Hari/Tanggal :
Pendahuluan
Salah satu bentuk GNA yang banyak dijumpai pada anak adalah glomerulonephritis
akut pasca streptokokus (GNAPS). GNAPS dapat terjadi ada semua usia tetapi paling
sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penelitian multisenter di Indonesia memperlihatkan
sebaran usia 2,5 – 15 tahun dengan rerata usia teringi 8,46 tahun dan rasio laki-laki :
perempuan = 1,34: 1. Angka kejadian GNAPS sukar ditentukan mengingat bentuk
asimtomatik lebih banyak dijumpai daripada bentuk simtomatik. Di negara maju, insiden
GNAPS berkurang aibat sanitasi yang lebih baik, pengobatan dini penyakit infksi,
sedangkan di negara berkebang insiden GNAPS masih banyak dijumpai. Di Indonesia dan
Kashmir, GNAPS lebih banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah.1,2
Respons inflamasi yang dimediasi sistem imun merupakan mekanisme yang terjadi
pada GNAPS. Respon inflamasi ini akan menyebabkan filtrasi glomeruli berkurang,
sedangkan aliran darah ke ginjal biasanya normal. Hal tersebut akan menyebabkan filtrasi
fraksi berkurang sampai di bawah 1%. Keadaan ini akan menyebabkan reabsorbsi di
tubulus proksimal berkurang yang akan mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan
proses reabsorbsinya; termasuk Na, sehingga akan menyebabkan retensi Na dan air dan
menyebabkan edema dan hipertensi.1,3
Kecurigaan akan adanya GNAPS dicurigai bila dijumpai gejala klinis berupa
hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi
streptokokus. Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya infeksi
streptokokus secara laboratoris dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti
untuk menegakkan diagnosis.3
Status Presens
Sensorium: GCS (E4V5M6) T: 37°C BB: 46 kg TB: 157 cm
TD: 150/90 mmHg BB/U: 100% (Normoweight)
HR: 96 kali/menit TB/U: 98% (Normoheight)
RR: 22 kali/menit BB/TB: 100% (Normal)
Kondisi umum : baik
Kondisi penyakit : sedang
Kondisi nutrisi : normal
Tidak terdapat dyspnoe, anemia, jaundice, sianosis, serta edema.
Status Lokalisata
Kepala : Normal, tidak dijumpai kelainan
Rambut : Normal, berwarna hitam, tidak kering, dan tidak mudah di cabut
Wajah : Normal, tidak dismorfik, edema preorbital
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3mm,
konjungtiva palpebra inferior tidak pucat, sklera normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmos,
enopthalmus, eksoftalmos, maupun strabismus
Hidung : Deviasi septum tidak dijumpai, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
dan epistaksis tidak dijumpai
Mulut : Tidak terdapat trismus, maupun mulut mencucu
Bibir : Tidak pucat dan tidak dijumpai sianosis
Gusi : Tidak ada dijumpai gusi berdarah
Lidah : Tidak terdapat lidah kotor, candidiasis oral dan tremor lidah
Tonsil faring : Ukuran tonsil T1/T1, Hiperemis tidak di jumpai, nyeri (-), pembesaran (-),
pseudomembran (-), bercak perdarahan (-)
Telinga : Normal, tidak dijumpai kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-), tvj R -2 cmH2O, kaku kuduk (-)
Toraks
a. Inspeksi
- Bentuk (statis) : Simetris fusiformis, funnel chest (-), barrel chest (-), pigeon
chest (-), kifosis (-), skoliosis (-), lordosis (-), gibbus (-),ketinggalan bernafas (-)
- Dinamik : Jenis pernafasan: thorakal-abdominal, usaha otot bantu nafas
(-), retraksi (-), RR: 22 kali/menit, regular
a. Palpasi : Lapangan paru atas : stem fremitus kanan = kiri
Lapangan paru tengah : stem fremitus kanan = kiri
Lapangan paru bawah : stem fremitus kanan = kiri
b. Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
c. Auskultasi : suara pernafasan : vesikuler
suara tambahan : ronkhi (-), wheezing (-)
Differential Counting
Neutrofil. : 88,30% (50.00 - 70.00)
Limfosit : 8,50% (20.00 - 40.00)
Monosit : 2,70% (2.00 - 8.00)
Eosinofil : 0,20% (1.00 - 3.00)
Basophil : 0,30% (0.00 - 1.00)
Pemantauan tanggal 04/05/2018
S: Bengkak diwajah (+) demam (-) BAK Kemerahan (+)
O: Sensorium: CM T: 37°C
Mata : Konjungtiva palpebra inferior tidak pucat, sklera normal
Dada : Stem fremitus, retraksi (-) HR : 100x/i reg desah (-)
(-) RR : 20x/i reg ronkhi -/-
Abdomen : Soepel, peristaltik (+) N, nyeri tekan (-), Hepar/Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, nadi 100 kali/menit, regular, t/v cukup,CRT <2”,
TD: 140/90 mmHg
A: GNAPS
P: - IVFD D5% NaCl 0,9% 4cc/jam
- Inj Ampicilin 1gr/ 6 jam / IV (H1)
- Captopril 2x25mg
- Inj Furosemid 40 mg/12 jam/iv
Urinalisis
FCM
Differential Counting
Neutrofil. : 52,50% (50.00 - 70.00)
Limfosit : 34,50% (20.00 - 40.00)
Monosit : 10,50% (2.00 - 8.00)
Eosinofil : 2,20% (1.00 - 3.00)
Basophil : 0,30% (0.00 - 1.00)
Pasien pulang pada tanggal 13-4-2018 sekitar pukul 13.00 dan dilakukan pengobatan rawat
jalan beserta pemberian obat berupa Captopril 2x25 mg dan disarankan kontrol pertama 3
hari setelah pulang.
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Definisi
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang 2
- Urinalisis: proteinuria, hematuria,
dan adanya silinder eritrosit
- Kreatinin dan ureum darah
umumnya meningkat
- ASTO meningkat pada 75-80%
kasus
- Komplemen C3 menurun pada
hampir semua pasien pada
minggu pertama
- Jika terjadi komplikasi gagal
ginjal akut, didapatkan
hyperkalemia, asidosis metabolic,
hiperfosfatemia, dan
hipokalsemia