NAMA KELOMPOK :
1. AMALIO HANDJAM
3. MARIA FATIMA
KELAS:A
KUPANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul Otitis Media
Kronik dengan baik. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, kami sadar karena
kemampuan kami terbatas. Dan Asuhan Keperawatan ini masih mengandung banyak
kekurangan, untuk itu harapan kami, para pembaca bersedia memberi saran dan pendapat
untuk Asuhan Keperawatan ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan ini, kami atas nama penyusun menyampaikan terimakasih dan semoga menjadi
pedoman dalam pembelajaran kita, khususnya bagi perawat.
Kupang, 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………………....
Bab II Tinjauan Teori
A. Pengertian…………………………………………………………………...............
B. Etiologi……………………………………………………………………………..
C. Patway.. ........ ... ..... .................................. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. .. . . ....
D. Patofisiologi………………………………………………………………………..
E. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………...
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………..
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………
H. Komplikasi…………………………………………………………………………………
.
Asuhan Keperawatan……………………………………………………………….
- Pengkajian………………………………………………………………………
- Diagnosa Keperawatan………………………………………………………….
- Intervensi………………………………………………………………………..
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
dewasa(seopardi,1998). Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Prevalensi terjadinya otitis media diseluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62% sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak
mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari
mereka mengalami 3 kali atau lebih. Di inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal 1
episode sebelum usia 10 tahun(Abidin,2009). Di negara tersebut otitits media paling sering
teerjadi pada usia 3-6 tahun.
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang
di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dalam masyarakat indonesia di kenal dengan
istiah ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini
pada umumnya tidak menunjukkan rasa sakit kecuali apabila terjadi komplikasi
congek/telinga berair.
Prevalensi OMK di dunia berkisar antara 1 sampai 46% pada komunitas masyarakat kelas
menengah ke bawahdi negara-negara berkembang. Adannya prevalensi OMK lebih dari 1%
pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit, Namun hal
ii dapat diatasidengan adanya pelayanan kesehatan masyarakat.Otitis media kronik terjadi
secara perlahan-lahan namun dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian , dalam
penanganannya memerlukan suatu kecermatan dan ketepatan agar dapat dicapai
penyembuhan yang maksimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan Asuhan keperawatan OMK
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian OMK
b. Mengetahui dan memahami Etiologi OMK
c. Mengetahui dan memahami Patofisiologi OMK
d. Mengetahui dan memahami Patway OMK
e. Mengetahui dan memahami Manifestasi klinik OMK
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik OMKK
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Medik OMKK
h. Mengetahui dan memahami komplikasi OMK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian OMK
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum matoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah secara terus –menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat,1997).
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi,1998).
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irrefersibel dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media
akut yang tak tertangani(Alfatih, 2007).
B. Etiologi
Otitismedia kronik terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga(perforasi)
(mediastrore, 2009).
Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh otitis media akut penyumbatan tuba eustacius
cedera akibat masuknya suatu benda kedalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang
terjadi secara tiba-tiba.
Klasifikasi:s
C. Patofisiologi
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium
kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan
keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis
media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar
masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila
terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan
yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan
berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk
jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang
masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap
pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar
untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya
pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan
penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena
adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut
yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen
D. Pathway
Pengobatan OMA yang Infeksi virus atau bakteri Gangguan fungsi tuba
tidak adekuat eustachius
Tekanan
Nyeri b.d proses peradangan
cairan
Kehilangan pendengaran
Otorea yang berbau busuk
Demam
Nyeri retroorbita pada sisi telinga yang terinfeksi
Nistagmus dan vertigo
Paralisis fasial pada sisi telinga yang terinfeksi
Nyeri kepala
Papil edema
G. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna
a. OMSK Benigna Tenang
Pemberian healt education dengan tidak mengorek telinga, tidak memasukkan air ke dalam
telinga saat mandi, tidak berenang saat fase-fase pengobatan. Tindakan selanjutnya lakukan
operasi rekonstruksi (miringioplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang dan
gangguan pendengaran).
b. OMSK Benigna Aktif
Pembersihan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga).
Hal ini dilakukan agar lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme.
Pemberian antibiotik topikal
Antibiotik topikal berupa Polimiksin B atau polimiksin E, Neomisin, Kliramfenikol,
Koli 96%,
Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan berdasarkan kultur kuman penyakit. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1
minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.
2. OMK Maligna
Tindakan yang tepat untuk OMK adalah operasi. Jenis pembedahan atau tehnik operasi yang
dapat dilakukan yaitu:
a. Mastoiditis sederhana
b. Mastoidektomi radikal
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
d. Miringioplasti
e. Timpanoplasti
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda
H. Komplikasi
Menurut Shangbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a.Komplikasi Intratemporal
Mastoiditis Akut
Labrinitis
Petrositis
b. Komplikasi Ekstratemporal
Abses subperiosteal
c. Komplikasi Intrakranial
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
2. Pengkajian Persistem
B3 (Brain) : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing,
refleks kejut
3. Pengkajian Psikososial
4. Pemeriksaan diagnostik
5. Pemeriksaan pendengaran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Cemas
C. INTERVENSI
1. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual dan potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan yang
tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau di prediksi.
BATASAN KARAKTERISTIK :
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya(mis; neonatal infant paen scale, pain Assessment
Checklist for Senior with Limited Ability to Communicate)
Diaforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri(mis: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus , meringis)
Fokus penyempitan (mis: persepsi waktu , proses berpikir, interaksi dengan orang
dan lingkungan )
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri(mis: skala wong-
Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
1. NOC :Kontrol Nyeri
Mengenali kapan 1 2 3 4 5
nyeri terjadi
Menggambarkan 1 2 3 4 5
faktor penyebab
Menggunakan jurnal 1 2 3 4 5
harian untuk
memonitoring gejala
dari waktu ke waktu
Menggunakan
tindakan pencegahan
Menggunakan 1 2 3 4 5
tindakan
pengurangan nyeri
Tanpa analgesik 1 2 3 4 5
Menggunakan
analgisk yang
direkomedasikan
Melaporkan 1 2 3 4 5
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional 1 2 3 4 5
kesehatan
Melaporkan gejala
yang tidak terkontrol
pada pada
profesional
kesehatan 1 2 3 4 5
Menggunakan
sumber daya yang
tersedia
Mengenali apa yang
terkait dengan gejala 1 2 3 4 5
nyeri
Melaporkan nyeri
yang terkontrol 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
NIC:nyeri akut
Pengertian:pengelaman dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
.awitan yang tiba—tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung<6 bulan.
Diagnosa Intervensi
Nyeri akut 1. Pemberian analgesik
2. Pemberian anstesi
3. Pengurangan kecemasan
4. Stimulasi kutaneus
5. Manajemen lingkungan kenyamanan
6. Pengurangan perut kembung
7. Aplikasi panas/dingin
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat IM
10. Pemberian obat IV
2. Hambatan komunikasi verbal
Defiisi : penurunan, hambatan,atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mengirim ,dan/menggunakan sistem simbol
BATASAN KARAKTERISTIK :
defek orofaring
gangguan emosi
gangguan fisiologis(mis: tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, sistem muskuloskletal
melemah)
gangguan perkembangan
gangguan persepsi
gangguan psikotik
gangguan konsep diri
gangguan sistem saraf pusat
hambatan fisik (mis: trakeostomi,intubasi)
hambatan lingkungan
harga diri rendah
kerentanan
ketiadaan orang terdekat
ketidakcukupan informasi
ketidakcukupan stimuli
ketidaksesuaian budaya
program pengobatan
Ketajman 1 2 3 4 5
pendengaran (kiri)
Ketajaman 1 2 3 4 5
pendengaran (kanan)
Konduksi udara pada
suara(kiri) 1 2 3 4 5
Konduksi udara pada
suara (kanan) 1 2 3 4 5
Konduksi tulang
pada suara (kiri)
Konduksi sura pada
tulang (kanan) 1 2 3 4 5
Perbandingan
konduksi udara
dengan tulang 1 2 3 4 5
Perbedaan
pendengaran dari
suara yang berlainan 1 2 3 4 5
Mendengar bisiskan
enam inci dari
telinga kiri (tes
suara) 1 2 3 4 5
Mendengar bisiskan
enam inci dari
telinga kanan (tes
suara) 1 2 3 4 5
Berbalik ke arah
suara
Merespon pada
stimulus 1 2 3 4 5
pendengaran
1 2 3 4 5
NIC:hambatan komunikasi verbal
Diagnosa Intervensi
Hambtan komunikasi 1. Peningkatan komunikasi :kurang pendengaran
verbal 2. Dukungan pengambilan keputusan
3. Manajemen lingkungan
4. Manjemen pengobatan
5. Perawatan telinga
3. Ansietas
definisi : perasaan tidak nyaman atau kekuatiran yang samar disertai respons
otonom(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman
BATASAN KARAKTERISTIK:
Agitisi
Gelisah
Gerakan ekstra
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Melihat sepintas
Mengekspresikan kekuatiran kerena perubahan dalam peristiwa hidup
Penurunan produktivitas
Perilaku mengintai
Tampak waspada
Afektif
Berfokus pada diri sendiri
Distres
Gelisah
Gugup
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Menggemerutukkan gigi
Menyesal
Peka
Perasaan tidak adekuat
Putus asa
Ragu
Sangat kwatir
Senang berlebihan
Fisiologis
Gemetar
Peningkatan keringat
Peningktan ketegangan
Suara bergetar
Tremor
Tremor tangan
Wajah tegang
Simpatis
Anoreksia
Diare
Dilatasi pupil
Eksitasi kardiovaskuler
Gangguan pernafasan
Jantung berdebar- debar
Kedutan otot
Lemah
Mulut kering
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan frekuensi pernafasan
Peningkatan refleks
Peningkatan tekanan darah
Vasokonstriksi superfisial
Wajah memerah
Parasimatis
Ayang- ayangan
Diare
Dorongan segera berkemih
Gangguan pola tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Letih
Mual
Nyeri abdomen
Penurunan denyut nadi
Penurunan tekanan darah
Pusing
Sering berkemih
Kognitif
Bloking pikiran
Cenderung menyalahkan orang lain
Gangguan konsentrasi
Gangguan perhatian
Konfusi
Lupa
Melamun
Menyadari gejala fisiologis
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
Penurunan lapang persepsi
Preokupasi
Memantau intensitas 1 2 3 4 5
kecemasan
Mengurangi
penyebab kecemasan 1 2 3 4 5
Mengurangi
rangsang lingkungan
ketika cemas 1 2 3 4 5
Mencari informasi
untuk mengurangi
kecemasan
Merencanakan 1 2 3 4 5
strategi koping untuk
sittuasi yang
menimbulkan stres 1 2 3 4 5
Menggunakan
strategi koping yang
efektif
Menggunkan teknik 1 2 3 4 5
relaksasi untuk
mengurangi
kecemasan 1 2 3 4 5
Memonitor durasi
tiap episode cemas
Memantau lamanya
waktu antara tiap 1 2 3 4 5
episode cemas
Mempertahankan 1 2 3 4 5
penampilan peran
Mempertahankan
hubungan sosial
Mempertahankan 1 2 3 4 5
konsentrasi
Memantau 1 2 3 4 5
penyimpangan
persepsi sensori 1 2 3 4 5
Mempertahankan
tidur adekuat
Memantau
manifestasi fisik dari
kecemasan 1 2 3 4 5
Mengendalikan
respon kecemasan 1 2 3 4 5
Memantau
manifestasi perilaku
dari kecemasan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
NIC:Ansietas
Diagnosa Intervensi
Ansietas 1. Teknik menenangkan
2. Pengurangan stres relokasi
3. Peningkatan keamanan
4. Terapi validasi
5. Bantuan kontrol marah
6. Dukungan emosional
7. Manajemn energi
8. Manajemen lingkungan
9. Terapi musik
10. Dukungan kelompok
11. Terapi trauma
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam kasus ini , pada awalnya pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan tonsilitis. Akan tetapi, karena adanya perluasan infeksi di daerah auries media, maka pasien
akan mengalami otitis meda akut. Otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas dapat
berlanjut menjadi Otitis media Kronik yang ditandai denagn adanya perforasi pada membran
tympani.
Otitis Media Kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis media kronis
merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Kebanyakan OMK terjadi pada anak-anak,dan
penyebabnya sangat bervariasi misalnya karena bakteri yang menjadikan peradangan pada
telinga tengah. OMK dapat di obati dengan menggunakan obat-obatan antibiotik,pembersihan
telingan,dan lain sebagainya
2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauhlah dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu penulis meminta kepada pembaca unntuk mengirimkan kritik dan sarannya untuk
kesempurnaan makalah yang selanjutnya.
Daftar Pustaka
Arhs, H A. 2001. Intratemoporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and
Neck Otolaringology Voleme 2. 3th Ed. Bailey, B.J et. al (Eds) New york::Lippincott
Willims and Wilkins Pp:1760-2
Buchman,C.A. et.al 2003. Infection of The Ear In: Essencial Otolaryngology Head and
Head Surgery .8