ENDOMETRIOSIS
PEMBIMBING:
dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG
Oleh:
Halisyah Hasyim Lubis 140100091
Inggrid Hanna Napitupulu 140100146
Haryodi Sarmana Putra 140100217
Astriyani br Kemit 120100318
Endometriosis merupakan salah satu kelainan ginekologis yang sering terjadi pada
wanita usia reproduksi. Dewasa ini, endometriosis mendapat banyak perhatian dari para
peneliti dan ahli. Di negara – negara maju dan berkembang telah banyak penelitian yang
dilakukan terhadap endometriosis, namun patogenesis dari endometriosis masih belum
diketahui secara pasti. Teori mengenai mekanisme endometriosis semakin berkembang
seiring dengan meningkatnya temuan baru yang ditemukan para peneliti dan ahli. Hampir
seluruh kasus endometriosis terjadi asimtomatik ataupun dengan gejala klinis yang bias
dengan penyakit ginekologis lain, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis pada tahap
awal terjadinya penyakit ini.
Endometriosis terjadi ketika salah satu jaringan normal dari lapisan uterus, yaitu
endometrium, tumbuh secara ektopik pada organ-organ tubuh selain uterus. Jaringan
ektopik endometrium dapat tumbuh di hampir seluruh organ yang ada di tubuh manusia.
Secara normal, endometrium merupakan lapisan terdalam pada uterus selain peritoneum
dan miometrium. Lapisan endometrium berperan penting dalam proses menstruasi dan
proses berkembangnya uterus menuju uterus yang matang dan siap menjadi tempat
berkembangnya fetus pada masa kehamilan. Jika jaringan endometrium tumbuh di luar
uterus jaringan ini akan menyebabkan iritasi dan inflamasi di organ dan rongga sekitar
tempat berkembangnya jaringan ektopik endometrium, pada akhirnya hal tersebut akan
menimbulkan gejala klinis sesuai dengan organ yang menjadi tempat terjadinya
endometriosis.
A. Definisi
Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip
endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi luar kavum uterus, dan
memicu reaksi peradangan menahun.
Endometriosis sering ditemukan pada wanita remaja dan usia reproduksi dari
seluruh etnis dan kelompok masyarakat, walaupun tidak tertutup kemungkinan
ditemukannya kasus pada wanita perimenopause, menopause dan
pascamenopause. (Saghar, 2009)
C. Etiopatogenesis
Regurgitasi haid
Gangguan imunitas
Luteinized unruptured follicle (LUF)
Spektrum disfungsi ovarium
Mekanisme Perkembangan Endometriosis: (Falcone, 2010)
D. Faktor Resiko
Faktor risiko termasuk usia, peningkatan jumlah lemak tubuh perifer, dan gangguan
haid, kebiasaan merokok, kebiasaan hidup, dan genetik. Faktor genetik berperan 6 – 9 kali
lebih banyak dengan riwayat keluarga terdekat menderita.
E. Diagnosis
i. Anamnesis
Keluhan utama pada endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik
kronis yang disertai infertilitas juga merupakan masalah klinis utama
pada endometriosis.18 Endometrium pada organ tertentu akan
menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga
lokasi penyakit dapat diduga. (Mounsey et al, 2010)
iv. Pencitraan
v. Laparoskopi
F. Stadium
G. Komplikasi
H. Prognosis
Pada kasus endometriosis, salah satu yang terpenting adalah penderita harus
diberikan konseling dan pengertian tentang penyakit yang dideritanya secara tepat. Pasien
harus diberi pengertian bahwa pengobatan yang diberikan belum tentu dapat
menyembuhkan. Operasi definitif tidak dapat memberikan kesembuhan total, sekalipun
resiko kambuh sangat rendah resikonya (3%). Resiko kekambuhan lebih rendah dengan
diberikannya terapi sulih hormon estrogen. Setelah dilakukan operasi konservatif, tingkat
kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi. Jumlah kasus yang terjadi rata - rata
melebihi 10% dalam tiga tahun dan 35 % dalam lima tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Giudice LC. Endometriosis. The New England Journal of Medicine 362 [25], 24-6-
2010; 2389-2398
Saghar S, Sene AA, Mehjerdi EK, and Akhoond MR. The Correlation between
Serum and Peritoneal Fluid CA 125 Level in Women with Pelvic Endometriosis.
International Journal of Fertility and Sterility.Royan Institute 3 [1], 2009; 29-34