Disusun oleh :
1. A.FAJAR KURNIAWAN
2. ADE IRAWAN
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.RIRIS FRIANDI. M,kep
Judul................................................................................................................................... i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................
1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................ 2
A. Pengerti evaluasi………………… ....................................................................................2
B. Penilaian evaluasi…………………………....................................................................... 2
C. Pengertian dokumentasi….……......................................................................................... 3
D. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas......................................................................3
E. Penilaian dokumentasi…………………………................................................................4
F. Askep dokumentasi.............................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................... ...11
3.1.Kesimpulan………..................................................................................................... 11
3.2.Saran………............................................................................................................... .11
Daftar Pustaka................................................................................................................................11
LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar, atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Keberhasilan
rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah
sakit. Faktor yang paling dominanyang mempengaruhi mutu adalah sumber daya manusia.
Diantara sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada
pasien,yang paling banyak jumlahnya adalah perawat dan bidan,yaitu 40%dari jumlah tenaga
yang ada. Untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien, dibutuhkan
kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah, jenis dan kualifikasi dengan kebutuhan
pelayanan yang diperlukan (Dep.Kes RI, 2001).
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses menentukan apakah
ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa,
2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir
proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif. (Nursalam, 2008)
TUJUAN.
Tujuan kajian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam mengevaluasi asuhan
keperawatan.
METODE
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu kajian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistic(Moleong,2010:6). Metode yang digunakan adalah metode diskriptif,yaitu penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih tanpa
membuat perbandingan(Sugiyono,2010). Hal ini dianggap sesuai dalam menjelaskan masalah
yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat pada rumah sakit.
HASIL
Pada aspek evaluasi yang dinilai dari evaluasi yang ditulis perawat pada catatan rekam medik
pasien adalah 1) Apakah evaluasi mengacu pada tujuan. 2) Hasil evaluasi tercatat dengan baik.
evaluasi yang dilakukan dan ditulis dengan benar di catatan rekam medik pasien mendapt nilai
dua, ruangan yang memperoleh nilai tinggi pada pelaksanaan evaluasi adalah ruang bedah
pria(C) dan pada ruang bedah wanita (K), yaitu memperoleh nilai 17 dengan persentase
penggunaan tempat tidur pada ruangan bedah pria (C) adalah 71% dalam satu bulan dari jumlah
tempat tidur 40 dengan jumlah perawat sebanyak 23 orang dan persentase penggunaan tempat
tidur pada ruang bedah wanita (K) adalah 89%, dari jumlah tempat tidur 30 tempat tidur dengan
jumlah perawat 19 orang. Untuk ruangan yang memperoleh nilai terendah adalah ruang penyakit
dalam pria (G) yaitu 8, dengan persentase penggunaan tempat tidur 62% dalam satu bulan dari
jumlah tempat tidur 26 tempat tidur.
BAB II
PEMBAHASAN
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
2) Penilaian keberhasilan
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan
dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor : a) Tujuan tidak realistis. b)
Tindakan keperawatan yang tidak tepat. c) Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat
diatasi.
c) Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan. d) Untuk pengembangan dan penyempurnaan
praktik keperawatan.
a) Pernyataan evaluasi formatif. Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
b) Pernyataan evaluasi sumatif. Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
a) Evaluasi struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
b) Evaluasi proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
c) Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku pasien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Model ini diperkenalkan oleh Dr. LAWRENCE weed at Cast Wester Reserve University in
Cleveland Introduced pada tahun 1969 dengan nama Problem Oriented Medical Record (POMR)
Kemudian diadopsi oleh dunia kebidanan dan keperawatan dengan bentuk Problem Oriented
Record (POR) kemudian dikembangkan menjadi SOAP (Subjektif Information, Objektif
Information, Assesment and Planning)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:
1. PROGRESS NOTE
2. Catatan perawat
Harus ditulis oleh perawat tiap 24 jam, meliputi berbagai informasi tentang : Pengkajian,
Tindakan keperawatan mandiri, Tindakan keperawatan kolaboratif / instruksi dokter, Evaluasi
keberhasilan tiap tindakan keperawatan, Tindakan yg dilakukan oleh dr tetapi mempengaruhi
tindakan keperawatan, dan Kunjungan berbagai team kesehatan misalnya ; visite dokter, pekerja
sosial dan lain lain.
Flowsheet merupakan cara paling efektif dan efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga
kesehatan dapat dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang ada
di Flowsheet. Oleh karena itu Flowsheet lebih sering digunakan di IGD, terutama data fisiologis.
Dimulai sejak tahun 1983 di St Luke Medikal Center In Milkwankee. Charting by
exception adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau
penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Format naratif merupakan
format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.
PIE adalah suatu singkatan dari (Identifikasi Problem, Intervention dan Evaluation). Sistem
pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi – proses pada dokumentasi dengan penekanan
pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan.
Pencatatan Focus adalah suatu proses orientasi dan klien fokus. Hal ini digunakan proses
keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan. Jika menuliskan catatan perkembangan,
format DAR ( Data – Action – Response ) dengan 3 kolum.
Data : Berisi tentang data subyektif dean obyektif yang mengandung dokumentasi
fokus.
Action : Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan
berdasarkan pengkajian / evaluasi keadaan klien.
Response : Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis atau
keperawatan.
Keperawatan gawat darurat bersifat cepat dan perlu tindakan yang tepat, serta memerlukan
pemikiran kritis tingkat tinggi. Perawat gawat darurat harus mengkaji pasien meraka dengan
cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi dengan dokter gawat darurat. Dan harus
mengimplementasikan rencana pengobatan, mengevaluasi evektivitas pengobatan, dan merevisi
perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit. Hal tersebut merupakan tantangan
besar bagi perawat, yang juga harus membuat catatan perawatan yang akurat melalui
pendokumentasian.
Di lingkungan gawat darurat, hidup dan mati seseorang ditentukan dalam hitungan menit. Sifat
gawat darurat kasus memfokuskan kontribusi keperawatan pada hasil yang dicapai pasien, dan
menekankan perlunya perawat mencatat kontribusi profesional mereka.
1. Standar keperawatan
Standar keperawatan merupakan tingkat pelaksanaan yang perawatnya memegang tanggung
jawab, dan didefinisikan sebagai cara seorang perawat yang bijaksana akan memberikan
perawatan lingkungan yang sama atau serupa. Pada tahun 1983, Emergency Nurses
Association (ENA) membuat standar keperawatan untuk semua perawat profesional yang bekerja
di lingkungan gawat darurat. Selanjutnya standar tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk
menentukan apakah kelalaian perawat gawat darurat menyebabkan atau berperan terhadap hasil
pasien yang merugikan.
1. Rekam Medik
1). Rekam medis gawat darurat adalah catatan penting informasi pasien yang berguna untuk
diagnosis dan pengobatan
2). Rekam medis digunakan untuk mempermudah pengantian biaya untuk institusi
3). Rekam medis merupakan catatan legal tentang pasien. Beberapa informasi mungkin saja
diperlukan tidak dalam kaitannya dengan perjalan klinis, seperti untuk investigasi forensik yang
melibatkan pernyataan korban, mekanisme cedera, pola luka dan sebagainya.
3. Pentingnya Dokumentasi
Melakukan dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara terbaik bagi
perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum karena kelalaian dalam pemberian
perawatan
Pemahaman perawat dalam tanggung jawab profesionalnya yang dicapai dengan pembelajaran
standar spesialis nasional, akan meningkatkan apresiasi mereka terhadap nilai dokumentasi
sebagai alat pembuktian bahwa perawat telah memenuhi tugas-tugasnya terhadap pasien.
Pencatatan baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur (FlowSheet) harus
menunjukkan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi,
perancanaan dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan. Serta
melaporkan data-data penting kepada dokter selama situasi serius. Catatan tersebut harus
menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak sebagai advokat pasien ketika terjadi
penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien.
Nilai kemanusian merupakan ide mendasar di balik peran perawat gawat darurat sebagai advokat
pasien. Penunjukan rasa hormat terhadap martabat manusia, menghormati nilai kemanusian salah
satu aspek dari tugas perawat sebagai advokat klien. Melindungi kerahasian dan keselamatan
pasien dan juga melindungi dari praktik medik yang tidak aman, seperti intruksi yang
membahayakan dan sesuatu respon obat yang tidak tepat.
Berdasakan fakta bahwa diagnosis keperawatan adalah koponen dari proses keperawatan, daftar
diagnosis yang disetujui North American Nursing Diagnosis Assocation (NANDA) dan
digabungkan dalam ENA Core Curriculum pada 1987, Perawat UGD dianjurkan untuk
menyimpan daftar tersebut diunitnya sebagai referensi dan mengetahui cara penggunaannya.
Berdasarkan standar praktik ENA, perawat gawat darurat harus memberlakukan Triase untuk
semua pasien yang masuk ke IGD dan menentukan prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan
fisik dan psikologis, dan juga faktor-faktor lain yang memengaruhi pasien sepanjang sistem
tersebut.(ENA 1995)
1. Proses Triase
4) Pengobatan
5) Alergi
7) Tanggal menstruasi terakhir bagi wanita usia subur (jika perlu)
Sumber praktik ENA yang berkaitan dengan perencanaan menyatakan perawat gawat darurat
harus merumuskan rencana Asuhan Keperawatan yang komprehensif untuk pasien UGD dan
berkolaborasi dalam perumusan keseluruhan rencana perawatan pasien (ENA 1995).
1). Kesiapan
Elemen penting dari perencanaan adalah kesiapan. Perawat gawat darurat harus siap diri untuk
hal-hal yang tidak diharapkan, yaitu krisis yang pasti akan terjadi di lingkungan ini. Perawat
harus melakukan hal berikut diawal setaiap jam yaitu dengan memeriksa brangkar, senter, alat
pacu jantung ekternal, pelaratan gawat darurat pediatri, dan alat isap, mereka harus memestikan
alat-alat berfungsi dengan baik.(hal ini harus di dokumentasikan untuk referensi selanjutnya)
2). Keselamatan
Salah satu standar keperawatan gawat darurat adalah bahwa perawat gawat darurat harus
mempertahankan lingkungan yang aman bagi sesama staf, pasien, diri sendiri, dan orang lain
yang ada di UGD tersebut.
1. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi menyatakan,perawat gawat darurat
harus mengimplementasikan rencana perawatan berdasarkan data pengkajian, diagnosis
keperawatan dan diagnosis medis (ENA, 1995)
Berikut ini beberapa contoh tindakan perawat gawat darurat dalam pendokumentasian:
Perawat harus mencatat lokasi injeksi IM, jumlah dan jenis obat.
Harus di dokumentasikan pemasangan dan pemeriksaan termasuk warna dan jumlah haluaran.
3) Akses IV
Dari ketiga prinsip ini menurut kamus besar bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut:
Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan tindakan
dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasien, penuh ketelitian dan
berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan sedangkan Cepat adalah
tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan menolong pasien, cekatan, tangkas
serta terampil.
Sementara itu urutan prioritas penanganan Kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :
Kegawatan pada system B-1, B-2, B-3, adalah prioritas utama karena kematian dapat terjadi
sangat cepat, langkah pertolongan ini disebut “ Live Saving First Aid “ yang meliputi :
Dapat disimpulkan, tindakan dilakukan segera dan sesuai dengan standar serta fasilitas yang
tersedia karena faktor waktu dan informasi terbatas untuk mencegah kematian dan mencegah
kecacatan.
Pernyataan standar ENA yang berkaitan dengan evaluasi, bahwa perawat gawat darurat harus
mengevaluasi dan memodifikasi rencana perawatan berdasarkan respon pasien yang dapat
diobservasi dan pencapaian tujuan pasien (ENA,1995)
BAB III
1. A. Kasus
Ny. BR berusia 32 tahun, diterima di IGD RS Restu Bunda pada tanggal 25 Februari 2013, pukul
21.22 WIB dengan keluhan sesak nafas. Ny. BR datang bersama keluarga, saat pemeriksaan
TTV didapatkan hasil, TD = 130/70 mmHg, N = 92 x/menit, RR = 30x/menit. Tingkat kesadaran
Ny. BR Composmentis. Dokter mendiagnosa Ny.BR mengalami Asma.
1. B. Asuhan Keperawatan
2. Identitas Pasien
1. Pengkajian
– Airway
– Breathing
– Circulation
Teraba nadi
– Disability
GCS 15
1. Pengkajian Sekunder
d) Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien baru dating bersama keluarga dengan keluhan sesak
nafas.
1) Kepala
Muka : Sianosis (-), ukuran pupil kanan/kiri: 3 mm/ 3 mm, rangsang cahaya pupil kanan / kiri:
+/+
5) Ekstremitas
1. Analisa Data
d. RR = 30 x/menit
No NIC NOC
E. Implementasi
25/02/2013
F. Evaluasi
25/02/2013 1 S:-
Jam 22.10 O:
– RR = 24 x/menit
BAB V
PENUTUP
1. A. SIMPULAN
Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan
pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan. Perawat
mendokumentasikannya perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi
dan kejelasan dalam menyusun tindakan perawatan lebih lanjut.
1. B. SARAN
a. Seluruh perawat diharapkan agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai cara
pendokumentasian keperawatan sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.
http://handayanilina.files.wordpress.com/2013/06/pegkajian-gadar-dewasa.doc
Dunn,N.William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ,Edisi Kedua cetakan kelima
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Erniati. 2008. Analisis Kinerja Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pada Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Ade Mohammad Djoen Sintang. Tesis. M.Si.UNTAN. Pontianak.
Hardjosoekarto. 2004. Beberapa Perspektif Pelayanan Prima. No.3. Vol IV. Jakarta: Bisnis dan
Birokrasi.
Nugroho D.Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasidan Evaluasi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Simamora, R.H. 2008. Peran Manajer Dalam Pembinaan Etika Perawat Pelaksana Dalam
Peningkatan Kualitas Pelayanan Asuhan Keperawatan. Jurnal: IKESMA. Vol.4, No.2.
Simamora, R.H. 2009. Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press.