Anda di halaman 1dari 29

Kurikulum FK USU 2016

VII.

PENUNTUN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM ANATOMI (GUSPr.1)

TATA TERTIB
LABORATORIUM ANATOMI FK USU
1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal, berpenampilan
rapi dan sopan, serta menggunakan sepatu.
2. Hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu.
3. Wajib membawa Atlas Anatomi.
4. Sebelum masuk praktikum, mahasiswa wajib mempelajari topik yang akan
dibicarakan.
5. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban dan ketentraman.
6. Bagi yang tidak memenuhi aturan di atas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku di Departemen Anatomi FK USU.
Struktur anatomi ren (ginjal)

Pelajarilah ren (ginjal); bentuknya, besarnya,letaknya retro peritoneal.


Pelajarilah fascia renalis, capsula adiposa ren, capsula fibrosa ren, sinus renalis
dengan pyelum
Pelajarialah bagian-bagian polus superior, polus inferior, corpus renalis, hilus renalis,
pyramid renalis, calyx mayor, calyx minor, lobus renalis dan lobulus renalis
Perhatikanlah letak ginjal kanan dan kiri dan relasi masing-masing ginjal dengan organ
disekitarnya
Pelajarilah arteri renalis, vena renalis serta cabang-cabangnya
Pelajarilah innervasi dan aliran lymph pada ginjal dan kemana alirannya

Struktur anatomi ureter

Pelajarilah ureter; bentuknya, panjangnya, diameternya, tempat-tempat mana saja bisa


terjadi penyempitan ureter serta bagaimana jika terjadi penyempitan ureter
Pelajarilah lapisan-lapisan ureter; tunica adventia, tunica muscularis, tunica mucosa
Pelajarilah arah dan jalan ureter pars abdominalis : pars pelvina sampai vesica urinaria
ureter berjalan di atas sari arteri dan vena iliaca eksterna sebelum masuk ke pelvis
minor
Pelajarilah letak dan struktur pars pelvina ureteris pada pria dan wanita
Pelajarilah vaskularisasi, innervasi ureter

Struktur anatomi vesica urinaria

Pelajarilah vesica urinaria; bentuknya, ukurannya, letaknya dan bagian-bagianya serta


permukaan luarnya
Pelajarilah lapisan-lapisan vesica urinaris : tunica adventitia, tunica muscularis dan
mucosa
Perhatikanlah permukaan dalam vesica urinaria : orificium ureteris interna dan trigonum
vesicalis
Pelajarilah arteri dan vena vesicalis
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Struktur anatomi urethra dan prostat

Pelajarilah bentuk dan panjang urethra dan bagaimana membedakan urethra pada pria
dan wanita
Pelajarilah bagian urethra pada laki-laki : pars prostatica, pars membranacea dan pars
spongiosum serta muara-muara yang terdapat pada urethra pars prostatica
Pelajarilah prostat; bentuknya, apa yang melewatinya dan bagaimana (apa saja yang
ditimbulkannya) jika terjadi pembesaran prostat .
Pelajarilah pola distribusi vascularisasi, innervasi dan aliran lymphe urethra

Vaskularisasi, inervasi dan aliran lymph daerah panggul (pelvis)

Pelajarilah a. iliaca communis, a. iliaca externa & hipogastrica beserta vena yang
mengikutinya
Perhatikanlah pola distribusi cabang hypogastrica menuju alat-alat dalam dan dinding
panggul.
Pelajarilah daerah aliran-aliran vena hypogastrica
Pelajarilah pola distribusi inervasi dari alat-alat dan bangunan didalam panggul dan
dinding panggul
Perhatikanlah letak nodi lymphatici dan aliran didalam panggul beserta daerah
alirannya

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

PRAKTIKUM HISTOLOGI (GUSPr.2)

TATA TERTIB di LABORATURIUM HISTOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN USU
1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum
2. Setiap mahasiswa wajib berpenampilan rapi dan sopan, dan menggunakan sepatu
3. Setiap mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum praktikum dan
membawa alat alat yang diperlukan
4. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu
5. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban, ketentraman, bekerja
efisien serta tidak mengganggu rekan praktikum
6. Sebelum praktikum dimulai, periksa dahulu kelengkapan mikroskop dan slide
histology, dan pada akhir praktikum dikembalikan dalam kondisi seperti semula
7. Usahakan hadir setiap jam praktikum. Apabila ada halangan yang terpaksa, laporkan
kepada pegawai laboratorium. Pekerjaan pada hari itu harus diselesaikan pada
kesempatan lain
8. Bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan praktikum dengan baik akan mengikuti
ujian praktikum pada akhir blok

PRAKTIKUM
URINARY TRACT
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur saluran kemih.
Sediaan jaringan :
No
Nama Organ
.
1.
Kidney
2.
Ureter
3.
Urinary bladder
4.
Urethra

Kode Sediaan
US 1
US 2
US 3
MRS 5

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Gambar 1
Kidney (US-1)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 1
No.
1.

Perihal
Struktur renal corpuscle

2.

Struktur tubulus kontortus


proksimal
Struktur ansa Henle

3.
4.
5.
6.
7.

Deskripsi

Struktur
tubulus kontortus distal
Struktur makula densa
Struktur apparatus
jukstaglomerular
Struktur duktus koligens

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Gambar 2
Ureter (US-2)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No.
Perihal
1. Jenis epitel mukosa
2. Struktur lamina propria
3.
4.

Bentuk lumen
Struktur lapisan muskular

5.

Struktur adventitia

Deskripsi

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Gambar 3
Urinary Bladder (US-3)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No.
Perihal
1.
Jenis epitel mukosa
2.
Struktur lamina propria
3.

Struktur lapisan muskular

4.

Struktur adventitia

Deskripsi

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Gambar 4
Urethra (MRS-5)
10 x 10

10 x 40

Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No.
Perihal
1.
Jenis epitel mukosa

2.

Struktur lamina propria

3.

Struktur lapisan muskular

Deskripsi
1.
2.
3.

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

PRAKTIKUM BIOKIMIA (GUSPr.3)

PEMERIKSAAN DARAH DALAM URIN.


Pada keadaan normal di dalam urin tidak dijumpai adanya darah.
Pada keadaan patologis misalnya adanya glomerulonefritis bisa dijumpai adanya darah
dalam urin (hematuria).
Reaksi Heller
Kedalam 10 ml urine dimasukan 2 ml NaOH 10 %. Campuran dipanaskan hingga
mendidih dan didiamkan hingga 10 menit, kemudian endapan diperiksa. Jika terdapat
darah dalam urine yang diperiksa tersebut, maka endapan akan berwarna coklat-merah.
Jika urin mengandung gula atau zat warna empedu maka ketika dipanaskan, juga akan
terjadi warna coklat.
Pada pasien yang menggunakan obat-obatan seperti rifampicin juga dapat terjadi hasil
yang false positif.

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK (GUSPr.4)

URINALISA

Diperhatikan beberapa persyaratan berikut :


Penampungan Urin :
- Wadah penampung
- Cara pengambilan contoh urin :
a. Kateterisasi
b. Urin porsi tengah
c. Punksi suprapubik
- Macam contoh urin : Urin sewaktu, urin pagi, urin post prandial, urin 24 jam, urin 12
jam, urin 4 porsi, urin 3 gelas, atau urin 2 gelas.
Pengawet Urin : Toluen , Timol, HCl pekat, Asam Asetat glasial,
Asam Sulfat pekat, Formaldehid 40 %.
PEMERIKSAAN URIN RUTIN
Makroskopis : Warna, kejernihan, Bau, pH ( carik celup, pH-meter, kertas Nitrazin ).
Berat Jenis ( Urinometer, Refraktometer)
Protein :
Semikwantitatif

Kwantitatif

: a. Pemanasan dengan asam asetat.


b. Asam Sulfosalisilat
c. Carik celup
: - Test ESBAH atau sulfosalisilit acid
baca dengan Spektrophotometer

pH Urin orang dewasa normal : 4,6 - 8, 0


pH Urin 24 jam biasanya asam (+6 ). Hal ini disebabkan karena Zat-zat sisa
metabolisme badan yang biasanya bersifat asam
Cara penentuan
1. Kertas Nitrasin yang mempunyai skala warna untuk pembacaan
pH ( antara 4,5 - 7,5 )
2. Carik Celup, pH adalah salah satu parameter yang diukur.
Catatan
Penentuan pH urin berguna pada gangguan cairan badan dan elektrolit serta pada
infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman yang mengurai ureum. Pada
kelainan cairan badan/elektrolit disamping penentuan pH perlu juga diperiksa :
TITRASI KEASAMAN URIN ( Titrable acidity ) per 24 jam
Nilai normal : 100 - 600 ml asam 0,1 N.
Urin asam
Pada keadaan puasa.
Diet kadar protein tinggi.
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

10

Kuman yang membentuk asam.


Asidosis metabolik dan respirasi.
Obat yang digunakan dalam rangka pencegahan pembentukan batu ginjal kalsium
carbonat dan kalsium fosfat.
Urin Lindi
Diet sayur mayur ( vegetarian )
Alkalosis respirasi dan metabolik.
Kuman yang mengurai ureum dan membentuk amonia.
Obat yang digunakan untuk mencegah pembentukan batu ginjal asam urat dan aoksalat.
BERAT JENIS
Nilai normal ( orang dewasa ) : 1,001 - 1,035
Cara penentuan :
a. Urinometer
Koreksi BJ terhadap adanya glukosa : 0,001 per 3 g/dl glukosa. Koreksi terhadap
proteinuria : 0,001 per 4 g /dl protein.
Pelaporan
Pada keadaan normal BJ urin berhubungan erat dengan diuresis. Lebih deras diuresis
lebih rendah BJ dan sebaliknya. Berat Jenis urin sewaktu adalah 1,025 atau lebih tinggi
sedikit memberi kesan faal ginjal baik (apabila protein negatif reduksi negatif dan
sedimen urin normal ).
Urin dengan BJ menetap pada 1,010 atau sekitar angka ini (isosthenuria ) memberi
petunjuk faal ginjal buruk, misalnya pada stadium akhir penyakit glomerulo-nefritis
kronik.
b. Refraktometer
Refraktometer adalah alat mengukur BJ secara tidak langsung (cara optik ). Cara ini
berdasarkan hubungan langsung antara total solute dalam urin dan indeks refraktif.
Keuntungan
Cara penentuan mudah, tepat dan cepat. Menggunakan hanya setetes urin. Alat dapat
dilengkapi dengan konpensasi perubahan suhu secara otomatik.
Alat ini biasanya kuat dan tidak memerlukan persiapan sebelum digunakan.
Harga alat refraktometer jauh lebih mahal dari pada alat urinometer.
PROTEIN
Nilai normal kadar urin orang dewasa < 150 mg/24 jam.
Pada pemeriksaan rutin akan memberikan hasil negatif (-). Apabila positif
(> 150 mg ) = PROTEINURIA.
Nama ini lebih tepat dari pada albuminuria karena di dalam urin bukan semata - mata
albumin.
Patogenesis proteinuria
Proteinuria dapat terjadi karena kelainan permeabilitas glomerulus sehingga protein
keluar dalam filtrat glomerulus ( Glomerular proteinuria ). Gangguan reabsorbsi protein
oleh tubuli ginjal ( Tubular proteinuria).
Apabila permeabilitas glomerulus normal, biasanya proteinuria sangat ringan dan
kebanyakan terdiri dari alfa2 dan beta globulin, terutama beta2 mikroglobulin.
Cara-cara penentuan
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

11

Semikuantitatif

: a. pemanasan dengan asam asetat


b. asam sulfosalisilat
c. carik celup

Kuantitatif

: test ESBAH atau asam Sulfosalisilat dibaca dengan


Spektrophotometer

a. Pemanasan dengan asam asetat


1. Urin disentrifus atau disaring apabila keruh
2. Tabung reaksi pyrex diisi dengan urin sampai 3/4 penuh
3. Bagian atas terisi urin dipanaskan dalam api bunsen hingga mendidih
4. Bubuhi 3-5 tetes asam asetat ( 3-10% )
Kekeruhan karena karbonat atau fosfat akan menghilang setelah
pemberian asam asetat sedangkan kekeruhan karena protein akan lebih
nyata. Urin yang berada di bagian bawah dari tabung dipergunakan
sebagai perbandingan atau bandingkan dengan urin yang tidak
dipanaskan
Pelaporan
---------------------------------------------------------------------------------------------Flokulasi
Hasil
----------------------------------------------------------------------------------------------Samar - samar ( mengawan )
1+
Sedikit dengan endapan halus ( bintik )
2+
Sedang dengan endapan jelas ( keping )
3+
Padat dengan endapan kasar
4+
>5
( langsung mengendap )

g / liter
<1
1-3
3-5

b. Asam Sulfosalisilat
1.
Ke dalam 2 ml urin tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalisilat
20 % kemudian kocok.
2.
Adanya kekeruhan / endapan yang timbul diperhatikan dan dibandingkan dengan
2 ml urin dalam tabung lain.
Pelaporan
Bila ke dua tabung tidak berbeda kejernihannya, maka hasilnya negatif.
Bila timbul kekeruhan, test perlu dilanjutkan dengan pemanasan sampai mendidih,
kemudian didinginkan kembali dengan air mengalir. Bila kekeruhan tetap ada berarti
hasilnya positif.
Jika kekeruhan menghilang pada pemanasan, tetapi muncul kembali setelah dingin,
mungkin disebabkan adanya protein Bence Jones, perlu diselidiki lebih lanjut.
c. Carik celup
Prinsip pemeriksaan protein pada carik celup ( strip ) berdasarkan fenomena indikator
tertentu memberikan warna yang berbeda pada cairan yang bebas protein dengan yang
mengandung protein. Derajat
perubahan warna tergantung kadar protein dalam cairan sehingga perubahan warna itu
menjadi ukuran semikuantitatif.
Perhatikan saat pembacaan carik celup harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat
carik celup. Pemeriksaan carik celup hanya sensitif terhadap albumin saja. Sehingga
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

12

sering terjadi perbedaan hasil antara test kekeruhan dengan carik celup. Globulin globulin termasuk protein Bence Jones tidak dapat dinyatakan oleh test carik celup.

GLUKOSA
Penetapan adanya Glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda - beda azasnya. Cara yang tidak spesifik adalah menggunakan sifat glukosa
sebagai zat pereduksi.
Tes Benedict dan Fehling adalah berdasarkan reduksi kupri sulfat. Umumnya zat
pereduksi lain dalam urin tidak mengganggu tes ini.
Protein bila dalam jumlah besar dalam urin dapat dihilangkan dengan cara pemanasan,
kemudian disaring.
Cara spesifik untuk penetapan glukosuria, yaitu dengan menggunakan enzym glukosa
oksidase yang membuat reaksi sehingga terjadi perubahan warna.
TEST SEMIKUANTITATIF
a. Cara BENEDICT
Reagensia
Cu SO4.5H2O
Na- atau K- sitrat
Na-karbonat kristal
(Atau na-karbonat anhydrosus)
Air suling hingga

17,3 g
173,0 g
20 g
10 g
1000 g

Cara pembuatan reagensia


Sitrat dan karbonat dilarutkan dalam lebih kurang 700 ml air suling dengan bantuan
pemanasan,kemudian disaring.Larutkan kupri sulfat dalam lebih kurang 100 ml air suling
dan campur perlahan-lahan dengan larutan tersebut diatas.Dinginkan dan tambah air
suling hingga menjadi 1 liter.
Reagensia dapat disimpan sampai bertahun-tahun.
Cara pemeriksaan
1. Reagensia Benedict 2,5 ml dibubuhi 4 tetes urin.
2. Letakkan dalam waterbath ( 100 c ) dan biarkan mendidih satu menit. Dapat juga
dipanaskan langsung di atas api dan mendidih selama 1 menit. Untuk menghindarkan
adanya positif palsu jangan dibiarkan mendidih lebih dari satu menit.
b. Cara FEHLING
Reagensia
Fehling A : CuSO4
36,64 g
Air suling hingga
100 ml
Fehling B : Garam Seignette
173 g
1 N NaOH
100 ml
Air suling hingga
500 ml
Cara Pemeriksaan
1. Reagensia Fehling A dan B dalam jumlah yang sama dicampur dalam
tabung.
2. Ambil 1 ml dari campuran tersebut dalam tabung reaksi lain dan bubuhi
urin sebanyak 0,25 ml. Perbandingan jumlah reagens terhadap urin adalah
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

13

4 banding 1.
3. Campur dan panaskan di atas api hingga mendidih sambil
menggoyangkan tabung perlahan - lahan ( dalam waterbath seperti pada
test Benedict )
Pelaporan
----------------------------------------------------------------------------------------------Hasil warna
Kadar Glukosa
----------------------------------------------------------------------------------------------Negatif Biru, tidak ada perubahan
< 0,2 g / dl
1+
Hijau, Kuning hijau
< 0,5 g / dl
2+
Kuning
0,5 - 1,0 g / dl
3+
Kuning Kemerahan
1,0 - 2,0 g / dl
4+
Merah batu bata
> 2 g / dl
Diantara reagensia yang mengandung garam kupri dalam penentuan glukosa dalam
urin, reagensia Benedict merupakan yang terbaik. Walaupun demikian perlu diingat
reaksi reduksi tidak spesifik untuk glukosa. Monosakharida lain, seperti
galaktosa,fruktosa, ataupun disakharida seperti laktosa.
Beberapa zat bukan glukosa seperti asam homogentisat, alkapton, asam salisilat,
formalin, glukoronat, vitamin C dosis tinggi dapat mengadakan reduksi, sehingga
memberikan reaksi positif palsu.
c. Cara Carik Celup
Berdasarkan enzim glukosa oksidase,cara ini lebih sensitif dan spesifik.
Sensitivitas cara carik celup 0,1 g/dl sedangkan tes reduksi ( Benedict dan Fehling ) 0,2
g/dl. Cara pemeriksaan harus mengikuti petunjuk dari pabrik yang membuatnya.
Walaupun test ini spesifik dan hanya membutuhkan waktu singkat akan tetapi juga
mempunyai beberapa kelemahan seperti hasil negatif palsu bila urin mengandung zat
pereduksi seperti vitamin C
,keton dan asam homogentisat.
TEST GLUKOSA KUANTITATIF

A.
B.

Cara BENEDICT
Menggunakan alat POLARIMETER

A. Cara BENEDICT kuantitatif


Reagensia
Cu SO4.5aq

18 g

Na2CO3.0aq

100 g

Atau Na2CO3.10 aq

200 g

Na-Sitrat

200 g

K-rhodanida(K-Sulfosianat)

125 g
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

Lar.K-Ferrosianida 5 %
Aquadest.ad

14

5 ml
1000ml

Sebelum dipergunakan reagensia ini diuji dengan larutan glukosa yang diketahui
kadarnya.

Cara pemeriksaan
1. Masukan 5,0 reagent ke tabung reaksi lebar (diameter + 4cm)
2. Tambahkan + 1-2 g Na-karbonat dan butir kaca.
3. Panaskan diatas api kecil hingga mendidih sambil menggoyangkan.
4.

Teteskan urin dengan pipet 1 ml yang bersksls 0,01 ml cairan harus mendidih.

5.

Pada saat warna biru mulai menghilang, penambahan urin harus diperlambat detik
tiap tetes.

6.

Titrasi selesai apabila warna biru tidak tampak lagi.

Apabila dipakai kurang dari 1 ml urin maka tes sebaiknya diulang dengan mengencerkan
urin 5x dengan air suling (tiap 5,0 ml reagensia direduksi oleh 0,01 glukosa).

UROBILIN
Asas
Urobilinogen dalam urin yang baru dikemihkan dioksidasi oleh larutan lugol menjadi
urobilin. Reagens Schlesinger bereaksi dengan urobilin, memberikan fluoresensi hijau .
Cara Schlesinger
Reagensia Schlesinger : Zinc asetat jenuh dalam alcohol 95 %
Cara pemeriksaan :
1. Kedalam 2-3 ml urin dibubuhi beberapa (2-4) tetes larutan lugol,campur dan
diamkan selama lebih kurang 5 menit.
2. Tambahkan reagens Schlesinger (jumlah sama banyak dengan jumlah urin),
campur dan saring.
3. Perhatikan adanya fluoresensi hijau pada filtrat dibawah cahaya terang,latar
belakang hitam.
Pelaporan
Intensitas Fluoresensi dilaporkan sebagai :Negatif,1+,2+,3+.
Catatan
Urin yang sebelum diperiksa sudah berfluoresensi tidak dapat diperiksa dengan cara
ini,test urobilin diganti dengan test urobilinogen dengan menggunakan urin segar.
Jika terdapat bilirubin,maka urin terlebih dahulu harus ditambahkan kalsium hidroksida
padat,kemudian disaring.
Filtratnya dipakai untuk percobaan.
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

15

UROBILINOGEN
Penentuan kualitatif dan semi kualitatif menurut WALLACE dan DIAMOND.
Urobilinogen yang tidak berwarna membentuk warna merah setelah dibubuhi reagens
Erlich( Benzahldehyde )
Bahan pemeriksaan
Harus urin segar,karena bila didiamkan sebagian akan berubah menjadi urobilin oleh
pengaruh cahaya.Untuk urin 24 jam perubahan untuk menjadi urobilin dapat dicegah
dengan penampungan dalam botol berwarna yang dibubuhi 5 g anhydrous Na-Carbonat.

Reagensia EHRLICH
p-dimethyl-aminobenzaldehyde

4g

HCl pekat

100 ml

Air suling

100 ml

Cara pemeriksaan
1 . Kedalam 10 ml urin dalam tabung dibubuhi 1 ml reagens Ehrlich,campur dan
diamkan 10 menit.
2 . Perhatikan perubahan warna.
3 . Melihat dari atas tabung reaksi yang diletakan pada posisi vertical dengan
sepotong kertas putih dibawahnya.

Pelaporan
Pada keadaan normal tidak timbul warna,merah jambu samara-samar (negatif atau 1+).
Bila tampak warna merah tua lanjutkan pemeriksaan dengan mengencerkan urin secara
berkala 10x,20x,30x dan seterusnya,dan dilakukan lagi pemeriksaan menurut Wallace
dan Diamond seperti diatas.
Laporkan hasil pengenceran tertinggi dimana urobilinogen masih positif, misalnya 1 : 50
positif, 1 : 60 negatif.

Nilai Normal
Pada keadaan normal keadaan tertinggi yang meraih positif adalah 1 : 30
Meninggi apabila hasil 1 : 40 keatas.

Hasil positif palsu


Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

16

Obat pyridium bereaksi dengan reagens EHRLICH ( obat ini memberikan warna merah
kepada urin )
Porfobilinogen ,indol dan bilirubin bereaksi dengan reagens Ehrlich, memberikan warna
masing-masing merah terang,merah,hijau.Formaldehid memberikan warna kuning.

BILIRUBIN
A. Percobaan Busa
Dapat dilakukan disamping tempat tidur, akan tetapi test ini kurang sensitif.
Cara pemeriksaan
1.
Tabung reaksi diisi setengah penuh dengan urin dan diberi penutup, kemudian
kocok kuat - kuat.
2.
Perhatikan warna busa, apabila busa berwarna kuning, kemungkinan besar
terdapat bilirubinuria dan test ini dilaporkan positif.
Positif palsu
Obat - obatan pyridium, actiflavine dapat membrikan hasil positif palsu
B. Percobaan Harrison
Azas
Bilirubin dalam urin diendapkan oleh Barium khlorida dan dipekatkan pada kertas kering.
Reagens Fouchet akan memberikan warna hijau pada biliverdin yang timbul karena
oksidasi bilirubin.
Reagensia Fouchet
Asam trikiorasetat
25 g
Air suling
100 ml
Campur kemudian tambahkan 10 ml larutan ferriklorida 10 %.
Cara pemeriksaan
1.
Ke dalam 5 ml urin ditambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10 % kemudian
disaring.
2.
Endapan yang melekat pada kertas saring dikeringkan.
3.
Reagens Fouchet diteteskan kepada kertas saring yang mengandung endapan
tersebut.
4.
Perhatikan timbulnya warna hijau.
Pelaporan
Dengan Reagens Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau,
tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain seperti bilisianin
berwarna biru atau cholestelin berwarna kuning. Maka hanya warna hijaulah yang
dianggap positif. Perbedaan konsentrasi dapat dilaporkan dengan negatif, 1+, 2+
C.Cara Carik Celup
Reaksi diasotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diaso pada carik celup.
Warna yang terjadi ditentukan oleh jenis senyawa dengan diaso yang terdapat dalam
carik celup, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bilirubin secara
terbatas.
Harus memakai urin segar dan ikuti petunjuk cara pemeriksaan dari pabrik pembuat
reagen carik celup.
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

17

UNSUR - UNSUR SEDIMEN


A. ORGANIK
1. Leukosit
< 5/LPB
2. Eritrosit
< 3/LPB
3. Silinder (=torak) < 2/LPK
Hialin, terdiri dari protein saja.
Bergranula, terdiri dari protein dan sel epitel.
Lilin (wary) biasanya pada amiloidosis.
Lemak, mengandung butir - butir lemak. Berisi sel darah : Eritrosit, leokosit.
4. Sel epitel
5. Benda lemak oval : sel epitel berisi butir lemak
6. Silindroid, berekol, causa : iritasi ginjal.
7. Potongan jaringan.
8. Benang lendir=mucoprotein.
9. Parasit, antara lain trichomonas vaginalis.
10.Kuman, tidak ada arti bila tempat penampung tidak steril.
B. NON ORGANIK
Kristal : pada keadaan normal tidak banyak manfaat : urat, kalsium oksalat, hipurat,
ammonium magnesium fosfat, kalsium karbonat.
Amorf : biasanya urat pada urin asam, fosfat pada urin lindi.
Kristal pada keadaan patologik : sistinuria.( dalam urin ada kristal sistin ). Kristal berasal
dari obat misalnya sulfa.
Kristal berasal dari makanan misalnya jengkol.

SEDIMEN URIN
Asas
Endapan urin yang diperoleh setelah dipusing diperiksa dibawah mikroskop dan dihitung
unsur sel dan silinder.
Sebaiknya digunakan urin yang baru dikemihkan (segar) untuk menghindarkan
perubahan morfologi unsur sedimen.
Pada urin dengan berat jenis <1,007 eritrosit akan menghemolisis dan leukosit
mengembang.
Cara pemeriksaan
1.
Botol berisi urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang homogen.
2.
Sebanyak 10-12 ml urin dituang ke dalam tabung sentrifus.
3.
Urin disentrifus selama 3-5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.
4.
Isi tabung dituang habis (gerakkan 1 kali dan cepat), kemudian tegakkan tabung
hingga cairan yang melekat pada dinding mengalir ke dasar tabung hingga
volumenya kira - kira 0,5 ml.
5.
Dasar tabung pertama diketok beberapa kali agar sisa urin dan endapan
tercampur
6.
Letakkan setetes campuran tersebut di atas kaca obyek bersih dan tutup dengan
kaca penutup.
7.
Periksa di bawah mikroskop dengan kondensor diturunkan.
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

8.

9.
10.

18

Lensa Obyektif 10x lapangan pandangan kecil (LPK).


a. Periksa seluruh sediaan, perhatikan adanya silinder.
b. Laporkan jumlah silinder terlihat dalam 10 LPK, misalnya 0-3 silinder
c. hialin/LPK
Lensa obyektif 40x lapangan pandang besar (LPB) untuk menghitung jumlah
leukosit, eritrosit dan sel epitel yang dijumpai dalam 10 LPB serta bagi dengan
angka.
Laporkan juga adanya (jenis) kristal, jamur, sperma, parasit dan lain-lain.

Pewarnaan sedimen urin


Untuk dapat melihat lebih jelas sedimen urin rutin atau untuk mencari glitter cells
(netropil segmen yang berasal dari tubulas ginjal) maka dapat dipergunakan pewarna
sedimen Sternheimer-Malbin.
Reagensia
A. Metilviolet
3 g
20 ml Alkohol
95 %
NH4 -oksalat
0,8 g
Air suling ad80 ml
B. Safranin
10 ml Alkohol
Air suling ad

0,25 g
95 %
100 ml

Campur 3 ml larutan A dengan 97 ml larutan B, saring sebelum digunakan. Larutan kerja


ini hanya tahan selama 1 hari.
Cara pemakaian
Dengan menggunakan pipet Pasteur teteskan 1-2 tetes larutan Sternheimer. Malbin ke
dalam tabung yang berisi sedimen urin.,dan diperiksa dibawah mikroskop seperti
pemeriksaan sediment urin.
A. UNSUR - UNSUR ORGANIK
1. Leukosit
Leukosit dalam urin umumnya berupa segmen. Dalam urin asam leukosit atau sel pus
biasanya mengerut. Pada urin lindi leukosit akan mengembang cenderung
mengelompok. Leukosit umumnya lebih besar dari eritrosit dan lebih kecil dari sel
epitel.
Pada piuria (pus dalam sedimen) biasanya sel mengelompok. Jumlah leukosit
meningkat pada fluor albus disamping adanya banyak sel epitel. Pada urin yang tidak
dipusing (kocok dahulu ) adanya leukosit >3/LPB adalah patologi

2. Eritrosit
Normal < 3 sel/LPB. Dalam urin pekat eritrosit akan mengerut (crenated).
Mengembang urin encer dan tampak seolah - olah tanpa isi karena Hb telah ke luar
(ghost atau shadow cell). Kadang - kadang perdarahan saluran kemih bagian bawah
memberikan bekuan darah dalam urin. Membedakan eritrosit dari sel ragi yaitu
dengan menambahkan setetes asam asetat 2 % pada sediaan sedimen. Eritrosit
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

19

akan hemolisis sedang sel ragi akan makin jelas dan intinya akan tampak. Pada
wanita hematuria perlu dibedakan dari haid.
3. Selinder ( Torak )
Sel epitel yang tercetak dan dilepaskan oleh sel tubulus ginjal disebut silinder epitel.
Proses degenerasi sel epitel akan merubah morfologi menjadi silinder bergranula,
kasar atau halus.
Silinder gagal ginjal.
Berasal dari epitel dengan perbedaan ukuran yaitu >2-6 x silinder biasa.
Diduga terbentuk dalam tubulas colligentes.
4. Sel Epitel
Bentuk sel epitel kemih berbeda - beda dari atas sampai ke bawah. Adanya sel - sel
epitel yang berasal dari traktus urogenitalis bagian atas menunjukkan pelepasan
abnormal sel epitel. Dikenal 3 jenis sel epitel :
a. Epitel kecil dan bulat, bentuknya polihedral, ukurannya 1/3 lebih besar dari
leukosit berasal dari lapisan dalam jaringan traktus urogenitalis. Biasanya tidak
dijumpai dalam urin normal. Apabila sel berbentuk poligonal dengan inti relatif
besar dan sitoplasma berisi granula atau butir lemak, maka kemungkinan besar
sel tersebut berasal dari tubulus ginjal. Hal ini dapat dibuktikan bila sel tersebut
dijumpai dalam silinder
b. Sel transisional dengan diameter 2-4 kali lebih besar dari leukosit. Bentuknya
dapat seperti buah jambu, spindel shape atau bulat dengan semacam ekor. Inti
tampak jelas, bulat atau oval dan kecil bila dibandingkan dengan sitoplasma sel.
Sel ini umumnya berasal dari sel epitel kandung kemih, ureter dan pelvik ginjal.
c. Sel skuamosa yang besar dengan inti kecil bulat atau oval. Berasal dari
permukaan uretra atau vagina. Sel skuamosa dari vagina biasanya lebih besar,
tipis dan sering ada lekukan pada sudut sel. Adanya epitel ini pada umumnya
tidak mempunyai makna klinik. Pada flour albus didapat banyak sel epitel jenis
ini disamping leukosit dalam jumlah banyak.
5. Benda lemak oval
Sel epitel berisi butir - butir lemak dan saring di dapatkan pada sindroma nefrotik. Butir
- butir lemak dapat dikenal dengan menggunakan zat warna terhadap lipid seperti III
atau IV.
Sedimen TELESKOP
Unsur - unsur sedimen yang lazim dijumpai pada 3 stadium glomeluro-nefritis kronik
tetapi di sini dijumpai bersama -sama.
Glomerulo-nefritis akut : eritrosit dan silinder eritrosit.
Sindroma nefrotik ; silinder hialin, silinder bergranula atau berisi sel, benda lemak oval
dan doubel refractilefat bodies ( juga protein uria berat )
Glomerulo-nefritis kronik : silinder epitel lebar disamping proteinuria ringan.
B. UNSUR NON ORGANIK
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

20

KRISTAL
Kebiasaan melaporkan unsur sedimen yang unorganized seperti amorf dan kristal
kurang bermanfaat untuk klinik kecuali apabila ada kristal sistine, sulfa atau jengkol
(pada pasien dengan anuria). Pada penyakit hati akut berat dapat tampak kristal tirosin
dan atau kristal leusin.
PEMERIKSAAN URIN RUTIN DENGAN STRIP BERGANDA
Beredar di pasaran strip berganda untuk pemeriksaan urin rutin. Strip ini memeriksa
sekaligus beberapa parameter, misalnya : pH, nitrit, protein, glukosa, benda keton,
urobilinogen, bilirubin, darah, leukosit. Ada pula strip berganda yang pembacaannya
dapat dilakukan secara otomatik dengan menggunakan alat khusus dengan azas
refleksi.
Hasilnya dicetak langsung pada formulir. Pemeriksaan cara ini perlu dilengkapi dengan
sedimen urin cara konvensional terutama apabila eritrosit dan leukosit memberikan
hasil patologik. Berat jenis bila diperlukan diperiksa tersendiri, misalnya dengan alat
refraktometer.

PEMERIKSAAN URIN KHUSUS


PROTEIN BENCE JONES
Zat ini terdiri dari light chain dimmers dan monomer, sering didapat di dalam urin
penderita mieloma multipel, terutama jenis Ig A dan Ig D.
Sifat khsusu : presipitasi pada suhu antara 400C 600C melarut kembali pada suhu
sekitar 1000C.

Cara Pemeriksaan :
Pemanasan hingga 400C 600C (penyaring)
Test toluene sulfonic acid (TSA)
Elektroforesis
Imunodifusi
TES TOLUENE SULFONIC ACID (TSA)
Reagensia :
p-toluene sulfonic acid
12 g
acetic acid
100 ml

Asas
TSA mempresipitasi protein Bence Jones walaupun jumlah protein tersebut kecil (0,3
mg/dl dalam urin) dan tidak mempresipitasi albumin. Globulin hanya hanya diendapkan
oleh TSA pada kadar > 5 mg/dl.
Cara pemeriksaan
1. Ke dalam 2 ml urin ditambahkan 1 ml reagens TSA secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung selama 15 menit 30 30 detik.
2. Ketok tabung dengan jaringan.
Pelaporan
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

21

Presitipasi yang terbentuk dalam waktu 5 menit adalah sesuai dengan adanya protein
Bence Jones. Kemungkinan positif/negatif palsu ada.
BENDA KETON
Benda Keton dalam urin : aseton, aseto-asetat, asam betahydroxy-butirat.
Ketonuria adalah keadaan dimana didapat benda keton dalam urin. Percobaan terhadap
benda keton perlu diperksa bila ada glukosuria berat misalnya 3+ dan pada keadaan
kelaparan.
TEST ROTHERA
Asas
Na-nitropusid bereaksi dengan asam aseto-asetat dan aseton memberikan warna ungu.
Reagensia
Rothera :
ammonium sulfat
Na-nitropusid
Amonia larutan pekat
Cara pemeriksaan :
1. Ke dalam 5 ml urin dalam tabung dibubuhi 1 g ammonium sulfat dan 2-3 tetes
larutan Na-nitropusid
2. Tambahkan amonia
Pelaporan
Cincin lembayung akan timbul diantara lapisan cairan 1 dan 2.
TEST DENGAN MENGGUNAKAN TABLET
Asas
Berdasarkan reaksi dari Na-nitropusid, disodium phosphate dan amino acetic acid.
Cara pemeriksaan :
1. Tablet diletakkan diatas sepotong kertas putih
2. Setetes urin diteteskan diatas tablet tersebut.
Pelaporan
Baca setelah 30 detik
Warna violet akan timbul bla test positif : 1+ atau 2+
CARA STRIP
Strip mengandung nitropusid
Bandingkan perubahan warna strip dengan skala warna pembanding yang tersedia.
CARA GERHARDT
Asas
Ferrichlorida bereaksi dengan asam aseto-asetat memberikan warna coklat merah
(anggur port). Test ini lebih peka pada test Rothera.
Reagensia
Larutan Ferrichlorida 10%
Dalam air suling
Cara pemeriksaan :
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

22

1. Tambahkan tetes demi tets reagens Gerhardt ke dalam 5 ml urin sehingga fosfat
mengendap
2. Saring dan lanjutkan penambahan reagen
Pelaporan
Urin berwarna merah (anggur port) bila ada diacetic acid. Test ini tidak spesifik. Positif
palsu : salisilat, antipirin, Na-carbonat.
TEST ESBACH
Asas
Protein dalam urin oleh asam picrin. Tingginya lapisan endapan diukur. Mencerminkan
kadr protein dalam urin (cara kwantitatif).
Reagensia Esbach :
Asam picrin
1g
Citric aci
2g
Air suling hingga
100 ml
Cara pemeriksaan :
1. Urin disaring, ukur BJ > 1.010 urin Diencerkan dengan air suling dalam jumlah
yang sama. hasil dikalikan dengan angka 2.
2. Ukur pH, bubuhi 1-2 tetes asam asetat 22% apabila urin lindi.
3. Tabung esbach diisi dengan urin tersebut hingga tanda U dan kemudian
ditambah reagens Esbach hingga tanda R yang tertera pada tabung Esbach.
4. Tutup tabung dengan penutupnya, campur isi tabung dengan jalan
membalikkannya perlahan-lahan hingga 12 kali
5. Letakkan dalam posisi tegak lurus selama 24 jam.
Pelaporan
Tingginya endapan putih dibaca melalui garis-garis yang tertera pada tabung. Dilaporkan
dalam satuan g/liter urin. Laporkan juga jumlah urin 24 jam. Garis-garis pembacaan
jumlah protein pada tabung Esbach telah ditentukan secara empirik oleh pabrik. Jangan
lupa memperhitungkan faktor pengenceran.

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

23
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (GUSPr.5)

OBAT YANG MEMPENGARUHI PH URIN


Tujuan Praktikum :
- memperlihatkan kepada mahasiswa efek obat yang dapat mempengaruhi pH urin.
- mahasiswa memahami farmakologi obat-obat yang dapat mempengaruhi pH urin.
Materi Praktikum:
- Bicarbonas
- Aquabides
- Kertas lakmus
Pelaksanaan :
1. Ditunjukkan perubahan pH urin setelah pemaparan dengan bicarbonas
2. Sehari sebelumnya relawan tidak dibenarkan mengkonsumsi sayur mayur
3. Relawan (1 orang tiap meja) berpuasa mulai jam 10 malam sampai dengan
keesokan paginya
4. Relawan menampung urinnya di laboratorium pada pukul 06.45 WIB, kemudian di
cek pH urinnya.
5. Relawan minum air sebanyak 250 cc, dan menampung urinnya kembali setelah 30
menit kemudian, dan mencek ph urinnya kembali
6. Selanjutnya relawan minum 3 tablet bicarbonas bersama 250 cc air putih. Urin
ditampung setiap 30 menit dan dicek pH urin
7. Responsi tentang farmakologi obat-obat yang dapat mempengaruhi pH urin.
Analisis :
- Setelah pelaksanaan di atas tiap praktikan menganalisis pengaruh perubahan pH
terhadap nasib suatu obat yang dieksresikan melalui urin
- Analisis berpedoman pada buku teks Farmakalogi dan buku eks Klinik serta
berbagai informasi dari internet (cybermedic)

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

24
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI (GUSPr.6)

SISTEM GENITOURINARI

PRAKTIKUM

: SISTEM GENITOURINARI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: Mahasiswa memahami histopatologi dan morfologi


system genitourinary
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
1. Mahasiswa mengenal histopatologi dan morfologi
kelainan pada gaster.
2. Mahasiswa mengenal histopatologi dan morfologi
kelainan pada hati.
3. Mahasiswa mengenal histopatolgi dan morfologi
kelainan pada saluran empedu.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

: 1. Mahasiswa mendatangani absen yang telah


tersedia.
2. Pembagian kelompok praktikum oleh tutor.
3. Pre test praktikum oleh tutor
4. Memperhatikan objek praktikum dan gambarkan
dengan menggunakan pinsil merah dan biru.
5. Diskusi dan jurnal pelaporan praktikum
6. Post test praktikum oleh tutor.

Ginjal normal terletak di daerah pinggang kiri-kanan. Saluran kemih mulai dari pelvis
ureter kandung kemih uretra. Parameter adanya kelainan / penyakit ginjal dan saluran
kemih dapat berupa keluhan pegal nyeri pinggang, kolik (nyeri spasmodik) dan kelainan
dalam berkemih (tidak lancer, menetes, harus dengan mengejan, tak terkontrol), sifat air
kemih yang dikeluarkan (keruh, kuning, seperti teh/kehitaman, merah dan darah) sampai
timbulnya hipertensi dan edema/anasarka. Untuk dapat menerangkan hubungan hal seperti
tersebut di atas dengan letak-letak derajat kelainan patologinya, perlu diingat kembali :
A.
-

Sifat / Daya Regenerasi Struktur Dasar Ginjal :


Gelung glomerulus
Tubulus
Jaringan intertitialis
Pembuluh darah

B.
-

Kasus
Penyakit ginjal polikistik
Pielonefritis Kronik
Glomerulonefritik Kronik
Deskripsi kelainan yang tampak pada sediaan.
Perkiraan derajat gangguan fungsional yang terjadi akibat kelainan tersebut, dan gejala
klinik yang akan ditimbulkannya.
Jelaskan perjalanan penyakit / prognosisnya, apabila tidak ditanggulangi.

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

25
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (GUSPr.7)

Bentuk Sediaan Obat & Kajian Interaksi Obat


Pada Resep Polifarmasi Obat Sistem Saluran Genitourinari
Tujuan

Materi
praktikum

Pelaksanaan

1. Memperlihatkan

bentuk-bentuk sediaan obat sistem saluran


urogenitalis cerna yang lazim digunakan di klinik.
2. mengenal dan memahami interaksi yang mungkin terjadi pada
resep polifarmasi obat sistem saluran urogenitalis.
I.
Bentuk sediaan obat
1. Sediaan padat (solid )
- tablet
- capsul
- kaplet
- powder
2. 2. Sediaan cair
- sirup
- emulsi
- suntikan (ampul)
II
1.

2.

Resep-resep polifarmasi
Sediaan obat sistem saluran urogenitalis
- mahasiswa dapat mengetahui bentuk sediaan obat sistem
saluran urogenitalis.
- mahasiswa dapat mengkaji dan mendiskusikan:
kelebihan dan kekurangan dari tiap bentuk sediaan obat
kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
komponen dari bentuk sediaan obat
bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu
Resep polifarmasi
- mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem saluran
urogenitalis di Apotik.
- mahasiswa mengenal :
nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.
Mahasiswa dapat mengkaji ada atau tidak adanya interaksi
Farmaseutik, farmakokinetik atau farmakodinamik dari sediaan
dalam resep polifarmasi tersebut.

3.
Pelaporan
Laporan p Praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk makalah yang
diketik berisi mengenai :
- f
Farmakologi masing-masing sediaan obat
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

26

keuntungan dan kerugian dalam bentuk sediaan yang digunakan


kajian ada atau tidaknya interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik
pada resep polifarmasi obat system saluran urogenitalis.
Makalah di kumpul 1 minggu sebelum praktikum dilaksanakan.
Catatan

Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat
dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan
atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua
akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :

1.
2.
3.
4.

Interaksi dalam absorbsi di saluran urogenitalis


Interaksi dalam distribusi
Interaksi dalam metabolisme
Interaksi dalam ekskresi

INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada
sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)
Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:

A
B

I
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

27

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK (GUSPr.8)

Faal Ginjal: PEMERIKSAAN UREUM (CARA BERTHELOT)


Sample : serum
Reagent :
1.
2.
3.
4.

Urease Suspension
Standard Urea Solution (40 mg/dl)
Phenol Reagent (R3)
Hypoclorite Solustion (R4)

Reaksi Solusi :
R3 : Reagent 3 dilarutkan menjadi 500 ml dengan aquabidest
R4 : Reagent 4 dilarutkan menjadi 500 ml dengan aquabidest
Cara kerja :
I. Ambil 20 ul serum ditambah dengan 500 ul NaCl 0,9% (tabung 1)
Ambil 20 ul standard ditambah dengan 500 ul NaCl 0,9% (tabung 2)
II.
1. Ambil 50 ul serum yang diencerkan dari tabung 1
2. Ambil 50 ul standard yang diencerkan dari tabung 2
3. Ambil 50 ul aquabidest (blank)
]
Ke dalam semua tabung 3, 4, 5 ditambah 20 ul ureases suspensi

III.
V.
VI.

]
]

Inkubasi ke tiga tabung tersebut pada 370C selama 15 menit


IV.
Tambahkan ke dalam ke tiga tabung tersebut 500 ul R3 dan 500 ul R4
Inkubasi ke tiga tabung tersebut pada 370C selama 15 menit
Baca OD pada gelombang 578 nm
Perhitungan :

OD Sample x 40
OD S tan dard
Ureun (mg/dl) =
Bila hasil diatas 200 mg/dl : serum harus diencerkan dengan cara :
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

28

Ambil 100 ul serum ditambah dengan 200 ul NaCl 0,9%


Bila serum diencerkan maka hasil yang didapat di kali 3.

KREAT ININ

Bahan : Serum, urine


Alat yang digunakan : Spektrofotometer 492 nm
Prosedur :

Serum atau
1+99 urine
diencerkan
Standard Solution
(3)

Sample

Standard

500 ul

500 ul

1000 ul

1000 ul

Lar. Buffer (1)

Campur dan biarkan selama 5 menit pada suhu ruangan, kemudian tambahkan : Picrid
Acid (2)
1000 ul
1000 ul
Campur dan biarkan selama 1 menit kemudian ukur absorbance A1, 5 menit kemudian
ukur absorbance A2.
Perhitungan :
* Serum

Kons. Kreatinin =

As2 As1
Ast 2 Ast1

mg/dl

* Urine

Kons. Kreatinin =

As2 As1
Ast 2 Ast1

x 100 mg/dl
Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Kurikulum FK USU 2016

29

PEMERIKSAAN URIC ACID


Bahan : Serum, plasma Heparin, plasma EDTA, urine.
Alat baca : Spektrofotometer : 520 nm, 546 nm
Cara kerja :

Sampel
Lar. Standar (2) (8 mg/dl)
Lar. Pereaksi (1)

Sampel

Standar

20 ul

20 ul

1000 ul

1000 ul

Campurkanlah dan inkubasikan : ukur absorbance dari sampel (As) dan standar (Ast)
terhadap larutan pereaksi (1) setelah 15 hingga 30 menit.

As X 8
Ast
Perhitungan : Uric Acid =

mg / dl

Buku Panduan Mahasiswa

Genito Urinary System

Anda mungkin juga menyukai