Disusun Oleh:
1. Elsa rahmadi januastuti
2. Rabiatul adawiyah
3. Ryan erlangga purwanto
4. Saufi yaumil mahfuz
5. Wahyu firmansyah
6. Yuniar pratiwi
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah
artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian
besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ
reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang
merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa
sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia
reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok
tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik,
ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas
yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%;
sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak
25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah
ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu,
untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu
dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka
kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua
operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering
didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat.
Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita
yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata
fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang
peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad,
1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian
endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka
kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh
Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada
wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada
wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh
laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita
mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.
B. Rumusan Masalah
B. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
9. Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk
kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
C. Menifestasi klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareuni / nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian bawah abdomen selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b. Diare, konstipasi dan kolik
D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan
sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju
ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
E. Pathway
Mikroorganisme masuk ke
Gangguan sistem hormonal tubuh dalam tubuh
Mikroorganisme
Gangguan sekresi, Meningkatnya Menghasilkan magropag
ekstrogen dan progestron
Merangsang
perkembangbiakan sel-sel
Dari infundibukun Masuk peradaran abnormal meningkat
tuba falopi darah dan limpa
ENDOMETRIOSIS
F. Kalsifikasi
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim
disebut Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut
”true endometriosis”
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam
uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding
belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium. Endometriosis genetalia
eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan di
kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.
G. Tingkat endotriosis
Secara garis besar endometriosis ini dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan
beratnya penyakit :
1. Stage 1 : Lesi besrsifat superficial, ada perlengketan di permukaan saja
2. Stage 2 : Adanya pelengketan sampai di daerah cul-de-sac
3. Stage 3 : Sama seperti stage 2, namun disertai endometrioma yang kecil pada
ovarium dan ada perlengketan juga yang lebih banyak.
4. Stage 4 : Sama seperti stage 3, namun disertai endometrioma yang besar dan
perlengketan yang sangat luas.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara
lain:
1. Uji serum
a. CA-125 : sensitifitas atau spesifisitas berkurang
b. Protein plasenta 14 : mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial : sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound : dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
b. MRI : 90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan : melalui laparoskopi dan eksisi.
I. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan
endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga
jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati Obat-obatan ini
bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
a. Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose,
b. Progestrogen seperti provera, primolut
c. GnRH
d. Pil kontrasepsi kombinasi.
Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.
Obat Efek samping Obat
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri Pil KB
payudara,
kombinasi estrogen peningkatan nafsu makan, kombinasi estrogen
progestin pembengkakan pergelangan progestin
kaki, mual, perdarahan
diantara 2 siklus menstruasi,
trombosis vena dalam
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus Progestin
menstruasi, perubahan
suasana hati, depresi,
vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, Danazole
suara lebih berat,
pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering,
pembengkakan pergelangan
kaki, kram otot, perdarahan
diantara 2 siklus, payudara
mengecil, perubahan
suasana hati, kelainan fungsi
hati, sindroma terowongan
karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, Agonis GnRH
pengeroposan tulang,
perubahan suasana hati.
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi
endometriosis. Pada endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan
pembedahan. Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang seringkali
dilakukan pada prosedur laparoskopi. Pembedahan biasanya dilakukan pada
kasus berikut:
a. Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari
3,8-5 cm
b. Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
c. Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
d. Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat
hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Untuk membuang
jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atas sinar laser.
Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena
endometriosis sering berulang.
3. Laparoscopy
Laparoscopy adalah prosedur operasi yang paling umum untuk diagnosis dari
endometriosis. Laparoscopy adalah prosedur operasi minor (kecil) yang
dilakukan dibawah pembiusan total, atau pada beberapa kasuskasus dibawah
pembiusan lokal. Ia biasanya dilakukan sebagai suatu prosedur pasien rawat
jalan. Laparoscopy dilakukan dengan pertama memompa perut dengan
karbondioksida melalui sayatan kecil pada pusar. Sebuah alat penglihat
(laparoscope) yang panjang dan tips kemudian dimasukan kedalam rongga
perut yang sudah dipompa untuk memeriksa perut dan pelvis. Endometrial
implants kemudian dapat dilihat secara langsung. Selama laparoscopy, biopsi-
biopsi (pengeluaran dari contoh-contoh jaringan kecil untuk pemeriksaan
dibawah mikroskop) dapat juga dilakukan untuk diagnosis. Adakalanya
biopsi-biopsi yang diperoleh selama laparoscopy menunjukan endometriosis
meskipun tidak ada endometrial implants yang terlihat selama laparoscopy.
4. Eksisi
5. Biopsi endometrium
6. Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim)
hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan
obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi. Setelah
pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera
setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih
banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa
yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
a. Dysmenore primer ataupun sekunder
b. Nyeri saat latihan fisik
c. Dispareun
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h. Hipermenorea
i. Menoragia
j. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
k. Konstipasi, diare, kolik
4. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
5. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau akhir menstruasi.
6. Review of system
Breath : Tachikardi
Blood : Anemia
Brain : -
Bladder : Oliguri
Bowel : Konstipasi
Bone : Nyeri
Reproduction system : Nyeri saat menstruasi dan koitus.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat
menstruasi.
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif per vaginam saat
menstruasi
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan rasa nyeri saat melakukan hubungan
seksual
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infertile
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat
menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi:
a. Klien mengatakan nyeri berkurang
b. Klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit,
keringat berkurang.
Intervensi Rasional
Bantu pasien menemukan posisi Memodifikasi reaksi fisik dan psikis
nyaman. terhadap nyeri
Bantu untuk melakukan tindakan Meningkatkan relaksasi, membantu
relaksasi, distraksi, massage. untuk memfokuskan perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping.
Pantau/ catat karakteristik nyeri Untuk mendapatkan indicator nyeri.
( respon verbal, non verbal, dan
respon hemodinamik) klien
Kaji lokasi nyeri dengan memantau Untuk mendapatkan sumber nyeri.
lokasi yang ditunjuk oleh klien.
Kaji intensitas nyeri dengan Nyeri merupakan pengalaman
menggunakan skala 0-10. subyektif klien dan metode skala
merupakan metodeh yang mudah serta
terpercaya untuk menentukan
intensitas nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik tersebut bekerja
( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan menghambat sintesa prostaglandin
Midol. dan midol sebagai relaksan uterus.
Tunjukan sikap penerimaan respon Ketidakpercayaan orang lain membuat
nyeri klien dan akui nyeri yang klien klien tidak toleransi terhadap nyeri
rasakan. sehingga klien merasakan nyeri
semakin meningkat.
B. Saran
Menyajikan karya tulis yang lebih Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kebaikan kedepannya agar penyusun dapat baik lagi.
DAFTAR FUSTAKA
Alam, Syamsir dan Hardibroto Iwan. 2007. Endometriosis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Disitasi
dari http://asuhan-keperawatan patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-endometriosis .html
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta