Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

OTITIS MEDIA KRONIK

NAMA KELOMPOK :
1. AMALIO HANDJAM

2. ERIT YUMITA LANI

3. MARIA FATIMA

4 YULIANA RENY ABUK

KELAS:A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul Otitis Media
Kronik dengan baik. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, kami sadar karena
kemampuan kami terbatas. Dan Asuhan Keperawatan ini masih mengandung banyak
kekurangan, untuk itu harapan kami, para pembaca bersedia memberi saran dan pendapat
untuk Asuhan Keperawatan ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan ini, kami atas nama penyusun menyampaikan terimakasih dan semoga menjadi
pedoman dalam pembelajaran kita, khususnya bagi perawat.

Kupang, 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. Tujuan……………………………………………………………………………....
Bab II Tinjauan Teori
A. Pengertian…………………………………………………………………...............
B. Etiologi……………………………………………………………………………..
C. Patway.. ........ ... ..... .................................. .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .. .. . . ....
D. Patofisiologi………………………………………………………………………..
E. Manifestasi Klinis…………………………………………………………………...
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………..
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………
H. Komplikasi…………………………………………………………………………………
.
Asuhan Keperawatan……………………………………………………………….
- Pengkajian………………………………………………………………………
- Diagnosa Keperawatan………………………………………………………….
- Intervensi………………………………………………………………………..

Bab III Penutup


a.Kesimpulan
b.Saran
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
dewasa(seopardi,1998). Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Prevalensi terjadinya otitis media diseluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62% sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak
mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari
mereka mengalami 3 kali atau lebih. Di inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal 1
episode sebelum usia 10 tahun(Abidin,2009). Di negara tersebut otitits media paling sering
teerjadi pada usia 3-6 tahun.
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang
di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dalam masyarakat indonesia di kenal dengan
istiah ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini
pada umumnya tidak menunjukkan rasa sakit kecuali apabila terjadi komplikasi
congek/telinga berair.
Prevalensi OMK di dunia berkisar antara 1 sampai 46% pada komunitas masyarakat kelas
menengah ke bawahdi negara-negara berkembang. Adannya prevalensi OMK lebih dari 1%
pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit, Namun hal
ii dapat diatasidengan adanya pelayanan kesehatan masyarakat.Otitis media kronik terjadi
secara perlahan-lahan namun dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian , dalam
penanganannya memerlukan suatu kecermatan dan ketepatan agar dapat dicapai
penyembuhan yang maksimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan Asuhan keperawatan OMK
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian OMK
b. Mengetahui dan memahami Etiologi OMK
c. Mengetahui dan memahami Patofisiologi OMK
d. Mengetahui dan memahami Patway OMK
e. Mengetahui dan memahami Manifestasi klinik OMK
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik OMKK
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Medik OMKK
h. Mengetahui dan memahami komplikasi OMK
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian OMK

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum matoid dan sel-sel mastoid.

Otitis media kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah secara terus –menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat,1997).

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa
(Soepardi,1998).

Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irrefersibel dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media
akut yang tak tertangani(Alfatih, 2007).

B. Etiologi
Otitismedia kronik terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga(perforasi)
(mediastrore, 2009).

Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh otitis media akut penyumbatan tuba eustacius
cedera akibat masuknya suatu benda kedalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang
terjadi secara tiba-tiba.

Klasifikasi:s

1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna


Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang
bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini
terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatoma
2. Otitis Media Kronik (OMK) dengan kolesteatoma.
Kolesteatoma atau benjolan mutiara (tumor mutiara) disebabkn oleh pertumbuhan kulit
liang telinga atau lapisan epitel gendang telinga yang masuk ke telinga tengah atau
mastoid. Mengenai patogenesisnya secara tepat

C. Patofisiologi
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium
kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan
keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis
media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.

Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar
masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila
terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan
yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan
berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk
jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang
masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap
pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar
untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya
pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan
penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena
adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut
yang ditandai dengan secret yang mukoid atau mukopurulen
D. Pathway

Otitis Media Kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan


perforasi membran timpani dengan secret yang keluar dari telinga
tengah secara terus-menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer
atau kental,bening atau berupa nanah ( Syamsuhidajat,1997).

Pengobatan OMA yang Infeksi virus atau bakteri Gangguan fungsi tuba
tidak adekuat eustachius

Terjadi pada nasofaring Misalnya ada sumbatan pada


Perforasi yang sudah
tuba eustachius
terbentuk

Melalui tubah eustachius Enzim pelindung & bulu-bulu


Keluarnya secret yang terus
halus tidak berfungsi
menerus

Menyerang telinga tengah


Bakteri dapat masuk melalui
Otitis media berulang saluran napas

Pendeng Melalui peforasi


aran membrane timpani
OMK Ispa
menurun

Inflamasi Pembengkakan saluran


eustachius
cemas
Terjadi peningkatan lendir
Demam Nyeri dan nanah

Tekanan
Nyeri b.d proses peradangan
cairan

Gangguan komunikasi b.d Merobek gendang


Kehilangan pendengaran telinga
efek kehilangan
pendengaran
E. Manifestasi Klinik

Gejalah awal komplikasi OMK

 Kehilangan pendengaran
 Otorea yang berbau busuk
 Demam
 Nyeri retroorbita pada sisi telinga yang terinfeksi
 Nistagmus dan vertigo
 Paralisis fasial pada sisi telinga yang terinfeksi
 Nyeri kepala
 Papil edema

Gejala berdasar tipe Otitis Media Kronik:


1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna
Gejala berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat hilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu di dapat pada pasien dengan derajat ketulian
tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik
akut pada awal penyakit. Perforasi membran timpani terbatas pada mukosa sehingga membran
mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membran mukosa dapat tipis
dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip di dapat tapi mukoperiosteum yang tebal
dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah
sampai polip tersebut diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium
tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan lokal bau busuk akan
berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau, datang dari perforasi besar tipe sentral dengan
membran mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada
OMKS tipe benigna.
2. Otitis Media Kronik (OMK) dengan kolesteatoma
Kolesteatoma atau benjolan mutiara (tumor mutiara) disebabkan oleh pertumbuhan kulit
liang telinga atau lapisan epitel gendang telinga yang masuk ke telinga tengah atau mastoid.
Mengenai patogenesisnya secara tepat, dalam kurun waktu bertahun- tahun, ada banyak
spekulasi serta banyak macam teori.
Kolesteatoma dapat tumbuh masuk mellui pars flakisda(membrn shrapnell) maupun
melalui pars tensa. Selaput gendang telinga mendesak ke dalam dan melekat pada dinding
medial atik atau dengan rangkaian tulang pendengaran. Akibatnya timbul retraksi berupa
kantong pada gendang telinga, karena epitel mati tertimbun secara berlapis. Sumbatan debris
yang demikian tidak dapat lagi tumbuh secra alami keluar bersama bersama gendang telinga,
sehimgga seolah-olah terperangkap dalam struktur telinga tengah. Akibat penimbunan epitel
yang progresif itu sumbatan jaringan memberi tekanan pada tulang sekitarnya, sehingga lama-
lama jaringan tulang ini pun mengalami erosi. Kadang-kadang, proses ini berjaln tanda gejala,
namun sering timbul infeksi sekunder dengan keluhan mengeluarkan cairan telinga yang
berbau, gangguan pendengaran, atau komplikasi yang disebaban oleh kerusakan yang
disebabkan oleh kerusakan pada n. Fasialis atau labirin. Pada pemeriksaan otoskopi, ditemukan
debris epitel dalam liang telinga. Di belakangnya tampak kolesteatoma dengan sisik kreatin
putih. Kadang-kadang, tampak granulasi atau polip di dalam lubang perforasi (kadang-kadang
disebut pertanda polip).
Kolesteatoma dapat tumbuh ke dalam os petrosum, bahkan intrakranial. Rasa pusing yang
di provokasi oleh tekanan pada liang telinga luar merupakan tanda bahwa ada hubungan
terbuka dengan labirin.(gejala fistula positif). Pengobatan koleasteatoma hampir
mengeluarkannya secara operatif. Pad pasien usia lanjut, pada umumnya pembentukan
kolesterol lambat. Lekukan yang berup kantong itu dapat di bersihkan di bawah mikroskop
dengan alat penghisap secara teratur.
Adapula bentuk koleasteotoma “primer”, disebut koleasteotoma kongenital, yang terbentuk
dari sel-sel benih (kiembladcellen) dalam os petrosis yang dalam sekali. Dalam hal ini tidak
tampak adanya lubang perrforasi pada gendang telinga.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Otoskop, dilakukan untuk menegakkan diagnosis berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
telinga dengan.
2. Pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga, berfungsi untuk mengetahui organisme
penyebabkan otitis media kronik (OMK)
3. Rongen mastoid atau CT scan kepala untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke
struktur disekeliling telinga.
4. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan pendengaran
5. X-ray dikukan terhadap kalestatoma dan kekaburan mastoid

G. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna
a. OMSK Benigna Tenang
Pemberian healt education dengan tidak mengorek telinga, tidak memasukkan air ke dalam
telinga saat mandi, tidak berenang saat fase-fase pengobatan. Tindakan selanjutnya lakukan
operasi rekonstruksi (miringioplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang dan
gangguan pendengaran).
b. OMSK Benigna Aktif
 Pembersihan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga).
Hal ini dilakukan agar lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme.
 Pemberian antibiotik topikal
Antibiotik topikal berupa Polimiksin B atau polimiksin E, Neomisin, Kliramfenikol,
Koli 96%,
 Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan berdasarkan kultur kuman penyakit. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1
minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.
2. OMK Maligna
Tindakan yang tepat untuk OMK adalah operasi. Jenis pembedahan atau tehnik operasi yang
dapat dilakukan yaitu:
a. Mastoiditis sederhana
b. Mastoidektomi radikal
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
d. Miringioplasti
e. Timpanoplasti
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda

H. Komplikasi
Menurut Shangbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:

a.Komplikasi Intratemporal

 Perforasi membran timpani

 Mastoiditis Akut

 Parese nervus fasialis

 Labrinitis

 Petrositis

b. Komplikasi Ekstratemporal

 Abses subperiosteal

c. Komplikasi Intrakranial

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

 Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat
 Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan
minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
 Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi,
riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin,
gentamisin ), riwayat operasi
 Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga,
sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik

2. Pengkajian Persistem

Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore

B2 ( Blood ) : Nadi meningkat

B3 (Brain) : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing,
refleks kejut

B5 (Bowel) : Nausea vomiting

B6 (Bone) : Malaise, alergi

3. Pengkajian Psikososial

1. Nyeri otore berpengaruh pada interaksi


2. Aktivitas terbatas
3. Takut menghadapi tindakan pembedahan

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Tes audiometri : pendengaran menurun

b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid

5. Pemeriksaan pendengaran

- Tes suara bisikan, tes garputala

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

2. Gangguan komunikasi verbal

3. Cemas

C. INTERVENSI

1. Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual dan potensial atau yang di gambarkan sebagai kerusakan yang
tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau di prediksi.

BATASAN KARAKTERISTIK :

 Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya(mis; neonatal infant paen scale, pain Assessment
Checklist for Senior with Limited Ability to Communicate)
 Diaforesis
 Dilatasi pupil
 Ekspresi wajah nyeri(mis: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus , meringis)
 Fokus penyempitan (mis: persepsi waktu , proses berpikir, interaksi dengan orang
dan lingkungan )
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri(mis: skala wong-
Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
1. NOC :Kontrol Nyeri

Skala target outcome Tidak pernah Jarang Kadang- Sering Secara


menunjukan menunjukan kadang menunjukan konsisten
menunjukan menunjukan

Mengenali kapan 1 2 3 4 5
nyeri terjadi
Menggambarkan 1 2 3 4 5
faktor penyebab
Menggunakan jurnal 1 2 3 4 5
harian untuk
memonitoring gejala
dari waktu ke waktu
Menggunakan
tindakan pencegahan
Menggunakan 1 2 3 4 5
tindakan
pengurangan nyeri
Tanpa analgesik 1 2 3 4 5
Menggunakan
analgisk yang
direkomedasikan
Melaporkan 1 2 3 4 5
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional 1 2 3 4 5
kesehatan
Melaporkan gejala
yang tidak terkontrol
pada pada
profesional
kesehatan 1 2 3 4 5
Menggunakan
sumber daya yang
tersedia
Mengenali apa yang
terkait dengan gejala 1 2 3 4 5
nyeri
Melaporkan nyeri
yang terkontrol 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

NIC:nyeri akut

Pengertian:pengelaman dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
.awitan yang tiba—tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung<6 bulan.

Diagnosa Intervensi
Nyeri akut 1. Pemberian analgesik
2. Pemberian anstesi
3. Pengurangan kecemasan
4. Stimulasi kutaneus
5. Manajemen lingkungan kenyamanan
6. Pengurangan perut kembung
7. Aplikasi panas/dingin
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat IM
10. Pemberian obat IV
2. Hambatan komunikasi verbal
Defiisi : penurunan, hambatan,atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses,
mengirim ,dan/menggunakan sistem simbol

BATASAN KARAKTERISTIK :

 Defisit penglihatan total


 Defisit visual parsial
 Disorientasi orang
 Disorientasi ruang
 Disorientasi waktu
 Dispnea
 kesulitan dalam kehadiran tertentu
 kesulitan memahami komunikasi
 kesulitan mempertahankan komunikasi
 kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal
(mis: afasia, disfasia,apraksia,disleksia)
 kesulitan menggunakan ekspresi tubuh
 kesulitan menggunakan ekspresi wajah
 kesulitan menyusun kalimat
 kesulitan menyusun kata-kata(mis: afonia, dislalia, disartria)
 ketidakmampuan bicara dalam bahasa pemberi asuhan
 ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh
 ketidakmampuan menggunakan ekspresi wajah
 ketidaktepatan verbalisasi
 menolak bicara
 pelo
 sulit bicara
 sulit mengungkapkan kata-kata
 tidak ada kontak mata
 tidak bicara
 tidak dapat bicara

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

 defek orofaring
 gangguan emosi
 gangguan fisiologis(mis: tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, sistem muskuloskletal
melemah)
 gangguan perkembangan
 gangguan persepsi
 gangguan psikotik
 gangguan konsep diri
 gangguan sistem saraf pusat
 hambatan fisik (mis: trakeostomi,intubasi)
 hambatan lingkungan
 harga diri rendah
 kerentanan
 ketiadaan orang terdekat
 ketidakcukupan informasi
 ketidakcukupan stimuli
 ketidaksesuaian budaya
 program pengobatan

NOC: fungsi sensori pendengaran

Skala target outcome Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu

Ketajman 1 2 3 4 5
pendengaran (kiri)
Ketajaman 1 2 3 4 5
pendengaran (kanan)
Konduksi udara pada
suara(kiri) 1 2 3 4 5
Konduksi udara pada
suara (kanan) 1 2 3 4 5
Konduksi tulang
pada suara (kiri)
Konduksi sura pada
tulang (kanan) 1 2 3 4 5
Perbandingan
konduksi udara
dengan tulang 1 2 3 4 5
Perbedaan
pendengaran dari
suara yang berlainan 1 2 3 4 5
Mendengar bisiskan
enam inci dari
telinga kiri (tes
suara) 1 2 3 4 5
Mendengar bisiskan
enam inci dari
telinga kanan (tes
suara) 1 2 3 4 5
Berbalik ke arah
suara
Merespon pada
stimulus 1 2 3 4 5
pendengaran
1 2 3 4 5
NIC:hambatan komunikasi verbal

Diagnosa Intervensi
Hambtan komunikasi 1. Peningkatan komunikasi :kurang pendengaran
verbal 2. Dukungan pengambilan keputusan
3. Manajemen lingkungan
4. Manjemen pengobatan
5. Perawatan telinga

3. Ansietas
definisi : perasaan tidak nyaman atau kekuatiran yang samar disertai respons
otonom(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman

BATASAN KARAKTERISTIK:
 Agitisi
 Gelisah
 Gerakan ekstra
 Insomnia
 Kontak mata yang buruk
 Melihat sepintas
 Mengekspresikan kekuatiran kerena perubahan dalam peristiwa hidup
 Penurunan produktivitas
 Perilaku mengintai
 Tampak waspada

Afektif
 Berfokus pada diri sendiri
 Distres
 Gelisah
 Gugup
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan
 Menggemerutukkan gigi
 Menyesal
 Peka
 Perasaan tidak adekuat
 Putus asa
 Ragu
 Sangat kwatir
 Senang berlebihan

Fisiologis
 Gemetar
 Peningkatan keringat
 Peningktan ketegangan
 Suara bergetar
 Tremor
 Tremor tangan
 Wajah tegang

Simpatis
 Anoreksia
 Diare
 Dilatasi pupil
 Eksitasi kardiovaskuler
 Gangguan pernafasan
 Jantung berdebar- debar
 Kedutan otot
 Lemah
 Mulut kering
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan frekuensi pernafasan
 Peningkatan refleks
 Peningkatan tekanan darah
 Vasokonstriksi superfisial
 Wajah memerah
Parasimatis
 Ayang- ayangan
 Diare
 Dorongan segera berkemih
 Gangguan pola tidur
 Kesemutan pada ekstremitas
 Letih
 Mual
 Nyeri abdomen
 Penurunan denyut nadi
 Penurunan tekanan darah
 Pusing
 Sering berkemih

Kognitif
 Bloking pikiran
 Cenderung menyalahkan orang lain
 Gangguan konsentrasi
 Gangguan perhatian
 Konfusi
 Lupa
 Melamun
 Menyadari gejala fisiologis
 Penurunan kemampuan untuk belajar
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
 Penurunan lapang persepsi
 Preokupasi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


 Ancaman kematian
 Ancaman pada status terkini
 Hereditas
 Hubungan interpersonal
 Kebutuhan yang tidak dipenuhi
 Konfik nilai
 Konflik tentang tujuan hidup
 Krisis maturasi
 Krisis situasi
 Pajanan pada toksin
 Penularan interpersonal
 Penyalahgunaan zat
 Perubahan besar(mis: status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status
peran)
 Riwayat keluarga tentang ansietas
 stresor
NOC : kontrol kecemesan

Skala target outcome Tidak pernah Jarang Kadang Sering Dilakukan


dilakukan dilakukan kadang dilakukan secara
dilakukan konsisten

Memantau intensitas 1 2 3 4 5
kecemasan
Mengurangi
penyebab kecemasan 1 2 3 4 5
Mengurangi
rangsang lingkungan
ketika cemas 1 2 3 4 5
Mencari informasi
untuk mengurangi
kecemasan
Merencanakan 1 2 3 4 5
strategi koping untuk
sittuasi yang
menimbulkan stres 1 2 3 4 5
Menggunakan
strategi koping yang
efektif
Menggunkan teknik 1 2 3 4 5
relaksasi untuk
mengurangi
kecemasan 1 2 3 4 5
Memonitor durasi
tiap episode cemas
Memantau lamanya
waktu antara tiap 1 2 3 4 5
episode cemas
Mempertahankan 1 2 3 4 5
penampilan peran
Mempertahankan
hubungan sosial
Mempertahankan 1 2 3 4 5
konsentrasi
Memantau 1 2 3 4 5
penyimpangan
persepsi sensori 1 2 3 4 5
Mempertahankan
tidur adekuat
Memantau
manifestasi fisik dari
kecemasan 1 2 3 4 5
Mengendalikan
respon kecemasan 1 2 3 4 5
Memantau
manifestasi perilaku
dari kecemasan 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
NIC:Ansietas

Diagnosa Intervensi
Ansietas 1. Teknik menenangkan
2. Pengurangan stres relokasi
3. Peningkatan keamanan
4. Terapi validasi
5. Bantuan kontrol marah
6. Dukungan emosional
7. Manajemn energi
8. Manajemen lingkungan
9. Terapi musik
10. Dukungan kelompok
11. Terapi trauma
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam kasus ini , pada awalnya pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan tonsilitis. Akan tetapi, karena adanya perluasan infeksi di daerah auries media, maka pasien
akan mengalami otitis meda akut. Otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas dapat
berlanjut menjadi Otitis media Kronik yang ditandai denagn adanya perforasi pada membran
tympani.
Otitis Media Kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis media kronis
merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Kebanyakan OMK terjadi pada anak-anak,dan
penyebabnya sangat bervariasi misalnya karena bakteri yang menjadikan peradangan pada
telinga tengah. OMK dapat di obati dengan menggunakan obat-obatan antibiotik,pembersihan
telingan,dan lain sebagainya

2. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauhlah dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu penulis meminta kepada pembaca unntuk mengirimkan kritik dan sarannya untuk
kesempurnaan makalah yang selanjutnya.
Daftar Pustaka

Adam S, George,L 1994, Buku Ajar THT, egc, Jakarta.

Arhs, H A. 2001. Intratemoporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and
Neck Otolaringology Voleme 2. 3th Ed. Bailey, B.J et. al (Eds) New york::Lippincott
Willims and Wilkins Pp:1760-2

Buchman,C.A. et.al 2003. Infection of The Ear In: Essencial Otolaryngology Head and
Head Surgery .8

Anda mungkin juga menyukai