PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulis gunakan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori
Berisikan tentang laporan pendahuluan pada klimakterium dan
asuhan keperawatan pada klimakterium secara teori.
3. BAB III Pembahasan
Berisikan tentang asuhan keperawatan sesuai kasus lengkap
4. BAB IV Penutup
E. Manfaat Penulisan
Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan referensi tentang
pendidikan kesehatan pada wanita premeopause dalam sarana
pembelajaran keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Klimakterium
Klimakterium merupakan peralihan masa reproduksi dan semium
dimulai dari 6 tahun sebelum menopause berakhir 6-7 tahun setelah
menopause. (Sarwono, 2007). Sedangkan menurut Chris Dolken
(2008), klimakterium merupakan suatu periode dimana terjadi
penurunan aktivitas ovarium yang pada akhirnya berhenti.
Klimakterium adalah proses penuaan dari seorang wanita dari masa
reproduktif ke masa nonreproduktif.
Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita
dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. Fase terakhir
dalam kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir (Kasdu,
2002).
Klimakterium mengacu pada periode kehidupan seorang wanita saat ia
berpindah dari tahap reproduktif ketahap tidak reproduktif, disertai
regresi fungsi ovarium (Bobak,2005).
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generative ataupun endrokinoligik dari ovarium (Baziad, 2003)
Menurut Adji (2007) klimakterium adalah berhentinya menstruasi
karena berhentinya proses fisiologis akibat menurunnya esterogen
tanpa obat-obatan.
2. Masa Klimakterium
Menurut siklus kehidupan manusia normal, setiap manusia akan
mengalami proses. Sehubungan dengan hal itu,kehidupan seorang
wanita juga mengalami fase-fase perkembangan tersebut. Dalam hal
ini fase-fase yang berkaitan dengan fungsi organ reproduksi wanita.
Fase tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu masa sebelum, sedang
berlangsung dan setelah menstruasi.
Masa Klimakterium ini berlangsung secara bertahap menurut
Kasdu(2002) sebagai berikut :
a. Premenopause : Masa sebelum berlangsungnya peri menopause,
yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya
keluhan atau tanda-tanda menopause. mulai pada usia 40 tahun.
Perdarahan terjadi karena menurunnya kadar hormon
esterogen,insufisiensi corpuslutheum,kegagalan proses ovulasi,
sehingga bentuk kelainan haid dapat bermanifestasi seperti
amenorrhae, polimenorrhae serta hipermenorrhae.
b. Perimenopause :periode dengan keluhan memuncak ,rentang 1-2
tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Masa wanita
mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali.
Pada masa ini menopause masih berlangsung. Keluhan sistimatik
berkaitan dengan vasomotor, keluhan yang sering dijumpai adalah
berupa gejolak panas ( hot flushes ), berkeringat banyak, depresi ,
serta perasaan mudah tersinggung.
c. Post menopause : masa setelah menopause sampai senilis.
Masa berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause.
Keluhan lokal pada sistim urogenital bagian bawah, atrofi vulva
dan vagina menimbulkan berkurangnnya produksi lendir atau
timbulnya nyeri senggama.
Setelah periode klimakterium selesai, selanjutnya wanita akan
mengalami periode postmenopause, yang selanjutnya periode
senilis (Kasdu,2002). Pascamenopause adalah fase di mana
ovarium tidak berfungsi sama sekali. Kadar estradiol berada antara
20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin meningkat.
Peningkatan hormon gonadotropin ini
3. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi
berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti
sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan
menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen,
gangguan umpan balik pada hipofise.
5. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2003) patofisiologi, yaitu :
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generative ataupun endokrinologi dari ovarium. Penurunan produksi
hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada seorang wanita,
sedangkan penurunan fertilitas sangat bergantung pada usia wanita
tersebut, dan jarang menimbulkan keluhan yang berarti. Fertilitas
wanita dan laki-laki pada usia 20-24 tahun adalah 100%. Pada usia 35-
39 tahun fertilitas wanita hanya tinggal 60%, sedangkan laki-laki
masih tetap tinggi, yaitu 95%. Pada usia 45-49 tahun fertilitas wanita
tinggal 5% saja dan pada laki-laki mencapai 80%.
Klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. Disebut pascamenopause bila telah mengalami
menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Senium adalah
pascamenopause lanjut, yaitu setelah uisa 65 tahun. Bila ovarium tidak
berfungsi lagi pada usia < 40 tahun disebut klimakterik prekok
Phatway
MENOPAUSE
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan urin, darah, pap
smear/ IVA test, mammography, USG, kolesterol, pemeriksaan
hormone FSH, LH dan TSH
b. Perubahan hormone
Menurunnya kadar hormon progresteron menyebabkan
terjadi perubahan haid menjadi sedikit,jarang, bahkan siklus
haidnya mulai terganggu.Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya
selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon esterogen (Kasdu,
2002).
Beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh akibat kekurangan
hormon esterogen (sindroma kekurangan esterogen) sebagai
berikut :
1) Gangguan sistim vasomotor (saraf yang mempengaruhi
penyempitan atau pelebaran pembuluh darah) berupa hot
flushes ,vertigo,keringat banyak,parestesia.;
2) Gangguan sistim konstitusional berupa berdebar debar ,nyeri
tulang belakang, nyeri otot, dan migrain serta rasa takut.;
3) Gangguan sistim psikis dan neurotik berupa depresi, kelelahan
fisik, insomatik, susah tidur serta rasa sakit. ;
4) Sistim lainnya berupa keputihan,sakit saat senggama,terganggu
libido, gangguan haid, dan pruritus vulva (gatal pada alat
kelamin luar wanita).
10. Komplikasi
a. Penyakit Jantung Koroner
Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh
darah meliputi :
kulit terasa kering, keriput dan longgar dari ototnya oleh karena
turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk
wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar
ke tengkuk (hot flushes), mudah berdebar - debar terjadi tekanan
darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.
(Manuaba, 1999)
Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
menyebabkan meningkatkan faktor resiko terhadap terjadinya
aterosklerosis. Khususnya mengenai sklerosis primer koroner dan
infark miocard akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar
estrogen menurun.
b. Masalah urogenital
1) Katidakmampuan mengendalikan buang air kecil
(inkontinensia)
2) Infeksi saluran kemih
c. Osteoporosis
Dengan turunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast
yang berfungsi membentuk tulang baru terhambat dan fungsi
osteoclast merusak tulang meningkat. Akibat tulang tua diserap
dan dirusak osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang baru oleh
osteoblast, sehingga tulang menjadi osteoporosis.
d. Dimensia
Wanita pascamenopause biasanya kemampuan berfikir dan
ingatnnya menurun hal ini merupakan pengaruh dari menurunnya
hormon estrogen, dimana hormon estrogen ini dapat
mempengaruhi kerja dari degenerasi sel – sel saraf dan sel – sel
otak. ( Manuaba, 1999)
3. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien
TTV
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Inspeksi
Palpasi
Keluhan yang berhubungan
Mata
Alat bantu
Inspeksi
Palpasi
Hidung
Inspeksi
Palpasi
Mulut dan Tenggorokan
Inpeksi
Leher
Inspeksi
Palpasi
Dada, Paru-paru, Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Genitalia dan Status Reproduksi
Kehamilan
Buah dada
Vagina
Personal hygiene
Perdarahan
Status Neurologis
GCS
Refleks Patologis
Refleks Fisiologis
Ekstremitas
Keadaan ekstremitas
Atropi
ROM
Edema
Cyanosis
Akral
Kekuatan Otot
Nadi perifer
Capilarry refilling
Nyeri
Integumen
Inpeksi
Palpasi
Eliminasi
Mobilisasi dan latihan
Nutrisi dan cairan
Aktivitas / istirahat
Pola tidur
4. Aspek Psikososial
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan labolatorium
6. Analisa Data
Estrogen dan
progesterone
menurun
Terjadinya hot
flushes
Menimbulkan
perasaan panas dalam
tubuh
Berkeringat
Terjadi gangguan
tidur
2 DS : -klien Hormone estrogen Nyeri Akut
mengatakan nyeri saat dan progesterone
berhubungan seksual menurun
DO : Vagina mengering
Klien tampak
meringis Daerah sensitive sulit
untuk dirangsang saat
berhubungan seks
Terjadi dispareunia
Nyeri akut
3 DS : -klien Kurang infromasi Difisit
mengatakan tidak tahu yang di dapat klien Pengetahuan
apa yang terjadi pada
tubuhnya Klien kurang
-klien mengatakan pengetahuan tentang
tidak pernah hal yang di alami
mendapatkan pada dirinya
informasi sebelumnya
tentang hal yang Defisit pengetahuan
dialaminya
DO :
Klien tampak
bingung
4 DS : -klien Ovarium tidak dapat Ansietas
mengatakan merasa menghasilkan
tidak tenang pikiran hormone dalam
dan hatinya jumlah cukup
DO : Lapisan Rahim
Klien tampak berhenti menebal
cemas
Klien tampak Amenore sekunder
gelisah
Ketakutan
ansietas
5 DS : -klien Hormone estrogen Disfungsi
mengatakan tidak dan progesterone seksual
nyaman saat menurun
berhubungan seksual
-klien mengatakan Vagina mengering
sulit mencapai
orgasme Daerah sensitive sulit
untuk dirangsang saat
DO : berhubungan seks
Vagina klien
mengering Terjadi dispareunia
Alat kelamin luar
Nampak mengecil Nyeri
Sulit mencapai
orgasme
Gangguan aktivitas
seks
Perubahan fungsi
seks
Disfungsi seksual
7. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pola Tidur b/d hot flash
b. Nyeri Akut b/d psikologik (contoh : sendi, tuang belakang, usia
lanjut)
c. Difisit Pengetahuan b/d kurangnya informasi tenang klimakterium
d. Ansietas b/d stres psikologis
e. Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/fungsi seksual
8. Intervensi Keperawatan
LAPORAN KASUS
Pembahasan Kasus
Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus tersebut dapat
disimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah tanda klien mengalami
Premenopouse yang ditandai dengan usia klien yang sudah memasuki fase
terakhir masa reproduksi, siklus haid yang tidak teratur selama 6 bulan terakhir,
emosi tidak stabil, rasa panas di wajah dan leher, adanya rasa nyeri saat
berhubungan intim karena vagina nya kering sehingga klien tidak mau diajak
berhubungan.
Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Tempat tanggal lahir : Bandung, 03 April 1973
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Bandung/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Antapani No.147, Bandung
Diagnosa Medis : Klimakterium
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab : Tn. N
Hubungan dengan Klien : Suami
Alamat : Jl. Antapani No.147, Bandung
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan utama :
Siklus menstruasi tidak stabil.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan siklus menstruasi tidak teratur sudah
berlangsung selama 6 bulan, terasa nyeri dan kering di bagian
vagina, sulit tidur karena merasa kepanasan, emosi sering tidak
stabil dan terdapat kemerahan di wajah.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat Haid
1) Menrache : 14 Tahun
2) Siklus haid : 28 – 30 hari
3) Durasi haid : 5 – 7 hari
4) Dismenore : ada, didaerah panggul dan perut
5) Perlangsungan : normal
b. Riwayat obstetri
1) Kehamilan : klien pernah hamil 3 x
2) Abortus : tidak ada
3) Partus : 3x
4) Pemakaian obat kontrasepsi : tidak ada
c. HPHT : 11 Januari 2020
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular maupun
penyakit keturunan dalam keluarga klien.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : compos mentis
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 73 x/menit
R : 23 x/menit
S : 36,8°C
2. Kulit
Terdapat kemerahan (flusher) pada wajah, sensasi panas, banyak
keringat dan kadang terjadi kedinginan, kulit tipis dan kering.
3. Kepala
Simetris, tidak ada lesi, rambut mulai beruban
a. Muka
Terlihat cemas, pada kulit wajah tampak kemerahan dan
tumbuh bercak – bercak kecoklatan.
b. Mata
Pupil isokor kiri dan kanan, palpebra hitam, fungsi mata
menurun.
c. Telinga
Simetris, pendengaran tidak terganggu
d. Hidung
Simetris, tidak ada massa, fungsi penciuman baik
e. Mulut
Bibir agak kering, tidak ada sianosis
4. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan
JVP, mobilisasi leher baik.
5. Dada
a. Paru – paru
1) Inspeksi : bentuk simetris, gerak pernafasan
normal
2) Palpasi : taktil fremitus norma.
3) Auskultasi : suara napas normal
b. Jantung
1) Palpasi : iktus kordis teraba
2) Auskultasi : bunyi jantung s1 s2
6. Abdomen
1) Inspeksi : Normal
2) Palpasi : Normal
3) Auskultasi : tidak terdapat bising usus
7. Genitalia
Vagina lebih kecil dan dinding tipis, kering, plastisitas menurun
dan menstruasi tidak teratur.
8. Ekstremitas
Tampak adanya nyeri pada ekstremitas bawah dibagian tumit/
9. Kuku
Mengalami kerapuhan namun bersih
E. Analisa Data
Do:
- Klien tampak
lemas dan pucat
- Klien tampak
cemas dengan
keadaannya
- Wajah klien
tampaktelihatku
rang istirahat
- Klien tampak
ketakutan
TTV:
TD : 130/80 mmHg
S : 36,8°C
R : 23x/menit
N : 73x/menit
Do:
- Klien tampak
lemas
- Klien tampak
pucat
- Klien tampak
cemas dan
kebingungan
TTV:
TD : 130/80 mmHg
S : 36,8°C
R : 23x/menit
N : 73x/menit
F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hot flushes.
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur fungsi
seksual.
3. Kecemasan berhubungan dengan stress psikologis, perjalanan
stress penyakit.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
G. Intervensi Keperawatan
P:
13:00 7. Memberikan pengetahuan pada
klien dan keluarga tentang
1. Observasi TTV
klimakterium dan menopouse
2. Monitor pola tidur
Respon: klien masih merasa
3. Monitor kecemasan
cemas karena takut terkena
4. Berikan edukasi pada klien
penyakit lain
dan keluarga
5. Observasi disfungsi seksual
1. Observasi TTV
2. Monitor pola tidur
3. Monitor kecemasan
4. Berikan edukasi pada klien
dan keluarga
5. Observasi disfungsi seksual
21:00 1. Mengkaji TTV S:
Respon: 1. Klien mengatakan sulit tidur
TD: 120/80mmHg saat malam hari karena rasa
S: 36,50C panas di wajah dan leher
RR: 20x/menit 2. Klien mengatakan merasa
N: 72x/menit lebih tenang
3. Klien mengatakan mulai
22:00 2. Mengkaji kebiasaan pola tidur mengerti tentang kondisinya
klien O:
Respon: klien tidur dengan 1. TTV
keadaan gelap TD: 120/80mmHg
S: 36,50C
23:00 3. Menganjurkan klien memakai RR: 20x/menit
pakaian yang menyerap N: 72x/menit
keringat 2. Kecemasan klien berkurang
Respon: untuk menghindari 3. Kulit tampak merah
rasa panas 4. Klien mulai paham dengan
keadaannya
24:00 5. Palpebra tampak hitam
4. Mengkaji kenyamanan klien
6. Tidur klien terganggu
Respon: klien ingin tidur dalam
karena kepanasan
keadaan gelap
A:
01:00
5. Mengontrol klien
1. Disfungsi seksual belum
Respon: klien istirahat/tidur
teratasi
02:00
2. Gangguan pola tidur belum
6. Mengontrol klien
teratasi
Respon: klien istirahat/tidur
3. Kecemasan teratasi
03:00
sebagian
7. Mengontrol klien
4. Kurang pengetahuan teratasi
Respon: klien terbangun karena
sebagian
merasa panas
8. Menganjurkan klien untuk
P:
mengganti pakaian dan
1. Observasi TTV
mencuci muka
2. Monitor pola tidur
Respon: untuk mengurangi rasa
3. Monitor kecemasan
panas
04:00 4. Berikan edukasi pada klien
9. Mengontrol klien dan keluarga
Respon: klien istirahat/tidur 5. Observasi disfungsi seksual
05:00
10. Memfasilitasi klien untuk
personal hygiene
Respon: personal hygiene klien
terpenuhi
06:00
11. Melakukan ferbedden
Respon: untuk meningkatkan
kenyamanan klien
Sabtu, 16 Mei 1. Gangguan pola tidur 07:00 1. Mengkaji TTV S:
2020 berhubungan Respon: 1. Klien mengatakan sulit tidur
dengan hot flushes TD: 120/80mmHg saat malam hari karena rasa
2. Disfungsi seksual S: 36,80C panas di wajah dan leher
berhubungan RR: 22x/menit 2. Klien mengatakan sudah
dengan perubahan N: 75x/menit tidak terlalu cemas
struktur fungsi 3. Klien mengatakan mulai
seksual mengerti tentang kondisinya
2. Mengkaji bagaimana
3. Kecemasan O:
istirahat/tidur klien
berhubungan 1. TTV
Respon: tidur masih terganggu
dengan stress 08:00 TD: 120/80mmHg
karena rasa panas
psikologis, S: 36,80C
perjalanan stress RR: 22x/menit
3. Kolaborasi pemberian obat
penyakit N: 75x/menit
sesuai instruksi dan indikasi
4. Kurang 2. Kecemasan klien berkurang
Respon: terapi pengganti
pengetahuan 09:00 3. Kulit tampak merah
estrogen
berhubungan 4. Klien mulai paham dengan
dengan kurangnya keadaannya
4. Mengkaji tingkat pengetahuan
informasi 5. Palpebra tampak hitam
klien tentang keadaannya
6. Tidur klien terganggu
Respon: klien mulai paham
10:00 karena kepanasan
tentang kedaannya
A:
5. Memberikan edukasi pada klien
1. Disfungsi seksual belum
tentang penggunaan cara/teknik
teratasi
khusus saat berhubungan
11:00
2. Gangguan pola tidur belum
misalnya penggunaan minyak
teratasi
vagina
3. Kecemasan teratasi
Respon: untuk mengurangi
sebagian
nyeri saat berhubungan intim
4. Kurang pengetahuan teratasi
sebagian
6. Anjurkan klien untuk berbagi
pikiran/masalah dengan
12:00 P:
pasangan/orang terdekat
1. Observasi TTV
Respon: mengurangi tingkat
2. Monitor pola tidur
kecemasan klien
3. Monitor kecemasan
4. Berikan edukasi pada klien
7. Anjurkan klien untuk
dan keluarga
menghindari makanan
13:00 5. Observasi disfungsi seksual
berbumbu, pedas dan goreng-
gorengan
Respon: untuk mengurangi rasa
tidak nyaman
14:00 1. Mengkaji TTV S:
Respon: 1. Klien mengatakan masih
TD: 130/80mmHg sering terbangun saat tidur
S: 36,90C karena rasa panas di wajah
RR: 22x/menit dan leher
N: 74x/menit 2. Klien mengatakan merasa
lebih tenang emosinya
15:00 2. Anjurkan klien untuk terkendali
menghindari beraktivitas di 3. Klien mengatakan
cuaca yang panas mengerti tentang kondisinya
Respon: untuk mengurangi rasa O:
panas 1. TTV
TD: 130/80mmHg
16:00 3. Diskusikan tentang perlunya S: 36,90C
pengaturan/diet makanan dan RR: 22x/menit
penggunaan suplemen N: 74x/menit
Respon: untuk meningkatkan 2. Kecemasan klien berkurang
kesehatan 3. Kulit tampak merah
4. Klien paham dengan
17:00 keadaannya
4. Mengkaji keluhan yang sedang
5. Palpebra tampak hitam
dirasakan klien
6. Tidur klien masih terganggu
Respon: rasa panas pada wajah
karena kepanasan
dan leher masih terasa, dan
masih kesulitan tidur A:
18:00
1. Disfungsi seksual belum
5. Memberikan edukasi pada klien
teratasi
tentang gejala dan penyebab
2. Gangguan pola tidur belum
klimakterium/menopouse
teratasi
Respon: klien memahami apa
3. Kecemasan teratasi
yang disampaikan
sebagian
19:00
4. Kurang pengetahuan sudah
6. Kolaborasi pemberian obat
teratasi
sesuai instruksi dan indikasi
Respon: terapi pengganti
P:
estrogen
1. Observasi TTV
20:00
2. Monitor pola tidur
7. Menciptkan lingkungan yang
3. Monitor kecemasan
aman dan nyaman untuk klien
4. Observasi disfungsi seksual
Respon: memberikan
5. Observasi disfungsi seksual
kenyamanan pada klien
A:
5. Mengontrol klien
Respon: klien istirahat/tidur
1. Disfungsi seksual belum
01:00 teratasi
6. Mengontrol klien
2. Gangguan pola tidur belum
Respon: klien terbangun karena
teratasi
rasa panas
3. Kecemasan teratasi
02:00 4. Kurang pengetahuan teratasi
7. Menganjurkan klien mencuci
P:
muka
1. Observasi TTV
Respon: untuk mengurangi rasa
2. Monitor pola tidur
panas 3. Observasi disfungsi seksual
03:00
8. Mengontrol klien
Respon: klien istirahat/tidur
04:00
9. Mengontrol klien
Respon: klien istirahat/tidur
05:00
10. Memfasilitasi klien untuk
personal hygiene
Respon: personal hygiene klien
terpenuhi
06:00
11. Melakukan ferbedden
Respon: untuk meningkatkan
kenyamanan klien
P:
1. Observasi TTV
3. Observasi disfungsi
seksual
PENUTUP
SIMPULAN
Klimakterium merupakan peralihan masa reproduksi dan semium
dimulai dari 6 tahun sebelum menopause berakhir 6-7 tahun setelah
menopause. (Sarwono, 2007). Sedangkan menurut Chris Dolken (2008),
klimakterium merupakan suatu periode dimana terjadi penurunan aktivitas
ovarium yang pada akhirnya berhenti. Klimakterium adalah proses
penuaan dari seorang wanita dari masa reproduktif ke masa
nonreproduktif.
Ada pula tanda dan gejala umum, yaitu : ketidakteraturan siklus
haid, hot flushes (panas pada kulit), berdebar debar karena terjadi
peningkatan denyut jantung, sakit kepala, kaki dan tangan terasa dingin,
vertigo, cemas, gelisah, insomnia, keringat waktu malam, penurunan daya
ingat, tidak dapat berkonsentrasi, lelah, penambahan berat badan.
Jadi berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus tersebut
dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah tanda klien
mengalami Premenopouse yang ditandai dengan usia klien yang sudah
memasuki fase terakhir masa reproduksi, siklus haid yang tidak teratur
selama 6 bulan terakhir, emosi tidak stabil, rasa panas di wajah dan leher,
adanya rasa nyeri saat berhubungan intim karena vagina nya kering
sehingga klien tidak mau diajak berhubungan. Sehingga dari gejala-gejala
tersebut didapatkan diagnosa klimakterium.Sehingga dapat diambil
diagnosa keperawatan yaitu : gangguan pola tidur berhubungan dengan hot
flushes, disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur fungsi
seksual, kecemasan berhubungan dengan stes psikologis, kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kurannya informasi. Sehingga setelah
dilakukan implementasi selama 3x24 jam pasien diharapkan merasa lebih
baik. Menurut kasdu (2002) masa Klimakterium berlangsung bertahap,
yaitu : premenopause, perimenopause, post menopause.
SARAN
Bagi wanita yang memasuki fase terakhir masa reproduksi yang di
mulai usia sekitar 40 tahun diharapkan untuk mencari informasi yang
benar dan tepat berkenaan dengan usia separuh baya, baik itu melalui
penyuluhan kesehatan desa, lewat media massa, buku, ataupun bertanya
pada orang-orang yang ahli di bidangnya.
Untuk keluarga klien diharapkan dapat selalu mendampingi klien
melewati fase-fase tersebut karena klien butuh dukungan dari orang-orang
terdekat agar klien tidak stress dan cemas, serta dapat menenangkan klien
ketika emosi klien sedang tidak stabil karena emosi yang tidak stabil
merupakan salah satu gejala dari klimakterium.
Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan penting dalam
memberikan edukasi pengetahuan kepada klien dan keluarga seputar masa
klimakterium. Sebagai perawat diharapkan senantiasa berupaya
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang lebih profesional dalam kasus ini perawat harus
memiliki pengetahuan tentang masa klimakterium sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Daftar Pustaka