Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ROKOK


DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI
DI SMA SARASWATI DENPASAR

Oleh:
PUTU ARDIA PIRANIKA PUTRI
NIM. 19.321.3048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya, penlusi dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Perilaku Merokok Di SMA Saraswati Denpasar” pada

waktunya.

Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Wira Medika Bali.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak awal sampai

terselesainya proposal ini, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM., selaku Ketua STIKes Wira Medika Bali yang

telah memberikan kesemptan mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan di

STIKes Wira Medika Bali.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Wira Medika Bali yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan

proposal ini.

3. Ns. Niken Ayu Merna Eka Sari, S.Kep., M.Biomed., selaku pembimbing I yang telah

memberikan kesempatan, masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal ini.
4. Ns. Ni Komang Ayu Resiyanthi, S.Kep., M.Fis., selaku pembimbing II yang telah

memberikan kesempatan, masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan

proposal ini.

5. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar saya yang telah mendukung dan memberi

motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan proposal ini.

6. Teman-teman saya yang telah memotivasi sehingga saya bisa menyelesaikan proposal ini

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan permohonan maaf apabila ada kesalahan didalam penulisan proposal

ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan

proposal ini dan selanjutnya dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Desember 2022

Penulis

(Putu Ardia Piranika Putri )


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rokok adalah tembakau yang digulung menggunakan kertas, daun, atau kulit

jagung yang sebesar kelingking dan panjang 8-10 cm. Rokok juga mengandung bahan

kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian bagi

seseorang yang sering merokok. Merokok adalah perilaku yang membahayakan

kesehatan, namun perilaku merokok sangat sulit untuk dihilangkan (Wuryandari,2021) .

Rokok masuk kedalam zat adiktif karena bisa membuat orang yang menghisapnya

menjadi ketagihan hingga ketergantungan. Remaja adalah tahap masih mencari jati diri,

ingin mencoba hal baru, dan mudah terpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya.

Menurut data WHO dari (Komasari & Helmi, 2018) didapatkan hasil bahwa

perokok remaja di dunia sebanyak 30% adalah perokok aktif. Menurut data World Health

Organization (2018) menyatakan Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah

perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok

berdampak pada semakin meningkatnya beban penyakit dan angka kematian yang

disebabkan oleh rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di Dunia akan

mencapai 10 juta jiwa 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Data dari Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa terdapat peningkatan prevalensi

merokok penduduk umur 10 tahun dari 28,8% pada tahun 2013 menjadi 29,3% tahun
2018. Saat ini masalah merokok tidak hanya pada orang dewasa namun juga semakin

marak dikalangan anak dan remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya

prevalensi merokok pada populasi usia 10 hingga 18 tahun yaitu sebesar 1,9% dari tahun

2013 (7,2%) ke tahun 2018 (9.1%) (Riskesdas, 2020). Pada anak remaja prevalensi

merokok meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2013 prevalensi perokok anak

remaja mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9.10% tahun 2018,

dan meningkat 10.70% di tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, prevalensi merokok pada

anak remaja bisa mencapai 16% di tahun 2030. Menurut data Rikesdas 2018 jumlah

perokok pada usia remaja umur 15-19 tahun di Bali khususnya di Kota Denpasar

menduduki peringkat keempat yaitu sebanyak 48,53%, daan urutan pertama yaitu di

Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak 54,49%.

Masa remaja adalah masa perubahan dari kanak-kanak ke masa dewasa, yang

ditandai dengan perubahan fisik secara umum serta perkembangan kognitif dan sosial

(Pratama et al., 2021). Remaja sangat rentan terpengaruh oleh lingkungannya, lingkungan

yang negatif bisa membuat remaja terjebak dalam hal-hal negatif yaitu seperti perilaku

merokok. Hal ini disebabkan karena pola pikir yang belum matang, pengaruh teman

sebaya, meniru perilaku orang dewasa, dan kurangnya keterampilan dalam mengambil

keputusan (Lenda Yuli Astuti, Akde Triyoga, 2018). Mengasosiasikan anak muda

dengan hal-hal negatif, seperti menggunakan obat-obatan dan minum alkohol, salah satu

hal yang umum dilakukan oleh anak muda adalah merokok. Paragraf di bawah pindah

ke sini. Remaja biasanya merokok dirumah, sekolah, warung makan, dan tempat umum

lainnya. Meski remaja dilarang merokok, mereka tetap melanggar larangan tersebut

(Pratama et al., 2021).


Merokok adalah perilaku yang memiliki kecenderungan dimulai dari masa remaja

dan bisa menjadi masalah dalam masyarakat yang menimbulkan kerugian dari segi sosial

ekonomi, kesehatan, bahkan kematian. Perilaku merokok ialah masalah yang berkaitan

dengan kesehatan masyarakat karena bisa menimbulkan berbagai dampak negatif seperti

penyakit akut maupun kronis. Perilaku merokok adalah hal yang fenomenal yang ditandai

dengan jumlah perokok yang semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini disebabkan

karena rokok mengandung zat adiktif (Atmasari et al., 2020). Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Musniati et al., 2021) dengan judul “Determinan Perilaku

Merokok Pada Remaja” menunjukkan bahwa perilaku merokok pada siswa laki-laki

kelas X dan XI di SMK Negeri 5 Pekan Baru masih buruk dengan hasil persentase

86,6%. Perilaku merokok dmerupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan sikap

karena pada dasarnya perilaku akan menentukan seseorang dalam bersikap terhjadap

suatu objek baik yang disengaja maupun tidak sengaja, dimana sikap ini dipengaruhi oleh

pengetahuan, keyakinan, dan empati (Aryani, 2019). TAMBAHKAN TENTANG

PENGETAHUAN!

Merokok adalah perbuatan yang membakar suatu produk tembakau yang

dimaksudkan untuk dibakar, dihisap termasuk cerutu, rokok putih, kretek yang dihasilkan

dari nicotina tabcun ,nicotina rusticaatau yang asapnya mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan. Selain itu merokok adalah kebiasaan yang sulit

dihilangkan, dalam kehidupan sehari-hari kebiasaan merokok sering dijumpai dimana-

mana seperti di instansi pemerintah, dan juga sekolah. Bahkan merokok dilakukan Ketika

orang tersebut masih remaja.


Upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka perilaku merokok pada remaja

adalah dengan cara melakukan sosialisasi mengenai akibat atau dampak dari merokok,

dimana seperti yang diketahui bahwa rokok mengandung bahan yang tidak baik bagi

kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus. Disekolah upaya pencegahan bisa

dilakukan dengan kegiatan psikoedukasi, pencegahan perilaku meroko, penayangan

video pencegahan perilaku merokok, menolak ajakan merokok, poster, dan banner

pencegahan perilaku merokok (Sutatminingsih & Zulkarnain, 2022). Upaya yang

dilakukan pemerintah saat ini juga sejalan dengan pengendalian tembakau dari WHO, di

Indonesia adalah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai intervensi utama

pengendalian rokok. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan

dan Menteri Dalam Negeri, mengenai pedoman pelaksanaan asap rokok (Kemenkes RI,

2013). Dalam hal ini pemerintah juga berupaya menurunkan prevalensi perokok remaja

dengan membentuk program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini

sudah dibentuk dari tahun 2003 yang dilaksanakan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

Pelaksana pelayanan kesehatan peduli remaja melibatkan prtisipasi aktif remaja dengan

teman sebayanya sebagai konselor (Kemenkes RI, 2019). Konselor sebaya adalah salah

satu cara memberikan pemahan kepada teman agar mampu memahami diri sendiri

maupun lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil permasalahan yang telah diuraikan peneliti pada latar belakang

diatas, maka masalah yang diangkat oleh peneliti ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok

pada remaja laki-laki di SMA Saraswati Denpasar”


1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku

merokok pada remaja laki-laki di SMA Saraswati Denpasar.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang rokok pada remaja laki-laki.

b. Mengidentifikasi perilaku merokok pada remaja laki-laki.

c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok

pada remaja laki-laki.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahun

dibidang keperawatan khususnya tentang rokok pada remaja untuk menambah

pengetahuan dan perilaku merokok.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan responden dapat meningkatkan

pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki.

b. Bagi Sekolah

Sebagai upaya peningkatan kualitas pengetahuan tentang rokok dan perilaku

merokok pada remaja dalam pengolaan pengajaran.

c. Bagi Guru
Diharapkan menjadi acuan bagi guru agar implementasi kesehatan mengenai

pengetahuan tentang rokok bisa tersampaikan dengan baik kepada siswa.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan sumber

pengetahuan terkait rokok dan perilak merokok pada remaja.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan data dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan tentang

rokok dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakkan oleh (Afif & Astuti, 2019) dengan judul “ Hubungan

Antara Persepsi Terhadap Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja”.

Desain penelitian yaitu kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah

sampel yang digunakan sebanyak 50 siswa. Analisis data menggunakan korelasi

product- moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan

positif yang signifikan antara persepsi terhadap iklan rokok dengan perilaku

merokok pada remaja, yaitu r = 0,626 p<0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis yang diajukan diterima yang berarti bahwa jika persepsi terhadap iklan

rokok positif maka perilaku merokok pada remaja cenderung tinggi, sebaliknya

jika persepsi terhadap iklan rokok negative maka perilaku merokok pada remaja

akan cenderung rendah. Sumbangan efektif persepsi iklan rokok terhadap perilaku

merokok sebesar 39,2% artinya masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi meningkatnya perilaku merokok pada remaja sebesar 60,8%.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti mengenai perilaku merokok
pada remaja dengan pendekatan cross sectional, dan subjek penelitian sama

yaituremaja laki-laki. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah jumlah

sampel, waktu, dan tempat penelitian

2. Penelitian yang dilakkan oleh (Wuryandari, 2021) dengan Judul “Pengetahuan

Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Remaja”. Desain penelitian

koreasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 49 siswa dengan Teknik pengambilan sampel accindental sampling.

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis univariat dan

bivariat dan di lakukan uji statistik menggunakan uji ch-square. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik 57,1%, sikap positif

59,1% dan mayoritas remaja tidak merokok 63,2%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak

terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok ( P>0.005)

namun terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku merokok pada remaja (

P<0.005). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti mengenai tingkat

pengetahuan dengan pendekatan cross sectional, dengan menentukan jumlah sampel

menggunakan rumus slovin. sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah

jumlah sampel, waktu dan tempat

3. Penelitian yang dilakkan oleh (Lenda Yuli Astuti, Akde Triyoga, 2018) dengan

judul “ Pengetahuan Tenyang Bahaya Merokok Pada Remaja Laki-Laki”. Desain

penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang

digunakan sebanyak 52 siswa dengan Teknik pengambilan sampel purposive

sampling. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis

univariat. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan paling banyak yaitundengan

kategori baik sebanyak 45 siswa dan paling sedikit ketgori kurang sebanyak 1 siswa,
dengan kesimpulan remaja laki-laki di SMP N 3 Pedan memiliki pengetahuan tentang

bahaya merokok dengan ketgori baik. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti mengenai tingkat pengetahuan dengan pendekatan cross sectional, dengan

menentukan jumlah sampel menggunakan rumus slovin. sedangkan perbedaan

dalam penelitian ini adalah jumlah sampel, waktu, dan tempat penelitian ini

dilakukan di SMP sedangkan yang akan diteliti di SMA.

Anda mungkin juga menyukai