Disusun Oleh:
Kelompok 6
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa telah menolong kami
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang KOMUNIKASI
ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya.
Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....................2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………....10
BAB I
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut juga
mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, perawat, ahli gizi, ahli terapi
repiratorik, dan ahli farmasi. Semua profesi tadi diwajibkan saling bekerjasama, dalam
menjalankan profesionalitas profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang
prima. Namun dalam pelaksanaannya perawawt tidak sendirian. Perawat ditemani oleh
dokter,ahli gizi, ahli terapi respiratorik, ahli farmasi ,dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan
secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan
praktikantar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis profesi harus
mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat, dokter, dan semua profesi lain
merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan
antar profesi pun dapat tetap ada asalkan dalam bartas-batas lingkup praktik yang sesuai dengan
aturan yang ada.
BAB II
4
PEMBAHASAN
Berikut akan dibahas mengenai komunikasi antar anggota tim kesehatan yang
memfokuskan pada hubungan perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan
dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana
kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang
perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang
mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk
kolaborasi dengan dokter. Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter. Ketika perawat
menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimana perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap
pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga
dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat
perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai
tujuan yang diinginkan.
5
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu,
perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit
pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
6
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang
untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan
pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi
(fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis
menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana
pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke
fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju,
dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini
tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan
mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan.
Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-
sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan
tim medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan
obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini
dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat- obatan. Ahli
7
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan system pemberian obat.
Contoh, ketika perawat mengamprah obat di apotek maka antara perawat dengan
apoteker akan menjalin komunikasi. Perawat akan meminta obat sesuai dengan kebutuhan
pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta penjelasan terkait obat tersebut.
Perawat mendengarkan dengan baik lalu memilah dan mengeceknya.
BAB III
PENUTUP
8
Kesimpulan
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesame perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa
dipisah – pisahkan dan disendirikan. Sehingga komunikasi sebagai dasar pembentuk hubungan
yang baik harus ditekankan pada setiap tim kesehatan sebagai upaya yang berfokus
pada peningkatan mutu pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR ISI
9
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : EGC
10