Oleh:
PUTU ARDIA PIRANIKA PUTRI
NIM. 19.321.3048
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Perilaku Merokok Di SMA Saraswati Denpasar” pada
waktunya.
Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak awal sampai
terselesainya proposal ini, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis
1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM., selaku Ketua STIKes Wira Medika Bali yang
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Wira Medika Bali yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan
proposal ini.
3. Ns. Niken Ayu Merna Eka Sari, S.Kep., M.Biomed., selaku pembimbing I yang telah
proposal ini.
4. Ns. Ni Komang Ayu Resiyanthi, S.Kep., M.Fis., selaku pembimbing II yang telah
proposal ini.
5. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar saya yang telah mendukung dan memberi
6. Teman-teman saya yang telah memotivasi sehingga saya bisa menyelesaikan proposal ini
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini yang tidak bisa penulis
Penulis mengucapkan permohonan maaf apabila ada kesalahan didalam penulisan proposal
ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan
Penulis
PENDAHULUAN
Rokok adalah tembakau yang digulung menggunakan kertas, daun, atau kulit
jagung yang sebesar kelingking dan panjang 8-10 cm. Rokok juga mengandung bahan
kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian bagi
Rokok masuk kedalam zat adiktif karena bisa membuat orang yang menghisapnya
menjadi ketagihan hingga ketergantungan. Remaja adalah tahap masih mencari jati diri,
ingin mencoba hal baru, dan mudah terpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya.
Menurut data WHO dari (Komasari & Helmi, 2018) didapatkan hasil bahwa
perokok remaja di dunia sebanyak 30% adalah perokok aktif. Menurut data World Health
perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok
berdampak pada semakin meningkatnya beban penyakit dan angka kematian yang
disebabkan oleh rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di Dunia akan
mencapai 10 juta jiwa 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Data dari Riset
merokok penduduk umur 10 tahun dari 28,8% pada tahun 2013 menjadi 29,3% tahun
2018. Saat ini masalah merokok tidak hanya pada orang dewasa namun juga semakin
marak dikalangan anak dan remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya
prevalensi merokok pada populasi usia 10 hingga 18 tahun yaitu sebesar 1,9% dari tahun
2013 (7,2%) ke tahun 2018 (9.1%) (Riskesdas, 2020). Pada anak remaja prevalensi
merokok meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2013 prevalensi perokok anak
remaja mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9.10% tahun 2018,
dan meningkat 10.70% di tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, prevalensi merokok pada
anak remaja bisa mencapai 16% di tahun 2030. Menurut data Rikesdas 2018 jumlah
perokok pada usia remaja umur 15-19 tahun di Bali khususnya di Kota Denpasar
menduduki peringkat keempat yaitu sebanyak 48,53%, daan urutan pertama yaitu di
Masa remaja adalah masa perubahan dari kanak-kanak ke masa dewasa, yang
ditandai dengan perubahan fisik secara umum serta perkembangan kognitif dan sosial
(Pratama et al., 2021). Remaja sangat rentan terpengaruh oleh lingkungannya, lingkungan
yang negatif bisa membuat remaja terjebak dalam hal-hal negatif yaitu seperti perilaku
merokok. Hal ini disebabkan karena pola pikir yang belum matang, pengaruh teman
sebaya, meniru perilaku orang dewasa, dan kurangnya keterampilan dalam mengambil
keputusan (Lenda Yuli Astuti, Akde Triyoga, 2018). Mengasosiasikan anak muda
dengan hal-hal negatif, seperti menggunakan obat-obatan dan minum alkohol, salah satu
hal yang umum dilakukan oleh anak muda adalah merokok. Paragraf di bawah pindah
ke sini. Remaja biasanya merokok dirumah, sekolah, warung makan, dan tempat umum
lainnya. Meski remaja dilarang merokok, mereka tetap melanggar larangan tersebut
dan bisa menjadi masalah dalam masyarakat yang menimbulkan kerugian dari segi sosial
ekonomi, kesehatan, bahkan kematian. Perilaku merokok ialah masalah yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat karena bisa menimbulkan berbagai dampak negatif seperti
penyakit akut maupun kronis. Perilaku merokok adalah hal yang fenomenal yang ditandai
dengan jumlah perokok yang semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini disebabkan
karena rokok mengandung zat adiktif (Atmasari et al., 2020). Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Musniati et al., 2021) dengan judul “Determinan Perilaku
Merokok Pada Remaja” menunjukkan bahwa perilaku merokok pada siswa laki-laki
kelas X dan XI di SMK Negeri 5 Pekan Baru masih buruk dengan hasil persentase
86,6%. Perilaku merokok dmerupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan sikap
karena pada dasarnya perilaku akan menentukan seseorang dalam bersikap terhjadap
suatu objek baik yang disengaja maupun tidak sengaja, dimana sikap ini dipengaruhi oleh
PENGETAHUAN!
dimaksudkan untuk dibakar, dihisap termasuk cerutu, rokok putih, kretek yang dihasilkan
dari nicotina tabcun ,nicotina rusticaatau yang asapnya mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan. Selain itu merokok adalah kebiasaan yang sulit
mana seperti di instansi pemerintah, dan juga sekolah. Bahkan merokok dilakukan Ketika
adalah dengan cara melakukan sosialisasi mengenai akibat atau dampak dari merokok,
dimana seperti yang diketahui bahwa rokok mengandung bahan yang tidak baik bagi
kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus. Disekolah upaya pencegahan bisa
video pencegahan perilaku merokok, menolak ajakan merokok, poster, dan banner
dilakukan pemerintah saat ini juga sejalan dengan pengendalian tembakau dari WHO, di
Indonesia adalah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai intervensi utama
pengendalian rokok. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri, mengenai pedoman pelaksanaan asap rokok (Kemenkes RI,
2013). Dalam hal ini pemerintah juga berupaya menurunkan prevalensi perokok remaja
dengan membentuk program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini
sudah dibentuk dari tahun 2003 yang dilaksanakan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Pelaksana pelayanan kesehatan peduli remaja melibatkan prtisipasi aktif remaja dengan
teman sebayanya sebagai konselor (Kemenkes RI, 2019). Konselor sebaya adalah salah
satu cara memberikan pemahan kepada teman agar mampu memahami diri sendiri
maupun lingkungannya.
Berdasarkan hasil permasalahan yang telah diuraikan peneliti pada latar belakang
diatas, maka masalah yang diangkat oleh peneliti ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahun
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
b. Bagi Sekolah
c. Bagi Guru
Diharapkan menjadi acuan bagi guru agar implementasi kesehatan mengenai
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan data dasar untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan tentang
1. Penelitian yang dilakkan oleh (Afif & Astuti, 2019) dengan judul “ Hubungan
Antara Persepsi Terhadap Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja”.
product- moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara persepsi terhadap iklan rokok dengan perilaku
merokok pada remaja, yaitu r = 0,626 p<0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis yang diajukan diterima yang berarti bahwa jika persepsi terhadap iklan
rokok positif maka perilaku merokok pada remaja cenderung tinggi, sebaliknya
jika persepsi terhadap iklan rokok negative maka perilaku merokok pada remaja
akan cenderung rendah. Sumbangan efektif persepsi iklan rokok terhadap perilaku
merokok sebesar 39,2% artinya masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti mengenai perilaku merokok
pada remaja dengan pendekatan cross sectional, dan subjek penelitian sama
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis univariat dan
bivariat dan di lakukan uji statistik menggunakan uji ch-square. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik 57,1%, sikap positif
59,1% dan mayoritas remaja tidak merokok 63,2%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
namun terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku merokok pada remaja (
P<0.005). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti mengenai tingkat
3. Penelitian yang dilakkan oleh (Lenda Yuli Astuti, Akde Triyoga, 2018) dengan
sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis
kategori baik sebanyak 45 siswa dan paling sedikit ketgori kurang sebanyak 1 siswa,
dengan kesimpulan remaja laki-laki di SMP N 3 Pedan memiliki pengetahuan tentang
bahaya merokok dengan ketgori baik. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama
dalam penelitian ini adalah jumlah sampel, waktu, dan tempat penelitian ini