon bereaksi dengan oksigen, akan terbentuk radikal
peroksil. Radikal peroksil dapat mengasbtraksi atom hidrogen pada lipid yang
lain. Apabila terjadi abstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikal peroksil, akan
terbentuk lipid hidroperoksida. Lipid hidroperoksida adalah produk primer
peroksidasi yang bersifat sitotoksik. Melalui pemanasan atau reaksi yang
melibatkan logam, lipid hidroperoksida akan dipecah menjadi produk peroksidasi
lipid sekunder, yakni radikal lipid alkoksil dan peroksi lipid. Radikal lipid alkoksil
dan lipid peroksil juga dapat menginisiasi reaksi rantai lipid selanjutnya. Radikal
lipid akan membentuk aldehid yang sebagian besar terlibat pada patofisiologi
terkait stres oksidatif pada sel maupun jaringan dan merupakan produk akhir
peroksidasi lipid.49
3. Terminasi
Radikal karbon yang terbentuk pada reaksi inisiasi cenderung menjadi stabil
melalui reaksi dengan radikal karbon maupun radikal lain yang terbentuk pada
tahap propagasi.49
2.3.4.2 Kerusakan Protein
Dibandingkan dengan PUFA, protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap
serangan radikal bebas sehingga kemungkinan untuk terjadinya reaksi berantai
yang cepat sangat kecil. Radikal bebas jarang menyerang protein kecuali bila
sangat ekstensif.

Hal ini hanya terjadi jika radikal bebas tersebut mampu

berakumulasi, atau jika kerusakannya berpusat pada daerah-daerah tertentu dalam


protein tersebut. Salah satu penyebab kerusakan berpusat pada daerah tertentu
dalam protein adalah adanya ikatan protein tersebut dengan ion logam transisi.49

22

2.3.4.3 Kerusakan DNA


Kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi berantai
sangat kecil, sama halnya seperti protein. Kerusakan DNA biasanya terjadi jika
ada lesi pada susunan molekul DNA, yang apabila tidak dapat teratasi dan terjadi
sebelum replikasi maka akan terjadi suatu mutasi. 49
2.3.5 Malondialdehyde (MDA)
Malondialdehyde (MDA) merupakan produk utama hasil oksidasi PUFA dan
MDA merupakan salah satu yang paling sering digunakan sebagai indikator
peroksidasi lipid.50
Tiga komponen penting dari membran sel adalah fosfolipid, glikolipid, dan
protein yang mengandung asam lemak tak jenuh (Poly Unsaturated Fatty Acid/
PUFA), dan kolesterol. PUFA ini (asam linoleat, arakidonat, dan turunannya)
sangat rawan terhadap serangan radikal hidroksil. Radikal hidroksil dapat
menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama Peroksidasi Lipid (Lipid
Peroxidation). Kerusakan yang ditimbulkan akibat peroksidasi lipid mengawali
proses kematian sel atau menghambat sel dalam memperoleh nutrisi dan dapat
juga menghambat penerimaan dan pengiriman sinyal antar sel.50
Metal dapat menginduksi terbentuknya ROS yang dapat merusak DNA, dan
juga komponen seluler lain meliputi residu asam lemak tak jenuh yaitu fosfolipid,
yang sangat sensitif terhadap oksidasi. Sekali terbentuk, radikal peroksil (ROO)
dapat dirangkai kembali dengan produk akhir malondialdehyde (MDA). MDA
bersifat mutagen pada bekteri dan sel mamalia dan bersifat karsinogenik pada
tikus.51

23

Asam lemak tak jenuh ganda yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap
sangat rentan terhadap oksidasi oleh radikal bebas atau molekul-molekul reaktif
lainnya. Molekul reaktif seperti radikal hidroksil menarik atom hidrogen dari
ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal peroksil lipid.
Radikal ini kemudian bereaksi dengan asam lemak tak jenuh lainnya membentuk
hidroperoksida lipid dan radikal peroksil lipid yang baru, yang kemudian
meneruskan reaksi oksidasi terhadap lipid lainnya, yang dikenal dengan autooksidasi lipid atau peroksidasi lipid. Proses tersebut juga akan membentuk
endoperoksida

siklik

yang

akan

terurai

menjadi

malondialdehida.

Malondialdehyde (MDA) yang mempunyai berat molekul rendah ini adalah satu
dari beberapa molekul hasil penguraian endoperoksida lipid yang terbentuk
selama proses peroksidasi lipid.52
Reaksi radikal hidroksil dengan polyunsaturated fatty acid (PUFA) terjadi
secara berantai. Dimulai dari serangan atom hidrogen oleh radikal hidroksil yang
disebut dengan fase inisiasi, kemudian radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi
dengan atom oksigen sehingga terbentuk radikal peroksil dan terjadi reaksi rantai
propagasi radikal bebas. Hasil akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk
hidrogen peroksida. Pada fase terminasi hidrogen peroksida menyebabkan
dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan
berbeda panjang rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid
utama yang terbentuk.53 Oleh karena itu, produk peroksidasi lipid ditentukan oleh
pengukuran kadar malondialdehid (MDA). Konsentrasi MDA yang tinggi
menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel. 54

24

2.4 Antioksidan
2.4.1 Definisi
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Secara
biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau
meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Senyawa ini mempunyai berat
molekul yang kecil tetapi dapat menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi
dengan cara mencegah terbentuknya radikal dan mengikat radikal bebas. 54
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi dua yaitu antioksidan
enzimatis dan non-enzimatis. Dua kelompok utama antioksidan (enzimatis dan
non-enzimatis) bekerja sama mengurangi efek buruk yang secara potensial dapat
menimbulkan radikal bebas. Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan
utama (primer) terhadap kondisi stres oksidatif. Enzim-enzim ini diproduksi di
dalam sel dan tidak bisa diperoleh dari suplemen diet. Sedangkan antioksidan
sekunder atau disebut juga antioksidan eksogenus berperan sebagai sistem
pertahanan preventif. Antioksidan ini terdapat di berbagai makanan dan juga dapat
diperoleh melalui makanan sehari-hari ataupun konsumsi suplemen tambahan.
Kerja sistem antioksidan ini adalah dengan memotong reaksi oksidasi berantai
radikal bebas atau dengan cara menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak
akan bereaksi dengan komponen seluler.54
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.
Antioksidan yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal
antioksidan tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

25

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder, yaitu memperlambat laju autooksidasi


dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi
dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil. 55 Ada juga
pengelompokan lain. Menurut pendapat ini, pertahanan tersebut dikelompokkan
menjadi tiga golongan, yaitu Antioksidan primer, sekunder, dan tersier.
a. Antioksidan Primer
Disebut juga sebagai antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis.
Contohnya superoxide dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroxidase.
Enzim-enzim ini mampu menekan atau menghambat pembentukan radikal bebas
dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk lebih
stabil. Reaksi ini disebut sebagai chain-breaking-antioxidant.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder atau dikenal juga sebagai antioksidan eksogen atau
antioksidan non enzimatis. Contoh antioksidan sekunder ialah vitamin E, vitamin
C, -karoten, isoflavon, asam urat, bilirubin, dan albumin. Senyawa-senyawa ini
dikenal sebagai penangkap radikal bebas (free radical scavenger).
c. Antioksidan Tersier
Misalnya enzim DNA-repair dan metionin sulfoksida reduktase yang
berperan dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal bebas. 54
2.4.2 Jenis
2.4.2.1 Antioksidan enzimatis
1. Superoxide Dismutase (SOD)
Superoxide Dismutase berperan dalam melawan radikal bebas pada
mitokondria, sitoplasma dan bakteri aerob dengan mengurangi bentuk radikal
bebas superoksida. Superoxide Dismutase murni berupa peptida orgoteina yang
disebut agen anti peradangan. Kerja SOD akan semakin aktif dengan adanya

26

poliferon yang diperoleh dari konsumsi teh. Enzim yang mengubah hidrogen
peroksida menjadi air dan oksigen adalah katalase. Fungsinya menetralkan
hidrogen peroksida beracun dan mencegah formasi gelembung CO 2 dalam
darah.56
2. Glutathione peroksidase
Glutation peroksidase (GSH.Prx) bekerja dengan cara menggerakkan H2O2
dan lipid peroksida dibantu dengan ion logam-logam transisi.
2GSH + H2O2 GSSG + 2H2O
Glutation peroksidase Glutation peroksidase mengandung Se (selenium),
dan sumber Se ada pada ikan, telur, ayam, bawang putih, biji gandum, jagung,
padi, dan sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya akan Se. Dosis Se yang terlalu
tinggi bersifat racun.56
Glutation peroksidase juga dapat menyingkirkan lipid peroksida dalam
membrane sel.54
LOOH + 2GSH LOH + GSSG + H2O
3. Catalase
Catalase merupakan enzim yang paling aktif. Catalase terdapat jumlah besar
dan memiliki kapasitas besar untuk menghancurkan H2O2. Pada sebagian jaringan
mamalia, catalase terdapat di peroksisom dan sebagian kecil juga terdapat di
mitokondria. Catalase memecah H2O2 per molekul setiap menit dan aftinitasnya
terhadap H2O2 rendah sehingga hanya dapat bekerja cepat pada keadaan dimana
konsentrasi H2O2 tinggi.

57

27

2.4.2.2 Antioksidan non-enzimatis


1. Vitamin C
Antioksidan larut dalam air dan berikatan dengan vitamin E untuk bekerja
melindungi lipid dan protein di dalam sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
2. Vitamin E
Merupakan antioksidan yang larut dalam lemak dan melindungi membran sel
dari kerusakan akibat radikal bebas.
3. Beta Karoten
Merupakan antioksidan yang mempunyai peran dalam menangkap radikal
bebas peroksi didalam jaringan pada teekanan parsial oksigen yang rendah. Beta
karoten melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi
oksigen lebih tinggi.56
4. Antioksidan lain
Terdapat sistem protein yang lain yang juga memiliki fungsi sebagai
antioksidan. Antioksidan yang berasal dari endogen contohnya asam urat dan
serum plasmin, sedangkan yang bersumber dari luar (eksogen) contohnya
flavonoids. Ada juga bahan pangan yang bisa menjadi sumber antioksidan alami,
seperti rempah-rempah, dedaunan, teh , biji-bijian, sayuran, tumbuhan atau alga
laut. Bahkan pangan ini mengandung jenis senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan, seperti asam-amino, asam askorbat, golongan flavonoid, tokoferol,
karotenoid, tannin, peptide, melanoidin, produk reduksi, dan asam organik lain.
Kelompok flavonoid utama adalah flavanol, flavanon, isoflavon, katekin,
proantosianidin dan antosianin.58

28

2.4.3 Sumber
Antioksidan bisa di kelompokkan berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu
antioksidan alami dan sintetis atau buatan. Antioksidan alami digolongkan
menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim di hasilkan oleh tubuh
yaitu superokside dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase.
Antioksidan vitamin di dapatkan dari bahan makanan yang berupa buah dan
sayuran. Antioksidan vitamin ini yaitu alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten
(vitamin A) dan asam askorbat.56
Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang di ijinkan untuk makanan,
ada lima antioksidan yang penggunaanya meluas yaitu butil hidroksi anisol
(BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon
(TBHQ), dan tokoferol.
BHA memiliki

kemampuan antioksidan (carry

through, kemampuan

antioksidan baik dilihat dari ketahanannya terhadap tahap-tahap pengelolaan


maupun stabilitasnya pada produk akhir) yang baik pada lemak hewan dalam
sistem makanan panggang, namun relatif tidak efektif pada minyak tanaman.
BHA bersifat larut lemak dan tidak larut air, berbentuk padat putih dan dijual
dalam bentuk tablet atau serpih, bersifat volatil sehingga berguna untuk
penambahan ke materi pengemas.
Antioksidan sintetik BHT memiliki sifat serupa BHA, akan member efek
sinergis bila dimanfaatkan bersama BHA, berbentuk kristal padat putih dan
digunakan secara luas karena relatif murah. Propil galat mempunyai karakteristik
sensitif terhadap panas, terdekomposisi pada titik cairnya 1480C, dapat
membentuk

komplek

warna

dengan

ion

metal,

sehingga

kemampuan

29

antioksidannya rendah. Selain itu, propil galat memiliki sifat berbentuk kristal
padat putih, sedikit tidak larut lemak tetapi larut air, serta memberi efek sinergis
dengan BHA dan BHT.
TBHQ dikenal sebagai antioksidan paling efektif untuk lemak dan minyak,
khususnya minyak tanaman karena memiliki kemampuan antioksidan yang baik
pada

penggorengan

tetapi

rendah

pada

pembakaran.

Bila

TBHQ

direkomendasikan dengan BHA yang memiliki kemampuan antioksidan yang baik


pada pemanggangan akan memberikan kegunaan yang lebih luas . TBHQ dikenal
berbentuk bubuk putih sampai coklat terang, mempunyai kelarutan cukup pada
lemak dan minyak, tidak membentuk kompleks warna dengan Fe dan Cu tetapi
dapat berubah pink dengan adanya basa.58
2.4.4 Superoxide Dismutase (SOD)
Superoksida dismutase merupakan salah satu enzim antioksidan yang
dihasilkan oleh tubuh. Superoksida dismutase merupakan enzim antioksidan
terbanyak di dalam tubuh, yang sebagian besar dari enzim ini terletak di organ
hati. Enzim ini termasuk dalam golongan metaloenzim. 59 Superoksida dismutase
merupakan

antioksidan

endogen

enzimatik

yang

paling

efektif

dalam

mengkatalisis dan mengkonversi radikal bebas anion superoksida menjadi


molekul oksigen dan hidrogen peroksida (H2O2).
2O2-+ 2H+ H2O2 + O2
SOD bekerja melalui sistem pertahanan preventif, menghambat, atau merusak
proses pembentukan radikal bebas. Dalam cairan intraseluler, SOD berperan
dalam proses degradasi senyawa spesies oksigen reaktif (ROS). Enzim ini
mempunyai sebuah atom oligo elemen pada sisi aktifnya. Enzim ini menghambat

30

kehadiran simultan dari O2 dan H2O2 yang berasal dari pembentukan radikal
hidroksi (OH).60 O2 umumnya diproduksi dalam sistem aerobik biologis sel dan
SOD berfungsi dalam pertahanan terhadap hal itu, sehingga dapat dikatakan
bahwa SOD merupakan pertahanan awal sel terhadap injuri sel akibat ROS. 61
Enzim SOD melindungi sel-sel tubuh dan mencegah terjadinya proses
peradangan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Dalam tubuh selalu terdapat
enzim tersebut, namun aktivitasnya memerlukan bantuan zat-zat gizi mineral
seperti mangan (Mn), tembaga (Cu) dan seng (Zn).46
Berdasarkan kofaktor dan distribusinya didalam tubuh, enzim superoksida
dismutase dibagi menjadi copper, zinc superoxide dismutase (Cu, Zn-SOD) yang
terdapat dalam sitoplasma eukariot, manganese superoxide dismutase (Mn-SOD)
yang terdapat pada mitokondria organism aerobik, iron superoxide dismutase (FeSOD) yang terdapat pada prokariot dan ekstra selular superoksida dismutase (ecSOD) yang banyak ditemukan pada cairan ekstraselular mamalia.59 Bakteri
mempunyai berbagai tipe SOD, diantaranya adalah iron superoxide dismutase
(Fe-SOD) dan nickel superoksida dismutase (Ni-SOD).62
Cu,Zn-SOD termasuk ke dalam jenis antioksidan primer yang berfungsi
mencegah pembentukan radikal-radikal baru. Antioksidan ini mengubah radikal
bebas sebelum bereaksi dengan molekul organik yang merupakan penyusun atau
komponen sel menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya. Cu,Zn-SOD
merupakan salah satu antioksidan endogen yang sangat berperan dalam
mengkatalisasi radikal bebas anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan
molekul oksigen.59

31

2.5 Deoxycorticosterone acetate (DOCA)


Deoxycorticosterone

salah

satu

mineralkortikoid

secara

kualitatif

mempunyai kemiripan dengan aldosterone, serta merupakan hormon steroid yang


berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosterone

akan

mengurangi

ekskresi

NaCl

(garam)

dengan

cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan


kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. 63
Selye et.al. adalah orang yang pertama kali membuktikan bahwa
Deoxycorticosterone Acetate (DOCA) menghasilkan hipertensi pada hewan uji
tikus. DOCA termasuk mineralokortikoid menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh sampai terjadi diuresis dan peningkatan tekanan pada ginjal.
Pemaparan DOCA dan garam menghasilkan hipertensi pada tikus.63
Aldosterone memiliki peran penting dalam patogenesis penyakit
kardiovaskular. Secara historis angiotensin II diketahui sebagai mekanisme
Deoxycorticosterone Acetate sebagai faktor utama menyebabkan kerusakan
jaringan. Kajian studi yang dilakukan terhadap senyawa ACE inhibitor dan
Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) dapat mencegah efek Angiotensin II
terhadap organ target (termasuk sistem kardiovaskular). Aldosterone memiliki
peran independen terhadap perkembangan kerusakan jaringan kardiovaskular.64
Pada studi lain diketahui bahwa konsentrasi aldosterone berkorelasi
dengan tingkat mortalitas kardiovaskular pada penderita-penderita dengan kondisi
hipertrofi ventrikel kiri, memberikan bukti yang pasti mengenai efek merugikan
dari aldosterone dan aktivasi reseptor mineralokortikoid. Keadaan hipertrofi

32

ventrikel kiri ini berhubungan dengan peningkatan tingkat morbiditas dan


mortalitas penderita dengan kondisi hipertensi esensial. Pada manusia,
peningkatan konsentrasi plasma aldosterone berhubungan dengan disfungsi
endotel, infark miokard, hipertrofi ventrikel kiri dan kematian. 65 Aldosterone
dapat menginduksi stres oksidatif dalam sel-sel arterial secara umum dan pada
makrofag secara khusus.66
Mekanisme DOCA dan NaCl terhadap peningkatan tekanan darah yaitu
peningkatan reabsorbsi DOCA yang diinduksi garam dan air menyebabkan
volume darah meningkat dengan demikian terjadi peningkatan tekanan darah.
Reabsorpsi natrium dapat menyebabkan peningkatan reabsorpsi air dan
peningkatan tekanan darah. DOCA suatu mineralokortikoid secara kualitatif
mempunyai

kemiripan

dengan

aldosterone.

Kelebihan

mineralokortikoid

mengakibatkan hipertensi dan hypokalemia. Aldosterone (aldosteroneisme)


merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar natrium, kalium, bikarbonat
dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi.67
2.6 Herbal
2.6.1 Alang-Alang (Imperata cylindrica)
2.6.1.1 Taksonomi Alang-Alang (Imperata cylindrica)

Gambar 2.1 Akar alang-alang.


Kingdom

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

33

Subdivisio

: Angiospermae

Klas

: Moncotyledonae

Subklas

: Commelinidae

Ordo

: Poales

Famili

: Gramineae

Spesies

: Imperata cylindrica (L.)

Nama lain

: Indonesia : Ilalang, alang-alang (Jawa), eurih

(Sunda), ambengan (Bali); Inggris : cogon grass, satintail, blady grass; Pilipina :
Kogon; Cina : Bai mao gen; Jepang : chigaya.
2.6.1.2
Akar

Morfologi Alang-Alang (Imperata cylindrica)


: Rhizoma

bersifat

regeneratif

yang

kuat

dapat

berpenetrasi 15-40 cm, sedang akar dapat vertical ke dalam sekitar 60-150 cm.
Rhizoma berwarna putih, sukulen terasa manis, beruas pendek dengan cabang
lateral membentuk jarring-jaring yang kompak dalam tanah.
Batang

: Batang tegak membentuk satu perbungaan, padat, pada

bukunya berambut jarang.


Daun

: Daun agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun

utama keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun sebelah bawah.
Bunga

: Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai

panjang, setiap bulir berekor puluhan helai rambut putih sepanjang 8 - 14 mm,
mudah diterbangkan angin.
Buah
cokelat tua.

: Buah bentuk biji jorong, panjang +/- 1 mm, berwarna

34

2.6.1.3

Kandungan Ekstrak Alang-Alang (Imperata cylindrica)

Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan salah satu tanaman yang


secara tradisional sudah dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan tradisional.
Penelitian mengenai potensi akar alang-alang telah cukup banyak dilakukan,
seperti akar alang-alang sebagai antiinflamasi68, dan aktivitas antioksidan.69
Ekstrak metanol Imperata cylindrica menunjukkan aktivitas antioksidan yang
signifikan di semua model antioksidan ketika dibandingkan dengan kontrol.
Potensi antioksidan tanaman ini mungkin karena adanya tanin dan senyawa
fenolik.3 Menurut penelitian tanin dapat menurunkan tekanan darah pada tikus
model hipertensi.70
Kandungan kimia imperata cylindrica adalah flavonoid dan fenolik.
Flavonoid

berfungsi

sebagai

antiinflamasi,

analgesik,

antioksidan,

dan

immunostimulant. Fenolik dilaporkan mampu menurunkan tekanan darah dan


sebagai antioksidan.6
2.6.2 Sambungnyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr.)
2.6.2.1 Taksonomi Sambungnyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr.)
Di Indonesia, sambung nyawa dikenal dengan beberapa nama daerah,
seperti daun dewa, beluntas cina, dan ngokilo.71
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales (Campanulatae)

Familia

: Asteraceae

Genus

: Gynura

Species

: Gynura procumbens (Lour) Merr.

35

2.6.2.2

Deskripsi Sambungnyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr.)

Sambungnyawa (Gambar 1.2) berupa tanaman perdu tegak jika masih muda,
dan merambat jika sudah cukup tua, berperawakan herba berdaging. Batang
segiempat beruas-ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daunnya berupa daun
tunggal berbentuk lonjong memanjang, tersebar, tepi daun bertoreh, berambut
halus.71

Gambar 2.2 Tumbuhan Gynura procumbens (Lour) Merr.71


2.6.2.3

Kandungan Sambungnyawa (Gynura procumbens (Lour)

Merr.)
Penelitian fitokimia menunjukan tanaman ini banyak memiliki senyawa kimia
seperti senyawa kaempferol, quercetin, rutin7, asam klorogenat.8 Flavonoid juga
dilaporkan memiliki efek kardiovaskular dan berkontribusi mengurangi penyakit
akibat kardiovaskuler.9 Fenolik memberikan efek relaksasi otot pembuluh darah,
bersama dengan penurunan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. 12
2.6.2.4

Kegunaan Sambungnyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr.)

Penelitian Kim, Mi-Ja et al terhadap tikus jantan dewasa selama empat


minggu diberi ekstrak Gynura procumbens (Lour) Merr. (500 mg/kg) dengan
hasil tidak ditemukannya toksik dan adanya penurunan tekanan darah secara

36

signifikan. Gynura procumbens memiliki zat aktif golongan flavonoid yang


disebut quercetin. Pada sebuah penelitian yang dilakukan Kim, Mi-Ja et al
didapatkan bahwa quercetin memiliki efek vasodilatasi yang poten yang
diakibatkan oleh peningkatan sintase NO di pembuluh darah. 72
2.6.3 Salam (Eugenia polyantha Wight)
2.6.3.1 Taksonomi Salam (Eugenia polyantha Wight)
Di Indonesia, daun salam dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti
Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean), Meselangan, ubar serai. 73
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisi

: Pinophyta

Class

: Coniferopsida

Ordo

: Myricales

Familia

: Myricaceae

Genus

: Eugenia

Species

: Eugenia polyantum Wight

2.6.3.2

Deskripsi Salam (Eugenia polyantha Wight)

Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan
sekitar rumah. Tanaman ini dapat

ditemukan dari dataran rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian 1,800 m dpi.

Pohon bertajuk rimbun, tinggi

mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal,


letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya
lonjong sampai elips, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15
cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua,
permukaan bawah warnanya hijau muda.74

37

2.6.3.3

Kandungan Salam (Eugenia polyantha Wight)

Analisis antioksidan pada ekstrak metanol daun polyanthum Syzygium


menunjukkan aktivitas antioksidan ringan dengan IC50 bernilai 90,85 mg/ml
dibandingkan dengan standar quercetin.75 Kandungan kimia tanaman ini antara
lain saponins, tannins, flavonoids, -sitosteroland Niacin.5 Eugenol merupakan
senyawa fenolik yang ditemukan di Syzygium polyanthum dan telah dibuktikan
senyama ini mampu menyebabkan vasodilatasi in vitro dan mengurangi tekanan
darah dan denyut jantung tikus in vivo.5
2.6.3.4

Kegunaan Salam (Eugenia polyantha Wight)

Ekstrak aquous daun Salam menginduksi hipotensi melalui sistem saraf


otonom yang dimediasi oleh reseptor a 2 adrenergik dimana reseptor a2 adrenergik
berperan dalam menurunkan tekanan darah melalui inhibisi pengeluaran
neurotransmitter sinaptik yang memediasi pembentukan renin. 76
Ekstrak metanol daun salam sebagian bekerja menghambat reseptor

adrenergik pada sistem saraf otonom. Diantara beberapa subtipe dari reseptor adrenergik, subtipe 1 terlibat dalam meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung sementara subtipe 3 terlibat dalam lipolisis dan tidak berhubungan
dengan tekanan darah. Dengan demikian, reseptor subtipe 2 bertanggungjawab
terhadap relaksasi otot halus dan terlibat dalam memediasi efek hipotensi dari
ekstrak metanol daun Salam.77

Anda mungkin juga menyukai