Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENDERITA ASMA

Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Chinika ariantiva sari (201601108)


2. Devi ana ariesta bela (201601105)
3. Nurul khoriah (201601103)
4. Ferlian firmanda B. (201601102)
5. Habib baharuddin (201601079)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI KABUPATEN

MOJOKERTO

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah
perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Global youth tobacco
survey (GYTS) tahun 2014 menyatakan indonesia sebagai negara dengan angka perokok
remaja tertinggi di dunia gambar peringatan kesehatan pada bungkus rokok dijadikan objek
yang akan di stimulus melalui panca indra yaitu mata. Diharapkan masyarakat khususnya
remaja yang merokok mampu mengubah perilaku merokoknya akan tetapi masa remaja
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ingin mencoba coba, sehingga remaja tidak
menghiraukan gambar peringatan pada bungkus rokok dan menganggap gambar tersebut
tidak ada efeknya sehingga remaja tetap merokok. Menurut WHO (2008), lebih dari lima
juta remaja dibawah 18 tahun akan mempercepat kematian mereka akibat penyakit
disebabkan oleh perilaku merokok.
Masa remaja merupakan nasa yang paling baik maupun paling buruk bagi semua remaja
pada zaman sekarang. Menurut Hall (dalam santrock,2007) masa remaja yang usianya
berkisar antara 12-23 tahun di warnai oleh pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
perubahan suasana hati. Masa remaja sangat rentan terpengaruh godaan dan resiko dari
dunia orang dewasa mengenai kehidupan mereka diusia yang terlalu dini, dimana secara
kognitif dan emosional sebetulnya mereka belum siap untuk dapat menanganinya secara
efektif, sehingga remaja bisa terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya : merokok,
minum minuman keras, seks pranikah, tindakan kriminal dan kebut kebutan dijalan. Ada
sejumlah perbincangan yang berkembang dikalangan remaja sebagai jebakan untuk
merokok, yakni merokok keren dan modern dan membuat mereka yang merokok lebih
percaya diri. Padahal merokok tidak dapat dijadikan tolak ukur kedewasaan seseorang.
Bertanggung jawab pada diri sendiri dan mengambil keputusan secara mandiri merupakan
pertanda penting untuk mencapai status dewasa (santrock, 2007 dalam weny, 2014).
Asma menyebabkan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dengan cukup. Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan secara fungsional.
Apabila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen seperti adanya sumbatan pada saluran pernafasan
(Asmadi,2008).
Global Youth Survey (GYTS) tahun 2014 menyatakan indonesia sebagai negara
dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Usia pertama kali mencoba merokok
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dimana sebagian besar laki laki pertama
kali merokok pada umur 12-13 tahun dan sebagian besar perempuan pertama kali mencoba
merokok pada umur 14-15 tahun. Menurut RISKESDAS (2013), diindonesia umur pertama
kali merokok pada usia 10-14 tahun sebesar 18%, usia 15-19 tahun sebesar 55,4%, usia 20-
24 tahun sebesar 16,6 %, usia 29-35 tahun sebesar 4,6% dan usia 35 tahun keatas 3,8%.
Menurut Global Youth Tobbaco Survei, pada 2014. Menempatkan indonesia sebagai
salah satu negara dengan jumlah perokok anak terbesar di mana 20,3% anak sekolah usia
13-15 tahun sudah merokok. Hasil riset ini juga tidak jauh beda dengan survei sosial
ekonomi nasional (susenas) 2015. Survei tersebut menyatakan penduduk indonesia berusia
15 tahun ke atas yang mengkonsumsi rokok sebesar 22,57% diperkotaan dan 25,05% di
pedesaan dengan jumlah batang rokok yang dihabiskan selama seminggu mencapai 76
batang diperkotaan dan 80 batang dipedesaan (Nasional.republika.co.id, 2016).
Berdasarkan data WHO, jumlah penderita asma didunia diperkirakan mencapai 300
jutaan orang dan terus meningkat hingga tahun 2025 sebanyak 400 juta. Di dunia penyakit
asma termasuk dalam 5 besar penyakit penyebab kematian. Diperkirakan 250.000 orang
meninggal setiap tahunnya karena penyakit asma (Budijanto, 2015).
Di indonesia, berdasarkan riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013
mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5
%. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat disulawesi tengah (7,8%), diikuti nusa
tenggara timur (7,3%). Di yogyakarta (6,9%), dan sulawesi selatan (6,7%). Prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dijawa timur yaitu dari 4,2% menjadi 5,4% dan pravalensi
asma tertinggi di kabupaten bangkalan sebesar 9,8% (Dinkes Provinsi jawa timur,2013).
Perilaku merokok tergolong dalam perilaku yang dapat membahayakan kesehatan baik
bagi perokok maupun bagi orang lain disekitarnya. Merokok terbukti berhubungan dengan
25 jenis penyakit berbahaya yang bersifat mematikan antara lain asma, kangker paru-paru
dan jantung koroner.(Komasari & Mada, 2013)
Berdasarkan definisi diatas peneliti ingin mengetahui solusi yang menyebabkkan
perilaku merokok serta hubungan perilaku merokok pada penderita asma dengan
memotivasi perokok, memberikan pendidikann kesehatan, menjelaskan sebab akibat.
1.2 Rumusan Masalah
“Adakah hubungan perilaku merokok dengan penderita asma ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan penderita asma

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh perilaku merokok bagi penderita asma.

2. Untuk mengetahui pengaruh asap rokok dengan penderita asma.

3. Untuk mengetahui penyakit asma secara rinci.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


1. Mendapatkan pengalaman penelitian di bidang kesehatan
2. Menambah wawasan tentang gambaran pengaruh perilaku merokok dengan
penderita asma

1.4.2 Bagi Responden


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan tentang
pencegahan penderita asma terhadap perilaku merokok.

1.4.3 Bagi Institusi Lain


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk
meminimalkan perokok aktif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku merokok

2.1.1 Definisi
Bermacam macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi simulus yang di terimanya, salah satu bentuk prilaku manusia yang
dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada
zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut. (Danusantoso, 1991)
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh
dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong,1990).
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan
asap yang terhisap oleh orang orang disekitarnya. (Wulan, 2017)

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi prilaku merokok


Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,
tetapi masih banyak orang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika
mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok
mulai merokok antara umur 11 dan 13 dan 85% sampai 95% sebelum umur 18
tahun.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab
mengapa seseorang merokok. Menurut levy (1984) setiap individu mempunyai
kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan
mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang
menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor – faktor sosio cultural
seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Menurut lewin ( komsari & Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan
fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain
disebabkan faktor – faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan.
Laventhal (dalam smet, 1994) mengatakan bahwa merokok tahap awal
dilakukan dengan teman – teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang
tua (23%) dan orang tua (14%). Hasil penelitian bahwa ada tiga faktor penyebab
perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologi, sikap permisif orang
tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok,
antara lain :
1. Pengaruh orang tua
Menurut baer & Corado, remaja perokok adalah anak – anak yang yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak – anaknya dibandingkan dengan remaja
yang berasal dari konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok
maupun obat – obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan
paling kuat adalah orangb tua sendiri menjadi figur sorang perokok.
2. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin berat kemungkinan teman –temannya adalah perokok
juga dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari
fakta tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman –
temannya atau sebaliknya.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat
pada pengguna obat – obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Pendapat ini didukung yang menyatakan bahwa orang yang memiliki
skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.
4. Pengruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau
glamaour,membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen ( Sarafino, 1994) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :
1. Faktor biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok.
2. Faktor psikologis
Merokok dapat dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalu rasa ngantuk, mengabakrabkan suasana sehingga timbul rasa
persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa,
sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain.
3. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok.
4. Faktor demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin jaman
sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita
sekarang sudah merokok.
5. Faktor sosial – kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan
gengsi pekerjaan akan mempengaruhi merokok pada individu.
6. Faktor sosial politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah – langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang – orang yang tidak merokok
dan usaha melancarkan kampanye – kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku perokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar di negara – negara berkembang seperti indonesia..

2.2 Konsep Penyakit Asma

2.2.1 Definisi
Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas dikarenakan terjadinya aktifitas
berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan
penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru paru dan rongga
dada(Admin 2012)
2.2.2 Faktor Risiko
Salah satu faktor resiko asma adalah asap rokok. Seseorang yang tidak
memiliki kebiasan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang
dihembuskan oleh orang lain didekatnya. Anak anak secara bermakna terpapar
asap rokok. Asap yang terbakar lebih panas dan lebih toksik dari pada asap yang
dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi mukosa jalan nafas. Paparan asap
tembakau pasif berakibat lebih berbahaya, gejala gejala penyakit saluran nafas
bawah (batuk,lendr, dan mengi) dan naiknya resiko asma dan serangan asma
(Danusaputro,2013).

2.2.3 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Derformitas thoraks
7. Gagal nafas

2.3 Penalataksanaan Asma

2.3.1 Prinsip umum pengobatan asma bronchial


1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghidari faktor faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3. Memberikan penanganan kepada penderita apapun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan berkerja sama dengan dokter atau
perawat yang merawatnya.

2.3.2 Pengobatan asma bronchial


1. Pengobatan non farmakologi
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioteraphy
e. Beri o2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologi
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
 Orsiprenalin (Alupent)
 Eonoterol (berotec)
 Terbutalin (Bricasma )
Obat obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan, yang berupa semprotan : MDI
(metered doseinhaler) ada juga yang berbentuk bubuk halus yang di
hirup (ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler) atau cairan
broncodilator (alupent, berotec, brivasma serts ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel partikel yang sangat
halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (amicam supp)
 Aminofilin (euphilin retard)
 Teofilin (amilex)
Efek dan teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik,
tetapi cara kerjanya berbeda, sehingga bila kedua obat ini
dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
bentuk suntikan teofilin/aminofilin dipakai pada serangan asma
akut dan disuntikan perlahan lahan langsung ke pembuluh darah,
karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya ppenderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati hati bila
minum obat ini. teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang
cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidka dapat minum
teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering )
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anak anak. Kromalin biasanya diberikan bersama sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
d. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin,
biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungan
obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

2.3.3 Indikator

Menurut Gina, 2008 adapun yang menjadi tingkat kontrol ini di tentukan
oleh beberapa indikator yaitu :
a. Kemunculan gejala harian
b. Limitasi aktivitas
c. Kemunculan gejala dimalam hari
d. Frekuensi penggunaan reliever
e. Frekuensi serangan asma
f. Penilaian fungsi paru paru
DAFTAR PUSTAKA

Komasari, D., & Mada, U. G. (2013). Faktor Faktor Penyebab Merokok Pada Remaja.
Psikologi, 37–47(1), 37–47.
Wulan, D. K. (2017). Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja.
Humaniora, 3(2), 504. https://doi.org/10.21512/humaniora.v3i2.3355

Anda mungkin juga menyukai