PENDAHULUAN
Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut daun nipah atau kertas
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana Tabacum, Nicotiana Rostica dan
spesies lainya atau sintesis yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
tambahan. Rokok berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah, ditambah sedikit
racikan seperti cengkeh, saus rokok serta racikan lainnya. Untuk menikmati
sebatang rokok perlu dilakukan pembakaran pada salah satu ujungnya agar asap
dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lain (Triswanto, 2007).
berupa membakar dan mengisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat
dari negara maju dan 50% lainnya dari negara berkembang. Rata-rata 435.000
1
Berdasarkan data The Asean Tobacco Control Report Card tahun 2008,
sebagian besar perokok mulai merokok ketika mereka masih anak-anak atau
menunjukkan selama tahun 2008 hingga 2012 jumlah perokok anak dibawah
itu, tingkat kecanduan rokok pada remaja perokok aktif di Denpasar cukup parah
Secara umum menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari
faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan (Komalasari &
Helmi,2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Green yang menyatakan bahwa
2
sumber/fasilitas; dan faktor penguat atau pendorong (reinforcing) yang meliputi
adalah orang tua, saudara kandung dan teman sebaya yang merokok, dan sikap-
bahaya dari merokok, namun masih tetap saja melakukan aktivitas tersebut.
berdekatan dengan orang yang merokok. Terbukti bahaya merokok bukan saja
2008).
Di dalam rokok terkandung tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun.
(Hutapea, 2013). Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok antara lain kanker paru-
paru, kangker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung yang disinyalir dapat
memperpendek usia.
tempat tempat umum: sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, puskesmas, dan
3
kabupaten khususnya dinas kesehatan Buleleng beserta jajarannya melalui
10 orang siswa, tiga orang menyatakan pernah mencoba rokok dan tanggal 6
orang mengatakan pernah mencoba rokok diantara siswa yang mengatakan pernah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I gerokgak merupakan salah satu dari empat
sekolah menengah Negeri yang ada di kecamatan Gerokgak, dengan jumlah siwa
1127 orang. Pada siswa yang orang tuanya merokok, orang tuanya kadang-kadang
melarang anaknya merokok tetapi bagi yang orang tuanya tidak merokok
mempunyai peraturan larangan merokok bagi siswa dan berjualan rokok bagi
menghimbau untuk tidak merokok dan tentang efek rokok terhadap kesehatan,
4
tetapi masih ada guru dan pegawai yang merokok di lingkungan sekolah bahkan
“Hubungan Antara Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja
masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara Sikap Orang Tua Terhadap
Gerokgak
5
1.4 Manfaat Penelitian
sebagai acuan bagi penegak disiplin di sekolah dan dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian dalam skala yang lebih luas yang berkaitan dengan perilaku
merokok.
Penelitian ini mengenai hubungan antara sikap orang tua terhadap perilaku
Gerokgak. Penelitian ini belum ada yang meneliti, namun ada penelitian sejenis
1.5.1 Ariana Uswatun Hasanah dan Sulastri (2011) dengan judul penelitian
“Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok dengan
Jawa Tengah”
6
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan Ariana & Sulastri yaitu untuk mengetahui adakah
hubungan antara dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan rokok dengan
sampel 89 orang. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu, ada hubungan yang
signifikan antara perilaku merokok dengan dukungan orang tua dengan hubungan
kurang kuat.
menganalisa hubungan antara sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada
menganalisa hubungan antara dukungan orang tua, teman sebaya dan iklan rokok
7
BAB II
2.1.1 Konsep Dasar Sikap Orang Tua dan Perilaku Merokok pada Remaja
dalam berbagai versi oleh para ahli. Beberapa diantaranya yaitu Sikap adalah
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Thurstone 1982, likert, 1932, Osgood
dalam Azwar, 2011). Perasaan seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
Sikap menurut La Pierre (1934) dalam (Azwar 2011) sikap adalah suatu
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Definisi sikap menurut Secord &
Beckman (1964) dalam Azwar 2011) adalah keteraturan tertentu dalam hal
sikap orang tua adalah suatu bentuk perasaan orang tua untuk mendukung atau
8
berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap perilaku
remaja
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
(Measurement) sikap. Dalam salah satu definisi di atas dikatakan bahwa sikap
merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini
berarti dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka-tak suka terhadap
suatu objek sikap. Sekilas tampaknya sikap hanya berjalan pada satu dimensi
kontinum afektif.
atau seberapa tidak favorabelnya perasaan seseorang, lebih dari sekedar seberapa
positif atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan difahami dari
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan
yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,
apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai
objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap
berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju
9
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap
sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya tidak berbeda. Dua orang yang sama
tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah
setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan
sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada
dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif
panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama
sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap
terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar
kesemua dimensi tersebut diatas. Tentu saja hal itu sangat sulit untuk dilakukan,
bahkan mungkin sekali merupakan hal yang mustahil. Belum ada atau mungkin
tidak pernah ada instrumen pengukuran sikap yang dapat mengungkap kesemua
10
dimensi itu sekaligus. Banyak diantara skala yang digunakan dalam pengukuran
sikap hanya mengungkapkan dimensi arah dan dimensi sikap saja, yaitu dengan
individu.
Usaha pengukuran sikap dipacu oleh sebuah artikel yang ditulis oleh Louis
Thurstone di tahun 1928. Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa diantara
banyak metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang.
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self refort yang hingga kini
skala sikap.
mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap pernyataan itu
kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Pada
beberapa bentuk skala dapat pula mengenai keluasan serta konsistensi sikap
individu ataupun sikap kelompok bukanlah hal yang mudah. Betapapun besar
usaha dan kerja yang dicurahkan dalam penyusunan skala sikap, tetap saja
11
sebagaimana mestinya sehingga tujuan pengungkapan sikap yang diinginkan tidak
seluruhnya tercapai.
Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang berupa
pernyataan yang dapat berupa pernayataan langsung yang jelas tujuan ukurnya
akan tetapi dapat pula berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas
skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini
objek saat ditanya dalam interview atau menuliskan evaluasi-evaluasi dari suatu
kuesioner. Dalam metode ini, jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator
sikap seseorang. Tetapi metode ini juga ada kelemahannya: jika individu tidak
menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat diketahui pendapat atau
sikapnya. Self refort terdiri dari public opinion polling item skala terdiri dari
terstruktur untuk mengkaji sikap orang tua terhadap perilaku merokok remaja.
12
dengan pendekatan dichotomy question (Nursalam, 2011). Kuesioner ini terdiri
yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer
dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari facial reaction, vois tone,
body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung dan beberapa aspek
fisiologis lainnya.
Dalam penelitian ini pengukuran sikap yang dipakai oleh peneliti yaitu
dengan metode self report menggunakan kuesioner tentang sikap orang tua. Skor
(1) Sikap Positif, bila total skor responden yang diperoleh (> mean) kelompok
(2) Sikap Negatif, bila total skor responden (< mean) kelompok
kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
13
Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. ke
dua, perilaku dipengaruhi oleh tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-
norma subjektif, yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar
subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Secara
perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa
sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol
perilaku yang dihayati. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan
bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang
tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh
orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut
membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh
pengalaman masa lalu dan perkiran individu mengenai seberapa sulit atau
14
sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam
mengenai sikap mengatakan bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan
Wiggins 1986b dalam Baron & Byrne, 1991. 138). Pengaruh langsung tersebut
lebih berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi
dan situasi memungkinkan. Kondisi apa, waktu apa, dan situasi bagaimana saat
hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena
anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat
merokok. Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok di rumah,
dengan kata lain di saat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah
remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif. Bahkan dalam sebuah
studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau kedua
orang tua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004). Jika diakitkan dengan
merokok, orang tua yang perokok kemungkinan akan membuat anaknya merokok.
(Sukartini, 2013). Risiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula oleh
perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orang tua dan saudara
15
apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk merokok. (Daravill dan
menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja.
menjadikan remaja meniru perilaku tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi
perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat
kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu
pertanyaan yang telah disiapkan peneliti dengan dua kemungkinan jawaban yaitu
ya berarti merokok atau tidak bila responden tidak pernah merokok. Remaja
perokok bila seorang remaja merokok atau pernah merokok 1-4 batang dalam satu
hari dan remaja bukan perokok bila seorang remaja tidak pernah mencoba rokok
16
2.1.1.4 Rokok dan Masalahnya
atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina
rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa
pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies
karsinogenik (PP No. 109 tahun 2012). Tembakau itu sendiri, yang merupakan
bahan utama untuk rokok ini telah dikenal lama sebelum tahun 1492. Pada saat
itu, pelaut Eropa yang menemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-
orang Indian menghisap asap sejenis daun kering (tembakau) yang disulut dan
baik sehingga cepat sekali menjadi bagian dari budaya, gaya hidup dan kultur
yang tajam dalam 30 tahun terakhir. Dari 33 milyar batang pertahun pada tahun
1970 meningkat menjadi 200 milyar batang per tahun pada tahun 2000. Bahkan,
Indonesia menduduki peringkat ke-5 setelah Cina, Amerika, Rusia dan Jepang
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen asap, juga
disebut sebagai emisi asap, komponen asap yang paling luas dikenal adalah tar,
17
nicotin, dan karbonmonoksida (CO). Selain zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari
4000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Dinas Kesehatan
sehingga pantas dinyatakan sebagai bahan narkotik yang lebih berbahaya dari
menyerang semua sel tubuh, terutama di otak, bahan ini mengotori aliran darah,
dan menjadikan tubuh sebagai lahan subur bagi penyakit, kejahatan, dan kondisi-
tersedia untuk beberapa komponen asap saja, yaitu tar, nicotin, dan karbon
monoksida.
komponen ini untuk setiap merek rokok dan mencantumkan hasilnya pada
kemasan rokok.
(1) TAR
partikel ini terbuat dari banyak komponen asap, termasuk beberapa komponen
(2) Nicotin
18
Nicotin adalah zat kimia yang terkandung secara alami dalam tanaman
(3) Karbonmonoksida
penyakit terkait merokok. Sebagian dari komponen ini adalah arsenik, benzema,
khusus tembakau.
tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi
tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada
dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan di atas
hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok,
yang sebenarnya mengandung ± 4000 racun kimia berbahaya. Hal ini menjelaskan
bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai
19
dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat
perdarahan maupun sumbatan, dan risiko ini akan tetap berlangsung 14 tahun
(1) Nikotin
pernafasan bagian bawah dan paru-paru, sehingga pengisap asap rokok akan
mudah mengalami keracunan. Kadar zat ini akan menumpuk di paru-paru, otak,
limpa, hati, dan darah. Bagi wanita yang sedang hamil dapat berkumpul di
placenta dan pada air susu ibu. Sedangkan asap arus samping terhirup oleh orang
yang bukan perokok lazim disebut perokok pasif mengandung konsentrasi 2-3 kali
merokok yang terutama adalah penyakit jantung koroner. Sedangkan untuk paru-
paru, selain kesulitan bernafas, juga bisa menyebabkan penyakit kanker paru-paru.
Disamping itu bahaya lainnya adalah penyakit tekanan dalah tinggi, gangguan
kesehatan yang lebih luas. Orang yang merokok diatas 20 batang per hari lebih
Pengaruh rokok juga tampak pada saluran pencernaaan. Perokok dengan tukak
20
lambung akan lebih lambat penyembuhannya. Kerusakan ini bisa berlanjut sampai
ke usus besar.
lebih besar terjadi penyumbatan pembuluh darah, Kerapuhan tulang, pada ibu
hamil bisa terjadi keguguran, kanker payudara, kanker rahim. Pria perokok juga
dapat mempengaruhi kualitas sperma, dan pada orang tua akan dapat menaikan
rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk
perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam
pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada
dalam rokok tersebut (PP. No 19 tahun 2003). Menurut Leventhal dan Clearly
merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
21
2.1.1.3.4.3 Tahap Becoming a Smoker
Tahap ini perokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan
menyenangkan.
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe
perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok
berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang
dipengaruhi oleh perasaan diri. Berdasarkan udara atau asap yang dihirup,
perokok dikategorikan menjadi: Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok,
tetapi berada di sekeliling perokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan
oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara langsung
rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang merokok
sekitar 11-20 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan
rokok 5-10 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 1-4
22
rasa positif. Green dalam psychological factor in smoking (1978) menambahkan,
ada tiga sub pada tipe perokok ini : pleasure relaxation, yakni perilaku merokok
misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulant to pick them up,
dengan memegang rokok, khususnya pada perokok pipa. Kedua, perokok yang
mengurangi perasaan negatif seperti stress, marah, gelisah dan cemas. Maka rokok
perasaan tidak enak yang dirasakan. Ketiga, perilaku merokok yang adiktif
(kecanduan), dimana mereka yang akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya
akan mencari rokok kapan pun mereka inginkan. Ke empat, perilaku merokok
yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka merokok sama sekali bukan karena untuk
disadari
Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti ”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai
sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial
23
dan fisik (Hurlock, 1993) Santoso, (1993) mendefinisikan remaja sebagai individu
anak yang telah meninggalkan usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia
dan merasa berada sama dalam satu tingkat dengan orang yang lebih tua darinya
termasuk dalam hal intelektualnya. Secara umum masa remaja dibagi kedalam
tiga tahap yang dilihat dari rentang usia. Sampai saat ini masih banyak perbedaan
remaja tersebut menjadi : remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17
pekembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola
masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai periode peralihan,
tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remaja yang tidak ingin lagi
yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satu perilaku yang muncul adalah
perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama (Hurlock
24
bahwa secara umum, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dilaluinya
secara efektif
tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang
dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan
ketenangan di luar rumah. Hal tersebut tentunya akan membuat remaja memiliki
kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya
(3) Remaja Mampu Bergaul Lebih Matang dengan Kedua Jenis Kelamin
dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk
ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat
25
menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan
mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada
masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan
(5) Memperkuat Penguasaan Diri Atas Dasar Skala Nilai dan Norma
maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang
gejolak dalam dirinya. Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari
orang tua. Kebutuhan mereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak
teman sebaya, sehingga keterikatan mereka dengan orang tua berkurang. Pada
sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial
remaja. Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan sosial, karena
dalam Soetjiningsih 2004). Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat
(Hurlock, 1993). Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja
26
dianggap sebagai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Hal ini dikuatkan
dengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola kehidupan sosial
yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar remaja akan mengalami
1990) diistilahkan sebagai kondisi stress pada remaja yang disebabkan perubahan
Rokok
beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atau perilaku
terdapat empat faktor risiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Ke
sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri
dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan diri rasa
ingin tahu rasa bosan, sikap menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk
mulai merokok. Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang
27
baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan orang tua
yang rendah serta tahun-tahun pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah
menengah juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai
merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja
menperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk
merokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas
dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi
nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan
rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan pengenalan memori.
28
(2) Jenis kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja
orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang
Amerika keturunan Afrika dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa
perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh nikotin antara
perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah
substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko pada
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang
atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetik
molekular beberapa tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2)
dan TaqIB (B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok
100 kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai merokok
29
(5) Faktor Lingkungan
lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Selain
itu juga karena paparan iklan rokok di media. Orang tua sepertinya
dua hal yang menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan
zat adiktif termasuk rokok yaitu faktor individu dan lingkungan (Oktariani,
2006).
30
2.2 Kerangka Konsep
Saudara Kandung
Teman Sebaya
Keterangan:
= Alur pikir
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok
Pada remaja laki-laki di SMPN I Gerokgak Tahun 2015
penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
variabel. Variabel bebas (Sikap Orang Tua) dan variabel terikat (Perilaku
Merokok Remaja.
pada satu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan
serta mencari Hubungan Sikap Orang Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja
32
3.3 Kerangka Kerja
Populasi
Orang tua Siswa laki-laki dan siswa laki-laki kelas 8 SMP N I Gerokgak pada bulan
Oktober sampai November 2015
Sampel
206 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan rumus n = N/1+N(d)2
Teknik Sampling
Probability Sampling dengan teknik proportionate stratified random Sampling
Analisa Data
Uji statistik yang digunakan adalah Chi Kuadrat menggunakan program komputer
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok pada
Remaja Laki-laki di SMP N I Gerokgak Tahun 2015
33
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas 8 dengan jumlah populasi sebanyak 206
orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, sampel diambil dari orang tua
siswa laki-laki dan siswa laki-laki kelas 8 yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun
n= N
1+ N (d)2
n= 206
1 + 206 (0,05)2
Keterangan:
34
N = perkiraan besar populasi
(Setiadi, 2007).
populasi target yang terjangkau dan diteliti (Nursalam, 2008). Dalam penelitian
(1) Subjek orang tua siswa laki-laki dan siswa laki-laki kelas 8.
(3) Subjek yang masih berstatus sebagai siswa SMP N I Gerokgak dan orang
tuanya.
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).
35
subjek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan adalah
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Adapun variabel terikat dalam
36
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok
Pada remaja laki-laki di SMPN I Gerokgak Tahun 2013
Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Jenis data skala
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari hasil kuesioner tentang sikap orang tua dan perilaku merokok
pada remaja.
37
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng dan Kepala Sekolah
SMPN I Gerokgak
untuk sikap orang tua maupun perilaku merokok remaja sesuai dengan
kepada orang tua siswa terpilih dengan cara mengujungi alamat masing-
consent.
tentang sikap orang tua dan perilaku merokok remaja untuk diisi oleh
responden.
3.6.2.2.3 Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
38
3.7.3 Instrumen Pengumpulan Data
sikap orang tua. Pedoman kuesioner yang digunakan, di susun oleh peneliti.
Kuesioner ini terdiri dari 12 item pernyataan yang berupa skala Likert dengan dua
mempunyai nilai yaitu jawaban “setuju” = 0 dan “tidak setuju” = 1. Skor teringgi
orang tua, dimana total skor yang diperoleh adalah antara 0-12. Skor sikap orang
tua dikelompokkan menjadi dua kategori yang disusun dengan menggunakan rata-
1* Sikap positif, bila total skor responden yang diperoleh (> mean) kelompok
pernyatan yang terdiri dari 1 item pernyataan. Adapaun kategori yang didapat
39
3.7.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen tentang sikap orang tua telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas instrument untuk mendapatkan instrument yang tepat dan tetap. Uji
validitas dan reliabilitas telah dilakukan peneliti, dengan jumlah sampel yang
digunakan 30 orang tua siswa laki-laki dan siswa laki-laki (Sugiyono, 2012). Uji
telah dilakukan pada tanggal 10 oktober 2015. Item yang diujikan sejumlah 15
pernyataan untuk sikap orang tua dan 1 item pernyataan untuk perilaku merokok
mampu mengukur sesuatu yang akan diukur (Machfoedz, 2007). Uji validitas
skor tiap item dengan skor total. Teknik uji dengan bantuan teknik statistik
dengan bantuan komputer. Instrumen dikatakan valid jika nilai r hasil > r tabel
(Kastomo, 2007 dalam Wirawan, 2012). Setelah dilakukan uji validitas, dari 15
istrument sikap orang tua didapat nilai r hitung > r tabel (0, 361) sehingga
artinya bila dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap subjek yang sama
internal consistensy yaitu melakukan uji coba sekali saja kemudian hasil yang
instrument dikatakan reliabel bila memiliki nilai alpha minimal 0,4 (Riwidikdo,
40
2007). Hasil uji reliabilitas untuk sikap orang tua didapat nilai alpha 0,421. Hasil
Demikian juga apabila saat pengumpulan data ada penolakan dari responden maka
3.7.5.2 Anonimity
menuliskan inisial nama dan peneliti menambahkan kode responden pada lembar
kuesioner penelitian.
3.7.5.3 Confidensiality
responden dengan cara melaporkan hasil penelitian dalam bentuk kelompok data,
41
3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.8.1.1 Editing
kelengkapan setelah data dikumpulkan. Apabila ada data yang kurang lengkap,
kurang jelas dan ditemukan kejanggalan dari data yang didapatkan maka segera
dilakukan validasi. Data yang diperoleh berupa hasil jawaban kuesioner tentang
3.8.1.2 Coding
sesuai dengan klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Untuk data
umur, ditulis umur responden saat ini, pekerjaan dan alamat telah ditulis pada
kuesioner.
3.8.1.3 Entry
sistem komputerisasi.
3.8.1.4 Cleaning
Data yang telah di entry diperiksa lagi apakah data tersebut sudah benar
dan lengkap atau tidak sebelum dilakukan pengolahan data menggunakan program
komputer.
42
3.8.2 Teknik Analisa Data
dengan variabel yang diteliti. Data yang didapatkan seperti umur, Pekerjaan,
alamat, sikap orang tua, dan perilaku merokok remaja akan disajikan dalam tabel.
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan
program komputer. Karena skala data variabel independen dan dependen adalah
nominal, maka termasuk dalam statistik non parametris dimana tidak perlu
dilakukan uji untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Jadi uji
statistik yang dipakai adalah Chi Kuadrat (x2) dengan tingkat signifikansi 5%. Jika
X2 hitung > X2 tabel artinya H0 ditolak, sehingga ada hubungan antara kedua
variabel yang diteliti. Cara lain untuk membaca hasil uji adalah berdasarkan
perbandingan nilai p dengan nilai alpha 0,05 (α = 5%). Apabila nilai p < 0,05
maka H0 ditolak.
43
3.8.3 Keterbatasan Penelitian
antara lain:
merupakan hubungan sebab akibat, karena penelitian dilakukan dalam waktu yang
bersamaan.
dan tidak ada verifikasi secara objektif mengenai sikapnya. Orang tua siswa ada
yang sangat sibuk shingga waktu di kunjungi untuk pengisian kuesioner sedikit
sikap orang tua yang sebelumnya belum pernah digunakan. Instrumen ini belum
44
dilakukan uji validitas. Tetapi uji validitas dilakukan hanya satu kali dan di uji
memasukkan data. Pembacaan hasil uji juga dilakukan oleh peneliti sendiri
konsistensi yaitu melakukan uji coba sekali saja kemudian hasil yang diperoleh
sekali uji reliabilitas memungkinkan untuk terjadi kekeliruan hasil. Uji reliabilitas
tempat yang sama tetapi pengisian kuesioner uji pertama dengan ke berikutnya
berselang paling sedikit satu bulan Machfoedz (2007). Dan waktu pengisian ke
dua juga tidak boleh terlalu dekat karena kemungkinan responden masih ingat
45
BAB IV
berbatasan dengan: sebelah utara merupakan Laut Bali, sebelah barat Desa
Sanggalangit, sebelah selatan merupakan hutan Negara, dan sebelah timur Desa
Patas
Kecamatan yang berjarak sekitar 1 km, ibu kota kabupaten kira-kira 45 km, dan
4.1.1.2 Demografi
jumlah siswa 1127 orang, dengan rata-rata perkelas 40 0rang, kelas VIII terdiri
46
Kondisi ketenagaan yang dimiliki SMP N 1 Gerokgak terdiri dari 35
orang guru tetap, 15 orang guru tidak tetap, dan 10 orang Pegawai tidak tetap
.
4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 8 dan orang tua siswa kelas
136 orang. Adapun karakteristik sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Siswa SMP N I Gerokgak
Tahun 2013
Pekerjaan Frekwensi (f) Persentase (%)
Buruh 16 11.7
Dagang 7 5.1
0 0
Tidak bekerja
47
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa dari 136 responden, didapatkan
merokok siswa, dan setelah itu alamat orang tua di telusuri dan di kunjungi ke
rumah responden orang tua untuk mendapatkan data tentang sikap orang tua.
Hasil pengukuran sikap orang tua dari anak-anak siswa SMP N I Gerokgak
Tabel 4.2 Kategori Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki
di SMP N I Gerokgak Tahun 2015
48
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa dari 136 responden, sebanyak 114
Tabel 4.3 Pengamatan Perilaku Merokok pada remaja laki-laki di SMP N I Gerokgak Tahun 2015
106 77.9
Tidak Perokok
30 22.1
Perokok
136 100
Total
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa dari 136 responden, sebanyak 106
49
4.1.3.5 Analisa Hubungan Antar Variabel
Hasil uji korelasi Sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja
laki-laki di SMP N I Gerokgak dari 136 responden, di dapat sebanyak (114 orang)
orang tua siswa memiliki sikap positif terhadap perilaku merokok remaja laki–
laki, dan anak remajanya tidak merokok sebanyak 100 orang (87.7%) dan yang
Dari uji statistk Chi Kuadrat didapatkan nilai p = 0, 000. Nilai p < 0, 05
dengan taraf kepercayaan 95%, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja
Sikap orang tua merupakan respon evaluatif orang tua yang dapat
berbentuk positif atau negatif. Hal ini berarti dalam sikap terkandung adanya rasa
suka tidak suka terhadap suatu objek sikap dalam hal ini adalah perilaku merokok
remaja. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 114 responden (83.8%)
sikap orang tua positif terhadap perilaku merokok remaja. Sikap positif orang tua
terhadap perilaku merokok remaja adalah suatu pola perilaku, tendensi atau pola
50
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial
orang tua. Atau secara sederhana definisi menurut Secord & Beckman (1964)
dalam Azwar (2011) adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian sikap positif orang tua terhadap perilaku
merokok dalam penelitian ini kemungkinan didasari oleh pengetahuan orang tua
dalam menjawab item pernyataan yang diajukan adalah baik sehingga sikap orang
tua positif terhadap perilaku remaja. Semakin positif sikap orang tua maka
juga semakin negatif sikap orang tua terhadap perilaku merokok remaja maka
(2011)dan Avin Fadila Helmi (2011). Penelitian Avin dan Dian yang berjudul
dalam penelitian itu tidak dapat diterima. dalam penelitian tersebut didapatkan
bahwa sikap permisif orang tua merupakan predikator yang cukup baik dalam
membentuk perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitian itu juga di jelaskan
bahwa sikap permisif orang tua bukan merupakan predikator perilaku merokok
lingkungan teman sebaya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ariana Uswatun
Hubungan antara dukungan orang tua, teman sebaya, dan iklan rokok terhadap
perilaku merokok pada siswa laki-laki sama dengan hasil penelitian ini. Hasil
51
penelitian itu menyatakan terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan
perilaku merokok remaja dan terdapat hubungan kurang kuat antara dukungan
Menurut peneliti, sikap positif orang tua terbanyak dalam penelitian ini
karena mungkin pengetahuan responden cukup baik. Pengetahuan yang baik akan
mengubah sikap orang tua. Walaupun responden kebanyakan petani dan tinggal di
memperoleh informasi sangat mudah didapat. Selain itu orang tua sudah
menjalankan peran dan fungsinya sebagai orang tua. Orang tua di rumah
yang melanggar norma kepatutan. Orang tua merupakan model dan panutan bagi
anak-anak sehingga orang tua dituntut harus bersikap positif terutama terhadap
perilaku merokok.
merokok dan 30 responden (22.1%) merokok 1-4 batang dalam sebulan terakhir.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke usia dewasa.
Periode remaja merupakan periode yang penting karena pada masa ini terjadi
52
lebih besar daripada karakteristik individu. Teori tindakan beralasan mengatakan
teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas pada tiga hal: pertama perilaku tidak
banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap
sesuatu. Ke dua perilaku dipengaruhi oleh tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh
norma-norma subjektif, yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita berbuat. Ke tiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-
norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
tidak perokok ini diakibatkan oleh sikap orang tua yang positif terhadap perilaku
merokok selain di pengaruhi oleh faktor dari dalam diri seseorang misalnya
saja dari keluarga (orang tua, saudara kandung, teman sebaya), tempat tinggal atau
anaknya dibandingkan keluarga non perokok. Dalam hal ini menurut pandangan
pengamatan terhadap orang tua atau saudaranya tetapi adanya pengukuh positif
remaja.
53
Perilaku merokok remaja SMPN I Gerokgak serupa dengan penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan Uswatun, Dian dan Avin. Hal ini
diakibatkan oleh karena responden telah mengerti dengan isi dan maksud
Selain itu karena dalam menjawab kuesioner siswa mempunyai waktu yang cukup
berikan. Nasehat dan perhatian orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku
remaja.
4.2.3 Hubungan Antara Sikap Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok pada
Remaja
Hasil uji korelasi Sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja
laki-laki di SMP N I Gerokgak dari 136 responden, di dapat sebanyak (114 orang)
orang tua siswa memiliki sikap positif terhadap perilaku merokok remaja laki–
laki, dan anak remajanya tidak merokok sebanyak 100 orang (87.7%) dan yang
memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan perilaku merokok pada
remaja. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang bisa dibangun lewat lewat
pengaruh lingkungan maupun diri sendiri (Kurt Levin dalam Komalasari, 2008).
Kebiasaan merokok disebabkan oleh karena iseng, ikut-ikutan teman atau faktor
54
lingkungan keluarga. Skinner ahli psikologi behaviorisme membuktikan bahwa
Namun demikian pada penelitian ini sikap negatif orang tua didapat dari 22
ini menunjukkan sikap negatif orang tua memberikan andil yang cukup besar
dalam menentukan perilaku merokok anak. Hasil analisa ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Avin, Dian dan Uswatun (2011) yang mengatakan ada
pengaruh signifikan dukungan orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sikap
negatif orang tua dan kebiasaan merokok orang tua akan berakibat kurang baik
terhadap perkembangan jiwa anak oleh karena orang tua merupakan figur utama
dan panutan dalam keluarga. Sikap negatif orang tua atau keluarga merupakan
salah satu faktor anak menjadi perokok aktif. Berdasarkan hasil survey
siswa perokok mengatakan jika ayahnya dan anggota keluarga yang lain juga
perokok (Sukartini, 2013). Sikap negatif orang tua dalam penelitian ini juga
remaja tidak di sebabkan oleh faktor tunggal seperti sikap negatif orang tua
dalam diri (strss, bosan, ingin gagah, merasa kurang diperhatikan, merasa kecewa)
55
Dari uji statistik Chi Kuadrat didapatkan nilai p = 0, 000. Nilai p < 0, 05
dengan taraf kepercayaan 95%, maka Ho ditolak dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap orang tua terhadap perilaku merokok pada
Ada hubungan antara sikap orang tua terhadap perilaku merokok remaja,
hal ini menunjukkan Sikap orang tua baik positif maupun negatif sangat
berpengaruh terhadap perilaku anak remaja. Orang tua sebagai pelindung dan
model dalam keluarga pada penelitian ini orang tua telah memberikan contoh
yang baik, walaupun masih ada orang tua yang mempunyai sikap negatif terhadap
dan mencari jati diri, bimbingan orang tua, pergaulan sehari-hari dalam
lingkungan sekitar merupakan cikal bakal remaja untuk menentukan sikap dan
berperilaku yang baik. Keluarga yang damai, komunikasi yang efektif dan baik
dalam keluarga akan membuat remaja merasa berguna dalam keluarga dan
masyarakat. Sikap positif orang tua walaupun tidak berdiri sendiri dalam
56
BAB V
5.1 Simpulan
5.1.1 Sikap orang tua siswa SMPN I Gerokgak kelas 8 yang mempunyai sikap
responden (83.8%)
5.1.3 Berdasarkan analisa hubungan antara sikap orang tua terhadap perilaku
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap orang
Gerokgak.
5.2 Saran
5.2.1 Sikap positif orang tua terhadap perilaku merokok remaja harus terus di
57
berada dalam masa persimpangan yang penuh emosi dan labil. Sedangkan
sikap negatif orang tua mesti di ubah perlahan lahan dengan memberikan
didapatkan data tidak perokok tetapi belum tentu kemudian tidak akan
58