Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DASAR

Oleh:
NAMA KELOMPOK 2 :
1. Anak Agung Ratna Wahyundari (193213004)
2. Ayu Novita Sari Tampubolon (193213008)
3. Febriyani Falentien Fairnap (193213011)
4. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)
5. Ni Kadek Ellys Puja Asvini (193213023)
6. Ni Kadek Meira Diantari (193213025)
7. Ni Made Ananda Candra Rahmitha Putri Kepakisan (193213035)
8. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
9. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
10. Ni Wayan Juni Wirastini (193213045)
11. Ni Wayan Nopita Sari (193213046)
12. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik
dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritikserta saran
dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini
dapat bermanfaat bagi kita sekalian

Denpasar , 26 September 2021

penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Dry Cuping dan Wet Cup Therapy.................................................................3
2.1.1 Pengertian Dry Cuping..............................................................................................3
2.1.2 Pengertian Wet Cup Therapy.....................................................................................3
2.2 Konsep Dry Cup dan Wet Cup Therapy...........................................................................4
2.3 Biofisiologi Dry Cup dan Wet Cup Therapy....................................................................5
2.4 Teknik Dry Cup dan Wet Cup Therapy...........................................................................7
2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Dry Cup dan Wet Cup Therapy......................................10
2.6 Evaluasi Dry Cup dan Wet Cup Therapy.......................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer saat ini berkembang sangat pesat dan banyak diminati oleh
masyarakat. Di Amerika Serikat pengguna terapi alternatif berjumlah 627 juta orang dan
terapi konvensional 386 juta orang. Data lain didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengguna
terapi komplementer dari 33% pada tahun 1991 dan 42% ditahun 1997, Peningkatan
penggunaan terapi komplementer ini didasarkan pada efek samping yang minim yang
dirasakan oleh klien dan klien ingin terlibat langsung dalam peningkatan kesehatannya. Di
Indonesia, minat masyarakat dalam penggunaan terapi alternatif atau terapi komplementer
juga meningkat.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang mengunjungi tempat-tempat
pengobatan alternatif. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan
masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif
yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu
dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik. Terapi komplementer ini terdiri
dari berbagai jenis terapi diantaranya yaitu manipulative and body-based therapy seperti
cupping therapy.
Cupping therapy adalah metode pengobatan yang banyak digunakan dan diklasifikasikan
mendapatkan popularitas di seluruh nia. Beberapa negara yang sudah mempraktikkan
cupping therapy diantaranya Mesir, India, China, Arab Saudi, Jerman, Norwegia, dan
Denmark. Orang-orang Jerman, dan Denmark dan Norwegia sudah akrab dengan cupping
therapy. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pandangan terhadap sistem perawatan
kesehatan konvensional dan pengobatan kontemporer. Terapi ini diklaim berhasil mengobati
berbagai gangguan, penyakit pada sistem musculoskeletal seperti fibromyalgia dan fibrositis,
nyeri pada tulang belakang, nyeri pada leher dan bahu, penyakit kardiovaskuler seperti
hipertensi, atherosclerosis, hipotensi, penyakit gastrointestinal seperti diare, irritable bowel
syndrome, intoksikasi obat dan makanan, penyakit auto imun seperti theumatoid artritis, dan
vilitigo. Cupping therapy atau lebih dikenal di Indonesia dengan terapi bekam. menempati

1
kedudukan populer di jajaran berbagai metode terapi lain yang ada di berbagai negara, karena
banyak ahli pengobatan yang mengetahui khasiat cupping therapy dalam mengobati berbagai
macam penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari dry cup and wet cup therapy?
2. Bagaimana konsep dari dry cup and wet cup therapy ?
3. Bagaimana biofisiologi dari dry cup and wet cup therapy?
4. Bagaimana teknik refleksi melakukan dry cup and wet cup therapy?
5. Apa saja indikasi dan kontra indikasi dari dry cup and wet cup therapy ?
6. Bagaimana evaluasi dari dry cup therapy?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari dry cup and wet cup therapy.
2. Untuk mengetahui konsep dari dry cup and wet cup therapy.
3. Untuk mengetahui biofisiologi dari dry cup and wet cup therapy.
4. Untuk mengetahui teknik refleksi melakukan dry cup and wet cup therapy.
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari dry cup and wet cup therapy.
6. Untuk mengetahui evaluasi dari dry cup.

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dan pembaca
memperoleh pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
konsep bekam dry cuping dan wet cuping.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dari konsep bekam dry cuping dan wet
cuping.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dry Cuping dan Wet Cup Therapy

2.1.1 Pengertian Dry Cuping


Dry cupping atau bekam kering adalah perlakuan bekam yang paling umum
digunakan pada pengobatan cina. Pada jenis bekam ini tidak ada darah yang keluar atau tidak
dilakukan perlukaan pada kulit. Bekam kering dilakukan dengan menghisap permukaan kulit
dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi
orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitaman selama 3 hari. Untuk menghilangkan tanda lebam pada kulit yang
selesai dibekam dapat digunakan minyak jinten hitam.
Bekam kering adalah pengembangan dari bekam basah. Bekam kering bermanfaat
untuk membuang angin serta melegakan sakit secara emergensi tanpa melukai kulit. Dapat
melemaskan otot-otot yang kaku. Disini pengkopan hanya dilakukan satu kali selama 15-20
menit. Setelah selesai baru dioleskan lagi minyak untuk mempercepat menghilangkan lebam
bekas bekam tersebut.
Bekam kering adalah pengekopan dengan pompa tanpa mengeluarkan darah. Bekam
kering akan mengeluarkan patogen angin, panas dan api. Teknik ini sangat bagus untuk
menangani sindrom panas defisien/Yin Xu. Meskipun prinsip sindrom yin xu terapi utamanya
adalah Yin bukan bekam kering. Tetapi bkam kering akan membantu megeluarkan patogen
angin dan menurunkan panas pada orang dengan kondid Yin xu. Bekam kering tidak
mengeluarkan darah tetapi juga mengeluarkan energi. Maka diperlukan kehati-hatian bagi
orang dengan kondisi energi yang lemah.

2.1.2 Pengertian Wet Cup Therapy


Wet Cup Therapy (Terapi bekam basah) merupakan teknik yang menggabungkan
penyedotan dan pengambilan darah untuk menghilangkan racun berbahaya dari tubuh secara
efektif.

3
Cara bekam menyembuhkan asam urat dilakukan dengan bekam basah, cara dengan
mengeluarkan darah kotor pada titik-titik yang berkaitan dengan sendi atau lokasi yang sakit.
Menurut Dr. Abu Hana (2011) bekam untuk asam urat dilakukan pada titik prosesus
spinosus pada belakang lehel, kedua bahu dan daerah punggung setinggi ginjal kanan dan kiri
hal ini dimaksudkan untuk merangsang sistem sirkulasi darah melalui persyarafan.. Selain itu
juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi ginjal sehingga dapat memetabolisme dan
membuang kelebihan asam urat dengan lebih baik. Setelah itu bekam dilakukan di sekitar
tungkai/kaki agar aliran darah menjadi lebih lancar sehingga perfusi sel-sel dan jaringan
diupayakan menjadi optimal sekaligus merangsang syaraf- syaraf agar bisa berfungsi dengan
baik.

2.2 Konsep Dry Cup dan Wet Cup Therapy


Konsep dasar dari terapi bekam terbagi menjadi dua jenis, yaitu terapi bekam basah
dan terapi bekam kering. Bekam kering mencakup bekam luncur, bekam api, dan bekam
tarik. Yang membedakan antara bekam basah dan bekam kering, adalah ada tidaknya darah
yang dikeluarkan. Teknik bekam luncur dilakukan dengan meng-kop bagian tubuh tertentu,
lalu meluncurkan kop tersebut ke bagian tubuh yang lain. Sedangkan bekam tarik dilakukan
dengan cara meng-kop beberapa detik kemudian kop ditarik dan ditempelkan kembali pada
kulit. Pada proses terapi pembekaman, terjadi bendungan lokal, di mana stimulasi titik
meridian, menyebabkan hipoksia dan radang, sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi
dan fungsi sel dengan cepat. Lima belas hari setelah terapi bekam, terjadi peningkatan
elastisitas spektrin yang dapat menstimulasi kerja sistem kekebalan tubuh: sel pembunuh
alami (Natural Killer cells), sehingga daya tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan
maupun perlawanan terhadap penyakit. Meridian atau potent points merupakan suatu sistem
saluran yang membujur dan melintang di seluruh tubuh yang secara kedokteran tidak terlihat
nyata tetapi dapat dibuktikan keberadaannya dengan radioaktif teknesium perteknetat, yang
menghubungkan permukaan tubuh dengan organ dalam tubuh, organ satu dengan organ
lainnya, organ dengan jaringan penunjang-jaringan penunjang lainnya, sehingga membentuk
suatu kesatuan yang bereaksi bersama apabila ada rangsangan dari kulit.
Hasil penelitian Majid pada tahun 2009, menyatakan bahwa di bawah kulit, otot,
maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin satu
dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jaring-jaring
(jala). Jala ini dapat disamakan dengan meridian. Dengan adanya jala maka ada hubungan

4
yang erat antar bagian tubuh, sehingga membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dan
dapat bereaksi secara serentak. Kelainan yang terjadi pada satu poin dapat menular dan
memengaruhi poin lainnya. Pengobatan pada satu titik juga bisa mengobati titik yang lain.
Adapun penelitian yang dilakukan Hana pada tahun 2008, menyatakan bahwa prinsip
bekam sama dengan prinsip akupunktur dan akupresur. Pada bekam basah terjadi
pengeluaran darah, sedangkan pada akupunktur dan akupresur menggunakan penekanan dan
stimulasi pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan Pengeluaran darah (blood
letting) itu sebenarnya merupakan salah satu teknik akupunktur tertua. Terapi bekam
dilakukan pada area tertentu yang memiliki kesamaan dengan titik meridian.

2.3 Biofisiologi Dry Cup dan Wet Cup Therapy


Ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme bekam, di antaranya teori Taibah
dan teori Traditional Chinese Medicine (TCM).
1. Teori Taibah
Menurut teori Taibah, terapi bekam merupakan sebuah tindakan bedah minor,
di mana tekanan negative (kekuatan isap) yang dilakukan di permukaan kulit
menggunakan cup mengakibatkan kulit terisap ke dalam cup. Karena tekanan negatif
ini membuat laju filtrasi kapiler menuju daerah cupping meningkat dan menurunkan
absorbsi di kapiler vena yang meninggalkan daerah cupping. Peningkatan filtrasi
kapiler-kapiler kulit ini menyebabkan banyaknya cairan dan zat-zat berbahaya yang
terfiltrasi menumpuk di daerah cupping. Selain itu, tekanan negatif ini juga akan
mengumpulkan cairan limfe dan interstisial di daerah cupping. Subtansi kimia,
mediator inflamasi, dan mediator nyeri akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris
di daerah cupping dan memutus adhesi jaringan, sehingga rasa nyeri berkurang.
Tindakan dengan perlukaan pada daerah cupping akan membuka barrier kulit
untuk mengeluarkan cairan bersama zat-zat berbahaya dan mencegah absorbsinya di
ujung kapiler vena. Tindakan dengan perlukaan pada daerah cupping ini
mengakibatkan peningkatan pembersihan plasma darah dari materialmaterial
penyebab penyakit, seperti radikal bebas, kolesterol, dan zat-zat berbahaya lainnya.
Setelah dilakukan tindakan dengan perlukaan, tekanan negatif kembali diulang
menggunakan cupping pada daerah tersebut. Tekanan negatif yang kedua kalinya ini
mengakibatkan seluruh cairan yang terkumpul (bersama zat-zat berbahaya) keluar,
sehingga seluruh cairan yang terkumpul pada area cupping habis. Pada tindakan

5
cupping kedua, terjadi gradien tekanan yang sangat besar di ujung kapiler arteriol dan
venula yang menyebabkan filtrasi pada kedua ujung kapiler tersebut. Hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan pembersihan plasma darah, yang ditandai
dengan timbulnya luka pada jaringan tersebut. Luka tersebut secara fisiologis akan
membaik karena proses hemostasis tubuh. Hemostasis fisiologi ini ditandai dengan
munculnya cairan interstisial melalui filtrasi pada arteriol kapiler kulit setelah
pembersihan cairan yang berisi zat-zat berbahaya sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori taibah
merupakan teori bekam basah. Bekam basah mencakup 3 kegiatan, yaitu bekam
kering, tindakan dengan perlukaan pada tempat yang di cupping dan pengeluaran
darah dari tempat yang dilukai dengan melakukan cupping yang kedua dengan gelas
yang sama dengan yang digunakan ketika melakukan bekam kering. Jadi, bekam
basah sudah mencakup bekam kering dalam kegiatannya, sehingga diharapkan
kondisikondisi yang terjadi ketika bekam kering dilakukan juga terjadi ketika
melakukan bekam basah. Teori Taibah diajukan oleh Salah untuk menjelaskan teori
mekanisme bekam basah dari sudut pandang kedokteran konvensional. Nama Taibah
diambil dari Kota Taibah, Madinah Al Munawaroh.
2. Teori Traditional Chinese Medicine (TCM)
Sementara menurut teori Traditional Chinese Medicine (TCM) hanya sekali
dilakukan cupping, yakni setelah dilakukan perlukaan, berbeda dengan teori Taibah
yang melakukan cupping dua kali, sebelum dan setelah tindakan dengan perlukaan.
Para praktisi TCM percaya bahwa penyakit disebabkan oleh terhentinya atau
hambatan pada sumber energi vital atau Qi. Salah satu cara membuka hambatan Qi
dan memulihkan keseimbangan agar aliran Qi kembali lancar adalah dengan bekam.
Prinsip bekam adalah mengatur Qi dan darah dengan mengusir dingin dan
menghilangkan lembap, sehingga dengan bekam bisa mengusir angin, dingin, lembap
dan melancarkan darah yang tergenang, terutama bila dilakukan bersamasama dengan
akupunktur. Apabila diandaikan dengan Yin dan Yang, Qi secara aktif hadir pada
pada semua lakilaki dan perempuan. Yin merupakan Qi perempuan dan Yang
merupakan Qi laki-laki. Dengan bekam, maka keseimbangan Qi bisa tercapai.
Prinsip TCM ini belum sesuai dengan prinsip kedokteran yang harus berbasis
bukti. Beberapa peneliti Cina sudah berusaha untuk menjelaskan prinsip mekanisme
bekam dikaitkan dengan prinsip kedokteran, antara lain pendapat Hong dkk yang
mengajukan prinsip bahwa bekam bekerja dengan menciptakan perubahan pada
6
struktur jaringan lokal sebagai hasil dari tekanan negatif dari gelas yang digunakan.
Perubahan ini meregangkan saraf - saraf dan otot yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah dan otohemolisis. Namun, hingga saat ini belum ada keuntungan dari
otohemolisis pada penyakit-penyakit yang menjadi indikasi bekam. Adapun Gao dkk
mengajukan teori bahwa bekam pada titik akupunktur menyebabkan hiperemia dan
hemostasis yang mempunyai efek terapi. Ada juga yang mengajukan teori bahwa
bekam basah mempunyai efek analgesik. Bekam menimbulkan deformasi atau jejas
pada kulit yang akan merangsang serat-serat Aß pada area yang sakit dan juga pada
bagian distal kulit yang sakit tersebut. Hal ini akan merangsang area inhibitor reseptif
neuron-neuron di tanduk dorsal tulang belakang. Bekam juga merangsang pemulihan
dan kenyamanan pasien.
Bekam basah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah minor yang
dibuat untuk mengeluarkan zat-zat yang dianggap “sampah” dan beracun melalui
perlukaan pada kulit superfisial untuk membuka tahanan kulit. Dengan membuat
tekanan hingga kulit tertarik, maka cairan interstitial akan terkumpul di bawah kulit
dan keluar dari kulit yang dilukai. Bersamaan dengan keluarnya cairan tersebut, sel-
sel darah yang sudah rusak dan zat-zat yang dianggap beracun akan keluar bersama
cairan. Proses ini diperkirakan mirip dengan cara kerja pembuluh darah dalam capsula
bowman ginjal.

2.4 Teknik Dry Cup dan Wet Cup Therapy

1. Prosedur Terapi Bekam Kering


I. SOP INSTRUMEN KLINIK BEKAM
1. Menggunakan alat kop (Kop Bekam) dengan beberapa ukuran, dari yang kecil
dengan diameter 1.5 cm hingga 7 cm, beserta hand pump-nya, sehingga kekuatan
tarikan/penyedotannya dapat diatur sesuai dengan harapan pelanggan.
2. Klempean untuk menjepit kapas steril saat mensteril media hijamah (bekam).
3. Nampan dan kom dari bahan steinless steel.
4. Handglove atau sarung tangan.
5. Facemasker untuk pelindung hidung dan mulut penghijamah.
6. Minyak Herba Jawi 99 / Minyak burung bubut, minyak habbatussauda' untuk

7
mempercepat penyembuhan dan penutupan luka bekas torehan.
7. Kursi khusus untuk pasien.

II. PROSEDUR BEKAM KERING


1. 1 jam sebelum dibekam pasein mandi dahulu dengan air hangat, mengingat 3 jam
setelah di bekam jangan mandi.
2. Pasien yang baru datang dari bepergian atau selesai kerja berat, lakukanlah bekam
setelah tubuh pasen rileks. Oleh karena itu pasien di istirahatkan dulu.
3. Kulit tempat dimana akan di bekam haruslah bersih dari sembarang kotoran dan
rambut. Bersihkan dan cukur terlebih dahulu
4. Bagi pasien yang mempunyai penyakit kronik, hendaklah di lakukan pembersihan
usus (colon cleansing) terlebih dahulu 3 hari sebelumnya.
5. Ambil makanan atau minuman suplemen sebelum di bekam. Kondisi pasien tidak
boleh terlalu lapar atau terlalu kenyang sebelum di bekam (minimal sekitar 3 jam
sebelum bekam lambung dalam keadaan kosong).
6. Tidur secukupnya pada sebelah malam sebelum di bekam, hal ini di anjurkan guna
mendapatkan kesan rileks pada pasien. Perlu di perhatikan selama di bekam pasien
jangan tidur.
7. Jangan melakukan bekam di ruangan yang ber –AC, mengingat ruangan AC tidak
nyaman bagi pasien.
8. Jangan salah pilih titik bekam. Sebaiknya gunakan titik bekam
9. Selama proses pembekaman, setiap tindakan bekam seperti kekuatan sedotan harus
senantiasa di konsultasikan dengan pasen. Hal ini dilakukan agar pasien senantiasa
nyaman dan rileks.
10. Pada saat di bekam, posisi pasien tidak boleh bergerak turun naik dengan sekian
banyak mangkuk bekam. Jarak mangkuk jangan terlalu berdekatan, lihat sesuai
postur tubuh pasien.
11. Jangan terlalu lama/ kuat/ kencang meng-kop, sebab jika terlalu lama akan
menyebabkan pelepuhan pada kulit pasien/ terasa sakit. Tiap kop sekitar 3 – 5 menit (
maksimum 9 Menit ). Perhatikan selalu kondisi kulit yang ada di dalam kop, bila
terlihat merah ke hitam- hitaman, segera angkat.
12. Selepas di bekam, berikan minum habbasauda / madu / air putih/ kopi radix guna
mengembalikan kesegaran.

8
13. Jika setelah di bekam pasien kena air hujan, anjurkan untuk segera mandi dengan
air hangat.
14. Bagi pasien yang mempunyai penyakit yang kronik agar ambil istirahat yang
cukupselama 2 – 3 hari.
15. Rubah pola hidup, dari yang instan kepada yang alami.

2. Prosedur Terapi Bekam Basah


a. Tahap Persiapan
1) Persiapan Pasien
a) Klien diberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b) Memeriksa tanda-tanda vital klien
2) Persiapan Lingkungan
a) Menjaga privasi klien
b) Mengatur posisi klien dalam posisi terlentang atau duduk
3) Persiapan Alat dan Bahan
a) Gelas bekam empat buah
b) Vacuum pump
c) Jarum
d) Kertas tissue secukupnya
e) Minyak zaitun
f) Tempat sampah
4) Persiapan Petugas
a) Masker
b) Handscone 1 pasang
b. Tahap Kerja
1) Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2) Petugas menentukan titik utama untuk bekam basah
3) Lakukan penusukan dengan jarum
4) Area yang akan dipilih kemudian ditutup dengan gelas bekam kemudian dipompa
3 kali tarikan sampai darah keluar dari tempat penusukan
5) Tunggu hingga durasi pembekaman selesai kemudian lepas gelas bekam
6) Bersihkan kulit yang dibekam dengan tissue
7) Rapikan pasien dan alat
c. Tahap Terminasi
9
1) Kaji repon pasien terhadap pembekaman
2) Kaji skala nyeri lutut pasien

2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Dry Cup dan Wet Cup Therapy
1. Dry cupping atau bekam kering
Indikasi
1. Menderita kesulitan bergerak
2. Mengalami mimisan
3. Gangguan buang air
4. Haid tidak lancer
5. Rasa mual
6. Melancarkan peredaran darah
7. Pelemasan otot
8. Menyehatkan kulit.
Kontra Indikasi
Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah, penderita
sakit kudis, penderita diabetes mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid.
Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, thrombosit,
alergi kulit serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan orang
yang sedang gugup. Adapun anggota bagian tubuh yang tidak boleh di bekam yaitu
mata, telinga,hidung, mulut, putting susu, alat kelamin, dubur. Area tubuh yang banyak
simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar. Bagian tubuh yang ada
varises, tumor, retak tulang, jaringan luka, dan dianjurkan untuk tidak makan selama 2-3
jam sebelumnya
.
2. Wet Cup Therapy (Terapi bekam basah)
Indikasi Kontraindikasi bekam
bekam

10
Indikasi penyakit lokal: Kontraindikasi absolut:
 Sakit pinggang, leher, bahu, kepala  Kanker
 Migrain  Gagal organ (ginjal, hati dan jantung)
 Mengurangi sakit pada paralisis fasial,  Menggunakan pacemaker
brakialgia,  Hemofilia
carpal tunnel syndrome.
 Kekakuan otot Kontraindikasi relatif:
 Keram  Infeksi akut
 Mengurangi sakit pada herpes zoster  Menggunakan antikoagulan
 Mengalami penyakit kronik yang berat
Indikasi penyakit sistemik:  Hamil, nifas dan menstruasi
 Sakit kepala karena tekanan darah tinggi  Anemia
 Kencing manis  Baru saja menjalani bekam basah
 Nyeri sendi  Baru mendonorkan darah
 Asma  Mengalami kegawatdaruratan
 Anemia  Anak-anak dan orang tua
 Penyakit jiwa: cemas dan depresi
 Infertilitas

2.6 Evaluasi Dry Cup dan Wet Cup Therapy


The British Cupping Society mengatakan, terapi bekam bisa mengobati berbagai kondisi
meski ini belum didukung oleh penelitian ilmiah. Menurut The British Bekam Society, terapi
bekam dapat digunakan untuk mengobati:
1. Kelainan darah seperti anemia dan hemofilia
2. Penyakit rematik seperti arthritis dan fibromyalgia
3. Membantu meningkatkan kesuburan dan membantu mengobati gangguan ginekologi
4. Masalah kulit seperti eksim dan jerawat
5. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
6. Migrain
7. Kecemasan dan depresi
8. Penyumbatan  bronkial yang disebabkan oleh alergi dan asma
9. Pembuluh darah melebar

11
Dalam buku Ad Dawa’ul-Ajib yang ditulis oleh ilmuwan Damaskus Muhammad
Amin Syaikhu, dari hasil penelitian tentang pengobatan dengan metode bekam pada tahun
2001 Masehi, sebanyak 300 kasus dan didapatkan data sebagai berikut: 1) Dalam kasus
tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga mencapai batas normal, 2) Dalam kasus
tekanan darah rendah, tekanan darah naik hingga batas normal, 3) Jumlah sel-sel darah putih
(leukosit) meningkat dalam 60% kasus dan masih dalam batas normal, 4) Kadar gula darah
turun pada pengidap kencing manis dalam 92,5% kasus, 5) Jumlah asam urat di darah turun
pada 83,68% kasus, 6) Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang
didalamnya berbentuk aneh, tidak berfungsi normal, mengganggu kinerja sel lain. Saat ini
terapi bekam telah dimodifikasi sehingga teknis pelaksanaannya mengikuti kaidahkaidah
ilmiah menggunakan alat yang praktis dan efektif.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dry cupping atau bekam kering adalah perlakuan bekam yang paling umum
digunakan pada pengobatan cina. Pada jenis bekam ini tidak ada darah yang keluar atau tidak
dilakukan perlukaan pada kulit. Bekam kering dilakukan dengan menghisap permukaan kulit
dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi
orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitaman selama 3 hari. Untuk menghilangkan tanda lebam pada kulit yang
selesai dibekam dapat digunakan minyak jinten hitam.
Semua orang bisa dibekam pada kisaran umur 4 tahun keatas, yang penting pasien
bisa koperatif.. Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah,
penderita sakit kudis, penderita diabetes mellius, wanita hamil, wanita yang sedang haid.
Orang yang sedang minum obat pengencer darah, penderita leukemia, thrombosit, alergi kulit
serius, orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan orang yang sedang gugup.
Adapun anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-bekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut,
putting susu, alat kelamin, dubur. Area tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang
dekat pembuluh besar. Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka, dan
dianjurkan untuk tidak makan selama 2-3 jam sebelumnya.

3.2 Saran
Bagi Mahasiswa Keperawatan, setelah membaca makalah ini hendaklah dapat benar-
benar memahami konsep umum dari terapi Dry Cupping dan wet cup therapy. Serta terus
memperbaharui pengetahuan keperawatan khususnya pada terapi Dry Cup. Jadi seorang
perawat harus benar-benar dapat memenuhi peranan perawat untuk dapat memberikan
alternative pengobatan yang sesuai dengan keluhan pasien serta halal untuk dilakukan dari
pandangan religi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Farmasi dan pelayanan kesehatan tradisional dalam:
Riset Kesehatan Dasar . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Indah, Nurhayati & Setiyajati. 2013. Terapi komplementer pada osteoartritis di panti wreda
st. Theresia dharma bhakti kasi ,Surakarta. 34-36
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Rahman MA 2016. Pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
di klinik bekam Abu Zaky Mubarak [Skripsi]. Ciputat: FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., & Siswoyo, H. (2019). Pelayanan Kesehatan
Tradisional Bekam : Kajian Mekanisme , Keamanan dan Manfaat Traditional Cupping
Therapy : A Review of Mechanism , Safety and Benefits. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212–225.
Wong, M. 2010. 9 Terapi Pengobatan Terdahsyat. Jakarta: Penebar Plus.
Yasin, A. B. 2011. Bekam Sunnah Nabi & Mukjizat Medis. Jakarta: Al.Qowam
Ziyin, S. & Zelin, C. 2014. Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy (3rd ed.).
Elsevier Ltd.

14

Anda mungkin juga menyukai