VII.
PENUNTUN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM ANATOMI (GUSPr.1)
TATA TERTIB
LABORATORIUM ANATOMI FK USU
1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal, berpenampilan
rapi dan sopan, serta menggunakan sepatu.
2. Hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu.
3. Wajib membawa Atlas Anatomi.
4. Sebelum masuk praktikum, mahasiswa wajib mempelajari topik yang akan
dibicarakan.
5. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban dan ketentraman.
6. Bagi yang tidak memenuhi aturan di atas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku di Departemen Anatomi FK USU.
Struktur anatomi ren (ginjal)
Pelajarilah bentuk dan panjang urethra dan bagaimana membedakan urethra pada pria
dan wanita
Pelajarilah bagian urethra pada laki-laki : pars prostatica, pars membranacea dan pars
spongiosum serta muara-muara yang terdapat pada urethra pars prostatica
Pelajarilah prostat; bentuknya, apa yang melewatinya dan bagaimana (apa saja yang
ditimbulkannya) jika terjadi pembesaran prostat .
Pelajarilah pola distribusi vascularisasi, innervasi dan aliran lymphe urethra
Pelajarilah a. iliaca communis, a. iliaca externa & hipogastrica beserta vena yang
mengikutinya
Perhatikanlah pola distribusi cabang hypogastrica menuju alat-alat dalam dan dinding
panggul.
Pelajarilah daerah aliran-aliran vena hypogastrica
Pelajarilah pola distribusi inervasi dari alat-alat dan bangunan didalam panggul dan
dinding panggul
Perhatikanlah letak nodi lymphatici dan aliran didalam panggul beserta daerah
alirannya
PRAKTIKUM
URINARY TRACT
TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati struktur saluran kemih.
Sediaan jaringan :
No
Nama Organ
.
1.
Kidney
2.
Ureter
3.
Urinary bladder
4.
Urethra
Kode Sediaan
US 1
US 2
US 3
MRS 5
Gambar 1
Kidney (US-1)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 1
No.
1.
Perihal
Struktur renal corpuscle
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Deskripsi
Struktur
tubulus kontortus distal
Struktur makula densa
Struktur apparatus
jukstaglomerular
Struktur duktus koligens
Gambar 2
Ureter (US-2)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No.
Perihal
1. Jenis epitel mukosa
2. Struktur lamina propria
3.
4.
Bentuk lumen
Struktur lapisan muskular
5.
Struktur adventitia
Deskripsi
Gambar 3
Urinary Bladder (US-3)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 3
No.
Perihal
1.
Jenis epitel mukosa
2.
Struktur lamina propria
3.
4.
Struktur adventitia
Deskripsi
Gambar 4
Urethra (MRS-5)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ___________________________
4. ___________________________
2. ___________________________
5. ___________________________
3. ___________________________
6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No.
Perihal
1.
Jenis epitel mukosa
2.
3.
Deskripsi
1.
2.
3.
URINALISA
Kwantitatif
10
11
Semikuantitatif
Kuantitatif
g / liter
<1
1-3
3-5
b. Asam Sulfosalisilat
1.
Ke dalam 2 ml urin tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalisilat
20 % kemudian kocok.
2.
Adanya kekeruhan / endapan yang timbul diperhatikan dan dibandingkan dengan
2 ml urin dalam tabung lain.
Pelaporan
Bila ke dua tabung tidak berbeda kejernihannya, maka hasilnya negatif.
Bila timbul kekeruhan, test perlu dilanjutkan dengan pemanasan sampai mendidih,
kemudian didinginkan kembali dengan air mengalir. Bila kekeruhan tetap ada berarti
hasilnya positif.
Jika kekeruhan menghilang pada pemanasan, tetapi muncul kembali setelah dingin,
mungkin disebabkan adanya protein Bence Jones, perlu diselidiki lebih lanjut.
c. Carik celup
Prinsip pemeriksaan protein pada carik celup ( strip ) berdasarkan fenomena indikator
tertentu memberikan warna yang berbeda pada cairan yang bebas protein dengan yang
mengandung protein. Derajat
perubahan warna tergantung kadar protein dalam cairan sehingga perubahan warna itu
menjadi ukuran semikuantitatif.
Perhatikan saat pembacaan carik celup harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat
carik celup. Pemeriksaan carik celup hanya sensitif terhadap albumin saja. Sehingga
Buku Panduan Mahasiswa
12
sering terjadi perbedaan hasil antara test kekeruhan dengan carik celup. Globulin globulin termasuk protein Bence Jones tidak dapat dinyatakan oleh test carik celup.
GLUKOSA
Penetapan adanya Glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda - beda azasnya. Cara yang tidak spesifik adalah menggunakan sifat glukosa
sebagai zat pereduksi.
Tes Benedict dan Fehling adalah berdasarkan reduksi kupri sulfat. Umumnya zat
pereduksi lain dalam urin tidak mengganggu tes ini.
Protein bila dalam jumlah besar dalam urin dapat dihilangkan dengan cara pemanasan,
kemudian disaring.
Cara spesifik untuk penetapan glukosuria, yaitu dengan menggunakan enzym glukosa
oksidase yang membuat reaksi sehingga terjadi perubahan warna.
TEST SEMIKUANTITATIF
a. Cara BENEDICT
Reagensia
Cu SO4.5H2O
Na- atau K- sitrat
Na-karbonat kristal
(Atau na-karbonat anhydrosus)
Air suling hingga
17,3 g
173,0 g
20 g
10 g
1000 g
13
4 banding 1.
3. Campur dan panaskan di atas api hingga mendidih sambil
menggoyangkan tabung perlahan - lahan ( dalam waterbath seperti pada
test Benedict )
Pelaporan
----------------------------------------------------------------------------------------------Hasil warna
Kadar Glukosa
----------------------------------------------------------------------------------------------Negatif Biru, tidak ada perubahan
< 0,2 g / dl
1+
Hijau, Kuning hijau
< 0,5 g / dl
2+
Kuning
0,5 - 1,0 g / dl
3+
Kuning Kemerahan
1,0 - 2,0 g / dl
4+
Merah batu bata
> 2 g / dl
Diantara reagensia yang mengandung garam kupri dalam penentuan glukosa dalam
urin, reagensia Benedict merupakan yang terbaik. Walaupun demikian perlu diingat
reaksi reduksi tidak spesifik untuk glukosa. Monosakharida lain, seperti
galaktosa,fruktosa, ataupun disakharida seperti laktosa.
Beberapa zat bukan glukosa seperti asam homogentisat, alkapton, asam salisilat,
formalin, glukoronat, vitamin C dosis tinggi dapat mengadakan reduksi, sehingga
memberikan reaksi positif palsu.
c. Cara Carik Celup
Berdasarkan enzim glukosa oksidase,cara ini lebih sensitif dan spesifik.
Sensitivitas cara carik celup 0,1 g/dl sedangkan tes reduksi ( Benedict dan Fehling ) 0,2
g/dl. Cara pemeriksaan harus mengikuti petunjuk dari pabrik yang membuatnya.
Walaupun test ini spesifik dan hanya membutuhkan waktu singkat akan tetapi juga
mempunyai beberapa kelemahan seperti hasil negatif palsu bila urin mengandung zat
pereduksi seperti vitamin C
,keton dan asam homogentisat.
TEST GLUKOSA KUANTITATIF
A.
B.
Cara BENEDICT
Menggunakan alat POLARIMETER
18 g
Na2CO3.0aq
100 g
Atau Na2CO3.10 aq
200 g
Na-Sitrat
200 g
K-rhodanida(K-Sulfosianat)
125 g
Buku Panduan Mahasiswa
Lar.K-Ferrosianida 5 %
Aquadest.ad
14
5 ml
1000ml
Sebelum dipergunakan reagensia ini diuji dengan larutan glukosa yang diketahui
kadarnya.
Cara pemeriksaan
1. Masukan 5,0 reagent ke tabung reaksi lebar (diameter + 4cm)
2. Tambahkan + 1-2 g Na-karbonat dan butir kaca.
3. Panaskan diatas api kecil hingga mendidih sambil menggoyangkan.
4.
Teteskan urin dengan pipet 1 ml yang bersksls 0,01 ml cairan harus mendidih.
5.
Pada saat warna biru mulai menghilang, penambahan urin harus diperlambat detik
tiap tetes.
6.
Apabila dipakai kurang dari 1 ml urin maka tes sebaiknya diulang dengan mengencerkan
urin 5x dengan air suling (tiap 5,0 ml reagensia direduksi oleh 0,01 glukosa).
UROBILIN
Asas
Urobilinogen dalam urin yang baru dikemihkan dioksidasi oleh larutan lugol menjadi
urobilin. Reagens Schlesinger bereaksi dengan urobilin, memberikan fluoresensi hijau .
Cara Schlesinger
Reagensia Schlesinger : Zinc asetat jenuh dalam alcohol 95 %
Cara pemeriksaan :
1. Kedalam 2-3 ml urin dibubuhi beberapa (2-4) tetes larutan lugol,campur dan
diamkan selama lebih kurang 5 menit.
2. Tambahkan reagens Schlesinger (jumlah sama banyak dengan jumlah urin),
campur dan saring.
3. Perhatikan adanya fluoresensi hijau pada filtrat dibawah cahaya terang,latar
belakang hitam.
Pelaporan
Intensitas Fluoresensi dilaporkan sebagai :Negatif,1+,2+,3+.
Catatan
Urin yang sebelum diperiksa sudah berfluoresensi tidak dapat diperiksa dengan cara
ini,test urobilin diganti dengan test urobilinogen dengan menggunakan urin segar.
Jika terdapat bilirubin,maka urin terlebih dahulu harus ditambahkan kalsium hidroksida
padat,kemudian disaring.
Filtratnya dipakai untuk percobaan.
Buku Panduan Mahasiswa
15
UROBILINOGEN
Penentuan kualitatif dan semi kualitatif menurut WALLACE dan DIAMOND.
Urobilinogen yang tidak berwarna membentuk warna merah setelah dibubuhi reagens
Erlich( Benzahldehyde )
Bahan pemeriksaan
Harus urin segar,karena bila didiamkan sebagian akan berubah menjadi urobilin oleh
pengaruh cahaya.Untuk urin 24 jam perubahan untuk menjadi urobilin dapat dicegah
dengan penampungan dalam botol berwarna yang dibubuhi 5 g anhydrous Na-Carbonat.
Reagensia EHRLICH
p-dimethyl-aminobenzaldehyde
4g
HCl pekat
100 ml
Air suling
100 ml
Cara pemeriksaan
1 . Kedalam 10 ml urin dalam tabung dibubuhi 1 ml reagens Ehrlich,campur dan
diamkan 10 menit.
2 . Perhatikan perubahan warna.
3 . Melihat dari atas tabung reaksi yang diletakan pada posisi vertical dengan
sepotong kertas putih dibawahnya.
Pelaporan
Pada keadaan normal tidak timbul warna,merah jambu samara-samar (negatif atau 1+).
Bila tampak warna merah tua lanjutkan pemeriksaan dengan mengencerkan urin secara
berkala 10x,20x,30x dan seterusnya,dan dilakukan lagi pemeriksaan menurut Wallace
dan Diamond seperti diatas.
Laporkan hasil pengenceran tertinggi dimana urobilinogen masih positif, misalnya 1 : 50
positif, 1 : 60 negatif.
Nilai Normal
Pada keadaan normal keadaan tertinggi yang meraih positif adalah 1 : 30
Meninggi apabila hasil 1 : 40 keatas.
16
Obat pyridium bereaksi dengan reagens EHRLICH ( obat ini memberikan warna merah
kepada urin )
Porfobilinogen ,indol dan bilirubin bereaksi dengan reagens Ehrlich, memberikan warna
masing-masing merah terang,merah,hijau.Formaldehid memberikan warna kuning.
BILIRUBIN
A. Percobaan Busa
Dapat dilakukan disamping tempat tidur, akan tetapi test ini kurang sensitif.
Cara pemeriksaan
1.
Tabung reaksi diisi setengah penuh dengan urin dan diberi penutup, kemudian
kocok kuat - kuat.
2.
Perhatikan warna busa, apabila busa berwarna kuning, kemungkinan besar
terdapat bilirubinuria dan test ini dilaporkan positif.
Positif palsu
Obat - obatan pyridium, actiflavine dapat membrikan hasil positif palsu
B. Percobaan Harrison
Azas
Bilirubin dalam urin diendapkan oleh Barium khlorida dan dipekatkan pada kertas kering.
Reagens Fouchet akan memberikan warna hijau pada biliverdin yang timbul karena
oksidasi bilirubin.
Reagensia Fouchet
Asam trikiorasetat
25 g
Air suling
100 ml
Campur kemudian tambahkan 10 ml larutan ferriklorida 10 %.
Cara pemeriksaan
1.
Ke dalam 5 ml urin ditambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10 % kemudian
disaring.
2.
Endapan yang melekat pada kertas saring dikeringkan.
3.
Reagens Fouchet diteteskan kepada kertas saring yang mengandung endapan
tersebut.
4.
Perhatikan timbulnya warna hijau.
Pelaporan
Dengan Reagens Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau,
tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain seperti bilisianin
berwarna biru atau cholestelin berwarna kuning. Maka hanya warna hijaulah yang
dianggap positif. Perbedaan konsentrasi dapat dilaporkan dengan negatif, 1+, 2+
C.Cara Carik Celup
Reaksi diasotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diaso pada carik celup.
Warna yang terjadi ditentukan oleh jenis senyawa dengan diaso yang terdapat dalam
carik celup, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bilirubin secara
terbatas.
Harus memakai urin segar dan ikuti petunjuk cara pemeriksaan dari pabrik pembuat
reagen carik celup.
Buku Panduan Mahasiswa
17
SEDIMEN URIN
Asas
Endapan urin yang diperoleh setelah dipusing diperiksa dibawah mikroskop dan dihitung
unsur sel dan silinder.
Sebaiknya digunakan urin yang baru dikemihkan (segar) untuk menghindarkan
perubahan morfologi unsur sedimen.
Pada urin dengan berat jenis <1,007 eritrosit akan menghemolisis dan leukosit
mengembang.
Cara pemeriksaan
1.
Botol berisi urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang homogen.
2.
Sebanyak 10-12 ml urin dituang ke dalam tabung sentrifus.
3.
Urin disentrifus selama 3-5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.
4.
Isi tabung dituang habis (gerakkan 1 kali dan cepat), kemudian tegakkan tabung
hingga cairan yang melekat pada dinding mengalir ke dasar tabung hingga
volumenya kira - kira 0,5 ml.
5.
Dasar tabung pertama diketok beberapa kali agar sisa urin dan endapan
tercampur
6.
Letakkan setetes campuran tersebut di atas kaca obyek bersih dan tutup dengan
kaca penutup.
7.
Periksa di bawah mikroskop dengan kondensor diturunkan.
Buku Panduan Mahasiswa
8.
9.
10.
18
0,25 g
95 %
100 ml
2. Eritrosit
Normal < 3 sel/LPB. Dalam urin pekat eritrosit akan mengerut (crenated).
Mengembang urin encer dan tampak seolah - olah tanpa isi karena Hb telah ke luar
(ghost atau shadow cell). Kadang - kadang perdarahan saluran kemih bagian bawah
memberikan bekuan darah dalam urin. Membedakan eritrosit dari sel ragi yaitu
dengan menambahkan setetes asam asetat 2 % pada sediaan sedimen. Eritrosit
Buku Panduan Mahasiswa
19
akan hemolisis sedang sel ragi akan makin jelas dan intinya akan tampak. Pada
wanita hematuria perlu dibedakan dari haid.
3. Selinder ( Torak )
Sel epitel yang tercetak dan dilepaskan oleh sel tubulus ginjal disebut silinder epitel.
Proses degenerasi sel epitel akan merubah morfologi menjadi silinder bergranula,
kasar atau halus.
Silinder gagal ginjal.
Berasal dari epitel dengan perbedaan ukuran yaitu >2-6 x silinder biasa.
Diduga terbentuk dalam tubulas colligentes.
4. Sel Epitel
Bentuk sel epitel kemih berbeda - beda dari atas sampai ke bawah. Adanya sel - sel
epitel yang berasal dari traktus urogenitalis bagian atas menunjukkan pelepasan
abnormal sel epitel. Dikenal 3 jenis sel epitel :
a. Epitel kecil dan bulat, bentuknya polihedral, ukurannya 1/3 lebih besar dari
leukosit berasal dari lapisan dalam jaringan traktus urogenitalis. Biasanya tidak
dijumpai dalam urin normal. Apabila sel berbentuk poligonal dengan inti relatif
besar dan sitoplasma berisi granula atau butir lemak, maka kemungkinan besar
sel tersebut berasal dari tubulus ginjal. Hal ini dapat dibuktikan bila sel tersebut
dijumpai dalam silinder
b. Sel transisional dengan diameter 2-4 kali lebih besar dari leukosit. Bentuknya
dapat seperti buah jambu, spindel shape atau bulat dengan semacam ekor. Inti
tampak jelas, bulat atau oval dan kecil bila dibandingkan dengan sitoplasma sel.
Sel ini umumnya berasal dari sel epitel kandung kemih, ureter dan pelvik ginjal.
c. Sel skuamosa yang besar dengan inti kecil bulat atau oval. Berasal dari
permukaan uretra atau vagina. Sel skuamosa dari vagina biasanya lebih besar,
tipis dan sering ada lekukan pada sudut sel. Adanya epitel ini pada umumnya
tidak mempunyai makna klinik. Pada flour albus didapat banyak sel epitel jenis
ini disamping leukosit dalam jumlah banyak.
5. Benda lemak oval
Sel epitel berisi butir - butir lemak dan saring di dapatkan pada sindroma nefrotik. Butir
- butir lemak dapat dikenal dengan menggunakan zat warna terhadap lipid seperti III
atau IV.
Sedimen TELESKOP
Unsur - unsur sedimen yang lazim dijumpai pada 3 stadium glomeluro-nefritis kronik
tetapi di sini dijumpai bersama -sama.
Glomerulo-nefritis akut : eritrosit dan silinder eritrosit.
Sindroma nefrotik ; silinder hialin, silinder bergranula atau berisi sel, benda lemak oval
dan doubel refractilefat bodies ( juga protein uria berat )
Glomerulo-nefritis kronik : silinder epitel lebar disamping proteinuria ringan.
B. UNSUR NON ORGANIK
Buku Panduan Mahasiswa
20
KRISTAL
Kebiasaan melaporkan unsur sedimen yang unorganized seperti amorf dan kristal
kurang bermanfaat untuk klinik kecuali apabila ada kristal sistine, sulfa atau jengkol
(pada pasien dengan anuria). Pada penyakit hati akut berat dapat tampak kristal tirosin
dan atau kristal leusin.
PEMERIKSAAN URIN RUTIN DENGAN STRIP BERGANDA
Beredar di pasaran strip berganda untuk pemeriksaan urin rutin. Strip ini memeriksa
sekaligus beberapa parameter, misalnya : pH, nitrit, protein, glukosa, benda keton,
urobilinogen, bilirubin, darah, leukosit. Ada pula strip berganda yang pembacaannya
dapat dilakukan secara otomatik dengan menggunakan alat khusus dengan azas
refleksi.
Hasilnya dicetak langsung pada formulir. Pemeriksaan cara ini perlu dilengkapi dengan
sedimen urin cara konvensional terutama apabila eritrosit dan leukosit memberikan
hasil patologik. Berat jenis bila diperlukan diperiksa tersendiri, misalnya dengan alat
refraktometer.
Cara Pemeriksaan :
Pemanasan hingga 400C 600C (penyaring)
Test toluene sulfonic acid (TSA)
Elektroforesis
Imunodifusi
TES TOLUENE SULFONIC ACID (TSA)
Reagensia :
p-toluene sulfonic acid
12 g
acetic acid
100 ml
Asas
TSA mempresipitasi protein Bence Jones walaupun jumlah protein tersebut kecil (0,3
mg/dl dalam urin) dan tidak mempresipitasi albumin. Globulin hanya hanya diendapkan
oleh TSA pada kadar > 5 mg/dl.
Cara pemeriksaan
1. Ke dalam 2 ml urin ditambahkan 1 ml reagens TSA secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung selama 15 menit 30 30 detik.
2. Ketok tabung dengan jaringan.
Pelaporan
Buku Panduan Mahasiswa
21
Presitipasi yang terbentuk dalam waktu 5 menit adalah sesuai dengan adanya protein
Bence Jones. Kemungkinan positif/negatif palsu ada.
BENDA KETON
Benda Keton dalam urin : aseton, aseto-asetat, asam betahydroxy-butirat.
Ketonuria adalah keadaan dimana didapat benda keton dalam urin. Percobaan terhadap
benda keton perlu diperksa bila ada glukosuria berat misalnya 3+ dan pada keadaan
kelaparan.
TEST ROTHERA
Asas
Na-nitropusid bereaksi dengan asam aseto-asetat dan aseton memberikan warna ungu.
Reagensia
Rothera :
ammonium sulfat
Na-nitropusid
Amonia larutan pekat
Cara pemeriksaan :
1. Ke dalam 5 ml urin dalam tabung dibubuhi 1 g ammonium sulfat dan 2-3 tetes
larutan Na-nitropusid
2. Tambahkan amonia
Pelaporan
Cincin lembayung akan timbul diantara lapisan cairan 1 dan 2.
TEST DENGAN MENGGUNAKAN TABLET
Asas
Berdasarkan reaksi dari Na-nitropusid, disodium phosphate dan amino acetic acid.
Cara pemeriksaan :
1. Tablet diletakkan diatas sepotong kertas putih
2. Setetes urin diteteskan diatas tablet tersebut.
Pelaporan
Baca setelah 30 detik
Warna violet akan timbul bla test positif : 1+ atau 2+
CARA STRIP
Strip mengandung nitropusid
Bandingkan perubahan warna strip dengan skala warna pembanding yang tersedia.
CARA GERHARDT
Asas
Ferrichlorida bereaksi dengan asam aseto-asetat memberikan warna coklat merah
(anggur port). Test ini lebih peka pada test Rothera.
Reagensia
Larutan Ferrichlorida 10%
Dalam air suling
Cara pemeriksaan :
Buku Panduan Mahasiswa
22
1. Tambahkan tetes demi tets reagens Gerhardt ke dalam 5 ml urin sehingga fosfat
mengendap
2. Saring dan lanjutkan penambahan reagen
Pelaporan
Urin berwarna merah (anggur port) bila ada diacetic acid. Test ini tidak spesifik. Positif
palsu : salisilat, antipirin, Na-carbonat.
TEST ESBACH
Asas
Protein dalam urin oleh asam picrin. Tingginya lapisan endapan diukur. Mencerminkan
kadr protein dalam urin (cara kwantitatif).
Reagensia Esbach :
Asam picrin
1g
Citric aci
2g
Air suling hingga
100 ml
Cara pemeriksaan :
1. Urin disaring, ukur BJ > 1.010 urin Diencerkan dengan air suling dalam jumlah
yang sama. hasil dikalikan dengan angka 2.
2. Ukur pH, bubuhi 1-2 tetes asam asetat 22% apabila urin lindi.
3. Tabung esbach diisi dengan urin tersebut hingga tanda U dan kemudian
ditambah reagens Esbach hingga tanda R yang tertera pada tabung Esbach.
4. Tutup tabung dengan penutupnya, campur isi tabung dengan jalan
membalikkannya perlahan-lahan hingga 12 kali
5. Letakkan dalam posisi tegak lurus selama 24 jam.
Pelaporan
Tingginya endapan putih dibaca melalui garis-garis yang tertera pada tabung. Dilaporkan
dalam satuan g/liter urin. Laporkan juga jumlah urin 24 jam. Garis-garis pembacaan
jumlah protein pada tabung Esbach telah ditentukan secara empirik oleh pabrik. Jangan
lupa memperhitungkan faktor pengenceran.
23
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (GUSPr.5)
24
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI (GUSPr.6)
SISTEM GENITOURINARI
PRAKTIKUM
: SISTEM GENITOURINARI
Ginjal normal terletak di daerah pinggang kiri-kanan. Saluran kemih mulai dari pelvis
ureter kandung kemih uretra. Parameter adanya kelainan / penyakit ginjal dan saluran
kemih dapat berupa keluhan pegal nyeri pinggang, kolik (nyeri spasmodik) dan kelainan
dalam berkemih (tidak lancer, menetes, harus dengan mengejan, tak terkontrol), sifat air
kemih yang dikeluarkan (keruh, kuning, seperti teh/kehitaman, merah dan darah) sampai
timbulnya hipertensi dan edema/anasarka. Untuk dapat menerangkan hubungan hal seperti
tersebut di atas dengan letak-letak derajat kelainan patologinya, perlu diingat kembali :
A.
-
B.
-
Kasus
Penyakit ginjal polikistik
Pielonefritis Kronik
Glomerulonefritik Kronik
Deskripsi kelainan yang tampak pada sediaan.
Perkiraan derajat gangguan fungsional yang terjadi akibat kelainan tersebut, dan gejala
klinik yang akan ditimbulkannya.
Jelaskan perjalanan penyakit / prognosisnya, apabila tidak ditanggulangi.
25
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (GUSPr.7)
Materi
praktikum
Pelaksanaan
1. Memperlihatkan
2.
Resep-resep polifarmasi
Sediaan obat sistem saluran urogenitalis
- mahasiswa dapat mengetahui bentuk sediaan obat sistem
saluran urogenitalis.
- mahasiswa dapat mengkaji dan mendiskusikan:
kelebihan dan kekurangan dari tiap bentuk sediaan obat
kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
komponen dari bentuk sediaan obat
bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu
Resep polifarmasi
- mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem saluran
urogenitalis di Apotik.
- mahasiswa mengenal :
nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.
Mahasiswa dapat mengkaji ada atau tidak adanya interaksi
Farmaseutik, farmakokinetik atau farmakodinamik dari sediaan
dalam resep polifarmasi tersebut.
3.
Pelaporan
Laporan p Praktikum dibuat oleh setiap grup/meja praktikum dalam bentuk makalah yang
diketik berisi mengenai :
- f
Farmakologi masing-masing sediaan obat
Buku Panduan Mahasiswa
26
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat
dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan
atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua
akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :
1.
2.
3.
4.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada
sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)
Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:
A
B
I
Buku Panduan Mahasiswa
27
Urease Suspension
Standard Urea Solution (40 mg/dl)
Phenol Reagent (R3)
Hypoclorite Solustion (R4)
Reaksi Solusi :
R3 : Reagent 3 dilarutkan menjadi 500 ml dengan aquabidest
R4 : Reagent 4 dilarutkan menjadi 500 ml dengan aquabidest
Cara kerja :
I. Ambil 20 ul serum ditambah dengan 500 ul NaCl 0,9% (tabung 1)
Ambil 20 ul standard ditambah dengan 500 ul NaCl 0,9% (tabung 2)
II.
1. Ambil 50 ul serum yang diencerkan dari tabung 1
2. Ambil 50 ul standard yang diencerkan dari tabung 2
3. Ambil 50 ul aquabidest (blank)
]
Ke dalam semua tabung 3, 4, 5 ditambah 20 ul ureases suspensi
III.
V.
VI.
]
]
OD Sample x 40
OD S tan dard
Ureun (mg/dl) =
Bila hasil diatas 200 mg/dl : serum harus diencerkan dengan cara :
Buku Panduan Mahasiswa
28
KREAT ININ
Serum atau
1+99 urine
diencerkan
Standard Solution
(3)
Sample
Standard
500 ul
500 ul
1000 ul
1000 ul
Campur dan biarkan selama 5 menit pada suhu ruangan, kemudian tambahkan : Picrid
Acid (2)
1000 ul
1000 ul
Campur dan biarkan selama 1 menit kemudian ukur absorbance A1, 5 menit kemudian
ukur absorbance A2.
Perhitungan :
* Serum
Kons. Kreatinin =
As2 As1
Ast 2 Ast1
mg/dl
* Urine
Kons. Kreatinin =
As2 As1
Ast 2 Ast1
x 100 mg/dl
Buku Panduan Mahasiswa
29
Sampel
Lar. Standar (2) (8 mg/dl)
Lar. Pereaksi (1)
Sampel
Standar
20 ul
20 ul
1000 ul
1000 ul
Campurkanlah dan inkubasikan : ukur absorbance dari sampel (As) dan standar (Ast)
terhadap larutan pereaksi (1) setelah 15 hingga 30 menit.
As X 8
Ast
Perhitungan : Uric Acid =
mg / dl