Anda di halaman 1dari 39

COLITIS

ULSERATIF
FARMAKOTERAPI

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anggota Kelompok V ;
01 FIKANA IMROATUS SHOLIKAH
1704101013

02 SITI NURAINI
1704101014

03 YOVITA APRILIA PUTRI


1704101019
COLITIS ULSERATIF
RADANG USUS KRONIS
DEFINISI PENYAKIT COLITIS ULSERATIF
Kolitis ulseratif adalah suatu penyakit infl
amasi pada usus besar, ditandai oleh ke
rusakan mukosa yang difus yang disertai
ulserasi. Reaksi inflamasi terbatas pada
mukosa dan submukosa. Keadaan autoi
mun tampaknya merupakan faktor peny
ebab, namun etiologi pasti dari penyakit i
ni tetap belum diketahui.
Penyakit ini terjadi di rektum pada 95% kas
us dan mungkin dapat meluas ke arah pro
ksimal dan melibatkan beberapa bagian at
au seluruh bagian dari usus besar. Gejala
utama kolitis ulseratif adalah diare berdara
h dan nyeri abdomen.
ANATOMI
 Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga
dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari se
kum hingga kanalis ani. Kaliber kolon berubah secara perlaha
n, mulai dari sekum (±8,5 cm) sampai sigmoid (±2,5 cm). Panj
ang kolon sangat bervariasi untuk tiap individu, berkisar antar
a 91-125cm, bahkan lebih.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Norma
l sekum menunjukkan kontur yang rata dan licin. Pada sekum
terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujun
g sekum. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileu
m ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik baha
n fekal dari usus besar ke dalam usus halus.
EPIDEMOLOGI
COLITIS ULSERATIF

Penyakit radang usus besar paling sering menyerang di ne


gara-negara barat dan di daerah lintang utara. tingkat penyebaran
IBD yang dilaporkan paling tinggi di kawasan skandinavia, inggris r
aya, dan amerika utara.penyakit Crohn melaporkan adanya 3,6 hin
gga 8,8 per 100.000 orang di amerika serikat dan meluasnya 20 hi
ngga 40 per 100.000 orang. jumlah penderita penyakit Crohn sang
at beragam dalam penelitian itu, tetapi jelas semakin meningkat se
cara dramatis selama tiga atau empat dekade terakhir. penyakit uls
eratif colitis mencakup 3 hingga 15 kasus per 100.000 orang per ta
hun di kalangan orang kulit putih, dengan tingkat penyebaran 80 s
ampai 120 per 100.000 orang. 3 jumlah kasus ulserasi kolitis relatif
tetap terjaga selama bertahun-tahun. meskipun penelitian epidemi
ETIOLOGI
COLITIS ULSERATIF

Meskipun akibat ulserasi kolitis dan penyakit Crohn secara pe


rsis tidak diketahui, faktor-faktor. serupa diyakini penyebabnya
Terutama Crohn's disease . selain itu, risiko penyakit dari kera
bat pasien IBD meningkat 20 kali lipat. beberapa penanda gen
etik telah diidentifikasi yang terjadi lebih jelas pada pasien bd.
Gen CARD15 pada kromosom 16, yang sebelumnya disebut
NOD2, diperkirakan berasal dari 20% kecenderungan genetis
terhadap penyakit Crohn. Leukocyte antigen manusia (HLA) D
R2 telah dikaitkan dengan ulserasi kolitis pada subyek jepang,
sedangkan HLA-DR3 telah dikaitkan dengan ulserasi kolitis di
eropa. selain itu, gen multidrug-resistance 1 (ABCB/MDR 1) di
kromosom 7 adalah gen potensial kerentanan untuk ulserasi k
PATOFISIOLOGI
Colitis Ulseratif

01 Genetik

Karakteristik mikrobiologik
02 Sistem imun pada usus biasanya mempunyai to
leransi terhadap kumpulan mikroba, namun jika
toleransi ini terganggu maka ini bisa menjadi pe
nyebab patogenesis Inflammatory Bowel Disea
se (IBD), sehingga flora normal pun dianggap s
ebagai patogen.
Respon imun pada mukosa
03 Saat ini, tidak ada bukti yang spesifik, adanya kelainan pada sistem i
mun natural (innate
Immune system). Produksi sitokin pro-inflamasi, seperti 6 interleukin-
1β, interleukin-6,
tumor necrosis factor α (TNF-α), dan tumor necrosis factor-like ligand
1 (TL1A), secara
Seluniversal meningkat
epitel dan Autoimunpada pasien dengan IBD tetapi hal ini tidak mem
04 ungkinkan untuk
Pada ulseratif kolitis dan penyakit crohn, sel epitel mengalami penur
membedakan
unan kemampuanantara kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
untuk mengaktifkan supresor sel T CD8+. Autoimunitas mungkin me
milki peran pada kolitis ulseratif. Selain P-anca, penyakit ini juga dita
ndai dengan sirkulasi antibodi IgG1 terhadap antigen epitel kolon.
KASUS COLITIS ULSERATIF
+ MORBUS HANSEN
MORBUS HANSEN
Penyakit kusta adalah penyakit
kronis yang disebabkan oleh inf
eksi Mycobacterium
leprae (M. leprae). Pada awaln
ya penyakit ini menyerang saraf
tepi, selanjutnya dapat menyer
ang kulit, mukosa mulut,
saluran napas bagian atas, sist
em
retikuloendotelial, mata, otot, tul
IDENTIFIKASI
Tn. A, 39 tahun, Desa Tanjung Bali Kecamatan Batang Hari Leko Bab
at Toman Kabupaten Musi Banyu Asin, dirawat di RA III.8 RSMH Pale
mbang sejak 15 April 2011 dengan keluhan buang air besar cair yang
semakin sering sejak 1 hari SMRS.

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


± 1,5 bulan SMRS, os mengeluh timbul bercak merah di badan, lenga
n, tungkai, dan wajah yang bertambah banyak disertai rasa nyeri. Pasi
en berobat ke RSUD Sekayu, dikatakan sakit kusta, dan mendapat ob
at paket yang harus diminum setiap hari, menyebabkan BAK menjadi
berwarna merah. Pasien juga mendapat obat ciprofloksasin, dan vita
min, tetapi belum ada perubahan. Kemudian os dirujuk ke RSMH dan
dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan diagnosis
MH tipe BL + reaksi reversal + ulkus neurotrofik. Os dirawat di Bagian
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Riwayat sakit paru-paru sebelumnya disangkal
Riwayat sakit diare yang lama sebelumnya disangkal
Riwayat sakit kencing manis sebelumnya disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Os adalah kepala keluarga, dengan 1 istri dan 4 orang anak, p
ekerjaan sebagai petani, pendidikan terakhir SMP, penghasilan
tak tetap, kehidupan sosial ekonomi kurang. Lingkungan sekita
r dengan penderita kusta tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
TD 100 / 60 mmHg
Nafas 22 x/m
TB 170 cm
RBW 83% (underweight)
Nadi 98 x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
Suhu 36,8 0 C
Keadaan Spesifik
 Kepala : Konjunctiva palpebra pucat (-/-); sclera ikterik (-/-); mata
cekung (+/+); infiltrat (+), mulut dan lidah kering (+)
Leher : JVP (5-2) cmH2O; pembesaran KGB (-), infiltrat (+)
Thorax: tampak nodul infiltrat (+), eritema (+), teraba hangat
Jantung: Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis ti
dak teraba Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas
kiri LMC sinistra ICS V Auskultasi : HR 98 x/m, reguler, murmur (-), g
allop (-)
Paru : Inspeksi : statis dan dinamis: simetris, kanan = kiri Palpasi :
stem fremitus kanan = kiri Perkusi : sonor di kedua lapangan paru A
uskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
 Abdomen: Inspeksi : datar, tampak nodul infiltrat (+) Palpasi : lema
s, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit menurun Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
EKG (15-4-2011) : Sinus rhytm, axi
Pemeriksaan
s
Penunjang normal, HR = 98 x/menit, Gel. P nor
mal,
PR interval 0,16 detik, QRS comple
ks 0,06 detik, R/S di V1 < 1, SV1 +
RV5/V6 < 35,
ST – t change (-) Kesan : normal E
KG
Sel Epitel +
Pemeriksaan
Leukosit 1-2 / LPB
Urine
Eritrosit 1-2/LPB
Protein -
Glukose -
Keton -
Darah -
Bilirubin -
Nitrit -
Laboratorium
Hb 12,7 g/dl Ht : 37 vol %
Leukosit 16.800/mm3
LED 45 mm/jam
Trombosit 339.000/mm3
DC 0/2/2/80/8/8
BSS 95 mg/dl Uric acid : 9,
6 mg/dl
Ureum 68 mg/dl
Creatinin 2,6 mg/dl
PENYELESAIAN KASUS
DENGAN SOAP
S: BAB cair >15 kali, darah (-), lendir (+), muntah (-)
O: Keadaan umum
Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
TD 100 / 60 mmHg
Nafas 22 x/m
TB 170 cm
RBW 83% (underweight)
Nadi 98 x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
Suhu 36,8 0 C
Laboratorium

Hb 12,7 g/dl Ht : 37 vol %


Leukosit 16.800/mm3
LED 45 mm/jam
Trombosit 339.000/mm3
DC 0/2/2/80/8/8
BSS 95 mg/dl Uric acid : 9,6 mg/dl
Ureum 68 mg/dl
Creatinin 2,6 mg/dl
Keadaan Spesifik
 Kepala : Konjunctiva palpebra pucat (-/-); sclera ikterik (-/-); mata
cekung (+/+); infiltrat (+), mulut dan lidah kering (+)
Leher : JVP (5-2) cmH2O; pembesaran KGB (-), infiltrat (+)
Thorax: tampak nodul infiltrat (+), eritema (+), teraba hangat
Jantung: Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis ti
dak teraba Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas
kiri LMC sinistra ICS V Auskultasi : HR 98 x/m, reguler, murmur (-), g
allop (-)
Paru : Inspeksi : statis dan dinamis: simetris, kanan = kiri Palpasi :
stem fremitus kanan = kiri Perkusi : sonor di kedua lapangan paru A
uskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
 Abdomen: Inspeksi : datar, tampak nodul infiltrat (+) Palpasi : lema
s, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit menurun Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
A:
 Jenis utama terapi obat yang digunakan dalam
IBD mencakup aminosalicylates, kortikosteroid,
unsur imunosida - pressive (azathioprine,
mercaptopurine, cyclosporine, dan methotrexate), antimikroba (metronid
azole dan ciprofloxacin),
dan para agen untuk menghambat TNF- DSB
(anti-TNF -α antibodi)
P:
Istirahat
Diet BB 2100 kkal
IVFD RL gtt XL/mnt Cotrimoksazole 2 x 960 mg Ome
prazole 1 x 20 mg Vit B1B6B12 3 x 1 tab
MDT diteruskan - Klofazimin 50 mg - Dapson 100 mg Ren
cana: Kultur feses
ANALISIS KASUS
1. MOBUS HANSEN
Morbus Hansen atau penyakit kusta adalah penyakit kronis yang
disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium leprae, yang pertama menyerang sya
raf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, salura
n nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang,
dan testis, kecuali susunan syaraf pusat. Meskipun cara masuk
M. Leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti,
beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering
melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin d
an melalui mukosa nasal.5 Sel Schwann merupakan sel target u
ntuk pertumbuhan M. Leprae, disamping itu sel Schwann, kuman
2. Colitis Ulseratif

Gejala utama yang ditemukan pada kolitis ulseratif adalah


nyeri perut dan diare yang disertai darah dan lendir. Gejala seringk
ali disertai demam dan penurunan berat badan pada kasus yang b
erat. Manifestasi klinis dari diare akut, salah satunya adalah penila
ian status hidrasi pasien. Derajat dehidrasi dibagi atas tiga kelomp
ok yaitu, derajat ringan, sedang dan berat.

Pada pasien ini ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti mata cek


ung, mulut dan lidah kering, turgor kulit yang kembali lambat, dan
ekstremitas yang dingin. Oleh karena itu, pasien ini dimasukkan ke
dalam tanda-tanda dehidrasi sedang. Yang menjadi prioritas utam
a pengobatan adalah rehidrasi. Jenis cairan yang digunakan pada
pasien ini adalah kristaloid sebagai resusitasi pada pasien yang de
hidrasi, dan pilihannya adalah Ringer Laktat. Jumlah cairan yang h
Pada pasien ini, pada awalnya di di
agnosis dengan disentriform tipe b
asiler karena dengan adanya manif
estasi klinis seperti yang disebutka
n diatas. Didukung dengan hasil la
boratorium, adanya leukositosis da
n feses rutin ditemukan bakteri. Ole
h karena itu diberikan therapi kotri
moksazol 2 x 960 mg. Setelah 5 ha
ri perawatan belum ada perbaikan,
maka diganti dengan ceftriaxon 2 x
1 gram, sambil menunggu hasil kult
ur dan resistensi mikroorganisme f
Farmakoterapi Di PIRO
 Tujuan untuk terapi obat adalah mengatasi
Terapi gejala penyakit, sehingga sang pasien dapat
Farmakologi melakukan fungsi normal setiap hari.
Colitis Ulseratif

 Jenis utama terapi obat yang digunakan dalam


IBD mencakup aminosalicylates, kortikosteroid,
unsur imunosida - pressive (azathioprine,
mercaptopurine, cyclosporine, dan methotrexate),
antimikroba (metronidazole dan ciprofloxacin),
dan para agen untuk menghambat TNF- DSB
(anti-TNF -α antibodi)
 Sulfasalasin, sebuah agen yang menggabungkan ant
Terapi ibiotik sulfonamide (sulfapyri- dine) dan mesalamine (5
-aminosalicililik asam) dalam molekul yang sama, telah
Farmakologi digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati bd
Colitis Ulseratif tetapi awalnya dimaksudkan untuk mengobati artritis. k
omponen aktif sulfasalazin adalah mesalamine
 Metronidazole terhadap penyakit Crohn belum dapat
dipastikan tetapi berteori itu bertujuan untuk menggang
gu peranan bakteri dalam proses peradangan.
Ciprofloxacin juga telah digunakan untuk pengobatan
rub. Rifaximin, sebuah antibiotik baru yang tidak dapat
menyerap, juga memperlihatkan khasiat dalam perawa
tan ulserasi kolitis maupun penyakit Crohn
PENDUKUNG NUTRISI
Terapi NON Dukungan nutrisi terapi nonfarologis yang tepat
farmakologi adalah aspek
Colitis Ulseratif penting dari perawatan pasien dengan rub, buk
an karena jenis makanan tertentu berguna untuk
meredakan kondisi radang,
melainkan karena pasien yang berkondisi sedan
g hingga parah
sering kali kurang gizi karena proses inflamasi m
engakibatkan malpenyerapan yang parah atau p
eradangan yang mencolok,
atau karena efek katabolik dari proses penyakit.
Meningkatnya
tingkat interleukin-6 dan TNF- - tenaga diketahui
PEMBEDAHAN

Terapi NON Petunjuk-petunjuk untuk pembedahan dengan peny


akit Crohn tidak
farmakologi sebaik yang diketahui akibat ulserasi kolitis, dan pe
Colitis Ulseratif
mbedahan biasanya digunakan untuk komplikasi pe
nyakit itu. Problem yang diyakini
adalah reseksi usus Crohn untuk penyakit ini adalah
tingkat kekambuhan yang tinggi. Pembedahan mung
kin cocok bagi pasien yang mengidap penyakit para
h atau cacat, atau menghalangi jalannya meskipun a
da pengaturan medis yang agresif. Prosedur pembe
dahan yang dilaksanakan mencakup pemulihan dae
rah-daerah usus besar yang bersangkutan. Pada be
berapa pasien yang menderita penyakit dubur atau
perianal yang parah, khususnya abscses, penyimpa
KONDISI Kehamilan bisa jadi menimbulkan kekhawatiran yang b
KHUSUS
Colitis Ulseratif pada Kehamilan
esar terhadap
rub. Pasien rub memiliki tingkat kemandulan yang sam
a sebagai
populasi wanita pada umumnya, sehingga angka pers
alinan normal
mirip dengan tingkat populasi yang sehat. 104 bebera
pa penelitian
menunjukkan bahwa pasien penderita rub memiliki risi
ko aborsi spontan lebih besar. Selain itu, terdapat lebih
banyak kasus kasus bayi yang
terlahir dengan berat badan yang rendah pada ibu yan
g memiliki
idiopatik ulseritis kronis. 104 kehamilan memiliki efek
minimal terhadap eksperimen rub. 104.105 juga, IBD t
KONDISI Selain itu, tidak ada pembenaran untuk aborsi tera
peutik dengan
KHUSUS rub karena penghentian kehamilan belum dapat m
Colitis Ulseratif pada Kehamilan enyembuhkan
penyakit ini. Selain itu, kekhawatiran tidak berdasar
bahwa obat
untuk mengobati IBD mungkin bersifat teratogenik.
Steroid dan
asam sulfat saya diberikan selama kehamilan den
gan pedoman
yang sama yang berlaku bagi pasien tidak hamil. 1
04.105 steroid
yang diberikan secara sistematis tampaknya tidak
masuk akal bagi janin. Sulfasalproblem umum ditol
eransi; Namun ini mengganggu
penyerapan folat, sehingga tambahan dengan asa
EVALUASI
Evaluasi hasil terapeutik keberhasilan pasu
kan
terapeutik memperlakukan IBD dapat diuku
r oleh
keluhan, tanda - tanda, dan gejala pasien y
ang
dilaporkan; Dengan melakukan pemeriksaa
n klinik
(termasuk endoskopi) langsung ; Melalui s
ejarah dan
pemeriksaan physi- cal; Melalui tes laborat
orium pilihan; Dan dengan persyaratan hid
up. Evaluasi keparahan bd
Indeks kegiatan penyakit Crohn adalah skala yang umum digunakan, kh
ususnya untuk evaluasi pasien selama uji klinis. 111 skala mengandung
delapan unsur:
(a) jumlah bangku dalam 7 hari terakhir;
(b) pengecatan nyeri di perut yang terjadi selama 7 hari terakhir ini;
(c) peringkat kesejahteraan umum dalam 7 hari terakhir ini;
(d) penggunaan antidiare;
(e) berat badan;
(f) hematokrit;
(g) menemukan massa perut;
(h) sejumlah gejala yang tidak dapat dideteksi pada minggu lalu.
Unsur-unsur indeks ini merupakan panduan bagi langkah-langkah yang m
ungkin berguna dalam
menilai efektivitas resimen pengobatan. Skala berikutnya dikembangkan k
husus untuk penyakit Crohn perianal, dikenal sebagai indeks kegiatan pen
yakit Crohn perianal.110 indeks kegiatan penyakit Crohn perianal mencak
up lima hal:
(A) penghentian kegiatan;
(B) rasa nyeri;
(C) pembatasan kegiatan seksual;
(D) jenis penyakit gusi;
(E) derajat lekukan. Alat-alat penilaian standar juga sedang disesuaikanas
sess quality of life is
the Inflammatory Bowel Disease Question
Thank you

Anda mungkin juga menyukai