Anda di halaman 1dari 14

Artikel 21

A. Judul: Peran siswa dalam pencegahan perilaku merokok pada sekolah menengah pertama di
kecamatan pare kabupaten kediri
B. Cover
C. Editorial Board
D. Daftar Isi
PERAN SISWA DALAM PENCEGAHAN PERILAKU
MEROKOK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
Endah Retnani Wismaningsih, Sri Widati, Imam S. Mochny
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email : sri-widati@fkm.unair.ac.id

Abstract : Smoking endangers health, and the longer an individual smokes, the more severe
the repercussions. Tobacco’s related diseases are the most possible prevented disease.
Student’s as school citizen should have their role to promote health in school. It is important
because for teenager at this age peer group has a bigger influence than parents or teacher.
The main purpose of this research was to know about student’s role to prevent smoking
behavior at junior high school in Pare District Kediri Regency. This research was
qualitative study. The research conducted at 5 junior high school in Pare District, that is
SMPN 2 Pare, MTs Negeri Model dan SMP Dharma Wanita, SMPN 3 Pare, SMPN 1 Pare.
Data collecting done by interview and FGD. The informan of the research was UKS teacher,
and students. The result showed that student’s role was to remind their friend about
cigarette’s health effect, and report to teacher or parent and in two junior high school there
are peer educator program. This role can be improved by forming peer educator and execute
cigarette’s theme event.

Keywords : student’s role, smoking behavior prevention

Abstrak : Merokok membahayakan kesehatan, dan semakin lama individu merokok,


semakin berbahaya dampaknya. Penyakit terkait tembakau adalah penyakit yang paling
dapat dicegah. Siswa sebagai warga sekolah seharusnya memiliki peran dalam
mempromosikan kesehatan di sekolah. Hal ini penting karena bagi remaja pada usia ini
kelompok sebaya mempunyai pengaruh yang lebih besar dibanding orang tua atau guru.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peran siswa dalam pencegahan
perilaku merokok di sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di lima SMP
di Kecamatan Pare, yaitu SMPN 2 Pare, MTs Negeri Model dan SMP Dharma Wanita,
SMPN 3 Pare, SMPN 1 Pare. Pengumpulan data dilakukan melalui interview dan FGD.
Informan penelitian meliputi guru Pembina UKS dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran siswa adalah mengingatkan teman mereka mengenai dampak rokok terhadap
kesehatan, melaporkan kepada guru dan orang tua, dan pada dua SMP telah memiliki
program pendidik sebaya. Peran siswa ini dapat ditingkatkan dengan membentuk pendidik
sebaya dan melaksanakan lomba bertema rokok.

Kata kunci: peran siswa, pencegahan perilaku merokok

28
29 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 28-38

PENDAHULUAN dengan angka perokok di atas usia 10


tahun yang merupakan perokok setiap hari
Mayoritas perokok mulai sebesar 20,7%, dan perokok kadang-
merokok pada masa mudanya. Sementara kadang sebesar 4,3% (Depkes RI, 2008).
itu, terdapat perbedaan besar dalam angka Merokok membahayakan
merokok pada orang dewasa berdasarkan kesehatan, dan semakin lama individu
gender, angka rata-rata merokok pada merokok, semakin berat pula dampaknya.
remaja laki-laki dan perempuan (usia 13- Perokok muda mulai ketagihan, yang
15 tahun) memiliki variasi minimal pada akan memperpendek jangka waktu
berbagai negara di dunia. Rata-rata hidupnya dan meningkatkan kemungkinan
jumlah perokok antara remaja laki-laki mati muda karena penyakit akibat rokok.
dan perempuan bebeda kurang dari 5% Remaja putra mulai merokok pada masa
pada hampir separuh Negara di dunia. mudanya sebagai respon terhadap tekanan
Perusahaan rokok melihat perokok muda sebaya, konsepsi yang salah bahwa
sebagai kesempatan untuk menjamin merokok itu “keren” dan meningkatkan
adanya perokok baru pada usia muda (The popularitas, kemudahan akses terhadap
Tobacco Atlas, 2012). produk tembakau, harga rokok dan
Dalam Riskesdas 2010, secara pemasaran tembakau. Pemasaran dan
nasional usia pertama kali merokok pada harga rokok terbukti mendorong inisiasi
usia 10-14 tahun adalah sebesar 17,5% kalangan muda untuk merokok, karena
dan usia 5-9 tahun adalah 1,7% (Depkes pemasaran membuat merokok menarik
RI, 2010). Konsekuensi kesehatan akibat bagi kalangan muda, dan harga yang
rokok yang membunuh setidaknya murah membuat merokok terjangkau (The
200.000 orang tiap tahun di Indonesia. Tobacco Atlas, 2012).
Pada remaja (usia 13-15 tahun), 78% Mengingat perubahan tren usia
merupakan perokok pasif di tempat umum pertama merokok yang cenderung lebih
dan 69% merupakan perokok pasif di dini ini maka perlu adanya upaya promosi
rumah (Campaign for Tobacco-Free Kids, kesehatan guna mencegah remaja untuk
2012). merokok atau menunda usia pertama
Dalam Riskesdas 2010 disebutkan merokok. Usia pertama merokok yang
bahwa salah satu sasaran program semakin muda meningkatkan risiko
perilaku sehat dan pemberdayaan kesakitan akibat rokok karena masa
masyarakat adalah menurunnya prevalensi merokok yang akan lebih lama sepanjang
perokok serta meningkatnya lingkungan masa hidupnya.
sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja Pada remaja, pengaruh teman
dan tempat umum. Indonesia sebagai sebaya merupakan salah satu pendorong
salah satu anggota WHO SEARO untuk remaja berkeinginan merokok. Rasa
menargetkan selama tahun 2000-2010 ingin tahu terhadap bagaimana rasanya
harus dilakukan berbagai upaya agar total merokok ataupun tantangan terhadap
konsumsi rokok di kawasan ini turun larangan yang ada termasuk pengaruh
setidaknya satu persen setahun budaya dan agama mengenai rokok akan
Kementrian Kesehatan RI, 2010). menjadi pertimbangan tersendiri bagi
Pada tahun 2011, remaja Jawa remaja untuk memutuskan untuk tidak
Timur mencapai 16,01% dari total merokok atau merokok baik secara
penduduk atau sebanyak 6.035.175 jiwa terang-terangan ataupun sembunyi-
(Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2011). sembunyi. Bagi remaja yang merokok,
Berdasarkan Riskesdas Propinsi Jawa ketika mereka mencapai usia dewasa
Timur tahun 2007, sebesar 73,8% usia pengaruh lingkungan kerja semakin
merokok pertama adalah 10-14 tahun. memperkuat perilaku merokok karena
Selain itu, Kabupaten Kediri memiliki tingkat stress kerja yang tinggi dan
7,7% responden pertama kali merokok merokok merupakan hal yang cenderung
pada usia 10-14 tahun, 44,7% pada usia dapat ditoleransi untuk dilakukan oleh
15-19 tahun dan 17,6% pada usia 20-24 kelompok usia ini sehingga perilaku
tahun. Sebesar 90,8% perokok di Kediri merokok ini akan menjadi kebiasaan dan
menghisap 1-12 batang rokok tiap hari menimbulkan ketagihan (addiction).
Endah Retnani W, dkk ., Peran Siswa Dalam Pencegahan.....30

Keinginan berhenti merokok seringkali mempunyai kecenderungan menjadi


muncul pada usia dewasa akhir (40 tahun perokok.
lebih), dimana keinginan tersebut antara Faktor penting lainnya adalah
lain dipengaruhi oleh adanya permintaan kemampuan dan ketersediaan. Rokok
keluarga terutama anak, alasan kesehatan, murah, dapat dibeli per biji serta dapat
ataupun pengaruh kampanye anti rokok. dibeli kapanpun dan dimanapun. Bahkan
Komalasari dan Helmi (2000), beberapa remaja mendapatkan rokok
menyebutkan bahwa perilaku merokok secara gratis dari teman atau keluarganya
merupakan fungsi dari lingkungan (Martini dan Sulistyowati, 2005).
dan individu. Artinya perilaku Fase pencegahan terdiri atas
merokok disebabkan oleh faktor dalam pencegahan primordial, pencegahan
diri (seperti perilaku memberontak primer, pencegahan sekunder, dan
dan suka mengambil resiko) dan faktor pencegahan tersier. Upaya pencegahan
lingkungan (seperti orang tua yang primordial dilakukan dengan memelihara
merokok dan teman sebaya yang atau mempertahankan kebiasaan atau
merokok). perilaku hidup yang sudah ada dalam
Faktor penguat (Reinforcing) masyarakat yang dapat mencegah risiko
perilaku merokok adalah perilaku terhadap penyakit. Sedangkan salah satu
merokok anggota keluarga, teman, guru bentuk pencegahan primer adalah promosi
dan keterpaparan terhadap iklan rokok di kesehatan dan pendidikan kesehatan
televisi. Faktor pemungkin (Enabling) (Noor, 2002).
perilaku merokok berupa ketersediaan Mengacu pada Piagam Ottawa
rokok di lingkungan sekolah siswa dan (Ottawa Charter) yang merupakan hasil
keterjangkauan uang saku siswa terhadap dari Konferensi Internasional Promosi
rokok (Kurniasih, 2008). Kesehatan Pertama di Ottawa (Kanada),
Faktor penyebab seorang remaja tiga strategi pokok yang harus
merokok adalah pengaruh orang tua, dilaksanakan dalam promosi kesehatan
teman, faktor kepribadian, pengaruh iklan. adalah (1) advokasi, (2) bina suasana, dan
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa (3) pemberdayaan. Ketiga strategi tersebut
semakin banyak remaja merokok maka dilaksanakan dalam bentuk tindakan-
semakin besar kemungkinan teman- tindakan (aksi-aksi) adalah
temannya adalah perokok juga dan Mengembangkan kebijakan yang
demikian sebaliknya. Fakta tersebut berwawasan kesehatan (healthy public
menunjukkan dua kemungkinan yang policy), yaitu mengupayakan agar para
terjadi, pertama remaja tersebut penentu kebijakan di berbagai sektor di
terpengaruh oleh teman-temannya atau setiap tingkatan administrasi menetapkan
bahkan teman-teman remaja tersebut kebijakan dengan mempertimbangkan
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang dampaknya terhadap kesehatan
akhirnya mereka semua menjadi perokok masyarakat; Menciptakan lingkungan
(Nasution, 2007). yang mendukung (supportive
Ramadhani (2009), menemukan environment), yaitu mengupayakan agar
bahwa pengaruh teman sebaya secara setiap sektor dalam melaksanakan
positif mempengaruhi niat merokok pada kegiatannya mengarah kepada
remaja. Hasil lain dari penelitian terwujudnya lingkungan sehat fisik dan
Ramadhani adalah bahwa terdapat nonfisik); Memperkuat gerakan
hubungan antara sikap terhadap niat masyarakat (community action) yaitu
merokok dimana remaja percaya bahwa memberikan dukungan terhadap kegitan
dengan merokok akan terlihat lebih masyarakat agar lebih berdaya dalam
bergaya, lebih dewasa, dan mereka mengendalikan faktor-faktor yang
merasa diterima oleh teman-temannya. mempengaruhi kesehatan;
Dewi dan Supriyati (tanpa tahun), Mengembangkan kemampuan individu
menemukan bahwa remaja laki-laki yang (personal skills), yaitu mengupayakan
merasa lebih nyaman dekat dengan teman agar setiap individu masyarakat tahu, mau
sebayanya dibanding keluarga, lebih dan mampu membuat keputusan yang
31 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 28-38

efektif dalam upaya memelihara, setiap hari antara anak-anak yang akan ke
meningkatkan, serta mewujudkan sekolah atau mau pulang dari sekolah
kesehatannya, melalui pemberian dengan berbagai manusia dan rangsangan
informasi, serta pendidikan dan pelatihan sosial yang bermacam-macam coraknya.
yang memadai; Menata kembali arah Promosi kesehatan di sekolah dari
pelayanan kesehatan (reorient health sisi metodologi sangat strategis sebab
services), yaitu mengubah pola pikir serta sudah tersedia kelembagaan untuk
sistem pelayanan kesehatan masyarakat melaksanakannya, yaitu program usaha
agar lebih mengutamakan aspek promotif kesehatan sekolah (UKS). UKS adalah
dan preventif, tanpa mengesampingkan bagian dari program kesehatan anak usia
aspek kuratif dan rehabilitatif sekolah. Program UKS adalah upaya
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). terpadu lintas program dan lintas sektoral
Masa remaja merupakan suatu meningkatkan derajat kesehatan serta
masa dimana anak sudah meninggalkan membentuk perilaku hidup bersih dan
masa kanak-kanaknya menuju dunia sehat anak usia sekolah yang berada di
dewasa, dimana pada diri individu yang lingkungan sekolah umum dan sekolah
bersangkutan biasanya ditandai oleh yang bercorak keagamaan (Notoatmodjo,
pertumbuhan dan perkembangan fisik, 2012).
psikis dan sosial yang sangat cepat dan Tujuan UKS adalah untuk
kompleks (Prayitno, 2005). meningkatkan mutu pendidikan dan
Salah satu tugas perkembangan prestasi belajar peserta didik dengan
masa remaja yang tersulit adalah meningkatkan perilaku hidup bersih dan
berhubungan dengan penyesuaian sosial. sehat serta derajat kesehatan peserta didik
Untuk mencapai tujuan dari pola dan menciptakan lingkungan yang sehat,
sosialisasi dewasa, remaja harus membuat sehingga memungkinkan pertumbuhan
banyak penyesuaian baru yang penting dan perkembangan yang harmonis dan
dan sulit meliputi kuatnya pengaruh optimal dalam rangka pembentukan
kelompok sebaya, perubahan dalam manusia Indonesia seutuhnya
perilaku sosial, pengelompokan sosial (Notoatmodjo, 2012).
baru, nilai baru dalam memilih teman, Tujuan promosi kesehatan di
nilai baru dalam penerimaan sosial, dan sekolah adalah untuk meningkatkan hasil
nilai baru dalam memilih pemimpin pendidikan dan memfasilitasi aksi
(Hurlock, 1994). kesehatan dengan membangun
Sekolah menempati kedudukan pengetahuan dan ketrampilan dalam
strategis dalam upaya promosi kesehatan. domain kognitif, sosial, dan perilaku.
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar Siswa yang sehat belajar dengan lebih
anak-anak usia 5-19 tahun terpajan baik. Usaha utama sekolah adalah
dengan lembaga pendidikan dalam jangka memaksimalkan hasil pembelajaran.
waktu yang cukup lama dan di sekolah Promosi Kesehatan Sekolah yang efektif
seorang anak bisa mempelajari berbagai membuat kontribusi yang besar bagi
pengetahuan termasuk kesehatan. Perilaku sekolah dalam mencapai tujuan
guru yang ada di sekolah hendaknya pendidikan dan sosialnya. Sekolah adalah
mencerminkan perilaku yang positif bagi tempat dimana isu dan perspektif
kesehatan karena guru merupakan kesehatan digunakan untuk melengkapi
panutan bagi siswa. dan memperkaya prioritas pendidikan..
Menurut Sarwono (2012), faktor Siswa dapat belajar dan mempraktikkan
yang berpengaruh di sekolah bukan hanya ketrampilan personal dan sosial dan
guru dan sarana serta prasarana perilaku mempromosikan kesehatan, yang
pendidikan saja. Lingkungan pergaulan akan meningkatkan pembelajaran mereka
antar teman pun besar pengaruhnya. Apa (IUHPE, 2009).
yang dikatakan guru tidak lagi menjadi Sekolah yang aktif
satu-satunya ukuran meskipun guru itu mempromosikan kesehatan adalah
disegani. Apalagi kalau sekolah itu sekolah yang melaksanakan hal-hal
berlokasi di pusat keramaian di mana sebagai berikut, Mempromosikan
terjadi titik singgung yang terus menerus kesehatan dan kesejahteraan siswa;
Endah Retnani W, dkk ., Peran Siswa Dalam Pencegahan.....32

Meningkatkan hasil pembelajaran siswa; Responden dalam penelitian


Memegang teguh konsep keadilan sosial kualitatif selanjutnya disebut informan.
dan kesetaraan; Menyediakan lingkungan Informan dalam penelitian ini adalah
yang aman dan mendukung; Melibatkan siswa dan guru Pembina UKS.
partisipasi dan pemberdayaan siswa; Data dikumpukan melalui FGD
Menghubungkan isu dan sistem kesehatan (Focus Group Discussion) dan
dengan pendidikan; Membahas isu wawancara. FGD dilakukan pada siswa
kesehatan dan kesejahteraan semua staf dan wawancara dilakukan dengan guru
sekolah; Bekerja sama dengan orang tua Pembina UKS.
dan komunitas lokal; Mengintegrasikan
kesehatan dalam kegiatan sekolah yang HASIL
sedang berlangsung, kurikulum dan
standar penilaian; Menetapkan tujuan Penelitian ini dilakukan di lima
yang realistis yang dibuat berdasarkan SMP mewakili tiga Puskesmas yang ada
data akurat dan bukti ilmiah; Berupaya di Kecamatan Pare. SMPN 2 Pare
melakukan perbaikan terus menerus merupakan SMP favorit di Kabupaten
melalui monitoring dan evaluasi (IUHPE, Kediri yang berstandar internasional.
2009). SMPN 3 Pare dipilih karena merupakan
Dengan karakteristik remaja yang sekolah adi wiyata. MTsN Model dipilih
cenderung mendengarkan teman untuk mewakili SMP berbasis agama dan
sebayanya dibanding orang tua atau guru SMP Dharma Wanita merupakan SMP
tersebut maka salah satu strategi yang swasta. Sedangkan SMPN 1 Pare dipilih
dapat dalam pencegahan perilaku karena berlokasi di desa yang sama
merokok adalah melalui peningkatan dengan pabrik rokok.
peran siswa. Peningkatan peran siswa ini Informan dalam penelitian ini
merupakan bentuk strategi promosi adalah guru Pembina UKS dan siswa.
kesehatan yakni pemberdayaan dan bina Guru Pembina UKS merupakan guru yang
suasana. Dengan demikian diharapkan diberikan tanggung jawab untuk
pencegahan perilaku merokok di Sekolah mengelola UKS di sekolah tersebut, yakni
Menengah Pertama (SMP) akan lebih guru Bimbingan Konseling (BK), guru
efektif. olah raga, guru pembina PMR, atau guru
Penelitian ini bertujuan untuk lain yang ditunjuk sekolah. Informasi
mengetahui peran siswa dalam yang diperoleh peneliti adalah sejauh
pencegahan perilaku merokok pada mana pencegahan perilaku merokok
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan dilakukan di sekolah dan bagaimana peran
Pare Kabupaten Kediri. siswa dalam upaya tersebut.
Siswa merupakan sasaran utama
METODE pencegahan perilaku merokok di sekolah.
Informasi yang diperoleh dari siswa
Penelitian ini merupakan adalah mengenai peran siswa dalam
penelitian deskriptif yang menggunakan pencegahan perilaku merokok di sekolah
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dan bagaimana meningkatkan peran
bertujuan untuk membuat deskripsi, tersebut.
gambaran atau lukisan secara sistematis, Berdasarkan wawancara dan FGD
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, diperoleh hasil bahwa pencegahan
sifat serta hubungan antar fenomena yang perilaku merokok di sekolah yang telah
diselidiki (Nazir, 2003). terlaksana meliputi adanya larangan
Penelitian dilakukan selama bulan merokok bagi siswa dan pembimbingan
Juni 2013 di lima Sekolah Menengah oleh guru BK, sosialisasi bagi orang tua
Pertama (SMP) di Kecamatan Pare yakni siswa, penyuluhan oleh Puskesmas.
SMP Negeri (SMPN) 2 Pare, Madrasah Penetapan larangan merokok serta
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model, SMP upaya pembimbingan tersebut juga
Dharma Wanita, SMPN 3 Pare, dan diperkuat dengan upaya lain yakni
SMPN 1 Pare.
33 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 28-38

pengarahan oleh guru dan pemasangan mengetahui lebih dulu informasi


tulisan dan poster larangan merokok, mengenai siapa temannya yang merokok
sosialisasi kepada orang tua siswa. dibanding guru, penyampaian pesan lebih
Pencegahan perilaku merokok di SMP mengena karena sudah mengetahui
tersebut sangat ketat bagi siswa, dimana kepribadian temannya sehingga tahu
terdapat peraturan tertulis, sanksi, dan bagaimana menyampaikan pesan atau
tindakan terhadap pelanggaran tetapi tidak nasihat dengan lebih efektif.
demikian halnya bagi karyawan dan guru. Akan tetapi pendidik sebaya juga
Adapun pencegahan perilaku merokok memiliki kekurangan dalam pelaksanaan
bagi guru di lima SMP tersebut adalah tugasnya yakni usia yang sebaya kadang
berupa himbauan untuk tidak merokok menjadi alasan bagi siswa lain yang
selama mengajar. merokok untuk tidak mengindahkan pesan
Pencegahan perilaku merokok ataupun himbauan, nasehat untuk tidak
yang dilaksanakan oleh UKS meliputi merokok ataupun membantah nasehat
pemberian informasi mengenai rokok dan yang diberikan. Selain itu ada perasaan
bahayanya. Selain itu UKS di SMPN 2 takut karena siswa yang merokok tersebut
dan 3 Pare juga melakukan pembinaan juga mengancam atau menawari untuk
pendidik sebaya, di SMPN 3 Pare materi merokok. Siswa yang merokok juga
tentang rokok juga dimasukkan dalam menganggap bahwa mereka masih sama-
beberapa mata pelajaran. sama siswa dan tidak bisa memberikan
Peran siswa dalam pencegahan hukuman padanya, apalagi bila yang
perilaku merokok dilakukan melalui menegur adalah adik kelasnya.
tindakan berupa menegur, menasehati, Selain pelatihan tersebut,
melaporkan pada guru dan orang tua serta peningkatan peran siswa dalam
memberi tahukan mengenai kandungan pencegahan perilaku merokok dapat
rokok, bahaya rokok, selain itu juga dapat dilakukan melalui media promosi
melalui pendidikan sebaya oleh kader kesehatan dalam pencegahan perilaku
UKS dan PMR. merokok di SMP dan kegiatan sekolah
Guru pembina UKS menyatakan lain yang dapat digunakan sebagai sarana
bahwa pemilihan kader UKS di SMPN 2 promosi kesehatan dalam pencegahan
Pare dilakukan oleh guru pembina UKS perilaku merokok di SMP.
dimulai dari siswa yang menjadi kader Dalam penyampaian infomasi
UKS ketika SD dan anggota PMR. Peran terkait pencegahan perilaku merokok,
siswa dalam pencegahan merokok juga siswa dapat membuat dan mendesain
bisa diwujudkan dalam keikutsertaan media sendiri. Media yang dapat
dalam lomba bertema rokok seperti yang digunakan dalam pencegahan perilaku
pernah dilakukan di SMP Negeri 2 Pare. merokok antara lain kemasan rokok,
Peran siswa tersebut, yang selama spanduk, poster, banner, pamflet, brosur,
ini hanya menegur, menasehati ataupun stiker, dan buku yang berisi larangan
sebagai mengingatkan mengenai bahaya merokok, gambar perokok serta bahaya
merokok dapat ditingkatkan melalui dan dampak rokok. Siswa juga dapat
pelatihan bagi kader UKS atau KKR dan mendapatkan dan menyampaikan
PMR seperti yang dilakukan di SMP informasi mengenai rokok dan bahaya
Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Pare serta rokok melalui media internet, seperti
keikutsertaan dalam dan peningkatan melalui sosial media, blog, atau SMS.
peran siswa melalui kegiatan/lomba yang Selain itu dapat melalui media video,
diadakan sekolah sebagai upaya model atau cerita melalui testimoni,
pencegahan perilaku merokok. majalah sekolah, pengumuman, cerita
Pelatihan kader sebagai pendidik pendek,
sebaya dapat dilakukan oleh guru Media tersebut selain berisi
pembina UKS sendiri dengan jadwal yang informasi mengenai kandungan dan
sudah ditentukan atau dengan mengikuti bahaya rokok terhadap kesehatan juga
pelatihan di luar sekolah. Pembentukan dapat berupa slogan dan himbauan untuk
siswa sebagai pendidik sebaya memiliki tidak merokok. Peran siswa dalam
kelebihan antara lain siswa seringkali pembuatan media dan slogan ini dapat
Endah Retnani W, dkk ., Peran Siswa Dalam Pencegahan.....34

dilakukan melalui keikutsertaan dalam oleh guru dan pendidik sebaya, pendidik
lomba desain media dan slogan. Lomba sebaya dibentuk oleh SMPN 2 dan 3 Pare.
slogan dan media tersebut bisa dalam Pembentukan pendidik sebaya (SMPN 2
bentuk karya tulis ataupun karangan yang dan 3 Pare) merupakan upaya
ditempel di kelas ataupun mading, pemberdayaan dan pengembangan
dinding sekolah yang strategis dan banyak kemampuan individu, dengan adanya
dilewati siswa seperti lorong sekolah, pendidik sebaya ini diharapkan siswa
kantin, kamar mandi, tempat parkir, mampu menjadi pendidik yang efektif
tempat yang biasa dipakai siswa bagi sebayanya. Dengan upaya yang
berkumpul, aula sekolah. dilakukan maka UKS diharapkan juga
Adapun kegiatan-kegiatan yang melakukan fungsi promotif dan preventif
dapat digunakan sebagai sarana dalam dengan baik selain melaksanakan fungsi
pencegahan perilaku merokok di SMP kuratif dan rehabilitatifnya.
melalui adalah lomba-lomba dan bakti Dalam melaksanakan perannya
sosial. Lomba-lomba tersebut biasanya hendaknya UKS juga berpedoman pada
dilaksanakan sebagai rangkaian Kegiatan prinsip promosi kesehatan di sekolah yang
Tengah Semester (KTS), pawai dan tur, disampaikan oleh International Union for
serta sosialisasi. Health Promotion and Education
Rangkaian KTS tersebut dapat (IUHPE). Beberapa prinsip yang sudah
berupa lomba-lomba bertema rokok yang dilaksanakan oleh UKS terkait upaya
berbentuk pidato Bahasa Indonesia dan dalam pencegahan perilaku merokok
Bahasa Inggris, pentas seni, drama, lomba antara lain mempromosikan kesehatan
baca puisi, lomba membuat slogan, lomba dan kesejahteraan siswa dilakukan UKS
penyuluhan. Selain itu juga bisa melalui dan Puskesmas melalui penyuluhan, serta
fashion show dengan tema rokok ataupun pembentukan pendidik sebaya.
lomba kebersihan kelas. Menyediakan lingkungan yang aman dan
Selain itu sekolah juga dapat mendukung dilakukan melalui tata tertib
menyampaikan informasi mengenai rokok yang melarang siswa merokok serta
dan himbauan untuk tidak merokok konseling bagi siswa yang merokok agar
melalui amanat pembina upacara, dapat berhenti merokok yang diberikan
himbauan oleh guru saat jam pelajaran di oleh guru BK ataupun guru olahraga serta
kelas, penyuluhan, praktek laboratorium guru Pembina UKS. Melibatkan
tentang kandungan rokok, diskusi kelas, partisipasi dan pemberdayaan siswa
penugasan dan artikel. Kegiatan melalui pembentukan pendidik sebaya
ekstrakurikuler yang ada di sekolah, sebagaimana dilakukan SMPN 2 dan 3
seperti Pramuka, PMR juga dapat Pare serta melibatkan siswa yang
menjadi sarana dalam peningkatan peran mengikuti ekstrakurikuler PMR. Bekerja
siswa dalam pencegahan perilaku sama dengan orang tua dan komunitas
merokok di sekolah. lokal dilakukan melalui kemitraan dengan
komite sekolah dan Puskesmas.
PEMBAHASAN Mengintegrasikan kesehatan dalam
kegiatan sekolah yang sedang
Ditinjau dari sarana aksi promosi berlangsung, kurikulum dan standar
kesehatan yang mengacu pada Piagam penilaian dapat dilakukan dengan
Ottawa, maka pencegahan perilaku memasukkan materi mengenai rokok
merokok yang dilakukan telah dalam buku wajib/modul pembelajaran
melaksanakan sarana aksi promosi seperti yang telah dilakukan oleh SMPN 3
kesehatan. Larangan merokok bagi siswa Pare.
merupakan wujud kebijakan berwawasan Upaya pencegahan perilaku
kesehatan yang ditetapkan oleh sekolah. merokok yang telah dilaksanakan sekolah
Pemasangan poster larangan merokok memliki tujuan yakni tidak ada siswa
merupakan salah satu upaya menciptakan yang merokok di sekolah. Secara teoritis,
lingkungan yang mendukung dari segi remaja usia SMP mengalami banyak
fisik, segi non fisik diupayakan melalui perkembangan terutama yang
konseling oleh guru BK serta pengawasan berhubungan dengan penyesuaian sosial.
35 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 28-38

Dengan keunikan pengaruh perubahan dan sulit meliputi kuatnya pengaruh


sosial remaja yang cenderung lebih kelompok sebaya, perubahan dalam
mendengarkan teman sebayanya perilaku sosial, pengelompokan sosial
dibanding orang tua tersebut maka salah baru, nilai baru dalam memilih teman,
satu pencegahan perilaku merokok adalah nilai baru dalam penerimaan sosial, dan
dengan membentuk pendidik sebaya yang nilai baru dalam memilih pemimpin
bertugas mengawasi dan memberi (Hurlock, 1994).
informasi pada siswa lain mengenai rokok Kecenderungan remaja untuk
dan dampak merokok pada kesehatan. lebih mendengarkan temannya
Siswa merupakan sasaran dalam dikarenakan pada usia ini remaja
pencegahan merokok di sekolah. mengalami masa pencarian jati diri dan
Penanaman pengetahuan sejak dini penyesuaian. Mereka bukan lagi anak-
mengenai rokok, kandungan rokok, anak tapi juga belum dewasa. Hal tersebut
dampak merokok terhadap kesehatan, mengakibatkan timbulnya perasaan bahwa
serta bagaimana sulitnya seorang perokok teman mereka lebih mampu untuk
untuk berhenti merokok. Niat perokok memahami perasaan mereka, serta apa
untuk berhenti merokok seringkali kalah yang menjadi kekhawatiran mereka. Akan
oleh kuatnya ketergantungan mereka tetapi pendidik sebaya juga memiliki
terhadap rokok. Peningkatan pengetahuan kekurangan ketika menyampaikan
tersebut dapat diberikan oleh siswa pengetahuan dan himbauan agar berhenti
kepada siswa yang lain. Hal ini merokok karena usia mereka yang sebaya
diharapkan akan menjadi lebih efektif atau bahkan lebih muda, seringkali
karena pada usia ini remaja cenderung mereka dianggap sok tahu dan belum
lebih mendengarkan pendapat dan pantas untuk memberi nasehat.
pemikiran teman sebayanya dibandingkan Sehingga salah satu cara
dengan guru ataupun orang tua mereka. mengantisipasi kekurangan tersebut
Berdasarkan penelitian adalah dengan mendiskusikan atau
Komalasari dan Helmi (2000), melaporkan penemuan kasus siswa yang
menyatakan bahwa ada tiga faktor merokok tersebut kepada orang tua
penyebab perilaku merokok pada remaja ataupun guru. Bila diketahui ada siswa
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif yang merokok maka diperlukan adanya
orangtua terhadap perilaku merokok pembimbingan ataupun konseling oleh
remaja dan pengaruh teman sebaya. guru BK agar siswa tersebut mau berhenti
Nasution (2007) juga menyatakan bahwa merokok. Selain itu pemberian motivasi
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bagi siswa dan orang tuanya yang
semakin banyak remaja merokok maka dilakukan melalui kunjungan rumah
semakin besar kemungkinan teman- terbukti dapat meningkatkan tingkat
temannya adalah perokok juga dan efektifitas konseling itu sendiri. Akan
demikian sebaliknya. Fakta tersebut tetapi bila tidak ada perubahan perilaku
menunjukkan dua kemungkinan yang dari siswa yang bersangkutan setelah
terjadi, pertama remaja tersebut diberi peringatan, sanksi dan
terpengaruh oleh teman-temannya atau pembimbingan dari BK, maka sekolah
bahkan teman-teman remaja tersebut dapat mengambil tindakan tegsa terhadap
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang siswa yang bersangkutan dengan terlebih
akhirnya mereka semua menjadi perokok. dulu memanggil orang tua siswa dan
Dengan demikian diketahui bahwa meminta pertimbangan dari komite
pengaruh teman sebaya pada remaja sekolah.
sangat besar termasuk dalam perilaku Peran siswa sebagai pendidik
merokok. sebaya belum diterapkan oleh semua UKS
Salah satu tugas perkembangan dan sekolah. Karena itu penting bagi SMP
masa remaja yang tersulit adalah lain yang belum menerapkannya untuk
berhubungan dengan penyesuaian sosial. mencontoh dan menerapkan konsep
Untuk mencapai tujuan dari pola pendidik sebaya tersebut. Peran siswa
sosialisasi dewasa, remaja harus membuat sebagai pendidik sebaya masih terbatas
banyak penyesuaian baru yang penting pada mengingatkan siswa lain yang
Endah Retnani W, dkk ., Peran Siswa Dalam Pencegahan.....36

merokok mengenai bahaya merokok dan lain yang merokok dan pendidik sebaya
menyarankan agar siswa tersebut mau tersebut mengalami kesulitan dalam
berhenti demi kesehatannya serta mengingatkan dan menasehati ataupun
melaporkan pada guru dan pihak sekolah. menyampaikan informasi maka
Peran siswa yang ada selama ini selanjutnya pendidik sebaya tersebut
bisa ditingkatkan dan tidak hanya hendaknya mendiskusikan dengan guru
pendidik sebaya saja yang dapat Pembina UKS, guru BK, atupun guru lain
menyampaikan pesan mengenai rokok yang diberikan tanggung jawab sebagai
dan dampak rokok terhadap kesehatan. pemegang program pendidik sebaya oleh
Adapun kegiatan yang dapata dilakukan sekolah. Tindak lanjut yang dilakukan
antara lain pembentukan dan pelatihan oleh guru setelah mendapat laporan
pendidik sebaya seperti yang telah tersebut adalah memberikan bimbingan
dilakukan oleh SMPN 2 dan 3 Pare. dan konseling pribadi bagi siswa yang
Pendidik sebaya ini memiliki tugas untuk merokok kunjungan rumah dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada dilakukan bila dirasa perlu. Peran siswa
temannya dan menjadi pengawas sebaya pendidik sebaya sebagai pemberi
terkait perilaku merokok. Dengan adanya informasi dapat dilakukan melalui
pelatihan pendidik sebaya ini diharapkan pemberian penyuluhan pada kelompok
dengan peran serta siswa dalam ekstrakurikuler yang ada di SMP.
pencegahan perilaku merokok ini maka Pelaksana penyuluhan dan pengawasan
tidak ada lagi siswa yang merokok dilakukan secara bergiliran sesuai dengan
ataupun memiliki keinginan untuk piket yang telah disusun.
merokok. Lebih lanjut guru BK dan guru
Adapun kegiatan yang dapat Pembina UKS dapat meningkatkan peran
dilaksanakan oleh sekolah untuk siswa yang berada dalam bimbingan
menyampaikan pesan mengenai rokok untuk berhenti merokok sebagai motivator
melalui siswa dapat berupa lomba-lomba bagi siswa lain untuk tidak merokok. Hal
bertema rokok yang melibatkan seluruh ini bisa dilakukan melalui testimoni yang
siswa di sekolah misalnya melalui diberikan siswa tersebut dalam
kegiatan tengah semester, karya tulis, penyuluhan pendidik sebaya yang telah
penugasan pada mata pelajaran tertentu dijadwalkan bagi kelompok
serta pembuatan desain media promosi ekstrakurikuler maupun secara insidental
oleh siswa. bila siswa tersebut menemukan temannya
Peningkatan pengetahuan siswa ada yang merokok.
mengenai rokok dan dampaknya terhadap Untuk mencapai keterlibatan
kesehatan dapat dilakukan melalui siswa yang lebih luas di sekolah, dapat
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di dilakukan melalui lomba-lomba internal
sekolah, baik melalui penyuluhan oleh sekolah. Lomba tersebut dapat berupa
pendidik sebaya atau pemberian motivasi lomba mengarang cerita pendek (cerpen),
melalui testimoni. Dengan terbatasnya membuat artikel, serta mendesain media
jam sekolah dan jadwal pembelajaran dengan tema rokok dan dampak rokok
yang umumnya telah dimampatkan maka terhadap kesehatan. Rangkaian KTS juga
kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bisa diisi dengan lomba yang bertema
menjadi sarana penyampaian pesan rokok, seperti pertunjukan drama, pidato,
tersebut. puisi, dsb. Dalam lomba cerpen, artikel,
Pelatihan pendidik sebaya dan desain media dapat pula melibatkan
hendaknya dilaksanakan secara berkala petugas Puskesmas dan komite sekolah
oleh UKS dan sekolah. Nara sumber sebagai juri dalam menyeleksi hasil karya
dalam pelatihan antara lain guru di siswa yang telah dikumpulkan.
sekolah tersebut, petugas Puskesmas, Selanjutnya, karya-karya tersebut dapat
PMI, ataupun orang tua siswa yang ditampilkan secara bergiliran di majalah
memliki pengetahuan mengenai dinding (mading) sekolah. Sedangkan
pencegahan perilaku merokok. karya yang lolos sebagai finalis
Terkait peran siswa sebagai berdasarkan penilaian juri akan
pengawas apabila ditemukan ada siswa ditampilkan saat KTS, pemenang
37 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 28-38

ditentukan dengan voting siswa dan 2011. http://jatim.bps.go.id/e-


diumumkan pada hari terakhir KTS. pub/2012/statremaja2012/ (sitasi
Dalam pencegahan perilaku 20 Desember 2012)
merokok, sekolah juga dapat menunjuk Campaign for Tobacco-Free Kids. 2012.
guru dan atau staf yang merokok untuk Global Epidemic: Indonesia.
memberikan testimoni pada siswa http://global.tobaccofreekids.org/
mengenai bagaimana susahnya untuk en/global_epidemic/indonesia/
berhenti merokok. Dengan demikian (sitasi 21 Januari 2013)
selain siswa mendapat pemahaman Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar
mengenai efek rokok yang menimbulkan Propinsi Jawa Timur
kecanduan, diharapkan juga dapat (RISKESDAS) 2007. Jakarta :
menimbulkan kesadaran bagi guru atau Depkes RI
staf tersebut sehingga dia tidak lagi Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar
merokok di lingkungan sekolah. Adapun (RISKESDAS) 2010. Jakarta :
pemberian testimoni oleh guru ataupun Depkes RI
staf tersebut dapat dilakukan melalui Dewi, FST dan Supriyati. Tanpa tahun.
rangkaian kegiatan UKS dan pendidik Why Youth In Developing
sebaya dalam pencegahan perilaku Country Start Smoking? A Study
merokok di SMP. In Yogyakarta Municipality,
Berdasarkan lima sarana aksi Indonesia.
promosi kesehatan, salah satunya adalah http://www.dfid.gov.uk/r4d/pdf/o
pemberdayaan dan peningkatan utputs/ritc/indonesia-publication-
kemampuan individu. Dengan dewi-supriyati.pdf (sitasi 20
pembentukan pendidik sebaya dan November 2012)
berbagai jenis lomba yang dapat diikuti Hurlock, E.B. 1994. Psikologi
oleh seluruh siswa tersebut maka sarana Perkembangan: Suatu
aksi ini telah dilaksanakan oleh UKS Pendekatan Sepanjang Rentang
sebagai ujung tombak pelayanan Kehidupan Edisi ke-5. Jakarta:
kesehatan di sekolah. Dengan demikian Erlangga
pelayananan kesehatan paripurna yang Kementerian Kesehatan RI. 2011.
terdiri dari preventif, promotif, kuratif dan Pedoman Pembinaan Perilaku
rehabilitatif dapat dilaksanakan oleh UKS. Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dengan pemberdayaan dan peningkatan Jakarta : Kementrian Kesehatan
kemampuan individu tersebut diharapkan RI
tujuan pencegahan perilaku merokok di Komalasari, D dan Helmi, A.F. 2000.
SMP akan dapat tercapai. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja.
KESIMPULAN http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jur
nal/perilakumerokok_avin.pdf
Kesimpulan dari penelitian ini (sitasi 2 Desember 2012)
adalah peran siswa dalam pencegahan Kurniasih, A. 2008. Faktor-Faktor yang
perilaku merokok selama ini adalah Berhubungan dengan Perilaku
menegur, menasehati,mengingatkan Merokok pada Siswa SLTP di
bahaya merokok serta melaporkan kepada Kota Bekasi Tahun 2008. Skripsi.
guru ataupun orang tua bila ada temannya http://lontar.ui.ac.id/file?file=digit
yang merokok. Peran siswa dapat al/122462-S%205279-Faktor-
ditingkatkan melalui pembentukan faktor%20yang-Kesimpulan.pdf
pendidik sebaya dan keikutsertaan dalam (sitasi 2 April 2013)
rangkaian lomba bertema anti rokok. Martini, S dan Sulistyowati, M. 2005.
‘The Determinants Of Smoking
Behavior Among Teenagers In
DAFTAR RUJUKAN East Java Province, Indonesia’.
Economics Of Tobacco Control
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2011. Paper No. 32. http://www-
Statistik Remaja Jawa Timur wds.worldbank.org/external/defau
Endah Retnani W, dkk ., Peran Siswa Dalam Pencegahan.....38

lt/WDSContentServer/WDSP/IB/ Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja.


2005/12/27/000090341_2005122 Jakarta: Rajawali Pers
7134151/Rendered/PDF/347660I The Tobacco Atlas. 2012. ‘Boy’s Tobacco
ND0YouthSmoking0HNP0Tobac Use’. The Tobacco Atlas Fourth
co032.pdf (sitasi 2 April 2013) Edition Chapter 9 p. 34.
Nasution, KI. 2007. Perilaku Merokok http://www.tobaccoatlas.org/uplo
Pada Remaja. Skripsi (Tidak ads/Images/PDFs/
Diterbitkan). Medan: Universitas Tobacco_Atlas_4_entire.pdf
Sumatra Utara Medan (sitasi 12 November 2012)
Nazir, M. 2003. Metodologi Penelitian. The Tobacco Atlas. 2012. Cigarette
Jakarta : Ghalia Indonesia Consumption: The Tobacco Atlas
Noor, N.N.W. 2002. Epidemiologi. Fourth Edition Chapter 6 p. 28.
Makassar: Lembaga Penelitian http://www.tobaccoatlas.org/uplo
Universitas Hasanuddin ads/Images/PDFs/
Prayitno, H. 2005. Seksualitas dan Tobacco_Atlas_4_entire.pdf
Kesehatan Reproduksi Remaja: (sitasi 12 November 2012)
Problematika dan Solusinya. The Tobacco Atlas. 2012. Death:. The
Jember : FISIP UNEJ Tobacco Atlas Fourth Edition
Ramadhani, V. 2009. Smoking Behavior Chapter 1 p.9.
Study On Teenagers. Jurnal http://www.tobaccoatlas.org/uplo
Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April ads/Images/PDFs/
2009 Hal: 61–76. Tobacco_Atlas_4_entire.pdf
http://journal.uii.ac.id/index.php/J (sitasi 12 November 2012)
SB/article/viewFile/2014/1768
(sitasi 2 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai