Anda di halaman 1dari 15

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PEROKOK

(Studi Kasus Kelurahan Lempuing Kota Bengkulu.)

Outline

Oleh

RANI AYU PERMATA SARI

D1A016067

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan bagi


kesehatan dalam berbagai sudut pandang, baik bagi diri sendiri maupun orang
lain di sekitarnya. Bahaya yang ditimbulkan akibat rokok sudah banyak
diketahui oleh semua orang, tetapi hal ini tidak mengurangi dan hampir setiap
saat dapat dijumpai banyaknya orang yang sedang merokok ,Bahkan perilaku
merokok sudah sangat dianggap suatu hal yang wajar untuk para remaja,
khususnya remaja laki-laki.
perokok remaja pertama mengenal rokok dari teman-teman mereka
(63,63%), orangtua (16,36%) dan keluarga (12,72%) yang merupakan orang
paling dekat dalam kehidupan sosial mereka menurut Chotidjah (2012)
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa terdapat
peningkatan prevalensi merokok penduduk umur 10 Tahun dari 28,8% pada
tahun 2013 menjadi 29,3% pada tahun 2018. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya prevalensi merokok pada populasi usia 10 18 Tahun yakni
sebesar 1,9% dari tahun 2013 (7,2%) ke tahun 2018 (9,1%).

PERMENKES RI No. 40 tahun 2013 dampak Konsumsi Rokok Bagi


Kesehatan, Indonesia menempati urutan ke-tiga dengan jumlah perokok tertinggi
setelah Cina dan India

Semakin dininya anak mencoba merokok ini akibat beberapa faktor


antara lain lingkungan keluarga yang merokok dengan mengesampingkan

2
kesehatan anak -anak serta tidak adanya aturan yang tegas pada tingkat
Negara (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2012).

Efek rokok terhadap kesehatan sangat membahayakan, akibat kandungan


berbagai bahan kimia berbahaya yang ada didalam rokok, maka dengan
merokok sama dengan memasukkan bahan-bahan berbahaya tersebut kedalam
tubuh. Bahaya rokok sudah banyak diketahui, tetapi masih banyak remaja
yang menjadi perokok aktif. Kebiasaan merokok umumnya dilakukan pada
saat usia remaja.
Kematian akibat rokok akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020
mengingat jumlah perokok yang menurut hasil riset lembaga internasional dan
penelitian lainnya yang cenderung terus menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun
Jenis rokok, rata-rata batang rokok yang dikonsumsi, dan perilaku
mengunyah tembakau.Perilaku konsumsi tembakau termasuk kebiasaan
konsumsi rokok hisap, rokok elektronik, shisha dan tembakau kunyah.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 .

Proposi merokok pada umur 10-18 Tahun


=ART Umur 10- 18 Tahun yang merokok dalam 1 bulan terakhir
____________________________________________________
Semua ART umur 10 – 18 Tahun

Proposi merokok pada umur > 15 Tahun


=ART Umur > 15 Tahun yang merokok dalam 1 bulan terakhir
____________________________________________________
Semua ART umur > 15 Tahun
Proposi merokok pada umur > 10 Tahun
=ART Umur > 10 Tahun yang merokok dalam 1 bulan
terakhir

3
____________________________________________________
Semua ART umur > 15 Tahun

Menurut WHO (2008) merokok dalam jangka panjang menjadi penyebab


utama penyakit yang mematikan seperti serangan jantung, kanker, dan
penyakit pada paru-paru. Laporan WHO ada 1,3 milyar orang yang merokok
didunia. Semua ahli kesehatan termasuk World Health Organization (WHO).
bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak negatif, lebih
bagi anak-anak dan masa depannya.
Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini
didapatkan pada asap utama yaitu asap rokok yang terhisap langsung masuk
keparu-paru perokok maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan
oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren, dan
amoniak (KPAI, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Small dan Hunter (2014)
menunjukkan bahwa pola komunikasi orang tua dengan anak-anak mereka
bervariasi dalam hal kualitas dan koherensi dengan rekomendasi dalam
literature. Sebagian besar orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka
tentang merokok melalui interaksi verbal, menggunakan salah satu dari tiga
pendekatan: membahas merokok dengan anak-anak mereka, mengatakan
anak-anak mereka tentang merokok, atau mengakui pemahaman anak-anak
mereka merokok.
Perilaku merokok yang terjadi pada seseorang dapat dibedakan menjadi
perokok ringan, perokok sedang, perokok berat, dan perokok sangat berat.
Perokok ringan menghabiskan rokok 10 batang setiap hari. Perokok sedang
menghabiskan rokok 11-20 batang setiap hari. Perokok berat merokok sekitar
21- 30 batang setiap hari sedangkan perokok sangat berat mengkonsumsi lebih
dari 30 batang setiap hari.

4
Menurut Jatmika dan Anggraini (2018) menyatakan bahwa dengan
adanya pengetahuan pada remaja terhadap merokok akan berpengaruh
pada sikap remaja pada perilaku merokok karena adanya perbedaan
pandangan terhadap rokok.
Menurut WHO (2015) pada tahun 2015 di Indonesia diperkirakan 36%
atau sekitar 60 juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin, hal ini berbeda
dengan jumlah konsumsi rokok di negara lain yang bisa diperkiran akan
menurun,

Data Riskesdas 2018 persentase perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8%.


Persentase jumlah keseluruhan perokok laki-laki sebesar 62,9% dan
sedangkan peresentase jumlah keseluruhan perokok perempuan sebesar 4,8%.
Peningkatan jumlah perokok ini dibarengi dengan peningkatan penyakit akibat
mengonsumsi rokok, beberapa diantaranya hipertensi, stroke, diabetes,
jantung, dan kanker (Riskesdas, 2018).

Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014 proporsi


umur pertama kali mencoba merokok pada laki-laki usia 10-11 tahun 26.7%,
usia 12-13 tahun 43.4%, usia 14-15 tahun 7.3%. Data tersebut menujukan
sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada usia 12-13 tahun.

Usia perokok di Indonesia kini semakin muda, bahkan telah


menyentuh usia anak -anak. Kondisi ini yang menyebabkan Indonesia disebut
sebagai satu-satunya negara di dunia dengan baby smoker atau perokok anak
(http://kolomkita.detik.com/).
Penelitian Thaha dkk (2013) menunjukan 38, 4% orang tua yang
merokok merupakan agen imitasi atau tiruan yang dicontoh oleh anak. Risiko
merokok pada anak dengan orangtua perokok adalah 2,44 kali lebih besar dari
pada anak yang orangtuanya tidak merokok.
Penelitian Astri Ayuk Kustanti (2014), hasil penelitiannya
menunjukkan kebiasaan merokok remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain pengaruh keluarga, teman sebaya dan iklan. Hasil penelitian Thaha

5
dkk (2013), menunjukan bahwa perilaku merokok remaja sekolah menengah
pertama dipengaruhi oleh interaksi yang negatif dari keluarga, interaksi dari
kelompok sebaya, terpengaruh oleh iklan rokok dan sikap individu yang
membuka dirinya untuk mencoba merokok.
Ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok, antara lain
adalah: 1) Mencontoh dari orang tua yang juga perokok, 2) Pengaruh teman,
sebagian besar remaja ataupun orang yang merokok memiliki lingkungan
pergaulan yang sebagian besar merokok, 3) Pengaruh diri sendiri, remaja
merokok juga karena faktor ingin tahu serta coba coba, 4) Pengaruh iklan,
banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah
mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok (Hasanah, 2011).
Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar
dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok yaitu
pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi perilaku merokok tampaknya
didapatkan melalui 2 transmisi yaitu transmisi vertikal (lingkungan keluarga)
dan transmisi horizontal (lingkungan teman sebaya). Lingkungan keluarga dan
lingkungan teman sebaya serta kepuasan psikologis merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja (Komasari, 2000).
Prevalensi merokok penduduk umur ≥10 tahun menurut Kota di
Provinsi Bengkulu Riskesdas 2018.
Kota Bengkulu perokok saat ini % perokok setiap hari 20,36. Perokok
kadang- kadang 4,01. Dan tidak merokok % , mantan perokok 1,13,bukan
perokok 72,14 dan tertimbang 2,669 .
Menurut Badan Pusat Statistik
Persentase Merokok Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut Provinsi
(Persen)

PROVINSI 2018 2019 2020


BENGKULU 35,53 33,14 32,31
Sumber : Suvei sosial ekonomi nasional

6
Kebutuhan untuk berinteraksi sosial yang paling terjadi pada masa
remaja.orang tua,masyarakat ataupun lingkungan sekitar sangat
mempengaruhi seorang remaja untuk merokok, pada remaja ,individu
berusaha untuk menarik perhatian orang lain. Semua hal tersebut diperoleh
apabila remaja mampu berinterkasi sosial. Dalam interaksi sosial terdapat
simbol sebagai sesuatu yang nilai atau makna oleh mereka yang
menggunakannya ,tempat terjadinya interaksi sosial dapat terjadi dimana saja,
kita melakukan kontak dengan individu maupun kelompok.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah masalah
dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan perokok remaja
dalam interaksi sosial di kelurahan lempuing kota Bengkulu ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan dan sikap perokok remaja dalam interaksi sosial dikelurahan lempuing
kota Bengkulu ?
1.3.1 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran karakteristik (umur dan pendidikan ) perokok
remaja?
Untuk mengetahui gambaran sikap perokok remaja terhadap perilaku
merokok

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang dimilikinya. Panca
indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatiandan persepsi terhadap
objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran
dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word
health organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, 2010)
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
a. Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 5 tingkat
pengetahuan, yaitu:
1)Tahu (Know) Rasa mengerti melihat atau mengamati sesuatu
2)Memahami (Comprehension)suatu kemampuan untuk menjelaskan
tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar
sesuai fakta
3)Aplikasi (Aplication) Suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi
yang sudah dipelajari pada kondisi nyata atau sebenarnya
4)Analisis (Analysis) kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu
objek atau materi tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya

8
6)Evaluasi (Evaluation) Pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek.

2.2 .Sikap
2.2.1. Pengertian
Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi atau respons yang
masih tertutup terhadap objek, sikap hanya dapat ditafsirkan dan tidak dapat
dilihat karena merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu
untuk berkelakuan dengan pola tertentu terhadap suatu objek akibat pendirian dan
perasaan terhadap objek tersebut. Sikap sudah melibatkan faktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setujutidak setuju, baik-tidak
baik,dsb).
Sikap merupakan eskpresi suka atau tidak suka seseorang terhadap objek,
yang didapatkan melalui pengalaman sendiri atau orang lain. Faktor internal yang
mempengaruhi pembentukan sikap yaitu usia. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin baik pula sikapnya, pendidikan juga bertalian dengan transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan perilaku.

B. Tingkatan
Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan tugas yang diberikan. benar atau salah adalah berarti orang
itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing) dengan mengajak orang lain untuk
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible) dengan segala risiko yang telah
dipilihnya adalah sikap yang paling tinggi

9
2.3 . Remaja
A. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,
psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis,
dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013)
Menurut Hurlock remaja adalah anak dalam rentang usia 12-18 tahun.
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan rentang usia remaja sangat
bervariasi, akan tetapi awal dari masa remaja relatif sama sedangkan masa
berakhirnya masa remaja lebih bervariasi
Awal usia masa remaja berkisar 10 - 8 tahun dan akhir masa remaja
berkisar 21 tahun.13 Dalam penelitian remaja yang akan diteliti berada pada
rentang usia 13-15 tahun.

2.3 Rokok
Rokok merupakan suatu gulungan tembakau berukuran kira-kira sebesar
kelingking yang dibungkus dengan daun atau kertas. Konsumsi rokok dilakukan
dengan cara menghisap rokok di salah satu ujungnya dan membakarnya pada
ujung yang lain . Secara umum rokok dikemas dalam kotak dengan isi rata-rata
16-20 batang. Dalam kemasan rokok biasanya terdapat peringan tentang bahaya
merokok.
Rokok merupakan silinder dari kertas yang berukuran panjangan antara 70
hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun dan tembakau
yang telah di cacah,dan dibakar salah satu ujungnya dan asapnya akan di hirup
lewat mulut.

10
Rokok merupakan perilaku yang berisiko terhadap sejumlah besar
penyakit tidak menular (PTM) yang dapat dihindari atau dihentikan oleh para
pelaku sendiri secara independen ataupun atas bimbingan konselor. (Bustan,
2015)
Menurut Levinthal (dalam King, 2016: 211) efek perilaku dari nikotin
meliputi atensi dan kesiagaan yang meningkat, penurunan rasa marah dan
kecemasan, serta hilangnya rasa sakit. Pada akhirnya, perilaku merokok menjadi
sebuah kebiasaan. Menghisap sebatang rokok dapat mendorong hilangnya
otonomi ketika seorang perokok merasa bahwa tidak merokok memerlukan usaha
atau menyebabkan ketidak nyamanan,
A. Jenis-jenis rokok
Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi bebrapa
jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku
atau isi rokok, proses pembuatan rokok,dan penggunaan filter pada rokok.
(Jaya, 2009)
1) Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya
a) Klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
yang dikeringkan
.b) Kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
yang telah dikeringkan.
c) Sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:2) Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif,


metode kualitatif adalah Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan) dan analisis data bersifat kualitatif. Berkaitan dengan
penelitian ini, pendekatan deskriptif dianggap paling sesuai karena penulis
ingin mencari gambaran dan mendeskripsikan secara rinci tentang
hubungan pengetahuan dan sikap remaja perokok.

Teknik Penentuan Informan

Menurut Sugiyono (2017:85), purvosive sampling adalah teknik


penentuan informanl dengan pertimbangan tertentu. Alasan penentuan informan
penelitian dengan menggunakan purvosive sampling karena tidak semua obyek
atau sasaran penelitian memiliki kriteria sesuai dengan yang telah penulis
tentukan.

Teknik PengumpulanData

Teknik pengumpulan data suatu proses yang penting dalam mendapatkan


data pada penelitian. Menurut Sugiyono (2017:308) jika peneliti tidak
mengetahui teknik dari pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang dapat memenuhi standar data yang telah ditentukan. Pada penelitian ini

12
pengumpulan data yang digunakan berupa obeservasi, wawancara dan
dokumentasi.

1) Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik


fenomena-fenomena yang di selidiki atau yang diteliti. Observasi
merupakan pengamatan atau memperhatikan perilaku individu dalam
situasi atau selang waktu tanpa manipulasi dan mengontrol dimana
perilaku itu ditampilkan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan


ide melului Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih
mendalam dengan wawancara, Dalam penelitian ini teknik wawancara
dilakukan untuk memperoleh data dan informasi.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah


berlalu.Dokumentasi bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Studi
dokummentasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang
mendukung proses penelitian, selain itu teknik dokumentasi ini juga
dilakukan dengan menggunakan metode foto, rekaman video ataupun
rekaman suara dari objek yang diteliti dengan berbagai kegiatan

13
Daftar Pustaka

Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali


Kesehatan Eksternal dan Perilaku Merokok. Jurnal MAKARA: Sosial
Humaniora, 16 (1), 49-56.

Menteri Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 tahun 2013


tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi
Kesehatan. Jakarta: Menteri Kesehatan

Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2012,


Menyelamatkan Anak dari Bahaya Rokok, Komnas Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Jakarta. Diakses 28 Oktober 2015,
(http://www.kpai.go.id/tinjauan/menyelamatkan-anak-dari-bahaya-rokok/)

v Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 kementerian kesehatan


republik Indonesia.

WHO. 2008. WHO report on the Global Tobacco Epidemic.WHO.


Available from: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full
2008.pdf. (Accessed 2017 Jan 12).

Small & Hunter. 2014. Knowlegdeof Dangers Smoking and the Influence
of Smoking Habits. International Journal of Social Science and Humanity,
Vol. 10, No. 2.

14
WHO. 2015. The Millenium Development Gols for Health. Jakarta :
World Health Organitation.

15

Anda mungkin juga menyukai