LEUKEMIA
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Woro Indri Padmosiwi , Sp.A
dr. Fransiskus Taolin, Sp.A
PENDAHULUAN
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi
juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal
dunia. Jika tidak diambil tindakan yang memadai, maka pada tahun 2030
diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta diantaranya meninggal
dunia. Kejadian ini akan terjadi lebih cepat khususnya di Negara miskin dan
Kanker pada anak tidak lebih dari 2% dari semua kanker, namun merupakan
penyebab kematian kedua pada anak di populasi. Kematian terbanyak akibat kanker
Leukemia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33%
75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 (empat) tahun.
Leukemia mieloblastik akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukemia, dengan
insidensi yang tetap dari lahir sampai usia 10 tahun, meningkat sedikit pada masa
remaja. Leukemia sisanya ialah bentuk kronis; leukemia limfositik kronis (LLK)
jarang ditemukan pada anak. Insidensi tahunan dari keseluruhan leukemia adalah
42,1 tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu
terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian kejadian LLA pada orang kulit hitam.
Gambaran klinis yang umum dari leukemia adalah serupa karena semuanya
melibatkan kerusakan hebat fungsi sum-sum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan
laboratorium spesifik berbeda dan ada perbedaan dalam respon terhadap terapi dan
B. Anamnesis
Keluhan utama: Demam 3 hari SMRS Lewoleba
keluhan demam 3 hari SMRS. Demam tinggi timbul mendadak dan terjadi
sepanjang hari. 2 hari sebelum dibawa ke ruma sakit, pasien sempat dibawa
berobat ke dokter praktik setelah demam tinggi selama 2 minggu dan tidak
ke dokter praktik demam turun selama 2 hari dan demam timbul lagi sehingga
terasa keras pada daerah dibawah pusar yang disertai dengan nyeri 1 bulan
SMRS. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk yang menjalar ke perut bagian
atas dan tembus kearah belakang. Nyeri dirasakan menetap dan terkadang
memberat tiba-tiba sehingga pasien tidak bisa beraktivitas. Selain itu pasien
juga merasakan perutnya terasa penuh 2 bulan SMRS sehingga pasien cepat
merasa kenyang ketika makan sedikit. Riwayat batuk pilek (-), TB dalam
keluarga (-), manifestasi perdarahan (-), nyeri menelan (-), penurunan berat
demikan
dihancurkan.
C. Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Antropometri : Berat Badan : 20 kg, Tinggi Badan 125cm
: Status Gizi
BB/U < Persentil 5
TB/U < Persentil 5
BB/TB: 83 % (Gizi kurang)
Tanda-tanda vital :
Temperature : 36,50C
Nadi : 105x/menit
Frekuensi Napas : 22 x/menit
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), pucat (+)
Kepala : Normocephal, rambut hitam, tumbuh merata dan tidak
mudah dicabut
Mata : Konjuntiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), cekung (-
/-), tanda perdarahan (-/-), exopthalmus (-/-)
Hidung : rinorea (-/-), napas cuping hidung (-/-), deviasi septum
(-)
Telinga : otorea (-), tanda-tanda radang (-), nyeri ketok mastoid
(-)
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis(-); gusi bengkak (-)
tonsil T1/T1, hiperemis (-/-); Faring hiperemis (-/-)
Leher : struma (+), pembesaran kelenjar getah bening (-),
kaku kuduk (-)
Toraks :
Paru : Inspeksi : Pengembangan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : tidak ada krepitasi, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+),rhonki (-/-),wheezing(-/-)
Jantung : Inspeksi : iktus cordis terlihatICS V linea
midclavicula kiri
Palpasi : iktus cordis teraba di ICSV linea
midclavicula kiri,
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Inspeksi :datar, tidak tampak ada massa
Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
Palpasi : keras, hepar membesar, permukaan licin,
ujung tumpul dan lien shuffner 5, nyeri tekan(+)
Perkusi : redup
Ekstremitas : akral hangat, CRT > 3 detik, edema (-), tidak tampak
deformitas
Vertebra : tidak ada deformitas
Genitalia : tidak dievaluasi
D. Hasil laboratorium
Leukosit : kesan jumlah sangat meningkat temuan semua seri myeloid dengan
Saran: BMA
USG: Hepatopllenomegali
E. Diagnosis
CML
Gizi kurang
F. Terapi
Prednison 4 x 1 tablet
Vit K1 2 mg
Cefadroxil 2 x 250mg
Paracetamol 3 x 250mg
Follow Up
Tang Keluhan Pemeriksaan Fisik Penunjang Terapi
gal (bermakna)
22/09 Nyeri dan Keadaan Umum: Hb: 5,4 g/dL Transusi
/2018 Bengkak tampak sakit PRC 250ccc
RBC: 1,68 x106
pada tangan sedang Prednisone
kanan Ht: 14,3% 4x1 tab
TTV:
Belum Kompres
BAB, BAK Nadi: 102x/menit Basofil : 2,4%
lengan
baik. Leukosit: dengan
RR: 22x/menit
732,49x103/µl NaCl
Suhu: 37,3oC
Neutrofil:
Mata: KA (+/+) 651,46x103/µl
Abdomen: datar, Trombosit:
keras, Lien 742x103/µl
Shuffner 5, hepar
membesar As. Urat:
pemukaan rata, 6,4mg/dL
tepi tumpul.
Ekstremitas: akral
hangat, CRT> 3
detik, tanda
peradangan pada
daerah cubiti
sinistra dan nyeri
bila di raba.
23/09 Nyeri pada Keadaan Umum: Hb: 8,3 g/dL Prednison
/2018 lengan tampak sakit 4x1tab
RBC: 3,18 x106
bertambah sedang Vit K1 2mg
berat Ht: 26,0% IM
TTV:
sehingga Cefadroxil 2
pasien tiak Nadi: 107x/menit Basofil : 3,0%
x250mg
bisa tidur Leukosit:
malam RR: 22x/menit
752,19x103/µl
Suhu: 36,7oC
Neutrofil:
Abdomen: datar, 660,57x103/µl
keras, Lien
Shuffner 5, hepar Trombosit:
membesar 679x103/µl
pemukaan rata,
tepi tumpul.
Ekstremitas: akral
hangat, CRT> 3
BAB 3
DISKUSI
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang . biasanya ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel –sel abnormal dalam darah tepi ( sel blast ) secara berlebihan dan
terganggu. 3
Limfositik Kronik. 3
kondisi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya leukemia pada anak-
anak, yaitu cacat genetik, radiasi ionik, infeksi virus atau bakteri, kondisi perinatal
dan paparan bidang elektomagnetik, benzene, pestisida dan produk minyak bumi.1,3,4
Leukimia merupakan kelainan klonal dari ssel punca pluripoten atau pada
progenitor awal kelainan genetic dipercaya terlibat dalam beberapa kunci perubahan
Leukemia myeloid kronik menempati sekitar 15% leukemia yang terjadi pada
semua umur. Pada Leukemia myeloid kronik (LMK) terdapat mutasi Gen BCR-ABL
yang diduga kuat sebagai penyebab utama terjadinya kelainan proliferasi pada LGK.
induk pluripotent pada system hematopoiesis. Klon – klon ini selain proliferasinya
berlebihan juga dapat bertahan hidup lebih lama dibanding sel normal, karena gen
Dalam perjalanannya, LMK dibagi menjadi 3 fase yakni fase kronik, fase
akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronis, pasien sering mengeluh pembesaran
limpa, atau merasa cepat kenyang akibat desakan limpa terhadap lambung. Kadang
timbul nyeri seperti diremas diperut kanan atas. Ciri khas fase akselerasi adalah
lekositosis yang sulit dikontrol oleh obat – obat mielosupresif, mieloblas di perifer
mencapai 15 -30 %, promielosit > 30 % dan trombosit < 100.000/mm3 secara klinis
fase ini dapat diduga bila limpa yang tadinya sudah mengecil dengan terapi kembali
membesar, keluhan anemia bertambah berat, timbul petekie, ekimosis. Bila disertai
Fase kronik dalam perjalanan LMK sesuai dengan gejala klinis pada pasien
dimana pada keluhan pasien datang dengan keluhan demam yang terjadi akibat
peningkatan leukosit, diikuti dengan keluhan nyeri pada daerah bawah pusar yang
terjadi akibat pembesaran dari lien dan pasien cepat merasa kenyang yang
diakibatkan penekanan lambung oleh karena pembesaran dari lien. Pasien juga
mengeluhkan berat badan yang menurun yang dapat diakibatkan oleh intake yang
kurang akbiat pendesakan lambung dan juga akibat dari peningkatan metabolisme.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, dan CRT> 3 detik. Hal
ini menunjukkan terjadinya keadaan anemia yang ditunjang dengan emerriksaan lab
dimana kadar hemologbin 5,4g/dL. Hal ini disebabkan oleh penekanan jalur
pembentukan sel yang lainnya akibat peningkatan dari salah satu jalur pembentukan
sel dalam hal ini ialah jalur pembentukan leukosit. Selain itu, pada pemeriksaan fisik
didapatkan hepatoplenomegali. Hal ini disebebabkan oleh adanya infiltrasi dari sel
yang diakibatkan oleh adanya mutasi genetik yang mengatur jalur pertumbuhan sel
sehingga produksi dari sel menjadi meningkat dan proses apoptosis tidak terjadi. Hal
ini sesuai dimana pada pasien dengan LMK pada pemeriksaan laboratorium
temuan semua seri myeloid dengan semua proporsi mieloblast 26,6%, promyelosit
8%, mielosit 16,9%, metamielosit 4%, STAB 16%. Hal ini sesuai dengan teori
dimana pada LMK didapati semua seri lengkap dari myeloid pada darah tepi.
tahapan perjalanan penyakit. dimana apabila pada tahap kronik maka regimen yang
digunakan yaitu hiroksiurea diamana penggunaan regimen ini biasa dimuali dengan
pemeliharaan pada 0,5-1,5g/hari. Obat zat alkil seperti busulfan juga dapat digunakan
namun haru dipikirkan eek jangka panjang pengobatan. Selain itu juga dapat
dilakukan transplantasi sumsum tulang Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80%
angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada
penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya
memberikan respon terhadap pengobatan. Selain itu jaga dapat diberikan pengobatan
supportif yaitu bila ditemukan anemia makan dapat dilakukan transfusi PRC. Bila
disertai dengan keadaan hiperurisemia dapat diberikan obat untuk menurunkan kadar
asam urat. Pasien telah diterapi secara supportif diamana diberikan prednisone,
KESIMPULAN
Telah dilaporkan satu laporan kasus anak laki-laki berusia 9 tahun dengan diagnosis
terapi.
DAFTAR PUSTAKA
11. Sutandyo, Noorwati. Transfusi Pada Pasien Kanker : Manfaat dan Risiko.